Modernisasi alutsista yang sedang dan akan dilaksanakan pemerintah, diharapkan kecelakaan seperti diatas tidak terulang lagi dimasa yang akan datang. |
JAKARTA-(IDB) : Dua dekade terakhir menjadi tahun suram bagi TNI Angkatan Udara (AU) karena banyak pesawatnya yang mengalami kecelakaan.Torehan ini berkebalikan dari masa sebelumnya,TNI Angkatan Udara dikenal sebagai salah satu yang terkuat di Asia- Pasifik karena memiliki sederet pesawat tempur andal.
Kecelakaan pesawat Hercules TNI AU C-130 di Condet,Jakarta Timur awal Oktober 1991,yang menewaskan sekitar 135 orang,menjadi salah satu catatan kelam sejarah TNI Angkatan Udara.Peristiwa itu terus berulang seperti pada 2001 di Lhoksumawe,2002 di Tarakan,2004 di Parung dan di Wonosobo. Kecelakaan pesawat yang terus berulang menjadi masalah tersendiri sehingga pada 2005 TNI Angkatan Udara bertekad mewujudkan zero accident.
Kala itu jabatan KSAU diemban oleh Marsekal TNI Herman Prayitno.Peta jalan menuju target tersebut pun disusun dan kualitas penerbang ditingkatkan. Kecelakaan pesawat TNI AU harus ditangani secara serius. Tahun demi tahun pascapenetapan target itu, kecelakaan pesawat masih mewarnai.Di antaranya pesawat Hawk-200 jatuh di Pekanbaru,Riau pada 2006.
Tahun berikutnya disusul OV- 10 jatuh di Lanud Abdulrahman Saleh Malang, Jawa Timur. Pada 2009 rentetan kecelakaan pesawat TNI AU juga terjadi.Di Bandung, pesawat Fokker jatuh menewaskan puluhan orang. Lebih ngeri lagi di Magetan, Jawa Timur ketika Hercules TNI jatuh dan terbakar hingga menyebabkan seratusan orang tewas terdiri atas prajurit TNI dan warga sipil.
Terbakarnya pesawat latih dan akrobatik KT-1 Wong Bee di Bali pada 2010 menambah panjang daftar kecelakaan. Adapun pada 2011,TNI Angkatan Udara mengklaim target zero accidentyang dicanangkan sejak enam tahun silam tercapai.“TNI AU telah sukses mencatat tahun tanpa kecelakaan sepanjang 2011,”kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat dalam keterangan pers kepada SINDOkemarin.
Padahal,masih belum hilang dari ingatan kita bahwa tahun itu terdapat musibah kecelakaan pesawat capung di Yogyakarta.Dua orang yakni prajurit TNI dan karbol AAU tewas dalam peristiwa di area lahan milik TNI Angkatan Udara itu. Terlepas kontroversi klaim tersebut,selama 2011 TNI AU berhasil membukukan pencapaian 48.674 jam terbang dengan tingkat kesiapan alutsista 70%.
Ini sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban atas anggaran Rp7,433 triliun kepada TNI AU. Mengawali 2012,KSAU menekankan kepada jajarannya untuk lebih jeli dalam membaca situasi nasional.Modernisasi alutsista TNI AU harus disikapi bijak sehingga membawa hasil optimal sesuai yang diharapkan.“Anggaran yang diperoleh pada 2012 akan digunakan untuk mendukung 60.000 jam terbang dan mendukung seluruh kegiatan TNI AU,” ungkapnya.
Satuan-satuan yang berkaitan langsung dengan penanganan sumber daya manusia diperintahkan untuk benar-benar mencermati dan mengerti hal-hal mendasar mengenai tuntutan reformasi birokrasi.“Sehingga TNI AU mampu membangun SDM yang tangguh dan mampu menjawab tantangan,” sebutnya. Dengan demikian,target zero accidentdiharapkan bisa dicapai pada 2012.“Target zero accident harus dicapai untuk menjadi first class air force,” kata Imam.
Kecelakaan pesawat Hercules TNI AU C-130 di Condet,Jakarta Timur awal Oktober 1991,yang menewaskan sekitar 135 orang,menjadi salah satu catatan kelam sejarah TNI Angkatan Udara.Peristiwa itu terus berulang seperti pada 2001 di Lhoksumawe,2002 di Tarakan,2004 di Parung dan di Wonosobo. Kecelakaan pesawat yang terus berulang menjadi masalah tersendiri sehingga pada 2005 TNI Angkatan Udara bertekad mewujudkan zero accident.
Kala itu jabatan KSAU diemban oleh Marsekal TNI Herman Prayitno.Peta jalan menuju target tersebut pun disusun dan kualitas penerbang ditingkatkan. Kecelakaan pesawat TNI AU harus ditangani secara serius. Tahun demi tahun pascapenetapan target itu, kecelakaan pesawat masih mewarnai.Di antaranya pesawat Hawk-200 jatuh di Pekanbaru,Riau pada 2006.
Tahun berikutnya disusul OV- 10 jatuh di Lanud Abdulrahman Saleh Malang, Jawa Timur. Pada 2009 rentetan kecelakaan pesawat TNI AU juga terjadi.Di Bandung, pesawat Fokker jatuh menewaskan puluhan orang. Lebih ngeri lagi di Magetan, Jawa Timur ketika Hercules TNI jatuh dan terbakar hingga menyebabkan seratusan orang tewas terdiri atas prajurit TNI dan warga sipil.
Terbakarnya pesawat latih dan akrobatik KT-1 Wong Bee di Bali pada 2010 menambah panjang daftar kecelakaan. Adapun pada 2011,TNI Angkatan Udara mengklaim target zero accidentyang dicanangkan sejak enam tahun silam tercapai.“TNI AU telah sukses mencatat tahun tanpa kecelakaan sepanjang 2011,”kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat dalam keterangan pers kepada SINDOkemarin.
Padahal,masih belum hilang dari ingatan kita bahwa tahun itu terdapat musibah kecelakaan pesawat capung di Yogyakarta.Dua orang yakni prajurit TNI dan karbol AAU tewas dalam peristiwa di area lahan milik TNI Angkatan Udara itu. Terlepas kontroversi klaim tersebut,selama 2011 TNI AU berhasil membukukan pencapaian 48.674 jam terbang dengan tingkat kesiapan alutsista 70%.
Ini sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban atas anggaran Rp7,433 triliun kepada TNI AU. Mengawali 2012,KSAU menekankan kepada jajarannya untuk lebih jeli dalam membaca situasi nasional.Modernisasi alutsista TNI AU harus disikapi bijak sehingga membawa hasil optimal sesuai yang diharapkan.“Anggaran yang diperoleh pada 2012 akan digunakan untuk mendukung 60.000 jam terbang dan mendukung seluruh kegiatan TNI AU,” ungkapnya.
Satuan-satuan yang berkaitan langsung dengan penanganan sumber daya manusia diperintahkan untuk benar-benar mencermati dan mengerti hal-hal mendasar mengenai tuntutan reformasi birokrasi.“Sehingga TNI AU mampu membangun SDM yang tangguh dan mampu menjawab tantangan,” sebutnya. Dengan demikian,target zero accidentdiharapkan bisa dicapai pada 2012.“Target zero accident harus dicapai untuk menjadi first class air force,” kata Imam.
Sumber : Sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar