Pages

Sabtu, September 10, 2011

Bersama Korea Selatan, Industri Pertahanan Indonesia Siap Menjadi Kekuatan Baru Di Asia Dan Dunia

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Korea Selatan Jenderal (Purn) Kim Kwan-jun menilai, Indonesia memiliki potensi besar menjadi negara yang diperhitungkan di bidang pertahanan. "Berdasarkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya, Indonesia siap jadi kekuatan besar di kawasan Asia," kata Kwan-jun dalam Seminar Pertahanan “Saling Membangun Kerja Sama Industri Pertahanan” di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat (9/9).

Kim dalam kesempatan itu, menyarankan agar Indonesia memperkuat pertahanan wilayah laut. Hal ini, kata dia, karena secara geografis Indonesia mirip dengan Korea Selatan dan berbatasan dengan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. "Penguatan industri kapal sudah jadi wajar dan sangat tepat," katanya.

Dia menuturkan, industri kapal Korea sudah menjadi kelas dunia. Selain itu, Korea sudah mampu membangun pesawat tempur dan kapal perang. Kwan-jun mengatakan, negaranya siap berbagi pengalaman dan ilmu membangun industri pertahanan, khususnya kapal perang dan pesawat tempur dengan Indonesia. "Kerja sama ini akan mendukung peningkatan ekonomi Indonesia dan Korsel," kata Kim.

Kerja sama RI-Korea sudah berlangsung sejak 2004 dengan membangun kapal Landing Platform Dock (LPD). “Sekarang siap mendukung industri kapal di Indonesia,” tambahnya.

Sumber: Jurnas

Embargo Harus Menjadi Pelajaran Yang Penting Dalam Pengadaan Alutsista

JAKARTA-(IDB) : Indonesia memerlukan tambahan kapal selam untuk memperkuat patroli pengamanan wilayah teritorial laut.

Kementerian Pertahanan saat ini sedang menyiapkan perencanaan strategi bagi penambahan armada kapal selam itu termasuk di negara mana akan dibuat. "Kami sudah evaluasi teknisnya, menyesuaikan keinginan penggunannya yaitu TNI Angkatan Laut dan dan Kementerian Pertahanan," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Pertama TNI Leonardi usai menghadiri Seminar Pertahanan "Saling Membangun Kerja Sama Industri Pertahanan" di Jakarta, Jumat (9/9).

Leonardi menambahkan, selain masalah teknis, yang tidak kalah penting adalah mengenai pembiayaan bagi pengadaan kapal selam tadi. Ia juga mengingatkan sisi politis yang bakal ditimbulkan dari pengadaan kapal selam ini. "Embargo harus dijadikan pelajaran. Kemhan sebagai pengambil kebijakan saat pengadaan alutsista harus mengedepankan pengadaan itu dengan pertimbangan politis tanpa syarat penggunaan," katanya.

Menurutnya, dalam pengadaan kapal selam itu, pengunaannya harus sesuai dengan apa yang diinginkan tanpa ada tekanan politik. "Politik, anggaran, suku cadang jadi pertimbangan. Kemungkinan-kemungkinan negara mana saja untuk mengawali kemungkinan dari negara-negara yang bersangkutan," tegasnya.

Sedangkan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno ketika menghadiri peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah di Surabaya, hari ini menjelaskan, pada tahap pertama pembangunan kekuatan alat utama sistem persenjataan, pihaknya mengajukan pengadaan sebesar US$5 miliar, salah satunya pengadaan tiga kapal selam yang selesai pada 2014 mendatang. 

"Prioritas pertama kapal selam dan helikopter untuk memperkuat kekuatan kita di laut," katanya. Alutsista laut lainnya yang bakal dibeli selain kapal selam adalah kapal perusak dan helikopter antikapal selam.

Sumber: Jurnas

Unifil Inspeksi Indobatt

LEBANON-(IDB) : Tim COE (Contingent Owned Equipment) UNIFIL untuk ketiga kalinya menggelar ORI (Operastional Readiness Inspection) terhadap peralatan dan perlengkapan operasional Satgas Yonmek Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL atau Indonesian Battalion (INDOBATT) di Adshit Al Qusayr UN Position 7-1, Lebanon Selatan.

Komandan Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-E/UNIFIL atau Indobatt Letkol Inf Hendy Antariksa kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon, Jumat, melaporkan inspeksi pada Kamis (8/9) itu merupakan bagian dari inspeksi rutin setiap tiga bulan sekali.

"Inspeksi itu untuk memastikan pemberian dana reimbursement bagi negara TCC (Troop Contributing Country) yang memberlakukan sistem wetlist. Reimbursement sangat tergantung pada kesiapan operasional seluruh perlengkapan dan peralatan operasional yang dipergunakan dalam mendukung setiap tugas yang dibebankan oleh UNIFIL bagi satgas yang sedang mengemban misi perdamaian pada saat itu," katanya.

