Pages

Jumat, Juli 22, 2011

KRI Banda Aceh-593 Angkut Pasukan ke Pangkalan

JAKARTA-(IDB) : Salah satu kapal perang jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) KRI Banda Aceh – 593 jenis Landing Platform Dock (LPD) mengangkut pasukan dan materiil Marinir usai mengikuti Lampung Expo-2011 dan latihan Denjaka tiba di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok Jakarta, Kamis malam.

Kapal perang dengan Komandan Letkol Laut (P) May Franky Pasuna Sihombing tersebut mengangkut pasukan dan material dari dermaga Kontainer Panjang Lampung, satu pleton pengawak material dari Batalion Kavaleri Pasukan Marinir-2 (Yonkav Pasmar-2) dan materiil pameran diantaranya satu pucuk HOW 105, satu unit truk penarik, satu unit roket RM 70 Grad, satu unit BMP-3 serta satu unit LVT-7 tanggal 11 Juli 2011 usai mengikuti Lampung Expo-2011.

Selain mendukung kegiatan Lampung Expo-2011, kapal perang yang sehari-hari di bawah Pembinaan Satlinlamil Jakarta tersebut melaksanakan kegiatan operasi lintas laut mengangkut sejumlah pasukan dengan kekuatan satu kompi pasukan Marinir dan material yang digunakan selama pelaksanaan latihan yang ditinjau secara langsung oleh kasum TNI Letjen TNI J. Suryo Prabowo.

Pasukan yang diangkut tersebut antara lain terdiri dari satu kompi dari pasukan khusus TNI AL yang dikenal Detasemen Jalamangkara (Denjaka) dan personel pengawak alutsista Marinir yang mengikuti Lampung Expo beberapa waktu lalu. Sedangkan material latihan yang diangkut antara lain satu unit truk Tatra 5 ton, 13 unit truk 2,5 ton, delapan unit kendaraan kecil (rancil), satu unit sepeda motor, 22 unit perahu karet, empat unit sea rider serta 44 unit motor tempel (mopel) PK.

Menurut Komandan KRI Letkol Laut (P) May Franky Pasuna Sihombing, selama kegiatan lintas laut Lampung – Tanjung Priok dengan jarak kurang lebih 122,07 Nautical Mile (NM) dengan kecepatan 15 knot, dilaksanakan berbagai serial latihan dalam rangka meningkatkan kemampuan seluruh pengawak unsur KRI, diantaranya peran-peran tempur bahaya udara, peran kecelakaan di laut dan peran kebakaran sesuai dengan protap di kapal perang.

Hal tersebut dilaksanakan sesuai dengan arahan Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) Laksda TNI Didit Herdiawan, MPA., MBA. bahwa setiap kegiatan operasi agar meningkatkan kesiapsiagaan seluruh pengawak unsur dalam mengoperasikan alat utama TNI AL.

Sumber: Poskota

Dua Armada Laut RI Bertolak Menuju Thailand

BINTAN-(IDB) : Dua Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yaitu KRI Diponegoro-365 dan KRI Tongkol-813 bertolak menuju Thailand dari dermaga Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) Mentigi Pulau Bintan Kepri Jum’at (21/07). 

KRI Diponegoro yang dikomandani Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo dan KRI Tongkol di Komandani Mayor Laut (P) Bimo Adji akan melaksanakan Latihan Bersama(Latma) dengan Angkatan Laut (AL) Negeri Gajah Putih Royal Thailand Navy (RTN).
Kedua kapal perang yang berada di jajaran Koarmatim itu melaksanakan perjalanan Lintas Laut (Linla) dari Tanjung Uban menuju Pangkalan Angkatan Laut RTN yang berada di Sattahip Naval Base Thailand dengan memakan waktu selama kurang lebih dua hari. 

Seluruh prajurit KRI telah menyiapkan fisik dan mental, kemampuan dan profesionalisme sesuai tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing dengan berlatih secara rutin sebelum berangkat menuju daerah latihan yang sesungguhnya.
Selain menggemban tugas Latihan Bersama (Latma) kedua KRI tersebut juga membawa misi diplomasi memeperkenalkan beberapa seni dan kebudayaan asli dari Tanah Air yang akan ditampilkan dihadapan para pejabat dari Kedutaan Besar (Dubes) RI di Thailand dan pejabat RTN.  

