Pages

Rabu, Maret 23, 2011

Seoul Latihan Dengan Peluru Tajam

Sebuah kapal Angkatan Laut Korea Selatan meninggalkan pangkalan di pelabuhan Incheon, di barat Seoul tanggal 24 November 2010 menuju pulau Yeonpyeong setelah pulau itu dihajar artileri Korea Utara sehari sebelumnya.
SEOUL-(IDB):Seoul, Rabu (23/3/2011), mengatakan, militernya akan melakukan latihan penembakan peluru tajam pekan ini untuk memperingati ulang tahun pertama tenggelamnya sebuah kapal perang Korea Selatan di dekat perbatasan Korea Utara.
Pesawat-pesawat tempur dan unit-unit artileri Korea Selatan (Korsel) akan melakukan latihan gabungan pada Kamis di dekat perbatasan laut yang tegang dengan Korea Utara (Korut), kata Kementerian Pertahanan. Latihan di Pocheon, 30 km utara Seoul akan diikuti dengan latihan penembakan kapal-kapal angkatan laut, Sabtu, katanya.    
Korsel memulai latihan seminggu dari Senin dalam unjuk kekuatan memperingati ulang tahun pertama tenggelamnya kapal perangnya pada 26 Maret tahun lalu di dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan, kata seorang juru bicara kementerian itu. Korsel menuduh Korut menorpedo kapal yang menewaskan 46 pelautnya. Pyongyang membantah tuduhan itu.    
Surat kabar-surat kabar mengatakan, kapal-kapal perang Korsel dan pesawat tempur akan dikerahkan dalam latihan tiga hari mulai Jumat untuk serangan-serangan simulasi oleh kapal-kapal selam, kapal-kapal perang, dan jet-jet tempur Korut.    
Badan Hidrografi dan Oseanografi Korea mengeluarkan satu peringatan pada kapal-kapal sipil bahwa latihan-latihan penembakan kapal-kapal perang akan diselenggarakan pada Sabtu di tiga lokasi lepas pantai semenanjung itu. Badan itu juga memperingatkan latihan-latihan penembakan lepas pantai akan dilakukan pada setiap saat antara 28 Maret dan 1 April.     

Korsel, yang tetap secara teknis berada dalam perang dengan Korut karena konflik mereka 60 tahun lalu, mengatakan, latihan itu adalah untuk tujuan pertahanan. Tetapi, ketegangan antara kedua negara itu meningkat sejak Korut menembaki satu pulau perbatasan pada 23 November yang menewaskan empat orang.    
Pasukan Amerika Serikat dan Korsel melakukan latihan tahunan Key Resolve/Foal Eagle pada 28 Februari. Mereka menyelesaikan latihan perang yang dikomputerisasi pada 10 Maret, tetapi latihan bersama di lapangan akan dilanjutkan pada Maret dan April.    
Dua latihan itu, yang dikecam Korut sebagai latihan untuk invasi, melibatkan 12.300 tentara AS dan sekitar 200.000 tentara Korsel, termasuk pasukan cadangan. Mulai Selasa, sekutu-sekutu itu telah melakukan latihan laut tiga hari untuk meningkatkan kemampuan mereka mengerahkan peralatan militer yang banyak dan pasokan-pasokan tanpa satu pelabuhan pasti.   
Sebanyak 20 kapal dan kendaraan amfibi ikut serta dalam latihan itu, pertama tipe itu di Laut Kuning, kata Kementerian Pertahanan.
Para pejabat Korsel dan kelompok-kelompok sipil melakukan berbagai kegiatan pekan ini. Satu kelompok pembangkang Korut akan melakukan propaganda selebaran pada Jumat atau Sabtu dari satu pulau perbatasan, kendatipun ancaman-ancaman Pyongyang akan menembakkan artileri sebagai balasan bagi penyebaran pamflet itu.    
Mereka berencana akan menyebarkan sekitar 200.000 selebaran yang berisikan berita-berita tentang pemberontakan di Arab dan menyerukan penggulingan rezim Korut. Militer Korsel juga dikabarkan mengirim selebaran-selebaran dengan berita tentang pemberontakan di Timur Tengah.

Sumber: Kompas

Industri Strategis Di Usulkan Di Bawah Presiden

Presiden sedang inspeksi alutsista produk PT. PINDAD
JAKARTA-(IDB):Direktur Eksekutif Institute for Defense Security and Peace Studies (IDSPS) Mufti Makaarim meminta pelaksanaan Undang-Undang Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis Nasional untuk Pertahanan berada di bawah pengawasan presiden. "Karena lebih memaksa, dan lebih kuat dibanding kementerian," kata Makarim  dalam Rapat Dengar Pendapat Umum RUU Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis Untuk Pertahanan Nasional dengan Komisi Pertahanan DPR,  Rabu, 23 Maret 2011.
Urgensinya presiden harus memegang langsung industri strategis, karena presiden memiliki kewenangan yang besar dalam sisi finansial dan secara politis. Industri pertahanan strategis adalah industri yang membutuhkan dukungan finansial yang sangat besar. Sementara presiden dianggap memiliki kewenangan lebih besar untuk menentukan anggaran dibandingkan level menteri. "Kalau menteri pertahanan kan tidak mungkin mendesak menteri keuangan," ujarnya.