Didampingi Perwira Penerangan (Papen) INDOBATT Mayor Pasukan Banu Kusworo, ia menjelaskan tim COE UNIFIL yang melaksanakan inspeksi kali ini berjumlah 14 orang dengan dipimpin oleh James Nkasah dari Ghana.

"Pelaksanaan inspeksi berlangsung selama dua hari mulai tanggal 7 hingga 8 September 2011. Mereka melakukan `briefing` persiapan yang dipimpin oleh ketua tim inspeksi COE dari UNIFIL, James Nkasah. Tim pendamping dari INDOBATT dikoordinasikan oleh Kasilog Mayor Pasukan Deni Ramdani," katanya.

Pada hari pertama, pemeriksaan dilakukan di seputar Markas Batalyon dan Kompi-kompi di area UN Position 7-1 (Kompi Delta, Kompi Echo, Kompi Bantuan) serta diakhiri di Kompi Charlie di Az Ziqqiyah, UN Position 9-2.

Pada hari kedua, inspeksi dilanjutkan ke Kompi Alfa yang terletak di El Addaisse dan Kompi Bravo di Marjayoun, UN Position 7-3.

"Objek pemeriksaan meliputi 14 item dengan melibatkan 14 personel penanggung jawab dari INDOBATT untuk mendampingi tim COE dari UNIFIL yaitu, `combat vehicle` dengan penanggung jawab oleh Paharpal Kapten Cpl Aristika dan Kapten Mar Eko Prasetyo, lalu `support vehicle` ditangani oleh Lettu PNB Ageng Wahyudi dibantu Sersan Syafarudin," katanya.

Item berikutnya yaitu `engineering equipment` dengan penanggung jawab Kapten Inf Davit S. Sirait, lalu Kapten Inf Tantan Santana bertanggung jawab tentang `observation equipment` dan Kapten Pasukan Riwan Sugiyono bertanggung jawab tentang `container`.

Untuk `trailer` ditangani oleh Kapten Supplay Iwan Riswanto, `armament and amonition` dengan penanggung jawab Lettu Mar Sigit Raharjo, Lettu Inf Irfanul Fikri bertanggung jawab tentang `basic fire fighting`, Kapten Chb Irwan Simbolon dan Kapten Kal Turadhi menangani `communication and megaphone`.

Penanggung jawab perlengkapan perkantoran yaitu Kapten Mar Daniel Tarigan, "catering, accommodation, laundry and cleaning" dan "miscellaneous gen stores" ditangani oleh Lettu Kes dr Bayu Rizallinor.

Untuk "soldier kit" diserahkan tanggung jawabnya kepada Kapten Adm Raharjo, sedangkan Sersan Sutrisno sebagai penanggung jawab "anti riot control equipment."

"Ke-14 pendamping COE tersebut memegang peranan penting dalam mendukung kelancaran pelaksanaan inspeksi setiap objek pemeriksaan keseluruhan perlengkapan operasional INDOBATT yang termasuk dalam daftar reimbursement," katanya.

Setelah pemeriksaan selama dua hari berturut-turut, kegiatan dilanjutkan dengan "de-briefing" di ruang rapat Batalyon.

"Secara keseluruhan, pelaksanaan inspeksi berjalan dengan lancar dan secara mayoritas INDOBATT telah mampu mempertahankan kondisi kesiapan operasional seluruh peralatan dan perlengkapan yang menjadi tanggung jawabnya," kata Komandan INDOBATT Letkol Inf Hendy Antariksa. 

Sumber: Antara

Indonesia - KorSel Sepakat Bentuk Komite Kerja Sama Pertahanan

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan menandatangani naskah kesepahaman (MoU) terkait pembentukan Komite Kerja Sama Pertahanan Indonesia dan Korea Selatan. Penandatanganan disaksikan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Korea Selatan General (Ret) Kim Kwan-Jin. Sebelumnya, delegasi dari kedua negara melakukan pembicaraan selama satu setengah jam.

Menteri Purnomo mengatakan pembicaraan itu membahas kerja sama pertahanan kedua negara, khususnya terkait alat utama sistem persenjataan (alutsista). Termasuk di antaranya kerja sama pengembangan pesawat tempur KF-X, rencana pembelian pesawat latih T-50 Golden Eagle, dan rencana pembelian kapal selam.

"Kerja sama antara kedua negara sangat penting sekali. Di satu sisi, untuk menuju kemandirian agar bisa belajar dari Korea Selatan," katanya di Jakarta, Jumat, 9 September 2011.