Sebagai wujud dari peningkatan kerja sama bilateral kedua negara yang merupakan bagian dari wilayah regional Asia Tenggara, maka TNI AL dan RTN merasa perlu untuk melaksanakan peningkatan kerja sama di bidang latihan guna meningkatkan profesionalisme kedua Angkatan Laut yang diwujudkan dalam bentuk latihan bersama Sea Garuda 16AB - 11.
Latihan bersama ini merupakan upaya untuk menyamakan persepsi dan tindakan dalam hal penanganan dan tindakan dalam menghadapi kemungkinan ancaman yang mungkin terjadi di wilayah perairan laut negara masing-masing pada umumnya dan di Laut China Selatan pada khususnya. 

Latihan itu juga untuk mempererat kerja sama antara TNI AL dan RTN serta meningkatkan ketrampilan profesionalisme maupun kerja sama pada tingkat unsur dalam operasi laut bersama. Selain itu kegiatan tersebut untuk memelihara dan meningkatkan hubungan baik antara kedua negara dalam rangka menjaga stabilitas keamanan regional. 

Sumber: TNI AL

Update : Prajurit Penjaga Perbatasan Perlu Di Beri Penghargaan

P. NIPAH-(IDB) : Para prajurit penjaga perbatasan dan pulau terluar Indonesia harus diberikan penghargaan. Penghargaan ini bertujuan agar mereka memiliki kebanggaan terhadap Indonesia. saat memberikan arahan kepada prajurit Satgas Pengamanan Pulau Nipa, Kamis (21/7) Wakil Menteri Pertahanan menyampaikan rasa bangganya kepada para prajurit yang tetap memiliki moril tinggi.

Keberadaraan para prajurit di pulau terluar mempunyai dua makna, pertama sebagai penjaga teritorial terdepan dalam rangka kedaulatan negara di bidang pertahanan negara, dan kedua adalah bagian yang tak terpisahkan dalam rangka mendukung kebijakan ekonomi secara nasional.

Dikatakan Wamenhan, pemerintah melalui Kemhan telah dan terus berupaya memberikan tunjungan bagi prajurit yang melaksanakan tugas pengamanan perbatasan dan pulau terluar. Untuk itu prajurit Pulau Nipa diberikan tunjangan paling tinggi yaitu 150 % dari gaji pokok. Hal ini dikarenakan Pulau Nipa merupakan pulau yang tidak ada penduduknya.

Wamenhan menjelaskan, Pemerintah membedakan hal-hal yang demikian dengan harapan agar moril dan semangat prajurit tetap tinggi dan pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada para prajurit dapat maksimal.

Sumber: Jurnas

Industri Kapal Dalam Negeri Di Minta Meningkatkan Produksinya

KCR 40 Celurit produksi PT. Pelindo Batam
KRI Banjarmasin produk PAL
BATAM-(IDB) : Kementerian Pertahanan akan mendorong peningkatan produksi kapal perang dalam negeri sesuai dengan kebijakan pemerintah dan kebutuhan TNI AL sebagai penggunanya.

"Kapal perang produksi dalam negeri besar manfaatnya, kami akan terus mendorong produksi dalam negeri sesuai dengan anggaran yang tersedia," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Batam, Kamis.

Menurut dia, di Indonesia ada tiga daerah yang menjadi pusat pembuatan kapal perang TNI AL, yaitu Batam, Surabaya, dan Jakarta.

"Saat ini TNI AL masih membutuhkan tambahan kapal perang untuk memperkuat pertahanan laut Indonesia," katanya.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan Kapal RI Clurit 40 meter, buatan putera-puteri Indonesia yang akan digunakan untuk mengamankan perairan Indonesia bagian barat, di Batam, 25 April 2011.

Menteri mengatakan KRI Clurit jenis kapal rudal cepat merupakan kebanggaan karena dirancang dan dibangun anak bangsa yang bekerja di PT Palindo Marine, Batam.

Peluncuran KRI Clurit-40, kata dia, merupakan jawaban atas rasa tanggung jawab menjaga laut NKRI yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang tinggi.

Apalagi, kata dia, selain memiliki kandungan SDA yang tinggi banyak alur perairan NKRI menjadi alur perdagangan internasional.