Selain membutuhkan pendanaan yang besar, industri strategis pertahanan juga memiliki resiko yang besar pula. Menurutnya, resiko kerugian dalam industri pertahanan sangat besar, sehingga secara politis dibutuhkan lembaga yang memiliki kekuatan besar untuk mempertanggungjawabkannya. Selain itu, presiden juga dianggap lebih memiliki kekuatan untuk melakukan koordinasi dalam menentukan kebijakan industri pertahanan ini.

Sementara itu, Ketua Komisi Inovasi Nasional Zulha mengatakan, pendanaan untuk industri pertahanan Indonesia merupakan yang terendah di kalangan negara-negara ASEAN. "Hanya 0,6 persen dari GDP," ujarnya. Sementara negara-negara lain, seperti Malaysia dan Thailand, memiliki anggaran yang mendekati 2 persen dari GDP.

Kendala anggaran menjadi hambatan terbesar dalam pengembangan industri pertahanan. Ia mengatakan, Indonesia sebenarnya memiliki sumber daya yang besar untuk mengembangkan industri ini. "Infrastruktur Iptek kita sudah cukup memadai. Wind tunnel kita di Serpong terbaik di Asia. Untuk laut, kita bisa menggunakan Hidro Dinamic di Surakarta," ujarnya.

Ia berharap dengan lahirnya undang-undang ini, permasalahan pendanaan dapat dituntaskan. Senada dengan Zulha, Mufti menilai ketiadaan payung hukum berupa undang-undang menjadikan pengembangan industri pertahanan tersendat.

Namun, hal itu dibantah Anggota Komisi I dari Partai PKS, Yoyo Yusroh. Menurutnya, hambatan pengembangan industri strategis ini bukan dikarenakan tdk adanya payung hukum. "Tetapi tidak ada political will," ujarnya. Ia pun merujuk pada berkembangnya industri serupa di Amerika dan India yang tak memiliki dasar legislasi khusus untuk pengembangan industri ini. "Karena itu kami dukung lahirnya undang-undang ini," ujarnya.

Sumber: Tempo

AU Libya Terlalu Kuno Di Mata F-22 Raptor

F-22 Raptor Pesawat Generasi ke-5 Andalan AU USA
KOMPAS-(IDB):Amerika Serikat sebenarnya memiliki pesawat tempur andalan bernama F-22 Raptor. Pesawat tempur supermanuver dengan twin engine generasi kelima ini direncanakan menjadi pesawat tempur superior, namun juga dilengkapi dengan kemampuan tambahan seperti serangan darat, perang elektronik dan signal intelegence.

Pesawat ini dirancang untuk mampu membawa peluru kendali (rudal) dalam badan pesawat sehingga tak terdeteksi musuh. Selain itu, pesawat ini juga bisa membawa bom seperti Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb (SDB) serta tak mampu dideteksi radar. F-22 dikembangkan oleh Lockheed Martin yang bermitra dengan Boeing.

Kepala Staf Angkatan udara Amerika Serikat Gen Norton Schwartz dalam pertemuan tanggal 17 Maret 2011 lalu mengatakan bahwa F-22 akan digunakan dalam serangan awal di Libya. Namun, sejak serangan tanggal 19 Maret 2011 lalu, pesawat yang digunakan hanya 3 Northrop Grumman B-2 Spirit, 4 Boeing F-15E Eagle and 8 Lockheed Martin F-16CJ Fighting Falcon. Lalu, dimana F-22?

Loren Thompson, analis dan kepala operasional di Lexington Institute mengatakan, "Para desainer F-22 memiliki dilema, apakah memilih konektivitas yang memungkinkan fleksibilitas atau kemampuan radio silence yang bisa mendukung kemampuan pesawat sebagai pesawat siluman. Pilihan itu dilakukan karena adanya keterbatasan jaringan data."

Keterbatasan F-22 adalah ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan pesawat koalisi dan keterbatasan menyerang target darat. F22 cuma mampu berkomunikasi dengan F-22 lainnya lewat intraflight data link. Itu pun hanya sebatas menerima, tidak mentransmisikan data. Thompson mengatakan, sebagai pesawat siluman, F-22 tak memiliki konektivitas yang bisa ditemukan di pesawat tempur lain.

Kelemahan lainnya adalah F-22 hanya dapat menggunakan 1000 pound JDAM yang digunakan untuk menyerang sasaran diam. Pesawat yang diproduksi sejak tahun 1997 ini juga belum mampu membawa 250 pound SDB atau membuat peta radar berupa gambar hitam putih kualitas tinggi permukaan Bumi yang diperlukan untuk memilih targetnya sendiri di darat.

