JAKARTA-(IDB) : Senator Ahli Dewan Negara Malaysia Mohamad Ezam di Jakarta, Rabu menegaskan bahwa kaum muda di Malaysia dan Indonesia harus lebih sering menjalin komunikasi agar mereka tidak mendapat informasi yang tidak akurat mengenai hubungan kedua negara serumpun.
"Memang diakui bahwa para pemuda di Malaysia dan mungkin juga di Indonesia mendapatkan informasi dari sumber lain seperti internet dan media," kata Mohammad Ezam saat memimpin sekitar 30 pemuda dari berbagai ormas Islam Malaysia saat berkunjung ke redaksi LKBN ANTARA.
Ezam mengakui bahwa hubungan antara para pemuda Malaysia dan Indonesia saat ini memang tidak sedekat generasi yang lebih muda.
"Perlu ada suara murni dan tenang dan lebih paham dalam memandang hubungan antara Malaysia dan Indonesia. Anak muda di Malaysia juga harus diberi pandangan yang benar soal Indonesia sehingga bisa dihindari salang pengertian," katanya.
Lebih jauh Ezam menegaskan bahwa ibarat dua orang bersaudara, hubungan kedua negara serumpun tersebut sering mengalami pasang surut dan media juga ikut berperan dalam menentukan arah hubungan tersebut.
"Ibarat dua orang bersaudara, adalah sebuah hal yang lumrah bila terjadi konflik karena kemudian hubungan akan kembali mencair. Tapi kadang-kadang kalau orang bersaudara kalau ada pertengkaran bisa menjadi eksplosif," kata Ezam yang didampingi oleh rekannya Direktur Utama Perum ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf dan Pemimpin Redaksi Saiful Hadi.
Sementara itu Syafril Azmi, salah satu anggota rombongan yang berasal dari organisasi Jaringan Melayu Malaysia (JMM) juga mengatakan bahwa ia berharap agar pada masa mendatang para pemuda kedua lebih sering melakukan kunjungan agar terjadi saling pengertian.
"Saya kira sikap permusuhan dan konflik antara kedua negara yang sering belakangan ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara kedua negara, termasuk antara para pemuda. Selain itu, kaum muda Malaysia juga lebih banyak mendapatkan informasi dari sumber lain seperti internet yang sering menyampaikan informasi yang tidak sepenuhnya benar," kata Safril, yang mengaku para leluhurnya berasal dari Sumatera Barat.
Sementara itu Margani M. Mustar, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pengendalian Kependudukan dan Pemukiman yang juga hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan, sebagai sesama rumpun bangsa Melayu, sudah saatnya Indonesia dan Malaysia bersatu untuk mengejar ketinggalan dari suku bangsa lain yang lebih dulu maju.
"Di dunia ini terdapat tujuh suku bangsa dan salah satunya adalah suku bangsa Melayu. Kaum kulit putih sudah berjaya dan demikian pula dengan bangsa Arab, sekarang saatnya bagi suku bangsa Melayu untuk bangkit," kata Margani.
Dalam kunjungan selama empat hari di Jakarta, kelompok organisasi Islam Malaysia tersebut melakukan kunjungan ke berbagai tempat, diantaranya Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan Universitas Indonesia di Depok.
"Memang diakui bahwa para pemuda di Malaysia dan mungkin juga di Indonesia mendapatkan informasi dari sumber lain seperti internet dan media," kata Mohammad Ezam saat memimpin sekitar 30 pemuda dari berbagai ormas Islam Malaysia saat berkunjung ke redaksi LKBN ANTARA.
Ezam mengakui bahwa hubungan antara para pemuda Malaysia dan Indonesia saat ini memang tidak sedekat generasi yang lebih muda.
"Perlu ada suara murni dan tenang dan lebih paham dalam memandang hubungan antara Malaysia dan Indonesia. Anak muda di Malaysia juga harus diberi pandangan yang benar soal Indonesia sehingga bisa dihindari salang pengertian," katanya.
Lebih jauh Ezam menegaskan bahwa ibarat dua orang bersaudara, hubungan kedua negara serumpun tersebut sering mengalami pasang surut dan media juga ikut berperan dalam menentukan arah hubungan tersebut.
"Ibarat dua orang bersaudara, adalah sebuah hal yang lumrah bila terjadi konflik karena kemudian hubungan akan kembali mencair. Tapi kadang-kadang kalau orang bersaudara kalau ada pertengkaran bisa menjadi eksplosif," kata Ezam yang didampingi oleh rekannya Direktur Utama Perum ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf dan Pemimpin Redaksi Saiful Hadi.
Sementara itu Syafril Azmi, salah satu anggota rombongan yang berasal dari organisasi Jaringan Melayu Malaysia (JMM) juga mengatakan bahwa ia berharap agar pada masa mendatang para pemuda kedua lebih sering melakukan kunjungan agar terjadi saling pengertian.
"Saya kira sikap permusuhan dan konflik antara kedua negara yang sering belakangan ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara kedua negara, termasuk antara para pemuda. Selain itu, kaum muda Malaysia juga lebih banyak mendapatkan informasi dari sumber lain seperti internet yang sering menyampaikan informasi yang tidak sepenuhnya benar," kata Safril, yang mengaku para leluhurnya berasal dari Sumatera Barat.
Sementara itu Margani M. Mustar, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pengendalian Kependudukan dan Pemukiman yang juga hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan, sebagai sesama rumpun bangsa Melayu, sudah saatnya Indonesia dan Malaysia bersatu untuk mengejar ketinggalan dari suku bangsa lain yang lebih dulu maju.
"Di dunia ini terdapat tujuh suku bangsa dan salah satunya adalah suku bangsa Melayu. Kaum kulit putih sudah berjaya dan demikian pula dengan bangsa Arab, sekarang saatnya bagi suku bangsa Melayu untuk bangkit," kata Margani.
Dalam kunjungan selama empat hari di Jakarta, kelompok organisasi Islam Malaysia tersebut melakukan kunjungan ke berbagai tempat, diantaranya Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan Universitas Indonesia di Depok.
Sumber: Antara