Pages

Sabtu, Maret 31, 2012

Rusia Gelar Rudal S-400 di Timur Jauh

MOSCOW-(IDB) : System rudal pertahanan udara S-400 Triumph akan ditempatkan di Timur Jauh Rusia sebelum akhir tahun, kata Kepala Angkatan Udara dan Angkatan Pertahanan Udara Timur Jauh Rusia Kolonel Sergei Dronov, Jumat.

Angkatan Pertahanan antariksa saat ini dilengkapi dengan persenjataan modifikasi yang berbeda dari sistem era Soviet S-300.

"Kami menerima baru S-400 Triumph tahun ini sebagai bagian dari program modernisasi," kata Dronov kepada radio Ekho Moskvy.

Dia tidak mengatakan berapa banyak sistem rudal yang akan dikerahkan, tetapi Kepala Staf Angkatan Udara Mayor Jenderal Viktor Bondarev mengatakan pada pertengahan Maret, bahwa satu batalion S-400 saat ini sedang ditempatkan di Nakhodka [Rusia Timur Jauh], yang kedua akan berbasis di dekat Moskow, dan yang ketiga di kepala komando Angkatan udara dan Angkatan Pertahanan Udara.

Angkatan Bersenjata Rusia saat ini memiliki dua resimen S-400, keduanya dekat Moskow, dan resimen ketiga untuk digunakan di Armada Baltik.

Sistem rudal S-400 Triumph jarah jauh dan sedang permukaan-ke-udara efektif dapat melibat setiap sasaran udara, termasuk pesawat terbang, kendaraan udara tak berawak, dan rudal jelajah dan balistik sampai dengan 400 kilometer dan ketinggian sampai 30 kilometer.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan tidak ada rencana sejauh ini untuk mengekspor S-400.

Sistem rudal ini akan diproduksi hanya untuk Angkatan Bersenjata Rusia

Sumber : Jurnas

PT DI jalin kerja sama dengan NSI dan DS Perancis

BANDUNG-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terus menunjukkan geliat optimisme dengan melakukan sejumlah kerja sama strategis tahun ini. Kemarin, bertempat di Gedung Pusat Manajemen Lt 9 PTDI telah berlangsung penandatanganan kerja sama antar 3 (tiga) pihak, yakni PT DI,  Nusantara Secom Infotrch (NSI) dan Dassault Systemes (DS) Perancis.
 
Kerja sama masing-masing ditandatangani oleh Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, Excecutive Vice President Dasault Systemes Mr. Forestier dan Managing Director NSI, Reinhard Sitorus. Kerja sama yang disebut Kemitraan Kreasi ini menurut Budi Santoso memiliki tujuan jangka panjang untuk membangun pusat unggulan bersama di bidang pertahanan dan dirgantara.

“Apa yang disepakati ketiga perusahaan bukanlah terjadi tiba-tiba. Ketiga pihak sudah saling mengtahui dan memahami kapabilitas masing-masing,” kata Budi.  Baik dari sisi Sumber Daya Manusia, khususnya para insinyur (engineers) yang dimiliki, pengalaman dan fasilitas masing-masing.

Dalam rilis yang diterima bisnis-jabar, kerja sama ini PTDI yang memiliki bisnis utama pesawat terbang, berkomitmen untuk menyiapkan insinyur, tempat kerja, jaringan kerja dan proses bisnis (business process) untuk pengembangan dan sertifikasi. NSI yang sarat dengan pengalaman dan memiliki insinyur yang berkualitas (qualified) yang mampu menyiapkan perangkat lunak dan pelayanan.

NSI sendiri berkomitmen mendukung pusat rancang bangun, mengembangkan kemampuan staf serta membangun pusat pertahanan dan dirgantara bersama. Dan DS sebagai perusahaan terkemuka di Perancis merupakan inovator yang menginovasi para perancang (designer), insinyur, manajer marketing dengan revenue di atas 1700 billion Euro. Perusahaan ini berkomitmen menyiapkan solusi tingkat dunia serta mendukung kerjasama pusat pertahanan dan luar angkasa secara langsung.

Dengan pengalamannya DS telah mampu membuat “digital mock up” yang juga akan digunakan untuk pesawat prototype N 219 yang sedang dirancang bangun PTDI. Dengan demikian maka akan memudahkan para insinyur PTDI di engineering untuk menyelesaikan proses pembuatan rancang bangun pesawat N 219.

Sebagai salah satu bukti kemampuan para insinyur PTDI adalah telah lulusnya mereka dalam audit (assesment) yang dilakukan para insinyur Airbus. Pada saat ini para insinyur di PTDI sedang melakukan pekerjaan berupa paket kecil untuk pesawat A 350 sebagai pintu masuk untuk proyek berikutnya. Menurut Bagus Eko paket tersebut merupakan salah satu jalan untuk membuka peluang proyek-proyek berikutnya yang lebih besar.

Sementara itu Dirut PTDI, Budi Santoso mengatakan bahwa kerjasama ini sungguh membuat PT DI semakin bernilai di mata internasional dan ini akan berdampak besar bagi kelancaran rancang bangun dan produksi N219, pesawat tempur KFX/IFX dan program-program lainnya.

Sumber : BisnisJabar

Komisi I : Tak Perlu Khawatirkan UAV Amerika Di Australia

JAKARTA-(IDB) : Rencana Amerika Serikat untuk menggunakan Pulau Cocos, Australia, sebagai pangkalan pesawat-pesawat intai ditanggapi santai oleh TB Hasanuddin. Menutut Wakil Ketua Komisi I DPR, itu, langkah AS merupakan sesuatu yang tidak luar biasa.

"Biasa saja tidak apa-apa, ndak usah dipikirin," katanya saat dihubungi Jurnal Nasional, Jumat (30/03). Bagi dia selama itu masih di wilayah Australia dan bukan di wilayah Indonesia tidak akan menjadi masalah. "Ini aturan permainannya yah," katanya.

Bila suatu saat nanti ada yang masuk ke wilayah Indonesia, baru disebut melanggar integritas Indonesia. "Itu kan masih rencana untuk pangkalan pesawat pengintai berawak atau tidak pakai awak. Bila itu nanti terbang masuk wilayah kita itu baru pelanggaran, tapi kalau di luar wilayah kita tidak bisa," katanya menjelaskan.

TB Hasnuddin meluruskan pemberitaan selama ini yang mengatakan Indonesia telah melakukan protes terhadap wacana tersebut. "Saya sudah telpon (juru bicara Kemhan). Dia bilang diralat salah, itu pemberitaan di luar itu tidak benar menurut dia," katanya menjelaskan sikap Brigjen Hartind Asrin, Juru Bicara Kementrian Pertahanan RI yang dikutip oleh beberapa media asing.

"Kebetulan saya mempunyai pengalaman yang beginian, selama dia tidak masuk ke wilayah teritori kita selama itu juga kita akan tetap membiarkannya," katanya. Menurut dia, Indonesia tidak dalam posisi memprotes hal tersebut. Tidak pada tempatnya melakukan protes. Itu juga berlaku jika pesawat pengintai Indonesia lewat di pinggiran perbatasan.

"Negara lain juga tidak boleh mengganggu. Tapi kalau masuk ke wilayah, itu baru pelanggaran," katanya. Anggota DPR dari PDIP ini juga mengungkapkan bahwa bila rencana tersebut diwujudkan kelak, itu tidak menjadi ancaman bagi keamanan Indonesia.

"Wong kita juga melakukan (pengintaian) itu di pinggir-pinggir itu. Ibaratnya begini, anda lewat saya melihat saja. Selama anda tidak masuk pekarangan saya yah, ndak akan saya tegor kan begitu. Bahwa anda dari jarak jauh melihat gerak-gerik saya, yah sah-sah saja. Itu hukumnya begitu yah," katanya.

Sumber : Jurnas

Update : Kemenhan Bantah Kirim Surat Protes Ke Australia

JAKARTA-(IDB) : Juru Bicara Kementerian Pertahanan RI, Brigjen Hartind Asrin membantah pihaknya telah mengirim nota protes kepada pemerintah Australia terkait rencana Amerika Serikat yang ingin menjadikan Pulau Cocos di Australia sebagai pangkalan intai militer.