"Ini sebagai mile stone menuju kemandirian industri pertahanan," kata Menteri.
KCR Trimaran Produk PT. Lundin Industry Invest Banyuwangi yang segera memperkuat armada TNI AL
Ia mengatakan produksi alat utama sistem persenjataan (alutsista) tidak akan berhenti pada KRC. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain. Selanjutnya, akan dibuat kapal perusak dan kapal selam.

TNI AL, kata Menteri, membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan TNI AL memesan dua KCR-40, dan berencana memesan 20 lagi kapal dengan jenis yang berbeda.

KCR-40 akan beroperasi di Indonesia bagian barat, disesuaikan dengan kondisi geografis yang dikelilingi pulau-pulau dan selat.

Sumber: Antara

P. Nipah Menjadikan Prioritas Pengembangan Kemhan

P. NIPAH-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengunjungi Pulau Nipah, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis (21/7). Kunjungan observasi untuk mengetahui sejauh mana infrastruktur yang telah dikembangkan di Pulau Nipah.

Pengembangan Pulau Nipah merupakan bagian dari kebijakan pemerintah khususnya kebijakan defence supporting economy (pertahanan mendukung ekonomi). Kebijakan pemerintah, pembangunan Pulau Nipah menjadi model pulau-pulau terluar lainnya yang memiliki potensi tidak hanya kepentingan kedaulatan pertahanan dan keamanan negara tetapi juga untuk menunjukan kedaulatan ekonomi nasional.

Pengembangan Pulau Nipah merupakan soliditas antara pertahanan dan ekonomi. ”Selain sebagai ujung tombak pulau-pulau terluar, Pulau Nipah juga sebagai ujung tombak pengembangan ekonomi secara keseluruhan" kata Wamenhan.

Pemerintah melalui Kemhan menargetkan dalam dua tahun ke depan Pulau Nipah sudah menjadi kawasan yang melambangkan defence supporting economic.

Kemhan berkepentingan untuk segera memformulasikan rujukan dalam model bagaimana pulau-pulau terluar ini diolah untuk mendukung pertahanan. ”Pada 2014 Pulau Nipah sudah hijau, sudah terbangun infrastruktur pertahanan dan ekonomi,” katanya.

Kunjungan ini diharapkan dapat mendukung tahapan pembangunan yang berhubungan dengan sinkronisasi, keperluan legalitas maupun akselerasinya. Peran pemerintah daerah juga dibutuhkan karena sebagai bagian dari penanggung jawab kewilayahan pemerintahan.

Sumber: Jurnas

TNI AD Intensifkan Inventarisasi Teritorial Darat NKRI

BUKIT TINGGI-(IDB) : TNI Angkatan Darat (AD) intensif melakukan pendataan dan inventarisasi teritorial darat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui rangkaian Ekspedisi Bukit Barisan (BB). Ekspedisi ini, sekaligus menumbuhkan kasadaran teritorial masyarakat terhadap lngkungan dan negara.

"Pendataan ini harus terus - menerus ditingkatkan untuk absasih teritorial serta melahirkan kepedulian masyarakat kita di daerah," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo pada acara penutupan Ekspedisi Bukit Barisan (BB) 2011 di Jakarta, Selasa (19/7).

Ekspedisi melingkupi penjelajahan Gunung Leuser (Aceh), Sinabung (Sumut), Singgalang (Sumbar), Kerinci (Jambi), Seublat (Bengkulu), Dempo (Sulsel) dan Tanggamus (Lampung). Diharapkan data-data lengkap soal Bukit Barisan ini akan memperkaya ilmu pengetahuan di Indonesia.

Selain prajurit 447 prajurit Kopassus dan Kostrad, Tim Ekspedisi menyertakan para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (Undip)dan Universtas Gajah Mada (UGM) serta beberapa organisasi pecinta alam dan PMI.

Menurut KSAD, pelaksanaan ekspedisi Bukit Barisan menjadi pintu masuk membangkitkan nasionalisme masyarakat yang tinggal di perbatasan maupun di desa terpencil. Budaya- budaya daerah yang sama sekali belum tergali, kata dia, bisa diinventarisir dan dikenalkan kepada masyarakat luas. "Tapi apapun yang diperoleh oleh Tim Ekspedisi Bukit Barisan, sebaiknya ditindaklanjuti oleh para stake holder untuk masa depan dan kelanjutan teritoria dan nasionlisme," kata dia.
Sumber: Suarakarya

Update : Penjualan Senjata Bukan Pelanggaran HAM

BERLIN-(IDB) : Menteri Pembangunan Jerman, Dirk Niebel, mereaksi protes-protes terhadap keputusan pemerintah yang menjual 200 Tank ke Arab Saudi. Ia mengatakan, "Ekspor senjata tidak melanggar hak asasi manusia, bahkan hal ini dapat mencegah terjadinya perang."
 
