JAKARTA-(IDB) : Anggota Komisi I DPR, Roy Suryo mengatakan, perlu adanya dorongan dari instansi terkait agar TNI memiliki kemandirian dalam alat utama sistem senjata atau alutista.
Hal itu dikatakan Pakar telekomunikasi dan informatika ini terkait Hari Ulang Tahun (HUT) TNI ke-66 yang jatuh pada Rabu (5/10) besok.
"Kita perlu mendorong, agar TNI semaksimal mungkin juga memiliki kemandirian alustita. Itu (salah satunya) ingin kita wujudkan dengan memaksimalkan peran badan usaha milik negara industri strategis. Dan badan usaha milik negara industri pertahanan," ujar Roy Suryo ketika dihubungi Jurnal Nasional, semalam.
Dalam pandangannya, mendorong TNI agar mempunyai kemandirian alutista bukan perkara mudah, karena banyak permasalahan, baik di dalam maupun di luar tubuh TNI. "Sehingga kami, atau saya sendiri, sangat maklum. TNI sekarang ini dalam kondisi prihatin. Saya tahu pasti. Ketika saya misalnya, ditugaskan untuk kunjungan kerja di garis terdepan atau perbatasan TNI. Itu tampak sekali keterbatasan sarana dan prasarana ini terjadi,"ujarnya.
Karena itu, tambah Roy Suryo, TNI sedang difokuskan ke arah profesional sekarang ini. Maka dari itu, TNI saat ini tidak boleh memiliki bisnis di dalamnya. Apalagi jika mengingat pada masa lalu, di mana TNI sering disebut memiliki bisnis sampingan. "Tapi, ya itulah memang seharusnya tentara yang menjaga republik ini," ucapnya.
Politisi asal Partai Demokrat ini juga mengaku optimistis bahwa Komisi I DPR bisa mengawal TNI kembali ke jalur profesional, menjadi lebih baik, dan kembali menjadi macan Asia lagi tanpa harus kemudian kembali ke masa-masa Orde Baru dulu. Di mana ketika itu, TNI juga terlibat dalam struktur, baik pemerintahan maupun politik.
"Jadi kita benar-benar murnikan peran TNI itu. Saya optimis TNI kembali bisa mandiri, profesional. Insya Allah Indonesia kembali menjadi macan Asia. Saya dan teman-teman di Komisi I, mengawal itu," ujarnya.
DPR Komitmen Penuhi MEF TNI
Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) TNI ke-66 yang jatuh pada Rabu (5/10) besok, anggota Komisi I DPR, Roy Suryo mengatakan profesionalitas TNI harus ditingkatkan lagi. Walau demikian, menurut Roy Suryo, TNI juga harus dilihat secara objektif, terutama terkait keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana.
"Ada beberapa hal dalam mewarnai HUT TNI ke-66 ini. Kita harus melihat secara objektif. Dalam arti TNI harus ditingkatkan terus profesionalitasnya," kata Roy Suryo saat dihubungi Jurnal Nasional, Jakarta, semalam.
Di mata Roy Suryo, hal tersebut tidaklah mudah. Apalagi, TNI di masa lalu sering disebut-sebut memiliki pekerjaan sampingan. "Dulu, TNI disebut-sebut memiliki bisnis, memiliki pengaruh di hampir semua lini. Sekarang kan tidak. Artinya TNI sudah dibuat semakin profesioanal, benar-benar kembali pada tupoksinya (tugas pokok dan fungsinya). Dan kembali menjadi garda depan NKRI," ucapnya.
Kendati demikian, Politisi asal Partai Demokrat ini mengatakan bahwa TNI menghadapi kendala dalam menunjang peningkatan profesionalitasnya. Salah satunya terkait terbatasnya anggaran. "Kita berhadapan dengan anggaran. Makanya kita di Komisi I ini benar-benar ingin meningkatkan profesionalitas itu dengan mencapai yang namanya MEF (minimum esesnial force) atau kebutuhan minimal. Dan ini sangat-sangat dirasakan," ucapnya.
Pakar telekomunikasi dan informatika ini mencotohkan, betapa TNI menghadapi kendala dalam sarana dan pra sarana. "Contoh kemarin, ketika terjadi tragedi jatuhnya pesawat CASA 212-200. Itu sebenarnya, TNI itu tidak harus terlibat lansung. Yang terlibat adalah SAR. Karena keterbatasan sarana dan pra sarana dari SAR, akhirnya TNI juga harus dilibatkan juga dengan Polri. Dan sebenarnya keterbatansan sarana dan pra sarana itu kelihatan sekali," ucapnya.