"Itukan dirilis sama Washington Post yah, kalau dalam posisi kita, yah itu wacana belum klir yah," katanya saat dihubungi Jurnal Nasional, Jumat (30/03).

Dia menambahkan, pihak Kementerian Pertahanan RI melihat itu sebagai urusan Australia dan Indonesia tidak dalam posisi mengatur wilayah orang lain.

"Kalau dari kaca matanya Kementerian Pertahanan yah kita tidak bisa, itu kan negara lain, wilayahnya Australia, jadi kalau itu di wilayah Australia ya Australia yang berwenang. Kita tidak ada kewenangan di sana," katanya menjelaskan.

"Cuma kalau nanti, kalau memang itu jadi, saat ini kita hanya meningkatkan kewaspadaan saja, monitoring saja. Jadi suatu saat bila itu jadi, kita punya teritotorial udara, kedaulatan udara ya kita jaga."

Walaupun rencananya Pulau Cocos akan dijadikan sebagai pangkalan mengintai Kepulauan Spratlly, Indonesia tidak akan membiarkan wilayah kedaulatan udaranya dilanggar suatu saat nanti. "Kalau ada yang melanggar yah kita intercept," katanya.

Dia mengatakan pihaknya tidak pernah mengirim nota apapun soal hal ini. Media asing dia nilai salah mengutip komentarnya. "Soal nota protes, itu kesalahan mereka, itu kesalahan kutip saja. Nggak ada. Jadi kalau minta kejelasan posisi pemerintah itu di Kemlu, Juru bicara Menteri Luar Negeri, karena itu hubungan diplomatik yah," katanya.

Menurutnya, pihaknya belum mengetahui secara pasti bentuk pangkalan yang akan dibangun di Pulau Cocos. "Kalau pangkalan militer itu yang di Darwin, ini beda lagi, makanya ini masih wacana, kita belum tahu pasti apa itu bentuknya," katanya.

Sumber : Jurnas

Libya Akan Mendapat 68 Mirage 2000 Eks-UEA

LONDON-(IDB) : Uni Emirat Arab (UEA) dikabarkan telah setuju mentransfer armada pesawat tempur Mirage 2000 miliknya kepada Libya. Sebagai pengganti armada Mirage itu, UEA akan membeli puluhan pesawat tempur Dassault Rafale baru buatan Perancis.

Demikian diungkapkan majalah pertahanan Jane's Defence Weekly (JDW) edisi 21 Maret 2012, yang diterima Kompas hari Jumat (30/3/2012) ini. JDW mengutip kabar yang beredar di media Arab, yang mendapat informasi tersebut dari para pejabat tinggi Libya.


Menurut laporan-laporan tersebut, Perancis turut terlibat dalam menjembatani perjanjian antara UEA dan Libya. Perancis berada di garis depan operasi militer udara NATO di Libya tahun lalu, yang menggulingkan rezim Moammar Khadafy.


Dalam kesepakatan itu, Libya disebutkan akan mendapatkan 68 unit pesawat Mirage 2000 eks AU UEA. Tidak disebutkan oleh JDW apakah transfer itu berupa hibah murni atau dalam bentuk perjanjian jual beli pesawat bekas, dan kapan serah terima pesawat akan mulai dilakukan.


Menurut catatan Jane's World Air Forces, UEA membeli sedikitnya 68 pesawat Mirage 2000 dari Perancis sejak 1989. Namun, saat ini hanya sekitar 59 unit yang masih dioperasikan.


Armada Mirage buatan pabrikan Dassault itu telah dimodernisasi, sehingga saat ini Angkatan Udara UEA mengoperasikan 43 unit versi Mirage 2000-9RAD yang berfungsi sebagai pesawat tempur multiperan, dan 16 unit versi Mirage 2000-9DAD yang berfungsi sebagai pesawat latih tempur.


Salah satu surat kabar di Libya mengabarkan, setelah menyerahkan armada Mirage-nya ke Libya, UEA kemudian akan membeli 65 unit pesawat Rafale buatan Dassault mulai 2014 nanti. Surat kabar Perancis La Tribune menambahkan pada Februari lalu, kontrak pembelian Rafale oleh UEA itu akan difinalisasi saat Presiden Perancis Nicolas Sarkozy berkunjung ke UEA bulan depan.


Libya sendiri sudah tak asing dengan pesawat buatan Perancis. Menurut catatan International Institute for Strategic Studies (IISS), angkatan udara negara itu memiliki beberapa skuadron Mirage F-1.

Sumber : Kompas

Jumat, Maret 30, 2012

Danpasmar-1 Lepas Keberangkatan Satgasmar Ambalat

SURABAYA-(IDB) : Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara melepas keberangkatan prajurit Korps Marinir yang tergabung dalam Satuan Tugas Marinir Ambalat XIV di lapangan Apel Yonif-5 Marinir, Ujung, Surabaya, Kamis, (29/3).

Dalam amanatnya didepan 130 prajurit, Komandan Pasmar-1 mengatakan sejak tujuh tahun yang lalu, Korps Marinir mendapat kepercayaan dan kehormatan dari TNI dan pemerintah RI untuk melaksanakan penugasan di Ambalat, Kalimantan Timur.


Satgas ambalat merupakan penugasan yang tidak ringan, lanjutnya, karena selain harus mengamankan areal blok Ambalat yang sedang diklaim oleh negara tetangga, juga sebagai Satgas aju TNI AL yang berada di blok Ambalat untuk siap digeser sebagai pasukan pertama yang akan menghadapi konflik dengan negara tetangga, sekaligus sebagai satuan barisan terdepan dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Untuk itu tugas ini perlu disiapkan serius, mulai dari personel dan materialnya, selain itu seluruh anggota satgas dituntut untuk memiliki mental, fisik, loyalitas dan pengabdian yang tinggi dengan didukung pengetahuan teknik, taktik, intelijen lawan, geografi dan demografi lokal sehingga setiap anggota satgas dapat mengerti dan memahami tugas pokok yang akan dilaksanakan di daerah penugasan. “Tugas ini penuh dengan tantangan dan resiko yang tinggi, selain harus siap 1x24 jam untuk digeser ke titik rawan, juga yang paling berbahaya adalah melawan kejenuhan dan pengendalian diri sendiri selama penugasan,” tegas orang nomor satu di jajaran Pasmar-1 itu.


Selain itu, Komandan Pasmar-1 juga mengharapkan agar seluruh anggota Satgasmar Ambalat XIV selalu menjaga stamina, mental kejuangan dan loyalitas agar kehormatan dan kepercayaan yang diberikan oleh negara dapat dilaksanakan dengan baik demi mengharumkan Korps Marinir, TNI AL, TNI, bangsa dan negara.


Yang tidak kalah pentingnya yaitu agar Satuan Tugas Ambalat XIV ini dapat bekerja sama dengan jajaran Satuan Tugas yang lain, seperti Polri, TNI dan masyarakat.


Dalam kesempatan tersebut Komandan Pasmar-1 memberikan beberapa hal yang harus dipedomani oleh seluruh anggota Satgasmar Ambalat XIV dalam melaksanakan penugasan antara lain agar menggunakan prosedur tetap (Protap) yang benar pada setiap gerakan dan kegiatan sehingga meminimalkan kerugian personel maupun material serta memahami dan menguasai pengetahuan tentang batas negara, UU imigrasi dan bea cukai dan konvensi Wina 1963.


Turut hadir dalam kesempatan itu Kepala Staf Pasmar-1 Kolonel Marinir Dedi Suhendar, Danbrigif-1 Mar Kolonel Marinir Amir Faisol, Danmenart-1 Mar Kolonel Marinir Markos, Danmenkav-1 Mar Kolonel Marinir Sarjito, Danmenbanpur-1 Mar Kolonel Marinir Nurri A. Jatmika, para Asisten Kaspasmar-1 dan pejabat teras dijajaran Pasmar-1.

Sumber : Kormar

Satkopaska Koarmatim Latihan Tempur Di Guam (AS)

SURABAYA-(IDB) : Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim mengikuti latihan tempur dengan US. Navy SEALs dengan sandi Flash Iron 12-02, di Guam Amerika Serikat, sebuah pulau yang berada di Samudera Pasifik. 