Kantor Berita Fars yang mengutip media-media Jerman, melaporkan, Niebel membela kebijakan pemerintah Jerman yang memperdagangkan senjata. Dikatakannya, "Stabilitas di wilayah berujung pada dukungan atas hak asasi manusia. Hal itu tu bukan hanya terbatas di negara tersebut tetapi juga di negara-negara tetangga."

Tanpa menyinggung keputusan pemerintah Jerman yang menjual tank ke Arab Saudi, Niebel menambahkan: "Di masa perang dingin, sistem pertahanan dan senjata diperlukan sehingga tidak terjadi perang."

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Jerman, Thomas de Maiziere menyinggung kondisi hak asasi manusia yang tak stabil di Arab Saudi, dan mengatakan, "Stabilitas di negara ini sangat penting bagi Jerman."

Arab Saudi dalam kontrak militernya dengan Jerman, berencana membeli 200 tank canggih, Leopard II. Kebijakan Arab Saudi yang berkeinginan membeli tank dari Jerman, tentunya mengkhawatirkan lembaga-lembaga HAM. 

Sebab, rezim Saudi dikhawatirkan akan menggunakan senjata-senjata tersebut untuk memberantas para pendemo damai pro demokrasi di kawasan. Terkait permintaan senjata dari Saudi, para pejabat Jerman berselisih pendapat. Bahkan rencana penjualan senjata itu dapat berpengaruh pada posisi partai milik Kanselir Jerman, Angela Merkel.

Penjualan satu unit kapal selam canggih kepada Israel adalah salah satu transaksi terbaru Jerman di bidang senjata.

Sumber: Irib

Israel Tetap Tak Sudi Meminta Maaf Kepada Turki

TEL AVIV-(IDB) : Rezim Zionis Israel menekankan tidak akan meminta maaf kepada Turki karena pembantaian terhadap warga negara ini di Kapal Mavi Marmara karena Tel Aviv menilai permintaan maaf berarti pengakuan kesalahan dan tanggung jawab.
 
Kantor Berita AFP Kamis (21/7) dalam laporannya dari Baitul Maqdis mengutip pernyataan Deputi Perdana Menteri Israel, Yoshe Yaalon menyebutkan, Yaalon menekankan,"Kami tidak siap meminta maaf, karena hal ini mengharuskan kami menerima tanggung jawab sebagai pelaku pembantaian."

"Tidak terdapat tempat di otak saya kata maaf atau sejenisnya yang mengharuskan kami bertanggung jawab atas kematian warga Turki," tegas Yaalon. 

Petinggi rezim penjajah Palestina ini menyatakan, Tel Aviv hanya siap merilis statemen yang menyatakan penyesalannya atas tewasnya warga Turki di Kapal Mavi Marmara.

Seperti dikutip AFP, sayang usulan ini ditolak Turki karena Ankara menilai Tel Aviv tidak bersedia bertanggung jawab atas ulahnya tersebut.

Sumber: Irib

Seoul poised to export submarines to Indonesia

SEOUL-(IDB) : Indonesia will likely pick Korea as the preferred bidder for its submarine acquisition program, worth $1.08 billion, industrial sources said Thursday.

“France has been practically eliminated from the race,” an official of Korea's Daewoo Shipbuilding and Marine (DSME) said, asking for anonymity.

He said once the deal is sealed, Korea's Daewoo Shipbuilding and Marine will be selling three 1,400-ton submarines to the Southeast Asian country.

The official said the two other bidders, Germany and Russia, were pulled out of the race in March this year for failing to meet the Indonesian Navy’s requirements.

“From April, Indonesia only invited Korea and France to make presentations, automatically disqualifying Germany and Russia” he said.

Son Hyeong-yeong, spokesman of the state-run Defense Acquisition Program Administration, confirmed that Korea has offered to export three submarines to Indonesia.

“If Korea wins the bid, two of the submarines will be manufactured here, while the remaining one will be assembled in Indonesia with key components produced in Korea,” he said.

Son, however, denied the media report that Taufik Kiemas, the speaker of the Indonesian People's Consultative Assembly, told Prime Minister Kim Hwang-sik Wednesday that DSME is certain to win the project.

“None of the officials and the reporter present at the gathering between Kiemas and Kim heard submarines mentioned in the discussions,” he said.

Son noted that Korea has yet to receive any formal notification from Indonesia concerning its preferred bidder status.

Senior defense officials say the Indonesian and Korean governments are waiting to announce the result until Defense Minister Kim Kwan-jin pays a visit to Indonesia in September.

Korea and Indonesia have seen an increase in bilateral defense exchanges since the leaders of the two countries have made motions to jointly develop weapons and boost bilateral trade.

President Lee Myung-bak and his counterpart Susilo Bambang Yudhoyono agreed in December last year to seek joint development of weapons and defense technologies, including tanks, submarines and trainer jets.

In May, Korea Aerospace Industries (KAI) signed a deal to export 16 T-50 jets worth $400 million to Indonesia. Korea's 10th biggest trade partner with their bilateral trade volume estimated at $22.9 billion in 2010.

Source: KoreaTimes

Daewoo Menjadi Penawar Unggulan Tender Kapal Selam RI

JAKARTA-(IDB) : Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co. menjadi penawar unggulan untuk pembuatan tiga kapal selam yang dipesan oleh Kementerian Pertahanan Indonesia. Sumber di pemerintah Korea Selatan (Korsel) mengungkapkan kepada koran Chosun Ibo dan kemudian dikutip Bloomberg pagi ini menyatakan nilai kontrak pembuatan kapal selam tersebut sebesar US$1,08 miliar.

Dia mengungkapkan Ketua MPR Taufik Kiemas telah menyampaikan kepada PM Korea Selatan Kim Hwang Sik kalau Daewoo hampir dipastikan mendapatkan proyek ini. Taufik Kiemas berkunjung ke galangan kapal Daewoo di Okpo, Pulau Geoje pada Selasa.

Dalam tender pembuatan kapal selam, Daewoo bersaing dengan Jerman, Prancis, dan Rusia. Apabila Daewoo dipastikan memenangkan tender tersebut, bisa dipastikan merupakan ekspor senjata terbesar Korea Selatan. 

Nilainya melampaui penjualan 16 pesawat jet latih tempur T-50 Golden Eagle ke Indonesia senilai US$400 juta. Nilai kontrak pengadaan kapal selam ini juga hampir setara dengan total ekspor senjata Korea Selatan pada tahun lalu yang mencapai US$1,19 miliar.

Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Korsel untuk pengembangan jet tempur Korea Fighter Xperiment (KFX) yang diperkirakan anggaran US$8 miliar. Indonesia mendapat porsi anggaran US$1,6 miliar sehingga berhak atas 20% dari laba penjualan dan jatah 50 unit pesawat tempur tersebut.

Rencananya, pesawat tempur KFX didesain sebagai pesawat dengan kursi tunggal yang disokong mesin kembar setara kelas General Electric F414 atau Snecma M88 yang digunakan pada F/A-18E/F Boeing dan Dassault Rafale. Apabila pesawat tempur ini terwujud akan berganti nama menjadi pesawat F-33.

Proyek ini ditargetkan rampung pada 2024. Ada tiga tahapan dalam proyek ini yaitu Technical and Development Phase yang akan dimulai akhir Juli 2011, lalu Engineering Development Phase.

Sumber: Bisnis

TNI AD Kirim 650 Personel Dari Batalion 621 Batali Ke Ambalat

Illustration
BARABAI-(IDB) : Pangdam VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Tan Aspan, didampingi Danrem 101 Antasari Kolonel Inf Komaruddin S, dan Dandim 1002 Letol Inf Heri Pribadi, berkunjung ke Bataliyon 621, di Batali, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Rabu (20/7/2011). 

Kunjungan tersebut, untuk menemui 650 prajurit, yang segera dikirim ke Ambalat, perbatasan Kaltim-Malaysia Agustus 2011 mendatang. Pangdam dalam kesempatan itu berdialog dan bercanda dengan 650 prajurit.

Sikap Pangdam yang ‘cair’ tersebut, membuat para prajurut tampak senang dan santai. “Siapa di sini yang asli orang Kalimantan,” tanya Tan Aspan. ‘Siap!” kata beberapa prajurit sambil mengacungkan tangan.