Hal itu dikatakan Pakar telekomunikasi dan informatika ini terkait Hari Ulang Tahun (HUT) TNI ke-66 yang jatuh pada Rabu (5/10) besok.
"Kita perlu mendorong, agar TNI semaksimal mungkin juga memiliki kemandirian alustita. Itu (salah satunya) ingin kita wujudkan dengan memaksimalkan peran badan usaha milik negara industri strategis. Dan badan usaha milik negara industri pertahanan," ujar Roy Suryo ketika dihubungi Jurnal Nasional, semalam.
Dalam pandangannya, mendorong TNI agar mempunyai kemandirian alutista bukan perkara mudah, karena banyak permasalahan, baik di dalam maupun di luar tubuh TNI. "Sehingga kami, atau saya sendiri, sangat maklum. TNI sekarang ini dalam kondisi prihatin. Saya tahu pasti. Ketika saya misalnya, ditugaskan untuk kunjungan kerja di garis terdepan atau perbatasan TNI. Itu tampak sekali keterbatasan sarana dan prasarana ini terjadi,"ujarnya.
Karena itu, tambah Roy Suryo, TNI sedang difokuskan ke arah profesional sekarang ini. Maka dari itu, TNI saat ini tidak boleh memiliki bisnis di dalamnya. Apalagi jika mengingat pada masa lalu, di mana TNI sering disebut memiliki bisnis sampingan. "Tapi, ya itulah memang seharusnya tentara yang menjaga republik ini," ucapnya.
Politisi asal Partai Demokrat ini juga mengaku optimistis bahwa Komisi I DPR bisa mengawal TNI kembali ke jalur profesional, menjadi lebih baik, dan kembali menjadi macan Asia lagi tanpa harus kemudian kembali ke masa-masa Orde Baru dulu. Di mana ketika itu, TNI juga terlibat dalam struktur, baik pemerintahan maupun politik.
"Jadi kita benar-benar murnikan peran TNI itu. Saya optimis TNI kembali bisa mandiri, profesional. Insya Allah Indonesia kembali menjadi macan Asia. Saya dan teman-teman di Komisi I, mengawal itu," ujarnya.
DPR Komitmen Penuhi MEF TNI
Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) TNI ke-66 yang jatuh pada Rabu (5/10) besok, anggota Komisi I DPR, Roy Suryo mengatakan profesionalitas TNI harus ditingkatkan lagi. Walau demikian, menurut Roy Suryo, TNI juga harus dilihat secara objektif, terutama terkait keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana.
"Ada beberapa hal dalam mewarnai HUT TNI ke-66 ini. Kita harus melihat secara objektif. Dalam arti TNI harus ditingkatkan terus profesionalitasnya," kata Roy Suryo saat dihubungi Jurnal Nasional, Jakarta, semalam.
Di mata Roy Suryo, hal tersebut tidaklah mudah. Apalagi, TNI di masa lalu sering disebut-sebut memiliki pekerjaan sampingan. "Dulu, TNI disebut-sebut memiliki bisnis, memiliki pengaruh di hampir semua lini. Sekarang kan tidak. Artinya TNI sudah dibuat semakin profesioanal, benar-benar kembali pada tupoksinya (tugas pokok dan fungsinya). Dan kembali menjadi garda depan NKRI," ucapnya.
Kendati demikian, Politisi asal Partai Demokrat ini mengatakan bahwa TNI menghadapi kendala dalam menunjang peningkatan profesionalitasnya. Salah satunya terkait terbatasnya anggaran. "Kita berhadapan dengan anggaran. Makanya kita di Komisi I ini benar-benar ingin meningkatkan profesionalitas itu dengan mencapai yang namanya MEF (minimum esesnial force) atau kebutuhan minimal. Dan ini sangat-sangat dirasakan," ucapnya.
Pakar telekomunikasi dan informatika ini mencotohkan, betapa TNI menghadapi kendala dalam sarana dan pra sarana. "Contoh kemarin, ketika terjadi tragedi jatuhnya pesawat CASA 212-200. Itu sebenarnya, TNI itu tidak harus terlibat lansung. Yang terlibat adalah SAR. Karena keterbatasan sarana dan pra sarana dari SAR, akhirnya TNI juga harus dilibatkan juga dengan Polri. Dan sebenarnya keterbatansan sarana dan pra sarana itu kelihatan sekali," ucapnya.
Sumber : Jurnas