Pages

Selasa, November 08, 2011

Tanah RI Dikeruk Perusahaan Sawit Malaysia

SAMBAS-(IDB) : Aktivitas perusahaan sawit Malaysia yang masuk di wilayah Indonesia ternyata benar. Tepat di Dusun Aping, Aruk, Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Dengan menggunakan alat berat mereka mengeruk tanah untuk dijadikan parit. Alat berat sudah ditahan dan diamankan di PPLB Aruk  sejak 11 Oktober lalu  agar tidak melakukan aktivitas. 

Mendapat laporan tentang berita itu, Komandan Korem 121/Abw Kolonel Infantri Toto Rinanto turun ke lapangan, kemarin (7/11). Dia memeriksa langsung titik koordinat perbatasan bersama Panglima III Brigif Kuching, Malaysia Brigjen Hasagaya.Selain Danrem dalam rombongan TNI turut juga, Ass Intel Kodam XII Tanjungpura Letkol Andi Muhammad, Waka Top Dam Letkol Rustandy ZA, Wadan Yonif 643 Wanara Sakti Mayor Inf Sigit DC, Danki Libas Sajingan Kapten Inf Suirwan, Danramil Sajingan, Letda Heri Prabowo dan ILO TNI di Kuching Letkol Fahmi. Sebelum ke lokasi, rombongan singgah di Markas Dewan Malindo, Biawak. Baru setelah itu TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan TDM (Tentara Diraja Malaysia) menempuh perjalanan satu jam ke lokasi.

    Dalam pantuan bersama itu, memang aktivitas perusahaan sawit Malaysia masuk ke wilayah Indonesia. “Setelah melakukan pengecekan titik koordinat, baik kita maupun TDM sepakat memang aktivitas perusahaan sawit itu masuk Indonesia,” ungkapnya.    Titik awal pemantauan pada patok D 348. Patok ditandai dengan kayu dan tulisan di batu. Selanjutnya, tentara kedua negara bergeser ke patok D 347, ditandai dengan kayu juga. Jika ditarik garis lurus dari kedua patok itu, aktivitas perusahaan Malaysia masuk wilayah Indonesia sekitar 15 meter. Namun patok D 347 ada dua, salah satunya menggunakan beton. Jika berdasarkan patok beton itu, memang aktivitas perusahaan Malaysia tidak masuk Indonesia.

“Patok itu bisa saja ada dua, tapi ini yang benar ada titik koordinatnya,” tegas Waka Top Dam, Letkol Inf Rustandy ZA, sembari menunjukan GPS. Ungkapannya itu diiyakan, tentara Malaysia yang juga mengamati GPS dan peta.Sebelumnya, dua alat berat perusahaan sawit Malaysia diamankan masyarakat dan pasukan lintas batas Sajingan 11 Oktober lalu. Dua alat berat itu mengeruk tanah Indonesia membuat parit lebarnya sekitar 2,5 meter. Panjangnya diperkirakan 2 kilometer antara Pasir Tengah, Malaysia dan Dusun Aping, Aruk. Saat ini dua alat berat tersebut diamankan di depan PPLB Aruk.


Toto melanjutkan, kegiatan perusahaan sawit Malaysia itu telah dihentikan. Baik TDM maupun TNI sepakat menangani pelanggaran itu hingga tingkat yang lebih tinggi. “TNI dan TDM akan melaporkan hasil tangkapan dan peninjauan lapangan kepada masing-masing pemerintah. Selanjutnya ditangani pada tingkat atas,” katanya.    Toto memperkirakan, tidak ada kesengajaan perusahaan Malaysia tersebut beraktivitas di wilayah Indonesia. Karena faktor ketidakpahaman tentang batas negara membuatnya kebablasan. “Perusahaan ini membuat parit mungkin hanya untuk kepentingan kebun. Membuat saluran air,” ucapnya.


Dia menegaskan, tidak akan ada masalah perbatasan Indonesia dan Malaysia. Kedua negara memegang data yang sama, yakni koordinat. Meski patok hilang, titik koordinat tidak akan bergeser. “Patoknya bisa saja hanya dengan kayu, tapi koordinat di GPS sudah jelas. Tidak ada masalah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia karena titik koordinatnya sama,” tegasnya.Panglima III Brigif Kuching, Malaysia Brigjen Hasagaya saat ditanya tentang permasalah ini enggan menjawab rinci. Dia menegaskan tidak ada yang perlu dikomentari. “No Isu...,” katanya menjawab Pontianak Post. 

Sumber : PontianakPost

Unsur Satgaspamwila KTT ASEAN-19 Bertolak Ke Bali

SURABAYA-(IDB) : KRI Banda Aceh (BAC)-593 yang tergabung dalam unsur laut Satuan Tugas Pengamanan Wilayah Laut (Satgaspamwila) KTT ASEAN ke-19/2011 dan sekaligus bertindak sebagai kapal markas bertolak menuju daerah sasaran. Kapal Perang itu bertolak dari Dermaga Semampir, Koarmatim, Ujung Surabaya, Selasa (8/11).

Selain KRI BAC-593, unsur lain yang terlibat dalam Satgaspamwila ini yaitu KRI Sura (SRA)-802, KRI Kerapu (KRP)-812, KRI Selamet Riyadi (SRI)-352, KRI Karel Satsuitubun (KST)-356), 1 Heli Bell HU-417, 3 Tim Kopaska, 1 Tim Dislambair, dan 1 Tim Kesehatan. Turut on board di KRI BAC-593 adalah Komandan Guspurlatim Laksamana Pertama TNI Sulaeman Banjar Nahor, M.Sc

KTT ASEAN ke-19 yang dilaksanakan di Bali pada tanggal 17 November  mendatang tersebut, merupakan konferensi yang dihadiri oleh para pemimpin dan pejabat tinggi negara-negara ASEAN, Sekjen PBB, serta para pemimpin negara-negara yang memiliki kepentingan dengan ASEAN, yaitu Amerika Serikat, Rusia, China, India, Australia, Selandia Baru, Jepang dan Korea Selatan.

Unsur Satgspamwila ini nantinya akan melaksanakan pengamanan aspek laut, seperti patroli laut serta melaksanakan penyekatan dan pengamanan laut, sebagai salah satu upaya guna mencegah terjadinya segala kemungkinan yang bertujuan untuk menggagalkan kegiatan konferensi serta mengantisipasi berbagai situasi kontinjensi lainnya.

Sumber : Koarmatim

Di Balik Retorika Serangan ke Iran

TEL AVIV-(IDB) : Selama beberapa hari terakhir, media-media Barat telah menciptakan sebuah isu besar tentang kemungkinan serangan sepihak rezim Zionis Israel terhadap Iran. Kegemparan muncul pekan lalu setelah beberapa media Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sedang mencari dukungan kabinet untuk melancarkan serangan pre-emptive atas Iran.
 
Menurut sebuah laporan di surat kabar Haaretz, seorang pejabat tinggi Israel mengatakan bahwa Netanyahu berusaha untuk membangun konsensus bagi sebuah serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Namun, Haaretz juga melaporkan bahwa sejumlah pejabat militer dan intelijen Israel menentang rencana tersebut.
 
Kemudian, harian Guardian melaporkan bahwa Angkatan Bersenjata Inggris bersiap untuk menanggapi "sikap agresif baru" dalam kebijakan luar negeri Iran dan meyakini bahwa AS dapat memutuskan untuk melancarkan serangan rudal yang ditargetkan ke fasilitas nuklir Iran.
 
Pada 4 November lalu, Presiden Israel Shimon Peres mengatakan bahwa kemungkinan penggunaan opsi militer untuk mencegah Iran memperoleh "senjata nuklir" meningkat.
 
Sementara itu, Israel baru-baru ini melakukan uji coba rudal balistik, yang konon mampu mencapai Iran. Perlu dicatat bahwa militer Israel, biasanya tertutup tentang kegiatan-kegiatan mereka.
 
Namun, serangan militer terhadap Iran bagaimanapun tidak bisa menjadi pilihan yang layak bagi Israel. Ada sejumlah alasan untuk menyingkirkan kemungkinan opsi militer. Pertama; Israel tahu bahwa serangan tidak bisa menghentikan program nuklir Iran, yang mereka klaim sebagai tujuan invasi. Aksi itu justru akan membenarkan Iran untuk memperoleh akses ke berbagai jenis senjata guna mempertahankan diri. Kedua; Israel dan AS percaya bahwa serangan militer atas Iran hanya akan menunda pengembangan program nuklir damai negara itu selama satu hingga tiga tahun, karenanya tidak akan berharga untuk memulai perang dengan Iran.
 
Ketiga; Setiap serangan atas Iran akan memperkuat persatuan nasional Iran, dan rakyat Iran akan mendesak para pejabat untuk memberikan respon tegas terhadap Barat. Dan ini jelas akan merugikan Barat yang ingin menggulingkan sistem Islam dengan mendukung kelompok oposisi.
 
Keempat; Iran telah menunjukkan bahwa ia benar-benar siap untuk melawan ancaman militer dan mampu melibatkan negara-negara regional dan ekstra-regional dalam perang yang mungkin terjadi, sehingga mereka tahu bahwa setiap tindakan atas Iran akan berbahaya dan beresiko tinggi.
 
Kelima; Para pejabat militer dan intelijen AS serta Israel tidak percaya bahwa program nuklir Iran adalah ancaman nomor satu mereka. Mereka tahu bahwa kebangkitan Islam di dunia Arab adalah ancaman yang jauh lebih besar bagi kepentingan Barat.
 
Jadi, apa alasan di balik permainan politik baru yang diarahkan ke Iran?
 
Tampaknya, Israel sedang mencoba untuk menggalang dukungan global bagi pemberlakuan sanksi ketat terhadap Iran, namun kendala terbesar adalah bahwa Rusia, Cina, dan beberapa anggota Uni Eropa sangat menentang sanksi baru.
 
Semua retorika perang ini sedang digunakan untuk memaksa negara-negara dunia bergerak untuk memaksakan Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi baru atas Iran, ketimbang mereka memilih pecahnya perang yang berbahaya dan bisa berakibat serius bagi dunia. 

Sumber : Irib

Germany Outlines Helicopter Cuts

JERMAN-(IDB) : The German government has revealed the planned changes to the armed forces, which sees a drastic reduction in helicopter numbers.

Under the reforms plans outlined by defence minister Thomas de Maizière on 26 October, the army will lose its Air Manoeuvre Division while all operational army helicopter forces will be attached to the remnants of the Special Operations Division. The latter will be incorporated into the new headquarters of the Rapid Reaction Division.

Only 80 NH90s will now be acquired, instead of the original target of 122, and these will be concentrated within two light transport helicopter (LTH) regiments of army aviation at Fassberg and Niederstetten.

The changes see the medium transport helicopter (MTH) capability shift to the German air force altogether and it will take over the army regiment at Laupheim, including 64 CH-53GS/GAs (down from 82). The other army MTH regiment at Rheine-Bentlage will disband.

Particularly hard hit is the attack helicopter component. The number of Eurocopter Tiger UHT attack helicopters acquired will be halved from 80 aircraft down to 40, which is just sufficient to outfit a single attack helicopter regiment at Fritzlar. The other regiment at Roth, which was to have been equipped with the Tiger as well, will also disband.

The remaining 145 Bo 105 helicopters currently in service will also be withdrawn in the near future.

In addition, the German army aviation school at Bückeburg will be transformed into an international helicopter training centre.

Plans for a dedicated air force CSAR helicopter (with a requirement for 19 aircraft) will be shelved for the moment. The Luftwaffe will not receive any NH90s due to the decision to consolidate LTH capability within army aviation.

The procurement process for 30 new maritime helicopters will be continued to replace the 21 aging Sea Kings and 22 Lynxes currently in service.

All naval helicopter assets will be concentrated at Nordholz. The closure of Kiel-Holtenau, which is still home to the Sea King fleet, had already been decided upon before the current round of reform announcements.

Source : Shephard

Analisis : Borneo Menyambut Alutsista Modern

BORNEO-(IDB) : Perubahan sudut pandang mulai diperlihatkan petinggi TNI ketika melihat pulau terdepannya Kalimantan yang berbatasan darat langsung dengan negara tetangga.  Ya, pulau kaya penghasil energi sumber daya mineral dan kehutanan itu sekaligus paru-paru dunia sedang dibenahi pola pertahanan keamanannya.  Pemekaran Kodam sudah dilakukan.  Dulu hanya ada 1 Kodam, sekarang ada 2 Kodam, yang satu Kodam Mulawarman berpusat di Balikpapan dan Kodam lainnya bernama Tanjungpura berpusat di Pontianak.

Yang menarik adalah pergelaran beragam alutsista di pulau ini.  Selama ini yang terjadi adalah mutasi alutsista renta dari Jawa.  Misalnya untuk detasemen kavaleri di Pontianak didatangkan panser uzur sekedar memenuhi dan menggugurkan kewajiban bahwa di Pontianak sudah ada satuan kavaleri lapis baja.  Satuan kavaleri di Balikpapan sami mawon, menampilkan kendaraan lapis baja usang.  Beberapa tahun lalu ketika diadakan latihan perang batalyon raider yon 600 di sebuah kompleks gedung BUMN di kawasan ring road Balikpapan, kebetulan di gedung itu  sedang diadakan meeting kerjasama operasi telekomunikasi dengan Malaysia.   
 
Peserta dari Malaysia yang dapat melihat langsung latihan itu dari gedung berdesain rumah panggung dayak terheran-heran melihat ranpur kavaleri roda empat milik TNI.  “Takjub ni kite tengok tentera Indonesia masih pakai kavaleri cam tu”, kata salah seorang dari mereka.  Mungkin menyindir atau memang terheran-heran, tak tahulah.
 
Kabar gembira itu akhirnya datang juga. Kalimantan diprediksi mendapat jatah penempatan alutsista baru Main Battle Tank Leopard 2 sebanyak 2 batalyon.  Betapa tidak, kehadiran alutsista berkualifikasi MBT ini adalah yang pertama sepanjang sejarah TNI dan penempatannya pun tidak di tanah Jawa seperti yang selama ini terjadi jika ada pembelian alutsista baru untuk TNI AD. Kalimantan Timur dan Barat menjadi home base alutsista berdaya getar dan gentar tinggi itu.  Kehadiran 2 batalyon MBT ini dipastikan akan memberikan kebanggaan bagi warga kita yang tinggal di kawasan border.  Bahwa mereka memiliki pasukan combatan yang kuat sebagai pengawal border, tidak sekedar pasukan infantri tradisional tanpa dukungan alutsista sekelas MBT.

Batalyon-batalyon tempur yang ada di Kalimantan terus dikembangkuatkan baik dalam pertambahan batalyon maupun perkuatan alutsista.  Disamping ada pertambahan 2 batalyon kavaleri MBT dan beberapa batalyon infantri, satuan-satuan tempur lain diperkuat dengan berbagai arsenal serang.  Misalnya rudal anti tank ATGM untuk 6 batalyon, panser Anoa untuk perkuatan batalyon infantri, Howitzer 155m dan roket berjarak tembak 40 km dan bahkan rudal berjarak jangkau 100-150 km buatan dalam negeri segera memperkuat batalyon combatan. Penerbad juga menempatkan 1 skuadron heli tempur di Tanjung Redeb Kaltim sementara di Pontianak sudah ada 1 skuadron jet tempur Hawk200 dan 1 skuadron pesawat intai UAV. 

TNI AU bersiap menempatkan 1 skuadron jet tempur F16 di Kalimantan, lokasinya bisa jadi di Tanjung Redeb atau Tarakan. Sangatta yang berdekatan dengan Ambalat juga sudah dijadikan pusat latihan tempur segala matra  berskala besar.  Minggu ke dua  Nopember ini Sangatta kembali jadi medan latihan tempur Armada Jaya dengan pendaratan amfibi pasukan Marinir beserta aneka persenjataan yang dimiliki bersama unjuk kekuatan armada 60 KRI berbagai jenis di selat Makassar sampai Ambalat.  Kalimantan memang dipersiapkan dalam kondisi yudha siaga karena di kawasan ini terdapat hot spot pusat konflik teritorial yang berkaitan dengan perebutan sumber daya energi tak terbarukan.

Penempatan alutsista berdaya ledak tinggi di Borneo kita nilai sebagai keputusan tepat agar jika terjadi kondisi terburuk dalam hubungan perjiranan, pertahanan di pulau itu (harus) mampu memberikan pukulan balasan yang menjerakan tanpa harus menunggu dan bergantung pada kekuatan di Jawa. Perkuatan alutsista di Kalimantan sangat bermanfaat dalam menjaga kewibawaan teritorial RI.  Dengan hadirnya berbagai alutsista berdaya gebuk kuat itu, diniscayakan akan memberikan pola hubungan bertetangga yang setara, tidak gampang menggertak, tidak gampang melecehkan teritori NKRI seperti yang selama ini terjadi. Kehadiran alutsista di pulau yang berbatasan darat langsung itu sudah selayaknya dipenuhi dengan standar kualitas alutsista yang mengimbangi atau mendahului karena jika terjadi konflik perbatasan, pasukan organik di pulau itu mampu melakukan serangan balasan sebelum datang dukungan pasukan dari Jawa atau pulau lain. 

Dalam bingkai ini kita berpandangan sudah saatnya masing-masing pulau besar di negara ini membangun pasukan pemukul reaksi cepat sebagai kekuatan pukul organik yang memiliki daya gebrak tinggi.  Pulau-pulau besar itu adalah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.  Gunanya sangat jelas, untuk kecepatan reaksi, serangan balasan, rentang kendali dan dukungan logistik. Doktrinnya jelas jangan sampai musuh masuk duluan baru diajak tarung, tapi digebuk langsung di kawasan border dan kalau perlu melakukan pre emptive strike. Selama ini jika terjadi hot spot di sebuah titik atau daerah misalnya di Natuna, PPRC lalu memberangkatkan 10 Hercules untuk menerjunkan kurang dari 1 batalyon pasukan PPRC dari Jawa, bukan saja tidak efisien tapi waktu yang diperlukan sudah diambil pihak lawan dengan membangun kekuatan di daerah serangnya.

Kalimantan boleh jadi sebagai proyek percontohan untuk membentuk benteng pertahanan dari pasukan organik TNI yang ada di pulau itu.  Disana ada 2 Kodam jadi bisa diasumsikan ada 2 divisi pasukan organik dengan kekuatan 30 ribu tentara.  Kekuatan ini didandani dengan beragam alutsista gahar untuk 2 batalyon MBT, 2 batalyon rudal SAM, 4 batalyon arhanud, 4 batalyon roket, 4 batalyon armed, 4 batalyon infantri mekanis dan 10 batalyon infantri.  Jangan lupa yang terpenting dari semua ini adalah pertambahan dan perbaikan infrastruktur jalan raya, bandara, pelabuhan dan jalan sungai untuk mendukung gerak pertahanan serang di pulau besar itu.

Model pertahanan pulau seperti di Kalimantan memang menjadi prioritas dan secara bertahap bisa diterapkan di pulau-pulau besar lainnya misalnya Sumatera dengan kekuatan 3 divisi pasukan, Sulawesi dengan 2 divisi, Papua dengan 1 divisi dan Jawa diperkuat dengan 6 divisi.  Dengan kekuatan 2 divisi, Kalimantan diyakini mampu bertarung dengan negara yang hendak mencoba melakukan provokasi.  Misal terjadi kondisi terburuk di Ambalat, itu bagian dari tugas angkatan laut dan angkatan udara dengan mengerahkan armada perangnya. Nah di daratan Kalimantan angkatan darat membuka front untuk uji tarung dengan lawan.  Kekuatan alutsista yang dimiliki satuan organik TNI di pulau itu mampu melakukan pukulan telak yang menjerakan.

Kondisi dan dinamika perbatasan negara diyakini sangat terkait dengan penguasaan sumber daya alam tak terbarukan.  Natuna dan Ambalat menyimpan cadangan energi fosil yang besar. Parahnya lagi, sudah sedemikian majunya teknologi menguasai pola hidup dan cara pandang manusia namun tak jua beranjak dari kebutuhan energi yang berasal dari sumber daya fosil.  Matahari yang menjadi sumber energi terbesar dan tetap setia menyinari bumi tak jua menjadi pilihan utama pasokan energi meski dengan kemajuan teknologi sekalipun.  Maka tak heran penguasaan sumber daya energi tak terbarukan menjadi target negara adikuasa.  Lihat saja Irak, lalu yang terakhir Libya, campur tangan itu sangat terkait dengan penguasaan sumber daya energi perut bumi.

Kita menyambut gembira dengan perkuatan militer dan alutsistanya di bumi Kalimantan. Kehadiran militer yang kuat dengan gelar ragam alutsista gahar diyakini mampu memberikan efek ganda, di satu sisi mampu memberikan nilai gentar bagi pihak lawan untuk tidak bermain api. Di sisi lain mampu memberikan kebanggaan bagi warga kita yang tinggal di perbatasan dan tambahan spirit nasionalisme.  Kekuatan militer dan alutsista diniscayakan menjadi aura yang mampu memberikan nilai tawar dalam negosiasi dan diplomasi sengketa.  Ingat perjuangan mengembalikan Irian Barat (Papua) awal tahun 60an.  Jika TNI tidak membangun kekuatan militer secara besar-besaran didukung kuantitas dan kualitas alutsista yang mendebarkan, tidaklah mungkin Belanda yang ndableg itu mau hengkang dari Papua, meskipun perginya penjajah itu lewat jalur diplomasi PBB.  Itu kan cuma bahasa harga diri agar tak dipermalukan oleh negeri bekas kolonialnya.

Sejalan dengan perkuatan militer di Kalimantan hendaknya jangan dilupakan perkuatan geliat ekonomi di kawasan bordernya dengan membangun dan memperbaiki infrastruktur, sekolah bagus, ekonomi kreatif dan perkuatan usaha kecil dan menengah.  Kalimantan saat ini memiliki ratusan ribu hektar perkebunan kelapa sawit. Tentu ini sangat membantu menghidupkan ekonomi rakyat baik sebagai pekerja di perkebunan maupun pemilik lahan yang mensuplay buah kelapa sawit.  Potensinya sudah mengembang, sudah jalan dan sudah menghasilkan.  Yang perlu ditambahkan adalah pemberdayaan optimal warga lokal untuk meningkatkan kesejahteraannya.  Ini perlu diingatkan agar posisi domisili yang berada di garis border tidak merasa dimarginalkan, disia-siakan dan dianggap suratan takdir.  Jangan sampai kemudian yang terjadi adalah bajunya memang Indonesia tetapi cintanya sudah pindah ke lain hati.
 
Sumber : Analisis

ATK Wins US Army XM25 contract

WASHINGTON-(IDB) : ATK has announced that it has received a $24 million contract modification to provide the US Army with additional ammunition, hardware, test and analysis support further user assessments of the XM25, Individual Semi-Automatic Airburst System (ISAAS), in a company statement issued 7 November 2011.

According to the company, the contract ‘will provide the funding for the continuing design, integration, production, and testing of full-up systems to ensure the weapon's final design meets performance requirements and is production-ready prior to army-wide fielding’. ATK received the Engineering and Manufacturing Development (EMD) contract from the US Army's Program Executive Office (PEO) Soldier for the XM25 in March 2011.

ATK is the prime contractor and systems integrator for the XM25 programme, which began in 2010 when the US Army began a Forward Operational Assessment (FOA) of the XM25 with soldiers in Afghanistan to determine its capabilities through use in actual combat operations.

According to ATK, further weapon assessments have been requested by the army ‘based on the weapon’s initial success throughout the FOA’. The company said that information gathered during the ongoing operational assessment will ‘provide valuable user feedback that will ultimately support the EMD process’.

The ISAAS consists of a rifle that fires a 25mm airbursting round that is programmed by the weapon's integrated target acquisition and fire control system to detonate directly above an intended target. The system allows soldiers to quickly and accurately engage targets by displaying an adjusted aim point based on range, environmental factors, and user inputs.

The weapon's target acquisition and fire control integrates a thermal capability with direct-view optics, laser rangefinder, compass, fuze-setter, ballistic computer, laser pointer and illuminator. These capabilities enable the weapon’s use during day or night and in all weather conditions.

Source : Shephard