Pangdam pun berharap, makin banyak putera dari Kalimantan yang menjadi anggota TNI. Dalam kesempatan itu, Pangdam berpesan, kepada para prajurit agar melaksanakan tugas sebaik-baiknya, sesuai sumpah prajurit. “Jaga nama baik TNI dan bertugaslah dengan ikhlas untuk negara,” katanya.

Sebelumnya, Tan Aspan bersilaturahmi dengan Bupati HST Harun Nurasid, yang diterima Harun di kediamannya. Dalam pertemuan silaturahmi itu, Harun dan Aspan terlibat berbincang akrab sambil menikmati hidangan berupa kue lam.

Sumber: Tribun

Pakistan Naval Ship Visit To China

BEIJING-(IDB) : Pakistani naval ship formation composed of the "Shamsheer" guided-missile frigate (Hull No. FFG-252) and the "Nasr" comprehensive supply ship (Hull No. A-47) led by the Pakistani Navy Commodore Mohammed Amjad arrived in Qingdao, east China’s Shandong Province, to start a four-day-long goodwill visit.

Sun Dezhong, deputy commander of the North China Sea Fleet of the Navy of the Chinese People’s Liberation Army (PLA), presided over a grand welcoming ceremony at the wharf, and Vice Admiral Muhammad Asif Sandila, deputy chief of staff of the Pakistani Navy, who arrived in Qingdao earlier, attended the ceremony. Afterward, senior officers from the Pakistani side called on Tian Zhong, commander of the North China Sea Fleet of the PLA Navy, and Zhang Hui, vice mayor of the Qingdao Municipal People’s Government.




The year of 2011 marks the 60th anniversary of the establishment of Sino-Pakistani diplomatic relations and the "Year of China-Pakistan Friendship", and the visit of the Pakistani naval ship formation to Qingdao is a part of the commemorative activities.


During the four-day-long goodwill visit, the Pakistani officers and men will visit Chinese naval ships and the Naval Submarine Academy, tour the Qingdao Beer Museum, the Olympic Sailing Center and the Mt. Laoshan among other scenic spots, and hold friendly sports activities with the officers and men of the PLA Navy. At the end of the visit, the Chinese side and the Pakistani side will hold joint maritime drills.


It is learned that the two Pakistani naval ships on visit to Qingdao were both made by China, and the "Nasr" comprehensive supply ship ever visited Qingdao in April 2009 to participate in the multi-national naval activities in celebration of the 60th anniversary of the founding of the Chinese PLA Navy.

Source: ChinaDefense

800th Bushmaster Made in Australia

AUSTRALIA-(IDB) : Minister for Defence Stephen Smith and Minister for Defence Materiel Jason Clare were in Bendigo today to thank local workers as the 800th Bushmaster protected mobility vehicle rolled off the production line.

Bushmasters have unquestionably saved lives in Afghanistan. The vehicles have proven to be very effective, providing Australian troops with mobility and protection, particularly against Improvised Explosive Devices.

Workers at the Thales factory in Bendigo have been producing Bushmaster vehicles for the Australian Defence Force, and export orders for the United Kingdom and the Netherlands.

In May, the Government announced the purchase of an additional 101 Bushmaster vehicles to support ADF operations in Afghanistan. The vehicles, together with associated support, are being purchased at a total cost of $133 million. This includes fitting Middle East Area of Operations protection kits and protected weapons stations.

It also includes funding to evaluate a range of enhancements to the Bushmaster vehicle to increase the level of protection it provides to ADF personnel. If these enhancements are viable they may be applied to the 101 vehicles.

The vehicles will be manufactured at the Bendigo factory and will be delivered over the next 18 months.

Ministers Smith and Clare paid tribute to the professionalism of the workers at the Bendigo factory, saying that their work was helping to save the lives of Australian soldiers in Afghanistan.

The Ministers also recognised that Australian workers around the country are also involved in the production of the Bushmasters. Iron ore mined from the Pilbara and coking coal from the Hunter is forged in Port Kembla and cut to size in Melbourne and delivered to Bendigo where it is welded together to produce Bushmaster vehicles.

The Bushmasters are produced in seven military variants - troop, command, mortar, assault pioneer, direct fire weapon, ambulance and air defence.

The V-shaped monocoque hull of the Bushmaster provides a high degree of protection against Improvised Explosive Devices, deflecting blast away from the vehicle and its occupants.

Source: Defencetalk