Satkopaska Koarmatim yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Latma Flash Iron 12-01 JCET (Joint Combine Exercise Training), diberangkatkan oleh Pangarmabar Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan di Lapangan Arafuru Mako Koarmabar, Jalan Gunung Sahari Jakarta Pusat, belum lama ini, Kamis (22/03).

Satkopaska Koarmatim menerjunkan satu tim pasukan terdiri dari 12 personel yang dipimpin langsung oleh Komandan Satuan (Dansat) Kopaska Koarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Katiandagho. Selanjutnya Tim Satkopaska Koarmatim bergabung dengan Tim dari Satkopaska Koarmabar bersama-sama dalam satgas Latma Flas Iron 12-01 di markas Naval Special Warfare Unit (NSWU)-1 Guam (AS). Rencananya Latma Flash Iron 12-01 dilaksanakan selama 23 hari mulai tanggal 24 Maret sampai 16 April 2012 di Guam (AS).

Materi latihan meliputi beberapa aspek pertempuran diantaranya penerjunan udara (Military Free Fall), pertempuran diruang tertutup (Close quarters combat), peperangan laut menggunakan kedaraan air cepat (Maritime Craft Areal Delivery System), penyelam tempur (Combat Diving) dan manufer lapangan (Final Training Exercise). Bertindak sebagai Dansatgas Flash Iron 12-01 JCET Kolonel Laut (P) R. Eko Suyatno yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Dansatkopaska Koarmabar.

Latihan bersama Flash Iron merupakan program latihan yang rutin dilaksanakan oleh Kopaska TNI Angkatan Laut dan US Navy SEALs dua kali dalam setahun. Penyelenggaraan latihan tersebut merupakan wujud kerja sama antara Indonesia dan Amerika Serikat khususnya dalam bidang militer.

Gladi tempur antara Kopaska TNI AL dan US. Navy SEALs bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapsiagaan Satkopaska tentang doktrin taktis dan teknis peperangan laut khusus (Naval Special Warfare). Dari latihan bersama tersebut diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas serta kerjasama Kopaska TNI Angkatan Laut dan US Navy Seals. Selain itu juga untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara yang selama ini telah terjalin dengan baik. 

Sumber : Koarmatim

Pangarmatim Tinjau Glagaspur III di Puslatlekdalsen

SURABAYA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kwasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum meninjau Tactical Game (simulasi peperangan di laut) Gladi Tugas Tempur (Glagaspur) Tingkat III (L3) di ASTT Pusat Latihan Elektronika dan Pengendalian Senjata (Puslatlekdalsen) Kobangdikal, Kamis (29/3). Turut mendampingi, Asops Pangarmatim, para Komandan Satuan Kapal dan Komandan Unsur yang terlibat dalam latihan ini.

Latihan yang direncanakan mulai tanggal 2 April hingga 6 April mendatang tersebut, akan melibatkan 13 kapal perang dari berbagai jenis dan type. Disamping unsur laut, juga melibatkan pesawat Cassa dan dua buah helikopter jenis Bolko. Dalam latihan ini, bertindak sebagai Komandan Satuan Tugas (Satgas) Kolonel Laut (P) Yudo Margono, yang sehari-hari menjabat Komandan Satuan Kapal Eskorta Koarmatim.

Dikatakan Pangarmatim, bahwa latihan ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme prajurit matra laut dalam mengawaki dan menggunakan peralatan tempur. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai, yaitu agar setiap prajurit mampu melaksanakan peperangan dan pertahanan dalam tugas tempur laut yang meliputi peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan air, Pertahanan Udara, prosedur komunikasi taktis, dan pembekalan di laut.

“Disamping itu, para prajurit Koarmatim diharapkan mampu melaksanakan peperangan dengan melibatkan beberapa unsur udara dalam formasi tugas tempur laut serta mampu mengaplikasikan pelajaran teori kepelautan serta pengenalan doktrin-doktrin peperangan laut,”tegas Pangarmatim.

Sementara itu, daerah latihan meliputi Pangkalan Surabaya, Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), Laut Jawa, Pulau Gundul, kemudian kembali ke Pangkalan Surabaya.

Sumber : Koarmatim

Wamenhan Periksa Pesawat Hercules Usai Perawatan Di USA


wamenhan-sub

JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Syamsoedin beserta rombongan didampingi Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI A. Adang Supriyadi, SE; melakukan pengecekan langsung  pesawat  Hercules C-130 A-1323, di Skadron Udara 31 Wing 1 Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, yang belum lama ini tiba kembali di Indonesia setelah menjalani perawatan total di Oklahoma, Amerika Serikat.
 
Pesawat Hercules tersebut tiba kembali di Indonesia pada tanggal 17 Februari 2012 yang diawaki langsung oleh Komandan Skadron Udara 31 Letkol Pnb Eko Sudjatmiko selaku Captain-Pilot bersama tujuh belas awak pesawat dari TNI Angkatan Udara. Didukung oleh empat personel dari pihak  ARINC,  AS.

Pesawat tersebut diserahkan secara resmi pada  hari Jumat (24/2) dari Pemerintah Amerika yang diwakili Duta Besar AS untuk RI Mr. Scot Marciel kepada pemerintah Indonesia dalam hal ini diwakili oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi, di Ruang VIP Suma 2 Base-Ops Lanud Halim Perdanakusuma.

Sumber : Poskota

Serbia Ingin Perdalam Kerjasama Industri Pertahanan Dengan Indonesia

M-84 MBT Serbia
JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Kamis (29/3), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Serbia untuk Indonesia HE Jovan Jovanovic, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Kunjungannya kali ini adalah untuk menindaklanjuti MoU antara Kemhan RI dan Serbia dalam bidang Pertahanan yang telah ditandatangani antara kedua Menteri Pertahanan tahun lalu.
 
Wamenhan menjelaskan bahwa untuk menindaklanjuti MoU kerjasama pertahanan kedua negara, perlu diadakan pertemuan Kementerian Pertahanan kedua negara untuk melihat kemungkinan aktifitas kerjasama apa saja yang dapat dilakukan, dikembangkan dan aktifitas kerjasama lainnya yang masih dalam koridor pertahanan. Sedangkan mengenai tawaran pengadaan alutsista produksi Serbia, Wamenhan menyerahkan kebutuhan tersebut kepada pengguna dalam hal ini TNI AD.

Sementara itu Dubes Jovan Jovanovic mengatakan bahwa kerjasama yang ingin diperdalam adalah dalam bidang industri pertahanan yang selama ini sudah terjalin sejak tahun 2004. Terutama alutsista yang digunakan oleh TNI AD khususnya artileri. Dubes Serbia juga berharap kerjasama pertahanan kedua negara ditingkatkan dalam bidang pertukaran pendidikan antara perwira terutama bagi yang bertugas di bidang kesehatan.

Saat menerima kunjungan kehormatan Dubes Serbia untuk Indonesia, Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin didampingi Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin dan Direktur Kerjasama Internasional Ditjen Strategi Pertahanan Kemhan Brigjen TNI Jan Pieter Ate M.Bus.

Sumber : DMC

TNI AU Laksanakan Patroli Terkoordinasi " Petir Malindo/12 "

MEDAN-(IDB) : Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas III) Medan, gelar Operasi Pertahanan Udara (Hanud) bersama dengan National Air Difence Operation Centre (NADOC) Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) dengan sandi “Petir Malindo/12”, dilaksanakan mulai tanggal 28-29 Maret 2012 dan sebagai Home Base Lanud Medan, Sumatera Utara dan Butterworth, Malaysia.

Kolenel Pnb Yuyu Sutisna, SE., selaku Panglima Kosekhanudnas III mengatakan Operasi Hanud Petir Malindo ini bersifat operasi sepanjang tahun, dengan tujuan agar didapati kesamaan pengertian dan cara bertindak dalam melaksanakan Operasi Hanud dengan dasar kesepakatan kerja sama kedua negara dalam pertahanan udara, dengan mengadakan patroli terkoordinasi (Patkor) terhadap sasaran tidak dikenal di wilayah udara perbatasan kedua negara khususnya di atas wilayah Selat Malaka.