Purnomo mengatakan kerja sama ini terutama dilakukan untuk membangun kekuatan pertahanan dalam negeri. Kerja sama industri pertahanan mutlak dilakukan karena, menurutnya, tak ada negara yang kuat jika industri pertahanannya tidak kuat.

Kerja sama dengan Korea Selatan dipilih karena sejarah kerja sama dengan negara ini. Menteri mengatakan Korea Selatan selalu bersedia melakukan transfer teknologi. Ini terjadi saat kerja sama pengembangan kapal landing platform dock (LPD) dengan industri kapal dalam negeri, PT PAL. "Dua kapal dibangun di Korea dan dua di PT PAL," katanya.

Kerja sama serupa akan segera dilakukan antara Negeri Ginseng itu dengan PT Pindad untuk memproduksi panser Tarantula. Rencananya, Korea Selatan akan memproduksi 11 unit panser dan PT Pindad juga memproduksi 11 unit.

Menteri Kim mengatakan dengan situasi geografis Indonesia yang sangat luas, wajar jika ada dorongan untuk melaksanakan industri pertahanan dari sisi keamanan. "Menurut saya, keinginan Indonesia tepat. Korea juga keadaannya sama," katanya.

Sumber: Tempo

Indonesia - Korsel Sepakat Mengembangkan Panser Bersama

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sepakat mengembangkan panser dan tank bersama. Kesepakatan itu tertuang dalam nota kesepahaman antara PT Pindad dengan Busan Ltd terkait rencana kerjasama itu di Jakarta, Jumat (9/9).

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, PT Pindad dan Busan akan bersama-sama memproduksi panser Anoa Tarantula. "Indonesia akan membuat 11 unit panser Tarantula dan Korea Selatan 11 unit," katanya.

Dirut PT Pindad, Adik Avianto Soedarsono, mengatakan Anoa Tarantula teknologinya diserap dari Doosan DST. Panser itu akan dipersenjatai kanon 90 mm buatan Belgia. "Kontrak kerjasama pengadaan kendaraan tempur tersebut sudah dilakukan pada 2009 sebanyak 22 unit. Sebanyak 11 unit "built-up" akan segera tiba dari Doosan DST, sedangkan sisanya 11 unit dikerjakan oleh Pindad," ungkap Adik.

Tak hanya itu, PT Pindad akan mengembangkan kendaraan tempur tank ringan mulai 2014, untuk memenuhi kebutuhan pertahanan TNI Angkatan Darat. Rencana tersebut merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan panser dan tank TNI AD yang saat ini 90 persen diisi oleh produk asing.

Menurut Adik, tank ringan itu akan merujuk pada model produk mancanegara saat ini, seperti produk K-21 buatan Doosan DST Korea Selatan dan Turki. Tank ringan ini memiliki bobot antara 15 ton-25 ton dengan dua jenis penggerak kendaraan berupa ban atau rantai. Namun ada pula tank ringan lainnya yang memiliki bobot 25 ton lebih.

Selain panser dan tank, ditandatangani pula pengembangan bersama nota kesepahaman dengan Daewoo International Corporation untuk kerjasama pengembangan kapal cepat rudal (KCR-70). Selain panser dan KCR-70 kedua negara juga telah melakukan pengadaan bersama empat unit kapal "Landing Platform Dock" (LPD), pesawat jet tempur KFX/1FX dan kapal selam.

Indonesia dan Korsel mengukuhkan kerjasama pertahanan kedua negara ditandai dengan penandatangana nota kesepahaman oleh Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Pos, M Hutabarat, dan Direktur Biro Kebijakan Kekuatan Korsel, Lee Yung Dae.

Sumber: Antara

Pesawat Mata-Mata AS Dikerjai Korea Utara

SEOUL-(IDB) : Sebuah pesawat mata-mata AS diserang secara elektronik oleh Korea Utara sehingga dipaksa untuk mendarat darurat selama latihan peran Maret lalu, demikian satu sumber di Korea Selatan kepada AFP.

Sumber itu mengatakan sistem pemosisi global (GPS) pesawat dikacaukan oleh sinyal-sinyal elektronik ketika mengudar di atas Haeju dan Kaesong di Korea Utara.

Pesawat mata-mata itu tengah ambil bagian dalam latihan militer bersama AS-Korea Selatan.

Insiden itu tidak diungkapkan dalam laporan yang disampaikan Kementerian Pertahanan Korsel kepada anggota komisis pertahanan parlemen Korsel, Ahn Kyu-Baek.

Baik kementerian pertahanan AS maupun Korea Selatan menolak mengomentari kabar ini.

Sumber: Antara

Menhan Indonesia Korsel Saling Puji Produk Pesawat Terbang Yang Akan Dibeli

JAKARTA-(IDB) : Semoga ini bukan basa-basi belaka. Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Kwan-Jin, memuji dan sangat yakin atas performansi CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia; sebaliknya, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, memuji T-50 Golden Eagle.