Sebenarnya, hardware dan software pesawat ini akan diupgrade menjadi Increment 3.1 tahun ini. Namun, meski upgrade terseut dilakukan, F-22 hanya akan mampu menetapkan 2 target dari 8 buah SDB yang bisa dibawanya. Upgrade tersebut juga takkan mampu memperbaiki membuat pesawat mampu terhubung dengan pesawat tempur lainnya.

Upgrade selanjutnya, yakni Increment 3.2 sebenarnya direncanakan dengan Multifuction Advanced Data Link (MADL) yang juga ditemukan pada F-35 Joint Strike Fighter. Hanya dengan upgrade tersebut F-22 bisa menetapkan 8 target untuk 8 SDB yang dibawanya.

Sesuai doktrin angkatan udara, F-22 Raptor akan dipergunakan untuk membantu tugas pengebom siluman Spirit B-2 dalam "membuka pintu" untuk menyerang pertahanan udara musuh. Namun, komando US Africa yang menjalankan Operasi Dawn Odyssey di Libya mengkonfirmasi bahwa F-22 takkan terbang dalam penyerangan tersebut.

Mayor Eric Hilliard, juru bicara komando Afrika mengatakan, "Saya tidak melihat indikasi F-22 akan digunakan untuk membantu misi B-2 ataupun digunakan untuk misi selanjutnya dalam penyerangan Libya." Seperti diketahui, pengebom siluman B-2 Spirit telah digunakan dalam Operasi Fajar Oddysey untuk melumpuhkan Libya.

Selain itu, alasan lain tidak menggunakan Raptor tersebut adalah armada tempur udara Libya yang sebenarnya masih kuno. Padahal F-22 dirancang untuk menjadi mesin dengan keunggulan udara (air superiority) dalam melawan pesawat lain. Mark Gunzinger dari Center for Strategic and Budgetary Analysis, Washington mengatakan, "Raptor itu mungkin tak diperlukan. Pertahanan Libya tak sedemikian kuat sehingga bisa dilumpuhkan dengan mudah."

F-22 sendiri merupakan pesawat tempur dengan masa pengembangan yang cukup lama. Prototipe dari pesawat ini diberi nama YF-22, lalu berganti menjadi F/A 22 dan akhirnya disebut F-22. Hingga tahun 2004, sebanyak 51 F-22 telah didistribusikan.

Sumber: Kompas

Helikopter AU Singapura "CHINOOK" Mendarat Di Lanud Supadio

KUBU RAYA-(IDB): Seorang anggota Brigade Anjing Satuan Polisi Militer TNI-AU bersiaga di sekitar helikopter Chinook CH 47SD milik Republic of Singapore Air Force (RSAF), yang singgah di Lanud Supadio, Kab. Kubu Raya, Kalbar, Selasa (22/3). Dua Helikopter Chinook berpenumpang 28 personil militer itu akan kembali ke negaranya setelah melaksanakan Latihan Bersama Penanggulangan Bencana Alam ARF DIREx di Manado, Sulawesi Utara. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/Spt/11)
Beberapa personil helikopter Chinook CH 47SD milik Republic of Singapore Air Force (RSAF) mencek mesin heli ketika singgah di Lanud Supadio. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/Spt/11)

Sumber: Antara News

SUB SKIMMER Tampil di Jakarta International Defence Dialogue (JIDD)

SUB SKIMMER canggih bauatan dalam negeri
JAKARTA-(IDB): Pernah melihat sebuah kapal cepat yang bisa bergerak di atas dan di bawah permukaan air? Jika belum, cobalah datang ke pameran Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) di JC, Senayan, Jakarta Pusat. Kapal yang dibuat TNI AL tersebut dipajang di sana.

Pameran digelar mulai hari ini hingga tanggal 25 Maret 2011. Acara ini digelar oleh Kementerian Pertahanan bekerjasama dengan seluruh Kementerian Pertahanan dari beberapa negara undangan.

Sejumlah produk militer Tanah Air pun dipajang. Mulai dari senjata buatan PINDAD, teknologi jaringan keamanan, hingga produk-produk hasil pengembangan TNI.

Nah, khusus produk pengembangan dari TNI AL, ada kapal penyusup bernama Sub Skimmer. Kapal kecil yang terinspirasi dari produk Inggris diklaim sebagai produk yang bisa berfungsi untuk operasi senyap.

"Kelebihannya bisa berjalan di atas air dan menyelam. Ada engine untuk di atas dan motor transfer untuk di bawah air. Ini dibuat di Pondok Labu, pusat litbang kita," ujar Letkol A Syahroni, salah seorang anggota Litbang TNI AL kepada detikcom, Rabu (23/3/2011).

Menurut Syahroni, kapal cepat tersebut didesain dengan peredam khusus agar tak terdeteksi musuh. Kecepatannya bisa mencapai 25 knot di atas permukaan air, sementara saat menyelam mampu melaju hingga 4 knot.

"Kita tiru dari Inggris, tapi khusus buatan kita dan sudah 3 kali dicoba, lebih stabil dari produk mereka," sambungnya.

Kapal tersebut bisa digunakan untuk menampung 6 orang pasukan khusus. Di dalam kapal, ada juga peralatan penunjang seperti alat selam dan tabung oksigen.

"Biayanya untuk satu produk berkisar mulai Rp 2,5-3 miliar," lanjutnya.

Jika sudah sempurna, produk ini rencananya akan dibuat seara massif. Tidak menutup kemungkinan negara lain yang tertarik juga akan disalurkan.

"Tapi sementara ini kita gunakan buat pasukan kita dulu," terangnya.

Sumber: Detik News

Radar Mobile "SMART HUNTER" TNI AU Di Ujicoba

Para Personel TNI AU sedang uji Coba Radar Mobile
MADIUN-(IDB):Tak hanya QW-3, Smart Hunter-pun kini telah dimiliki Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (Paskhasau), pada kesempatan tersebut di uji coba di main appron Lanud Iswahjudi yang diperagakan oleh personel Paskhasau, Rabu (23/3). Rudal QW-3 yang memiliki jarak tembak efektif 6000 meter tersebut kini dilengkapi dengan peralatan Smart Hunter, semacam radar mobile dengan jarak jangkau sejauh 20-30 kilo meter.
Dalam pengoperasianya alat buatan Cina tersebut dapat dioperasikan oleh lima personel Paskhasau dan dapat berpindah-pindah tempat.   Smart Hunter yang diperagakan yaitu digunakan untuk mengetahui keberadaan posisi pesawat musuh, sehingga memudahkan bagi ”Gunner” untuk melakukan penembakan dengan menggunakan Rudal QW-3.
SMART HUNTER Radar Mobile TNI AU buatan China

Dalam uji coba yang disaksikan oleh pejabat dari Mabesau, Makor Paskhasau, Lanud Iswahjudi dan Depohar 60 tersebut menggelar peralatan Smart Hunter untuk mengetahui efektifitas peralatan tersebut serta mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan untuk menggelar Smart Hunter tersebut.   Selanjutnya uji coba penembakan/peluncuran Rudal QW-3 akan dilaksanakan di Pacitan tanggal 24/3 besok.

Sumber: TNIAU

Jakarta International Defence Dialogue Dibuka

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono Bersama Tamu Undangan
JAKARTA-(IDB):Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) bersama PM Timor Leste Xanana Gusmao (kanan), Wakil PM dan Menteri Pertahanan Singapura Teo Chee Hean (tengah) dan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (belakang kanan) memasuki ruang pembukaan acara Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) 2011 di Balai Sidang, Jakarta, Rabu (23/3). JIDD Tahun ini mengambil tema "Strengthening Security and Stability" yang diikuti oleh perwakilan dari 34 Negara dan akan berlangsung hingga 25 Maret. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ss/Spt/11)

23 Maret 2011, Jakarta -- (DMC): Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono akan membuka secara resmi penyelenggaraan The Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) di Jakarta Convention Center, Rabu (23/3). Acara dialog yang diprakarsai oleh Kementerian Pertahanan yaitu Universitas Pertahanan (UNHAN) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mempertemukan para pemimpin, perwira militer, akademisi dan pembuat kebijakan dari seluruh wilayah Asia-Pasifik dan sekitarnya dalam rangka untuk memperkuat harmonisasi prioritas keamanan dan strategi serta dialog dan keterlibatan antara pasukan pertahanan yang akan sangat penting bagi stabilitas masa depan wilayah Asia – Pasifik.

Peserta JIDD sendiri akan dihadiri lebih dari 50 pembicara internasional, diikuti 1300 peserta yang berasal dari perwakilan 27 delegasi resmi dari luar negeri. Pada JIDD tahun 2011 ini, menghadirkan pembicara diantaranya Kapolri Timur Pradopo dari Indonesia dan Menteri Strategi Keamanan Internasional dari Inggris yaitu Gerald Howard MP, Kolonel Cindy R. Debb, Ketua Deputi Departemen Studi Sosial Akademi Militer Amerika, Kasad Brazil Enzo Martins Peri, Mantan Menhan Korea Selatan Kim Tae-Young dan lain-lain.

Dialog dalam acara tersebut akan difokuskan pada permasalahan diantaranya penanganan terorisme dan pengamanan, alih teknologi dan program lainnya menyangkut manajemen hubungan antar negara melalui inovasi dan teknologi dalam rangka mempertahankan infrastuktur yang dianggap penting bagi negara.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari dimulai tanggal 23 sampai dengan 25 Maret 2011 ini juga akan membicarakan yang berkaitan dengan strategi pertahanan negara dan kawasan, dan membahas tentang inisiatif kebijakkan penanganan terorisme sampai dengan mencari metode pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam penanganan lebih lanjut di masing-masing negara.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Brunei Darussalam Sultan Mohamed Bolkiah, Wakil Sekjen Operasional PBB yaitu Alain Le Roy, Asisten Sekjen Bidang Diplomasi Publik NATO Dr.Stefanie Babst, kemudian Direktur Divisi Koordinasi dan Respon, UN Office the Coordination Humanitarian Affairs (OCHA) yaitu John Ging. Sedang ke-27 negara dari 41 anggota JIDD yang telah memastikan hadir diantaranya adalah Australia, Kanada, Jerman, Cina, Inggris, Rusia, Korea, dan lain-lain.

Rencananya kegiatan ini juga dihadiri oleh 10 Menteri Pertahanan, 8 Panglima Angkatan Bersenjata dan 9 Wakil Menteri Pertahanan.

Sumber: DMC

Kapal Perang Jerman Tidak Ikut ke Libya

Kapal Perang AL Jerman
BERLIN-(IDB):Jerman, Selasa, mengatakan bahwa kapal perangnya tidak akan berpartisipasi dalam operasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Mediterania untuk memaksakan embargo senjata berdasarkan mandat PBB di Libya.

"NATO sudah memutuskan untuk memaksakan embargo senjata atas Libya yang dapat berakhir pada suatu hasil kongkrit dan jalan lain dalam penggunaan senjata. Jerman tidak akan ikut serta dalam hal ini," kata juru bicara kementerian pertahanan kepada AFP.

"Kementerian Pertahanan telah memutuskan untuk menempatkan dua kapal frigat dan dua kapal di Mediterania berdasarkan perintah nasional," tambahnya.

Dua frigat tersebut, Lubeck dan Hamburg, merupakan bagian dari operasi "Active Endeavour" NATO untuk membendung aktivitas teroris di kawasan.

Juru bicara itu berkata, "Selama ini, kapal-kapal itu tetap berada di Mediterania dan kami belum memutuskan ke mana mereka akan pergi."

Sekitar 550 personil pertahanan ada dalam keempat kapal itu.

Selasa, NATO setuju menggunakan kekuatan angkatan laut dan udara untuk memaksakan embargo senjata di Libya


Sumber: Antara News

Belanda Siapkan 6 Pesawat F-16 Untuk Misi Libya

DEN HAAG-(IDB): Belanda akan menyumbang enam jet tempur F-16, sekitar 200 tentara, satu kapal pemburu ranjau dan satu pesawat tanker untuk menunjang upaya Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menerapkan embargo senjata terhadap Libya.

"Kami telah memutuskan untuk menyumbang pada eksekusi Resolusi 1973 PBB," Perdana Menteri Mark Rutte menerangkan kepada wartawan di Den Haag setelah pertemuan khusus kabinet yang diminta untuk membicarakan keputusan NATO melaksanakan embargo senjata yang diperintahkan PBB terhadap Libya.

"Sumbangan kami akan terdiri atas enam F-16, satu pesawat tanker DC-10 dan satu kapal pemburu ranjau," kaatanya memerinci. "Sumbangan kami dimaksudkan untuk melaksanakan embargo senjata terhadap Libya."

Menteri Pertahanan Hans Hillen mengatakan pada konferensi pers itu bahwa sekitar 200 tentara Belanda akan mengambil bagian dalam misi tersebut.

Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen sebelumnya menyatakan organisasi yang beranggota 28 negara itu telah setuju bahwa pasukan mereka akan memantau, melaporkan dan jika perlu "menghalangi kapal yang diduga membawa senjata gelap atau tentara bayaran".

Blok itu juga sepakat untuk mendukung rencana operasional untuk membantu melaksanakan zona larangan terbang di atas Libya, setelah Turki menghentikan keberatannta, tapi masih harus memutuskan apakah akan mengaktifkannya.

"Jika demikian yang diputuskan oleh NATO, kami dapat memberikan bantuan untuk menerapkan zona larangan terbang," kata Rutte.

Hillen mengatakan sumbangan Belanda pada misi itu akan berlaku tiga bulan, tapi dapat diperpanjang dengan perjanjian NATO. Militer Belanda memiliki semuanya 87 jet tempur F-16.

Sumber: Antara News

TNI AU Dibalik Insiden Bawean

JAKARTA-(IDB):Dalam tulisan kami sebelumnya, sekelumit kami kisahkah kejadian memalukan yang dialami TNI Angkatan Udara ketika pesawat F-19 Horent Amerika Serikat melewati wilayah kedaulatan udara Republik Indonesia. Namun apa daya, pesawat F-16 TNI AU gagal menghadang manuver angkatan udara AS. Sejarah kelam TNI AU tersebut belakangan popular dengan sebutan insiden Bawean.


Insiden Bawean adalah duel udara pesawat tempur F-16 TNI-AU dengan pewat tempur F/A 18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) yang menerobos masuk wilayah Indonesia di atas kepulauan Bawean. Mulanya orang nyangka ini hanya sekadar latihan militer atau simulasi perang-perangan. Ternyata ini kisah nyata.

Tepatnya pada 3 Juli 2003, kawasan udara di atas Pulau Bawean sontak memanas ketika lima pesawat asing yang kemudian diketahui sebagai pesawat F/A 18 Hornet terdeteksi radar TNI AU.