Unsur-unsur kesiapan pendukung dalam tercapainya operasi latihan Petir Malindo 12, melibatkan kesatuan Kosekhanudnas III Medan dengan Sektor Operation Center (SOC) I Butterworth, dan unsur Hanud
satu flight pesawat tempur sergap Hawk 100/200 dari Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru, satuan radar (Satrad) jajaran Kosekhanudnas III, Helikopter Colibri sebagai SAR dari kompi A dan kompi B dari Paskhas dan pendukung angkutan pesawat C-130 Hercules serta Lanud Medan sebagai pusat Operasi Patroli Pertahanan Udara terkoordinasi.
 
Patroli Hanud terkoordinasi dengan sandi Petir Malindo/12 sasaran yang akan dicapai antara lain, melaksanakan pertukaran informasi situasi udara diwilayah udara Selat Malaka, pengamatan udara dengan mengoperasikan satuan radar dibawah jajaran Kosekhanudnas III, Pengendalian Operasi Hanud Terkoordinasi Petir Malindo/12.

Latihan Hanud Petir Malindo 12, merupakan pelaksanaan program kerja, guna menghadapi kontijensi permasalahan yang mungkin timbul di wilayah perbatasan kedua negara Malaysia dan Indonesia pada masa ke depan, dengan
saling memberikan atau tukar informasi atas pengindraan wilayah udara antara Posek III Medan dengan SOC I Butterworth, dalam pelaksanaan patroli udara terkoordinasi.

Disamping itu, guna menjaga hubungan kerja sama yang selama ini telah terbina dengan baik dan untuk meningkatkan kemampuan personel dalam kesiapan operasi Hanud Terkoordinasi. 

Sumber : TNI AU

Koarmatim Siapkan Atlet Menembak

SURABAYA-(IDB) : Untuk meraih prestasi cabang olah raga menembak, personel Koarmatim melaksanakan latihan menembak di Lapangan Tembak Koarmatim Ujung Surabaya, Selasa (27/03). Latihan menembak menggunakan beberapa jenis senjata yaitu senjata laras panjang jenis SS-2 V1, AK-47, M-16 dan senjata laras pendek jenis Pistol G-2 Pindad serta Pistol Sigsawer

Ada 12 atlet menembak yang mengikuti latihan menembak Pistol terdiri dari 4 orang berpangkat Perwira Menengah (Pamen), 3 Pama, 4 Bintara dan 1 Kowal.

Latihan meliputi dua teknik, yaitu menembak Slow dan Rapid dengan jarak 20 meter menggunakan senjata jenis Pistol Sigsawer.  Waktu yang digunakan untuk menembak Slow adalah 3 menit dengan amonisi sebanyak 10 butir. Sedangkan menembak Rapid, waktu yang digunakan  62 detik dengan amonisi 10 butir. Para atlet dituntut untuk membidik sasaran dengan cepat dan tepat sesuai perhitungan waktu yang telah ditentukan. Selain itu mereka harus dapat menjatuhkan target berupa plat baja yang ada dihadapan mereka.

Dalam melaksanakan latihan tersebut, atlet menembak Koarmatim didampingi  pelatih Pelda Mes Puji Santoso yang sehari-hari berdinas di Staf Operasi (Sops) Detasemen Markas Koamndo (Denmako) Koarmatim. Rencananya ke-12 atlet tersebut akan mewakili Koarmatim dalam iven perlombaan menembak Pistol Slow dan Rapid antar Koatama TNI AL di Kodikmar Surabaya tanggal 12 April 2012 yang akan datang. Perlombaan tersebut akan digelar oleh Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal) dalam rangka memperingati Hari Pendidikan TNI AL yang ke-66.

Latihan menembak di Koarmatim bukan hanya untuk tujuan olah raga saja, namun salah satu latihan latihan tempur yang wajib diikuti oleh personel militer mulai dari perwira, bintara dan tamtama. Bagi personel yang berpangkat bintara dan tamtama menggunakan senjata laras panjang, sedangkan untuk perwira menggunakn senjata laras pendek (Pistol). Pagi itu, sebanyak 69 personel dari Satuan Kapal Selam (Satsel) dan Satuan Kapal Patroli (Satrol) Koarmatim melaksanakan latihan menembak menggukan senjata organik kapal, yaitu AK-47 dan M-16.

Meskipun sudah mahir menggunakan senjata organik tersebut, prajurit Koarmatim tetap memperhatikan dan melaksanakan setiap tahapan yang harus dilaksanakan dalam menembak. Untuk menembak dengan senjata laras panjang berjarak 100 meter menggunkan amonisi kaliber 5,56mm dan kaliber 7,62mm. Kemampuan tempur prajurit Koarmatim diuji dengan tiga posisi menembak, yaitu posisi berdiri, jongkok dan tiarap.

Ditempat yang sama, dua personel Satuan Koamndo Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim juga mengikuti latihan yang sama. Namun mereka menggunakan senjata tambahan yaitu jenis (ArcticWarfare) AW kaliber 7,62mm. Senjata tersebut merupakan senapan yang digunakan untuk penembak jitu (Sniper) yang memilki jangkauan hingga 3 kilo meter. Keberadaan penembak jitu atau sniper di lingkungan Kopaska sangat dibutuhkan. Hal itu diperlukan guna mendukung tugas yang diemban Satkopaska Koarmatim dalam menyelenggarakan peperangan laut khusus.

Sumber : Koarmatim

Kemhan : Drone AS Bukan Ancaman

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Indonesia tidak mempermasalahkan rencana penempatan pesawat pengintai jarak jauh (drone) Amerika Serikat di Australia. Penambahan kekuatan militer itu dinilai bukan ancaman bagi kedaulatan Indonesia.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin menegaskan, penempatan drone AS di Kepulauan Cocos, Australia, tidak berpengaruh pada Indonesia. Meski secara jarak berdekatan, hal tersebut bukan berarti kedaulatan bangsa terancam. ”Itu merupakan keputusan diplomatik antara Australia dan AS. Karena berada di luar wilayah RI, tentu bukan hak kita untuk campur tangan.

Tidak ada pengaruhnya itu,” kata Asrin di Jakarta kemarin Rencana penambahan kekuatan militer AS di Australia bukan sekali terjadi.Sebelumnya negara adidaya itu berencana menempatkan personel marinir di Darwin.Ketika itu, Indonesia juga merespons dengan menyatakan rencana tersebut bukan sebuah ancaman bagi kedaulatan RI. Kendati demikian,Asrin sepakat perlu ada peningkatan kekuatan intelijen untuk mengantisipasi segala kemungkinan.

”Itu memang demikian. Intelijen harus selalu waspada,”sebut dia. Australia merespons positif rencana AS menggunakan Kepulauan Cocos sebagai pangkalan militer.Menurut Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith,Kepulauan Cocos merupakan opsi jangka panjang dalam kedekatan Washington dan Canberra. “Tapi,Cocos bukan tempat ideal saat ini. Kita akan melakukan beberapa hal seperti peningkatan fasilitas dan infrastruktur, khususnya lapangan terbang,”ujarnya kepada ABC.

Menurut dia, biaya pembangunan fasilitas itu menelan anggaran sekitar 75 juta—100 juta dolar Australia (Rp689,43—919,24 miliar). Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mengingatkan intelijen untuk lebih waspada dan mengantisipasi kemungkinan adanya ancaman dari luar. Sebab, dengan Australia mengizinkan AS menggunakan wilayahnya untuk pengoperasian drone, posisi Indonesia semakin terawasi oleh negara Paman Sam itu. ”Pengintaiannya memang menggunakan sistem penginderaan jarak jauh, jadi kita sulit memprotesnya.

Tapi,jauh sebelum inipun AS sudah melakukan pengintaian melalui satelit angkasa,” kata Hasanuddin di Gedung DPR. Menurut dia, selama peralatan tersebut terpasang di luar wilayah teritorial Indonesia, tak ada aturan yang dilanggar. ”Dan ini bukan masalah. Hanya kita menjadi terbuka diawasi mereka,”ujarnya. Australia mengklaim, penambahan kekuatan militer AS adalah bagian misi perdamaian.

Namun oleh banyak kalangan langkah itu dianggap sebagai upaya nyata meningkatkan kehadiran AS di Asia Pasifik. Dipastikan, upaya itu membuat khawatir China. Peneliti dari Akademi Ilmu Sosial di China Fan Jishe mengungkapkan, cukup sulit memprediksi rencana AS untuk memantau Laut China Selatan dengan pesawat tanpa awak. Padahal,pangkalan AS di Guam telah melaksanakan peran pemantauan itu.