"Saya yakin ini bisa terbang tinggi," kata Kim seraya menunjuk miniatur pesawat tersebut usai penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pertahanan RI-Korsel di Jakarta, Jumat.

RI-Korsel sepakat meningkatkan dan memperluas kerja sama pertahanan termasuk kerja sama industri pertahanan, dilanjutkan seremoni wajib saling bertukar cinderamata. Yusgiantoro menyerahkan model berskala CN-235 kepada koleganya itu dilanjutkan Kim yang memberi model skala serupa T-50 Golden Eagle kepada mitra Indonesia-nya.

Dengan senyum mengembang, Yusgiantoro menyatakan "Ini pesawat T-50 yang akan kita beli. Dan ini sangat bertenaga," Ucapan itu langsung disambut hangat Kim yang menunjuk model CN-235, "Pesawat ini juga bisa terbang tinggi..."

CN-235 adalah unggulan PT Dirgantara Indonesia (IPTN/Nurtanio) hasil kerja bareng dengan CASA Spanyol (EADS CASA). Sudah dibuat beberapa varian, mulai dari tipe standar, VVIP, hingga CN-235 Maritime Patrol Aircraft. CN-235 juga bersaing langsung dengan ATR buatan Perancis.

Tercatat Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, dan Australia memakai CN-235 yang keluar dari hanggar dan bengkel kerja PT Dirgantara Indonesia.

Amerika Serikat juga akui performansi CN-235 itu. National Guard Air Force bahkan memakai basis CN-235 untuk pesawat pemantau badai, HC-133, yang menghendaki standar spesifikasi sangat tinggi dalam misi operasi.

Sementara varian yang dikembangkan EADS CASA, C-295 juga laku keras di kalangan militer negara-negara Barat. Bahkan C-295 bisa dimodifikasi menjadi pesawat peringatan dini ringan/perang elektronika yang setara dengan EC-3 Sentry dengan waktu jelajah antara enam dan delapan jam terbang tanpa pengisian ulang bahan bakar di udara. 

Sumber: Antara

Petinggi Korea Selatan Kagumi KRI Dewaruci

JAKARTA-(IDB) : KRI Dewaruci, siapa tidak tahu? Pada L'Armada 2003 di Perancis --sebagai misal-- dia menjadi satu-satunya wakil kapal layar tiang tinggi dari Asia dan Afrika yang hadir di perhelatan maritim internasional dengan peserta puluhan koleganya.

Bukan main-main untuk bisa ke sana dengan jarak tempuh dan waktu hingga 12.000 mil laut dan berbulan-bulan. Dia bukan kapal baru, buatan 1953 dari Hamburg, Jerman. Bung Karno sangat percaya pada peran ampuh KRI Dewaruci sebagai goodwill ambassador Tanah Air.

Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Kwan-jin, diberitahu beberapa fakta dari segudang fakta tentang kapal perang non kombatan berkelir putih bersih itu. Kim geleng-geleng kepala mengagumi ketangguhan kapal latih taruna TNI-AL, KRI Dewaruci, yang disaksikan dalam bentuk model berskala.

"Ini kapalnya pakai mesin? Karena kapal ini sudah melakukan beberapa kali muhibah keliling dunia," katanya. Paling tidak sudah 36 misi pelayaran latih dan navigasi astronomi dilakoni KRI Dewaruci.

Korea Selatan tidak memiliki kapal layar latih militer sekelas KRI Dewarusi. Dia bertanya kepada Direktur Utama PT PAL, Harsusanto, yang mendampingi Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Jumat.

Pertanyaan itu pun dijawab Harsusanto, "Pakai, kapal ini sudah menggunakan mesin." Mendengar itu. Menhan Korsel Kwan-Jin pun berdecak kagum. KRI memang dilengkapi mesin diesel berdaya cuma ratusan tenaga kuda saja sehingga kecepatan maksimalnya pun cuma 11-12 knot per jam. Jika dipadu layar, bisa mencapai 17 knot per jam.

"Kalian, Indonesia, pasti sangat bangga memiliki kapal ini," kata Kim.

Kim memang tidak cuma datang untuk mengagumi KRI Dewaruci. Itu cuma bagian saja dari penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pertahanan kedua negara.

Indonesia memang tengah menjalin kerja sama pertahanan dengan Korea Selatan. Untuk awal, pesawat tempur latih dasar-lanjut, T-50 Eagle, dibeli dari negara itu sekaligus menyisihkan kompetitor Rusia-nya, Yakovlev Yak-130 Mitten.

Menurut rencana besar pertahanan negara, Indonesia akan merancang dan membangun pesawat tempur sekelas F-16 Fighting Falcon bersama mitra Korea Selatannya itu. 

Sumber: Antara