Dari pantauan radar, kelima Hornet terbang cukup lama, lebih dari satu jam dengan manuver sedang latihan tempur. Untuk semenntara Kosek II Hanudnas (Komando Sektor II Pertahanan Udara Nasional) dan Popunas (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) belum melakukan tindakan identifikasi dengan cara mengirimkan pesawat tempur karena kelima Hornet kemudian menghilang dari layar radar.

Sekitar dua jam kemudian, Radar Kosek II kembali menangkap manuver Hornet. Karena itu panglima Konanudnas menurunkan perintah untuk segera melakukan identifikasi. Apalagi manuver sejumlah Hornet itu sudah mengganggu penerbangan komersial yang akan menuju ke Surabaya dan Bali serta sama sekali tak ada komunikasi dengan ATC terdekat.

Lalu, dua pesawat tempur buru sergap F-16 TNI-AU yang masing-masing diawaki Kapten Pnb. Ian Fuadi/Kapten Fajar Adrianto dan Kapten Pnb. Tony Heryanto/Kapten Pnb. Satro Utomosegera disiapkan.

Misi kedua F-16 itu sangat jelas yaitu melakukan identifikasi visual dan sebisa mungkin menghindari konfrontasi mengingat keselamatan penerbang merupakan yang utama.
Selain itu, para penerbang diminta agar tidak mengunci (lock on) sasaran dengan radar atau rudal sehingga misi identifikasi tidak dianggap mengancam. Namun demikian, untuk menghadapi hal yang terduga kedua F-16 masing-masing dua rudal AIM-9 P4 dan 450 butir amunisi kanon kaliber 20 mm.

Menjelang petang, Falcon Fligh F-16 melesat ke udara dan tak lama kemudian kehadiran mereka langsung disambut dua pesawat Hornet. Radar Falcon Fligh segera menangkap kehadiran dua Hornet yang terbang cepat dalam posisi siap tempur. Perang radar atau jamming antara kedua pihak pun berlangsung seru. Yang lebih menegangkan pada saat yang sama, F-16 yang berada pada posisi pertama telah dikunci, lock on oleh radar dan rudal Hornet. F-16 kedua yang terbang dalam posisi supporting Fighter juga dikejar oleh Hornet lainnya. Namun posisi F-16 kedua lebih menguntungkan. Jika memang harus terjadi dog fight ia bisa melancarkan bantuan.

Untuk menghindari sergapan rudal lawan seandainya memang benar-banar diluncurkan, F-16 pertama lalu melakukan manuver menghindar, yakni hard break berbelok tajam hampir 90 derajat ke arah kanan dan kiri serta melakukan gerakan zig-zag. Manuver tempur itu dilakukan secara bergantian baik oleh F-16 maupun Hornet yang terus ketat menempel. Melihat keadaan yang semakin memanas, F-16 kedua lalu mengambil inisiatif menggoyang sayap (rocking wing) sebagai tanda bahwa kedua pesawat F-16 TNI-AU tidak mempunyai maksud mengancam.

Sekitar satu menit kemudian, kedua F-16 berhasil berkomunikasi dengan kedua Hornet yang mencegat mereka. Dari komunikasi singkat itu akhirnya diketahui bahwa mereka mengklaim sedang terbang di wilayah perairan internasional. "We are F-18 Hornets from US Navy Fleet, our position on International Water, stay away from our warship". F-16 pertama lalu menjelaskan bahwa mereka sedang melaksanakan patroli dan bertugas mengidentifikasi visual serta memberi tahu bahwa posisi F-18 berada di wilayah Indonesia. Mereka juga diminta mengontak ke ATC setempat, karena ATC terdekat Bali Control belum mengetahui status mereka.

Usai kontak Hornet AS itu terbang menjauh sedang kedua F-16 TNI-AU return to base, kembali ke pangkalannya Lanud Iswahjudi Madiun. Selain berhasil bertemu dengan Hornet, kedua F-16 TNI-AU juga melihat sebuah kapal perang Frigat yang sedang berlayar ke arah timur. Setelah kedua F-16 mendarat selamat di pangkalan TNI-AU menerima laporan dari MCC Rai (ATC Bali) bahwa fligh Hornet merupakan bagian dari armada US Navy. Namun yang paling penting dan merupakan tolak ukur suksesnya tugas F-16, Hornet AL AS itu baru saja mengontak MCC RAI dan melaporkan kegiatannya.

Keesokan harinya TNI-AU terus mengadakan pemantauan terhadap konvoi armada laut AS itu dengan mengirimkan pesawat intai B737. Hasil pengintaian dan pemotretan menunjukkan bahwa armada laut AS yang terdiri dari kapal induk USS Carl Vinson, dua frigat dan satu destroyer sedang berlayar diantara Pulau Madura dan Kangean menuju Selat Lombok. Selama operasi pengintaian itu pesawat surveillance B737 terus dibanyangi dua F/A 18 Hornet AL AS. Bahan-bahan yang didapat dari misi itu kemudian dipakai oleh pemerintah untuk melancarkan "keberatan" secara diplomatik terhadap pemerintah AS.

Sumber: The Global

Pesawat Prancis Lakukan Pengintaian di Atas Libya

Pesawat Tempur Rafale Perancis
PARIS-(IDB):Sejumlah jet tempur Tornado milik Prancis dari kapal induk Charles de Gaulle melaksanakan operasi pengintaian di atas wilayah udara Libya untuk pertama kalinya pada Selasa, kata militer Prancis.

Juru bicara staf umum Prancis, Thierry Burkhard mengatakan bahwa misi tersebut melibatkan dua jet tempur dan keduanya telah kembali ke kapal induk dengan selamat.

Media Prancis melaporkan bahwa satu dari pesawat tersebut dilengkapi dengan peralatan khusus yang dapat mengirimkan pencitraan pengintaian yang sedang terjadi sementara Tornado lainnya melakukan misi pengawalan.

Armada tempur Prancis yang terdiri atas Kapal Induk Charles de Gaulle, satu kapal selam serang dan empat kapal perang meninggalkan pangkalannya di Prancis selatan untuk bergabung dengan operasi militer melawan Libya.

Kapal induk tunggal milik Prancis dapat mengangkut lebih dari 20 pesawat tempur termasuk delapan Tornado.(*)
Sumber: Antara News

Perancis dan AS Sepakat Mengenai Peran NATO di Libya

Ilustrasi : Pesawat Tempur Super Hornet AU Amerika Serikat
PARIS-(IDB):Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan timpalannya dari Amerika Serikat, Barack Obama, Selasa sepakat mengenai bagaimana struktur komando NATO akan digunakan untuk mendukung koalisi di Libya, kata kantor Sarkozy.

Kepresidenan Prancis mengatakan dalam satu pernyataan bahwa kedua presiden itu telah berbicara melalui telpon untuk mendiskusikan situasi di Libya.

Keduanya "sepakat mengenai bagaimana struktur komando NATO akan digunakan untuk membantu koalisi" di Libya, kata pernyataan itu tanpa merinci.

"Kedua presiden itu mengatakan dengan kepuasan bahwa operasi yang dilakukan oleh koalisi telah membatasi jumlah korban pada penduduk sipil dan mengurangi kemampuan Kolonel (Muamar) Gaddafi untuk menggunakan pasukannya terhadap rakyatnya sendiri," kata pernyataan tersebut.

"Mereka setuju mengenai perlunya untuk mengejar upaya guna menjamin pelaksanan sepenuhnya resolusi 1970 dan 1973," kata pernyataan itu.

Sebelumnya Gedung Putih mengumumkan bahwa Obama, Sarkozy dan Perdana Menteri Inggris David Cameron telah sepakat bahwa NATO akan memainkan peran penting dalam struktur komando misi Libya.

Juru bicata Gedung Putih Ben Rhodes mengatakan mereka setuju bahwa "NATO akan memainkan perang penting dalam struktur komando ke depan".(*)


Sumber: Antara News

Turki Tolak Ikut Gempur Libya

PM Turki Recep Tayyip Erdogan
ANKARA-(IDB:Satu negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Turki mengatakan tidak akan bergabung dalam operasi militer pimpinan Barat di Libya dan menyebut keterlibatan mereka itu tidak berguna

"Kami tidak akan berpartisipasi dengan pasukan tempur kami. Turki tidak akan pernah mengarahkan senjatanya kepada rakyat Libya," kata Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pidatonya sebagai dputi Partai Pembangunan dan Keadilan dalam parlemen.

Dia sangat mengecam serangan udara pimpinan Barat di Libya dengan menyebut operasi tersebut tidak berguna dan hanya meningkatkan jumlah korban tewas.

"Itu akan berubah menjadi penjajahan dan secara serius merusak persatuan negara tersebut," kata Erdogan usai pertemuan dengan para pejabat tinggi Staf Umum, Kementerian Urusan Luar Negeri dan Organisasi Intelejen Nasional.

Senin malam waktu AS, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menelepon Erdogan untuk membahas keadaan di Libya.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) pekan lalu mengeluarkan resolusi mendukung kawasan larangan terbang dan mengizinkan "segala tindakan yang dibutuhkan" untuk melindungi warga sipil di Libya.

Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat serta negara anggota NATO lainnya telah melakukan serangan secara sepihak yang menargetkan warga Libya sejak Sabtu.

Selasa, Erdogan mengatakan PBB harus menjadi payung bagi operasi kemanusiaan di Libya.

Turki memilih untuk terlibat dalam pembagian bantuan kemanusiaan di Libya dan akan menjelaskan pendiriannya kepada sekutu NATO Rabu esok, kata Erdogan dalam pernyataan yang disiarkan harian setempat, Hurriyet, Selasa.(*)

Sumber: Antara News

Pesawat Tempur Italia Lumpuhkan Radar Libya

Harrier GR 9 / Sea Harrier / AV-8B Harrier II AU Italia
ROMA-(IDB):Sejumlah pesawat Italia telah berhasil "melumpuhkan" sistem radar pemerintah Libya tanpa menembakan satu peluru, kata pernyataan Angkatan Udara Italia pada Selasa.