“Apalagi, China juga tidak ingin terlibat dalam konfrontasi militer di wilayah ini.Posisi Australia sangat sulit karena sebagai sekutu utama AS dan mitra dagang terbesar China,” kata Jishe dikutip People Daily,kemarin. Dalam pandangan Fu Mengzi,peneliti hubungan ASChina di Institut Kajian Hubungan Internasional Kontemporer, peningkatan jumlah militer AS tidak menguntungkan bagi perdamaian. Untuk saat itu, kata dia, tidak ada ketegangan di antara kekuatan besar di Asia Pasifik. 

Sumber : Sindo

Indonesia Protes Pangkalan AS di Pulau Cocos

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Indonesia mengirim nota protes kepada Pemerintah Australia dan Amerika Serikat serta meminta penjelasan tentang rencana pembangunan pangkalan militer AS di Australia.

Pangkalan militer AS yang akan dibangun kabarnya akan ditempatkan di Pulau Cocos, yang hanya berjarak sekitar 3.000 kilometer sebelah barat daya Jakarta.

Menurut rencana, Amerika Serikat akan menempatkan pesawat-pesawat intai tak berawak di pangkalan itu.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Hartind Asrin mengatakan, untuk menghindari kesalahpahaman, sebaiknya Pemerintah Australia dan AS segera menjelaskan tujuan pembangunan pangkalan itu.

"Secara prinsip Indonesia tidak memiliki wewenang untuk ikut campur dalam rencana mereka. Namun, kami meminta mereka menjelaskan tujuan menempatkan pesawat tak berawak dekat wilayah Indonesia," kata Asrin seperti dikutip Reuters.

Asrin menambahkan, upaya untuk memperjelas masalah ini didasarkan pada keinginan menjaga hubungan baik dan rasa saling percaya antara Indonesia, Australia, dan AS.

"Tujuan utama kami adalah menghindarkan adanya salah paham dan salah kalkulasi di lapangan," ujar dia.

Sebelumnya, Rabu (28/3/2012), Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith mengatakan, kemungkinan AS menggunakan Pulau Cocos yang terpencil sebagai pangkalan militer AS.

Namun, rencana ini tidak menjadi perhatian utama dan tidak menjadi bagian rencana besar penguatan hubungan militer antara Canberra dan Washington.

"Kami menilai Cocos sebagai lokasi yang bernilai strategis untuk jangka panjang," kata Smith.

Sementara itu, harian The Washington Post menyatakan, Amerika Serikat tertarik menggunakan Pulau Cocos sebagai pangkalan pesawat-pesawat intai dalam melakukan pengawasan di Kepulauan Spratly yang diperebutkan sejumlah negara.

Menurut Washington Post, Amerika Serikat menilai Pulau Cocos tak hanya ideal untuk pangkalan pesawat-pesawat tempur berawak, tetapi juga untuk pesawat-pesawat tak berawak yang dikenal dengan nama Global Hawk.

Apalagi, Angkatan Laut AS kini tengah mengembangkan Global Hawk model terbaru yang disebut pesawat intai kawasan maritim luas (BAMS) yang dijadwalkan beroperasi pada 2015.

Keuntungan AS

Kementerian Pertahanan Indonesia belum menganggap pesawat-pesawat intai itu merupakan ancaman bagi keamanan Indonesia.

"Namun, jika kami mendapati satu pesawat itu memasuki wilayah Indonesia tanpa izin, angkatan udara kami akan melakukan pencegatan," tutur Asrin.

Namun, pengamat masalah militer dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, mengatakan, Amerika Serikat sudah merencanakan penguatan pengaruh mereka di Asia Pasifik sejak lama.

Itulah sebabnya Amerika Serikat mendirikan pangkalan-pangkalan militer di Guam, Darwin, dan Singapura.

"Tak bisa dihindari lagi wilayah Indonesia akan dimasuki karena pesawat-pesawat pengintai AS ini sangat sulit dilacak dan mereka memiliki kemampuan melakukan pengintaian tanpa henti," kata Andi.

Dia menambahkan, AS memiliki keuntungan hukum jika suatu saat mereka melintasi wilayah Indonesia karena Indonesia belum meratifikasi Konvensi PBB tahun 1982 tentang Hukum Laut (UNCLOS).

Kondisi ini memungkinkan AS menembus wilayah abu-abu Indonesia, seperti Kepulauan Natuna, yang berdekatan dengan lokasi Kepulauan Spratly. 

Sumber : Kompas

Polandia Ingin Ganti 250 Armada Heli Era Soviet

WARSAWA-(IDB) : Pemerintah Polandia mengumumkan pembukaan tender pengadaan 26 helikopter multifungsi untuk angkatan bersenjatanya, Kamis (29/3/2012). Tender-tender serupa akan terus dibuka dalam beberapa tahun mendatang, guna meremajakan armada helikopter negara tersebut.

"Tender itu dibuka hari ini," tutur Menteri Pertahanan Polandia, Tomasz Siemoniak.
Menurut Siemoniak, tender ini adalah langkah pertama bagi tentara Polandia untuk mengganti total 250 unit helikopter dari era Uni Soviet. Polandia adalah bekas negara komunis Blok Timur pada era Perang Dingin, yang kemudian bergabung dengan NATO pada 1999 dan dengan Uni Eropa pada 2004.
Tender pengadaan 26 helikopter tentara ini diperkirakan bernilai sekitar 480 juta dollar AS-960 juta dollar AS (Rp 4,4 triliun-Rp 8,8 triliun). Media setempat memberitakan, pihak angkatan bersenjata Polandia menginginkan heli-heli baru itu dibuat di Polandia sendiri.
Dua produsen heli ternama yang diduga kuat akan menjadi favorit pemenang tender adalah perusahaan patungan Inggris-Italia, AgustaWestland, dan pabrikan heli asal AS, Sikorsky Aircraft. Kedua perusahaan itu sudah memiliki fasilitas produksi helikopter di Polandia.
AgustaWestland dua tahun lalu membeli perusahaan produsen heli asal Polandia, PZL Swidnik, yang selama ini memproduksi helikopter W-3 Sokol. Heli tersebut dipakai luas di Polandia untuk misi SAR, pemadam kebakaran, transportasi sipil, dan keperluan militer. Sokol juga telah diekspor ke Republik Ceko, Filipina, dan Korea Selatan.
AgustaWestland berencana memproduksi heli-heli rancangannya, yakni AW 109, AW 119, dan AW 139 di fasilitas produksi PZL Swidnik di bagian selatan Polandia. Selain itu, perusahaan tersebut juga akan memproduksi suku cadang untuk heli model AW 101.
Sementara itu, Sikorsky juga telah memulai produksi versi baru heli Black Hawk S70i, yang akan dijual khusus untuk pasar heli militer di luar AS, di pabrik PZL Mielec. Perusahaan dirgantara Polandia itu diakuisisi Sikorsky sejak 2007. 

Sumber : Kompas

DPR Mengakui Tidak Mempunyai Kapasitas Teknik Pengadaan Alutsista

JAKARTA-(IDB) : Komisi I DPR tidak mempunyai kapasitas yang memadai untuk mampu mengawasi pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista).

Hal itu diutarakan oleh anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Helmi Fauzi, dalam diskusi di kantor Human Right Working Group (HRWG) di Jakarta, Rabu (28/3).


"Jika membahas sampai detail spesifikasinya, kita memang tidak punya kapasitas. Kualitas anggota DPR menyangkut hal-hal yang teknis itu ada keterbatasan. Siapa pun anggota DPR-nya tidak mungkin mampu untuk benar-benar paham. Misalnya pesawat F16, itu ada blok-bloknya dan spesifikasi khusus. Mustahil paham jika bukan benar-benar ahlinya," kata Helmi.


Selain itu, Helmi juga mengatakan Komisi I sering kali hanya dijadikan 'tukang cap stempel' oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dalam pengadaan alutsista.


"Kita sering dikejutkan ketika Kemenhan datang dengan kontrak yang ternyata sudah ditandatangani. Padahal dibahas saja belum. Kita tidak pernah diikutkan dari awal," katanya lagi.


Seperti diketahui, beberapa hari lalu Komisi I membahas proses pengadaan alutsista dengan Kemenhan, khususnya untuk pengadaan enam unit Sukhoi. Rapat kerja terkesan tidak komprehensif dan anggota DPR hanya mengulang-ulang pertanyaan yang telah ditanyakan sebelumnya. Kemenhan pun menolak membuka performance invoice pengadaan sukhoi atas dasar kerahasiaan negara.


"Hal-hal teknis terkait pengawasan menjadi sangat rumit karena tidak semua orang paham. Kemenhan pun tidak mau membuka kontrak. Yang bisa kita lakukan hanya menyesuaikan proses pengadaan sesuai dengan renstra (rencana strategi), postur dan proyeksi keamanan kita," tandasnya. 

Sumber : MediaIndonesia

Biaya Total F-35 Bisa Mencapai 1,45 Triliun Dollar AS

WASHINGTON DC-(IDB) : Departemen Pertahanan AS memperkirakan biaya total untuk pengembangan, pembelian, dan operasi pesawat tempur F-35 Lightning II akan mencapai 1,45 triliun dollar AS (Rp 13,26 kuadriliun) pada periode hingga 50 tahun ke depan. Ini adalah perkiraan biaya terbaru dari proyek pengembangan senjata termahal dalam sejarah Pentagon tersebut.

Dokumen perkiraan biaya terbaru, yang dikeluarkan kantor Evaluasi Program Penaksiran Biaya (CAPE) Pentagon, ini, diperoleh kantor berita Reuters, Rabu (28/3/2012) waktu Washington DC. Dokumen tersebut menurut rencana akan diserahkan ke Kongres AS hari Kamis (29/3/2012) ini.

Menurut dokumen CAPE tersebut, rincian biaya tersebut meliputi biaya operasional dan perawatan sebesar 1,11 triliun dollar AS dan biaya pengembangan dan pembelian yang mencapai 332 miliar dollar AS. Semuanya dihitung dengan memasukkan proyeksi laju inflasi di AS untuk 50 tahun ke depan.

Komponen inflasi tersebut mencapai sepertiga dari jumlah total biaya. Namun, para pejabat militer dan eksekutif industri pertahanan menyatakan, hampir tidak mungkin memprediksi laju inflasi hingga lebih dari setengah abad ke depan.

Perkiraan biaya terbaru F-35 tersebut menggambarkan kerumitan program Joint Strike Figter (JSF) untuk pengembangan pesawat tempur generasi kelima tersebut. Selama ini, program JSF sudah dihadapkan pada berbagai masalah teknis dan pembengkakan biaya, yang berujung pada penundaan produksi dan ancaman pembatalan pesanan, bahkan dari negara-negara mitra program tersebut.

Pekan lalu, Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS sudah memperkirakan biaya pengembangan dan pembelian pesawat tersebut untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Bersenjata AS mencapai 397 miliar dollar AS, atau naik 15 miliar dollar AS dari perkiraan sebelumnya sebesar 382 miliar dollar AS.

Bisa lebih tinggi

Pentagon berencana membeli 2.443 unit F-35 dalam tiga varian untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Udara (menggantikan armada F-16 Fighting Falcon dan A-10 Thunderbolt II), Angkatan Laut (menggantikan armada F/A-18A, B, C, dan D), dan Korps Marinir (menggantikan armada AV8-B Harrier II).

Namun, Dephan AS tersebut sudah menyatakan akan menunda pemesanan 179 unit pesawat berkemampuan stealth itu untuk lima tahun ke depan, guna menghemat anggaran pertahanan AS sebesar 15,1 miliar dollar AS.

Penundaan pembelian itu juga untuk menghindari biaya perbaikan yang lebih besar apabila hasil uji coba pesawat tersebut tidak memenuhi harapan. Saat ini, uji coba F-35 baru selesai sekitar 20 persen.

Dengan perkiraan biaya terbaru ini, harga per unit F-35 menjadi 135 juta dollar AS (Rp 1,24 triliun) ditambah harga mesin buatan Pratt & Whitney sebesar 26 juta dollar AS (Rp238,3 miliar) untuk satu unit pesawat.

Pengamat militer Winslow Wheeler memprediksi, biaya sesungguhnya untuk mengembangkan, mengoperasikan, dan perawatan F-35 bisa lebih tinggi dari perkiraan terbaru Pentagon ini, mengingat kerumitan program pengembangan pesawat tersebut. F-35 dirancang untuk menggantikan fungsi dan peran sedikitnya tujuh pesawat tempur dengan berbagai spesifikasi dan misi berbeda yang sebelumnya diandalkan militer AS dan sekutu-sekutunya.

Sebaliknya, pihak Lockheed Martin, sebagai kontraktor utama JSF, masih optimistis bahwa pada akhirnya, biaya perawatan dan operasional F-35 bisa setara atau malah lebih kecil daripada biaya tujuh pesawat yang akan digantikannya.

Selain AS, ada delapan negara mitra JSF yang sudah berkomitmen membeli dan mengoperasikan F-35, yakni Kanada, Inggris, Belanda, Denmark, Norwegia, Turki, Italia, dan Australia. Namun, jumlah pesanan mereka sudah turun, dari awalnya 730 unit menjadi 697 unit.

Tiga negara lain yang juga berniat membeli pesawat ini adalah Israel, Singapura dan Jepang. 

Sumber : Kompas

Kamis, Maret 29, 2012

Menhan Bantah Ada Anggaran Ganda Pembelian Sukhoi

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro membantah adanya anggaran ganda dalam pembelian Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) pesawat tempur Sukhoi jenis jenis 30-MK2 sebanyak enam unit.

"Tidak ada itu. Tidak ada double anggaran. Yang mengaitkan itu mbok ya dicek dahulu anggaran yang mana," tutur Purnomo singkat usai mengikuti Rapat Paripurna Tingkat Menteri (RPTM) yang digelar di Kantor Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (29/3/2012).


Menurut Purnomo, tidak ada permasalahan dalam pembelian teknis karena sudah dilakukan secara bertahap dengan membangun sistem dimulai dari Kementrian-kementrian teknis lalu diajukan kepada Kementrian Keuangan baru kemudian dibahas di Panitia Anggaran DPR.


Atas dasar itu, Purnomo menegaskan anggaran pembelian Sukhoi tidak hanya menyangkut satu Kementerian tapi melibatkan institusi yang besar untuk proses APBN.


"Jadi, yang menuduh itu mestinya melihat dululah sistem yang kami bangun baru bicara," tandas Purnomo.


Sebelumnya, Indonesia Corruption Watch (ICW) mengendus adanya anggaran ganda dalam pengadaan enam unit Sukhoi.


Menurut ICW, pemerintah telah menganggarkan simulator Sukhoi pada sumber anggaran yang berbeda serta harga yang berbeda. Untuk sumber dari APBN-P pemerintah menganggarkan Rp. 376.270.050, sedangkan untuk sumber sumber dari alokasi state credit Rusia berjumlah US Dollar 45 Ribu sehingga ada perbedaan jumlah.

Sumber : TribunNews

Unifil Kunjungi TNI di Lebanon Terkait Keadaan Darurat

LEBANON-(IDB) : Staf Unifil melakukan kunjungan di Markas Satgas POM TNI Sector East Military Police Unit (Sempu) UN Posn 7-3 Marjayoun, Lebanon, Rabu (28/3/2012). Demikian isi rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com, Kamis (29/3/2012).
 
Kunjungan ini dipimpin oleh Bidang Latihan (G-5) AOR (Area Of Responsibility) Sektor Timur UNIFIL (United Nation Interim Force In Lebanon) yang dipimpin Letkol Lazaravic (Serbia) didampingi Mayor Katorte (India) dan diterima oleh Wadan Satgas POM TNI Kontingen Garuda (Konga) XXV-D/Unifil, Mayor Laut (PM) Wahyu Dwi Sulistyo, S.T. didampingi Kapten Cpm Irawan Widianto, M.B.A (Pasi Pers), Kapten (PM) Rus Indarto (Danton MP), Kapten Pom I Gede Eka S. (Pasi Info), Kapten Pom Made Oka (FSU), Kapten Laut (PM) Aang Iskandar dan Danki B Indobatt.

Maksud dan kunjungan staf G-5 Unifil tersebut, untuk mengadakan koordinasi tentang rencana latihan pengamanan dan evakuasi personel militer dan sipil apabila terjadi contigency planning (keadaan darurat) serta melihat sarana/prasarana pengamanan/evakuasi yang berada di UN Pos 7-3 dilanjutkan melihat kondisi shelter/bunker yang berada di Markas Satgas POM TNI.

Latihan yang direncanakan pada tanggal 5 Mei 2012 tersebut, akan melibatkan personel yang berada di UN Posn 7-2 (Seceast Headquarter, Spanbatt, Chinmed) dan UN Posn 7-3 (Sempu, Cambodian Engenering, Kompi B Indobatt), sekitar 200 orang.

Menurut Wadan Satgas POM TNI Mayor Laut (PM) Wahyu Dwi Sulistyo, S.T., latihan yang akan dilaksanakan ini sangat bermanfaat bagi seluruh personel dalam menghadapi situasi terburuk yang mungkin terjadi di daerah operasi serta melatih kesiapan UN Posn 7-3 dalam hal ini Satgas POM TNI dan Kompi B Indobatt dalam menerima personel militer/sipil untuk diberikan perlindungan ataupun evakuasi sementara apabila dalam keadaan darurat.

Sumber : TribunNews

AS Akan Bangun Tameng Anti Rudal di Asia

Fasilitas yang sama pernah dibangun di Eropa, mengundang amarah Rusia.
SEOUL-(IDB) : Pejabat Pentagon mulai menjajaki beberapa pemimpin militer di Asia terkait rencana Amerika Serikat membangun tameng anti rudal di kawasan. Tameng serupa sebelumnya telah dibangun di Eropa, untuk menghadapi ancaman dari Iran dan Korea Utara.

Asisten menteri pertahanan AS untuk urusan strategi global, Madelyn Creedon, mengatakan bahwa Pentagon telah melakukan dua pertemuan trilateral, masing-masing dengan Jepang dan Australia, dan Jepang dengan Korea Selatan.

Dikutip Reuters, Senin 26 Maret 2012, Creedon mengatakan, tameng anti rudal balistik yang akan dibangun di Asia bertujuan untuk menangkis serangan rudal jarak jauh dari Iran dan Korut yang diarahkan ke AS. Baik Iran dan Korut diyakini AS juga tengah mengembangkan senjata nuklir.

Tameng ini berfungsi untuk melacak serangan dan mengintersepsi rudal dengan menghancurkannya di udara. Fasilitas ini sebelumnya dibangun AS dan NATO di wilayah Eropa, di antaranya di Polandia, Romania, Turki dan Spanyol.

Akibat pembangunan tameng anti rudal Eropa, Rusia meradang. Pemerintahan Vladimir Putin meminta jaminan tertulis bahwa fasilitas itu tidak akan digunakan untuk menyerang instalasi nuklir Rusia. Putin bahkan mengancam akan menghancurkan tameng AS jika tidak adanya jaminan tersebut.

Mantan pejabat militer senior dan penasihat rudal AS, Riki Ellison, mengatakan bahwa rencana pembangunan tameng di Asia diperkirakan akan ditentang keras oleh China, rival AS di kawasan. Kedua negara sempat terlibat ketegangan menyusul dukungan AS terhadap beberapa negara di Asia yang terlibat sengketa Laut China Selatan. Selain di Asia, AS juga berencana membangun fasilitas yang sama di Timur Tengah. Dalam membangun tameng rudal ini, AS menggandeng beberapa perusahaan, di antaranya Boeing, Lockheed Martin, Raytheon dan Northrop Grumman.

Sumber : Vivanews

Helikopter Colibri TNI-AU Siaga SAR

SUBANG-(IDB) : Satu helikopter EC-120B Colibri nomor registrasi HL-1205 dari Skuadron Udara 7 disiagakan untuk mendukung latihan pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia dalam Operasi Alur Elang.

Helikopter latih lanjut itu berpangkalan di Pangkalan Udara TNI-AU Suryadarma, Subang, Jawa Barat. Untuk sementara dia digeser ke Terminal Selatan Pangkalan Udara Utama TNI-AU Halim Perdanakusuma dalam operasi itu.

“Sesungguhnya tugas yang kami emban sudah 22 Maret,
dengan mendukung Latihan Kilat, Latihan Cakra, Latihan Tangkis Petir
dan Kalibrasi Radar Cibalimbing, dan direncanakan akan berakhir sampai 29 akhir bulan ini”, kata Letnan Satu Penerbang Antonius. Dia adalah kapten pilot helikopter itu, di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (28/3).

Selain pengamanan ALKI, Colibri saat ini bertugas sebagai  pesawat yang siap untuk operasi Search And Rescue (SAR). Disamping itu, bertugas dalam misi mendukung pengecekan kesiapan unsur demo udara ke Pangkalan TNI Suryadarma dengan rute Halim-Sasaran-Halim.

Colibri, menurut rencana, akan digelar di udara dalam satu formasi aerobatik helikopter, The Pegasus, pada hari puncak HUT ke-66 TNI-AU di Pangkalan Udara Utama TNI-AU Halim Perdanakusuma, 9 April nanti. 

Demonstrasi udara mengambil nama kuda sembrani mithologi tunggangan Dewa Zeus itu diketengahkan dalam banyak manuver unik khas kemampuan manuver helikopter. 
 
Sumber : Antara

Australia Basis Drone AS

CANBERRA-(IDB) : Australia pada Rabu menyatakan mungkin mengizinkan Amerika Serikat menggunakan wilayahnya untuk menggerakkan pesawat mata-mata tak berawak jarak jauh, sebagai bagian dari peningkatan kehadiran adidaya itu di Asia-Pasifik, yang melukai perasaan China.

Washington dan Canberra juga dilaporkan menempatkan kapal induk dan kapal selam tempur bertenaga nuklir Amerika Serikat di kota Australia Barat, Perth, sebagai bagian dari perluasan besar hubungan ketentaraan.

Dalam perluasan itu, marinir Amerika Serikat pertama dari pengerahan 2.500 tentara ke Darwin di Australia utara -diresmikan pada November 2011 oleh Presiden Barack Obama- tiba pada April.

Rencana Marinir itu membuat marah Beijing, tapi meyakinkan beberapa negara Asia, yang melihatnya sebagai pernyataan bahwa Washington bermaksud membela sekutu dan kepentingannya di kawasan itu di tengah kekhawatiran akan peningkatan ketegasan Cina.

Media Australia pada Rabu dengan mengutip berita "Washington Post" melaporkan bahwa Amerika Serikat mempertimbangkan menggunakan kepulauan Cocos,  atau di samudera Hindia di lepas pantai Australia baratlaut, untuk meluncurkan pesawat pengintai tak berawak.

Berita itu menyatakan Cocos, yang berpenduduk sekitar 600 orang, akan menggantikan Diego Garcia, pangkalan Amerika Serikat di samudera Hindia, yang adidaya itu sewa dari Inggris dan dijadwalkan dikembalikan pada 2016.

"The Washington Post" juga menyatakan pemerintah Australia mempertimbangkan perbaikan pangkalan laut Stirling di Perth "untuk pengerahan dan gerakan di Asia Tenggara dan samudera Hindia oleh Angkatan Laut Amerika Serikat".

Perbaikan itu dilaporkan akan membantu Stirling melayani kapal perang permukaan besar, termasuk kapal induk pesawat dan kapal selam tempur Amerika Serikat.

Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith menyatakan pengutamaan kunci dalam kerjasama lebih dekat Amerika Serikat adalah perputaran Marinir melalui Darwin, jalur udara lebih besar dan penggunaan lebih banyak pangkalan HMAS Stirling di Perth.

Kurt Campbell, wakil menteri luar negeri Amerika Serikat urusan Asia Timur dan Pasifik, berada di Australia pada pekan lalu untuk membahas pengerahan pertama 250 Marinir pada April dan masalah lain pertahanan, katanya.

Smith menyatakan penggunaan kepulauan Cocos adalah pilihan jangka panjang untuk keterlibatan lebih dekat Australia-Amerika Serikat dan landasan pesawatnya perlu diperbaiki lebih dulu.

"Cocos adalah kemungkinan. Itu peluang jangka panjang dan harus diperlakukan demikian," kata Smith kepada radio ABC.