Satu skuadron jet tempur Tornado telah berhasil menyelesaikan misi dalam mengganggu dan melumpuhkan jaringan radar pemerintah Tripoli, kata pernyataan itu. Perdana Menteri Silvio Berlusconi telah menjelaskan bahwa pasukan militer nasional tidak akan menembak masyarakat Libya.
Roma mendesak sekutunya dari Barat untuk membuat ruang operasi yang lebih tinggi untuk tindakan militer di Libya di bawah perintah Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Berlusconi telah menyatakan "rasa prihatinnya" atas kejadian menyedihkan di Libya dimana Italia terlibat dalam pemberlakuan kawasan larangan terbang di atas Libya yang sejalan dengan resolusi 1973 Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sumber: Republika

Rusia Tingkatkan Produksi Rudal

Rusia gelar Rudal S-400
KOMPAS-(IDB):Dalam jangka waktu dua tahun ke depan, Rusia meningkatkan produksi peluru kendali (rudal) hingga 13 persen. Investasi Pemerintah Rusia pun menanjak menjadi 20 triliun rubel atau setara dengan 706 miliar dollar AS. "Peningkatan ini hingga 2020 sebagai bagian dari pemutakhiran persenjataan kami," begitu pernyataan Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin sebagaimana warta Xinhua pada Selasa (22/3/2011).
Putin yang berbicara di Pusat Industri Persenjataan Rusia di Votkinsk juga mengatakan, pemutakhiran itu menyangkut pula soal penggunaan teknologi tinggi.
Secara keseluruhan, sampai dengan 2020 nanti, Rusia memiliki 1.300 contoh produk senjata. Dari jumlah tersebut, jenis persenjataan paling dominan adalah rudal, pesawat tempur, kapal perang, sistem komunikasi, dan peluru.

Sumber: Kompas

Pesawat Tempur Qatar Ditolak Siprus

Ilustrasi
SIPRUS-(IDB):Siprus, Selasa, mengatakan telah menolak mengizinkan jet-jet Angkatan Udara Qatar mendarat di bandara Larnaca tapi kemudian mengubah keputusannya itu setelah mereka melaporkan kehabisan bahan bakar.

"Pihak berwenang Republik Siprus tidak memberikan izin (mendarat) tetapi setelah itu mereka meminta izin untuk melakukan pendaratan darurat karena kekurangan bahan bakar," kata juru bicara pemerintah Siprus Stefanos Stefano dalam satu pernyataan tertulis.

"Penerbangan sipil yang bertindak berdasarkan peraturan-peraturan internasional harus memberikan izin bagi pendaratan dan pengisian bahan bakar."

Ia mengatakan, tiga pesawat mendarat di Larnaca, bandara sipil utama di Siprus, dua jet tempur Mirage dan pesawat transpor C-17.

"Segera setelah pesawat-pesawat itu mengisi bahan bakar mereka akan berangkat," katanyaseperti dikutip AFP .

Pihak berwenang menolak memberi komentar mengenai insiden itu dan tidak jelas ke mana tujuan pesawat-pesawat tersebut. Radio pemerintah mengatakan pesawat-pesawat itu mendarat sekitar pukul 10.30 (15.30 WIB) Selasa ini.

Qatar adalah satu-satunya negara Arab yang setuju ikut serta dalam operasi militer di Libya, walaupun Liga Arab mendukung zona larangan terbang yang ditetapkan Dewan Keamanan PBB untuk mencegah pasukan Muamar Gaddafi mencederai warga sipil dalam konflik dengan pemberontak.

Perdana Menteri Qatar Sheikh Hamd bin Jassem al Thani berkilah keikutsertaan negaranya adalah untuk "menghentikan pertumpahan darah" di Libya.

Siprus sendiri menolak ikut serta dalam setiap aksi militer terhadap Libya.

Sumber: Antara News

Pilot Pesawat F-15 Amerika Yang Jatuh Di Libya Selamat

Bangkai pesawat F-15 Amerika yang jatuh di Libya
Benghazi-(IDB):Pesawat tempur Amerika Serikat jenis F-15E jatuh di Benghazi, Libya kota yang telah dikuasai oleh kelompok penentang Muammar Qadhafi. Pesawat jatuh saat melakukan serangan ketiga menyusul Resolusi PBB 1973. Pesawat jatuh diduga disebabkan kerusakan mesin.Pilot pesawat dilaporkan selamat setelah melompat sebelum bangkai pesawat terbakar hangus. Pilot lalu diselamatkan para pemberontak. 

Pihak militer Amerika Serikat membenarkan peristiwa tersebut. Militer AS mengatakan salah satu kru pesawat itu telah pulih dan seorang lainnya sedang dalam pemulihan.

Peristiwa ini adalah untuk pertama kalinya sejak koalisi pasukan udara menyerang Libya.

Sumber: Tempo