"Itu bukan untuk saat ini, karena salah hal pertama harus kami lakukan adalah perbaikan besar prasarana, terutama lapangan terbang," katanya.

Tetangga Australia tidak perlu takut, kata menteri pertahanan itu, "Kami terbuka tentang itu," katanya.

Ketika ditanya tentang tanggapan Smith, juru bicara kementerian luar negeri Cina Hong Lei tidak secara langsung menjawab kemungkinan pesawat tak berawak Amerika Serikat menggunakan wiayah Australia.

Tapi, ia kepada wartawan di Beijing menyatakan semua negara di kawasan Asia-Pasifik harus menjunjung tinggi tata baru keamanan dalam kesetaraan, pembangunan bersama, penggalangan dan saling menguntungkan, serta mencoba menegakkan keamanan untuk semua.

Cocos dipandang sebagai tempat memadai untuk pangkalan pesawat tak berawak terus meronda mengawasi jalur pelayaran tersibuk di dunia dan laut Cina Selatan, tempat pengakuan wilayah dianggap sebagai titik api.

Cina, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Kamboja mendaku wilayah di daerah tersebut.

Hugh White, pengulas pertahanan di universitas Nasional Australian, menyatakan Australia dilihat sebagai "harta strategis" oleh Amerika Serikat saat memantau kebangkitan Cina.

"Saya pikir, yang kita lihat di sini adalah pergeseran mendasar sangat berarti dalam siasat Amerika Serikat," katanya.

Amerika Serikat saat ini hanya memiliki penyebaran terbatas di sekutu lama Australia, termasuk stasiun terpencil satelit mata-mata Pine Gap di dekat Alice Springs, demikian AFP dan Reuters melaporkan.

Sumber : Antara

Rabu, Maret 28, 2012

Wamenhan Puas Dengan Pengembangan R-Han 122

BATURAJA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengaku puas atas pengembangan Roket R-Han 122 yang diproduksi sendiri oleh bangsa Indonesia sebagai wujud kemandirian roket nasional.

Menurut Sjafrie usai uji coba Roket R-Han 122 di Puslatpur TNI AD di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumsel, Rabu, pengembangan kemandirian roket Indonesia diharapkan bisa terus ditingkatkan, termasuk kemampuan jangkauannya dari dua digit menjadi tiga digit.

"Berdasarkan hasil ini, maka kemandirian roket pada tahun 2014 harus tercapai," ujar Sjafrie.

Budi Teguh Rahardjo, Deputi Menristek Bidang Produktivitas dan Relevansi Riset Iptek meyakini, 90 persen industri roket di Indonesia dapat berkembang dengan pesat dan masuk dalam ranah industri, serta mampu memasok alat utama sistem pertahanan (alusista) dalam jumlah yang besar.
 
Guna menuju kemandirian dalam pengadaan alutsista, sejak tahun 2007 lalu, Kementerian Riset dan Teknologi dalam konsorsium bersama komunitas iptek serta industri strategis, melakukan pengembangan roket yang kali ini kembali diujicobakan.

Uji coba 50 buah roket ini merupakan hasil pengembangan yang terbaru dan diberi nama Roket R-Han 122.

Konsorsium pengembangan roket ini mendayagunakan para pihak (stakeholders), dengan masing-masing pihak memiliki peranan strategis, di antaranya PT Pindad yang mengembangkan peluncurannya (launching), GAZ menangani `firing system`, sedangkan PT Dahana berperan dalam menyediakan propellant, dan PT KS mengembangkan material tabung maupun struktur roket.

Roket ini dari pengembangan sebelumnya adalah kaliber yang mencapai 122 mm dengan kecepatan maksimum 1,8 mach.

Roket yang berdaya ledak optimal ini, dapat menempuh sasaran jarak tembak hingga 15 km.
 
Pada uji coba yang dilakukan di Pusat Latihan Tempur TNI AD Baturaja Sumsel, sebanyak 50 buah Roket R-Han 122 produksi Indonesia, berhasil ditembakkan ke sasaran di udara.

Selain Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, sejumlah pejabat Pemptov Sumsel dan Pemkab OKU, beberapa petinggi TNI, antara lain Pangdam II/Sriwijaya Mayor Jenderal TNI Nugroho Widyotomo dan Komandan Kodiklat TNI AD Letnan Jenderal TNI Gatot Numantyo ikut pula saat menyaksikan uji coba roket R-Han 122.

Usai peluncuran, Wamenhan juga berkesempatan mengecek mobil peluncur roket, untuk selanjutnya akan terus dikembangkan sebagai bagian program kemandirian penyediaan alutsista nasional.

Menurut Kepala Biro Hukum dan Humas Kemenristek, Anny Sulaswatty, Roket R-Han 122 itu merupakan produksi hasil kerja sama anak bangsa Indonesia, diwujudkan melalui penelitian bersama PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Dahana, didukung penuh Kemenristek bersama konsorsium terkait.

Uji coba dan demo penembakan Roket R-Han 122 itu menandai keberhasilan bangsa Indonesia untuk menuju kemandirian produksi roket nasional di masa depan.


Sumber : Antara

Puluhan R-Han 122 Produksi Indonesia Berhasil Diujicobakan

BATURAJA-(IDB) : Sebanyak 50 Roket R-Han 122 produksi Indonesia, berhasil diujicobakan dengan ditembakkan ke sasaran di udara, di Pusat Latihan Tempur TNI AD Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, Rabu.

Deputi Menristek Bidang Produktivitas dan Relevansi Riset Iptek, Budi Teguh Raharjo sempat menunjukkan contoh roket R-Han 122 itu, kepada Wakil Menteri Pertahanan, Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, sebelum melakukan uji coba roket tersebut.

Sebanyak 50 buah Roket R-Han 122 diujicobakan sebagai hasil pengembangan konsorsium dari Kementerian Riset dan Teknologi dan komunitas iptek serta industri strategis, guna mendukung kemandirian roket 2014 bagi Kementerian Pertahanan.

Roket R-Han 122 memiliki kecepatan maksimum 1,8 mach dan jarak tembak hingga 15 km.

Selain Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, sejumlah pejabat Pemptov Sumsel dan Pemkab OKU, beberapa petinggi TNI, antara lain Pangdam II/Sriwijaya Mayor Jenderal TNI Nugroho Widyotomo dan Komandan Kodiklat TNI AD Letnan Jenderal TNI Gatot Numantyo ikut pula saat menyaksikan uji coba roket R-Han 122.
Usai peluncuran, Wamenhan juga berkesempatan melakukan pengecekan pada mobil peluncur roket, untuk selanjutnya akan terus dikembangkan sebagai bagian program kemandirian penyediaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) nasional.

Menurut Kepala Biro Hukum dan Humas Kemenristek, Anny Sulaswatty, Roket R-Han 122 itu merupakan produksi hasil kerja sama anak bangsa Indonesia, diwujudkan melalui penelitian bersama PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Dahana, didukung penuh Kemenristek.

Ujicoba dan demo penembakan Roket R-Han 122 itu menandai keberhasilan bangsa Indonesia untuk menuju kemandirian produksi roket nasional di masa depan.

Sumber : Antara

TNI Kirim Pasukan Ke Perbatasan Malaysia

SEMARANG-(IDB) : TNI mengirim pasukan dari Batalyon 413 Divisi 2 Kostrad ke Kalimantan Timur dari Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (28/3/2012).

Pasukan sebanyak 650 orang ini akan bertugas selama enam bulan untuk menjaga wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.

Ini merupakan tugas rutin untuk menggantikan pasukan sebelumnya. Mereka akan mengawasi wilayah perbatasan sepanjang 1.043 kilometer yang rawan terhadap kejahatan seperti penyelundupan dan pembalakan liar.

Panglima Divisi 2 Kostrad Mayor Jenderal Ridwan memberikan pesan agar pasukan menjaga nama baik saat bertugas dan mematuhi standar operasi yang berlaku. "Pasukan harus bertugas dengan baik jangan bertindak melanggar hukum dan jangan cepat pingin kaya dengan tindakan yang tidak benar," pesan Ridwan terhadap pasukannya.

Ridwan juga mengatakan, mereka akan selalu mengawasi dan melindungi titik batas agar tidak bergeser yang nantinya merugikan wilayah kedaulatan Indonesia. 

Sumber : Kompas