JAKARTA-(IDB) : Proyek jet tempur pertama kali diumumkan oleh Presiden Korea Selatan Kim Dae-Jung di Akademi Angkatan Udara pada bulan Maret 2001 untuk menggantikan pesawat-pesawat yang lebih tua dan malah ketinggalan zaman (out of date) seperti F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger, tapi ditangguhkan karena masalah teknis dan pendanaan. Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak pada Januari 2010 lalu setuju untuk mendorong proyek tersebut setelah meningkatnya ketegangan antara Korea Selatan dengan Korea Utara. Ini adalah program pengembangan pesawat tempur kedua Korea Selatan setelah KAI T-50 Golde Eagle.
Program pesawat tempur masa depan yang diberi kode KF-X/IF-X (Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment) ini akan dibuat oleh Korean Aerospace Industry bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia. KF-X/IF-X merupakan pesawat tempur generasi 4,5 yang mempunyai kemampuan diatas F-16 Blok 50 (pesawat tempur generasi 4) tetapi di bawah F-35 (pesawat tempur generasi 5). Dibandingkan F-16, KF-X/IF-X diproyeksi memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistim avionik yang lebih canggih serta kemampuan stealth.
Dana pengembangan pesawat tempur ini mencapai 8 miliar dolar AS. Dana sebanyak ini ditanggung bersama melalui kerja sama pengembangan. Komposisi pembagiannya, Indonesia menanggung 20 persen biaya pengembangan, sedangkan Korsel 80 persen, yakni 60 persen dari Pemerintah Korsel, 20 persen oleh industri pesawat terbang Korsel termasuk Korea Aerospace Industry.
Bagi industri penerbangan Korsel, proyek jet tempur ini merupakan kesempatan untuk masuk ke dalam klub eksklusif produsen pesawat tempur stealth, Korsel dapat memangkas biaya produksi dan terbantu di urusan pemasaran produk pesawat tempurnya, sedang bagi Pemerintah Indonesia, proyek jet tempur ini dipandang sebagai cara untuk merevitalisasi industri pertahanan, khususnya industri pesawat terbangnya.
Melalui program pesawat tempur KF-X/IF-X ini, Indonesia berusaha menghidupkan kembali industri dirgantaranya dengan aktif merancang dan memproduksi pesawat tempur ini. Dari perspektif Indonesia, program pembangunan bersama menawarkan akses Indonesia untuk menguasai teknologi pembuatan pesawat tempur canggih. Yang juga tak kalah penting adalah keinginan dua negara untuk menguasai seluruh sistem pesawat, terutama flying control dan sistem persenjataannya.
Pada tanggal 6 Maret 2009, Korsel melalui DAPA (Defense Acquistion Program Administrtion) dan Indonesia melalui Departemen Pertahanan telah menandatangani Letter of Intent (LoI) proyek ini dan pada tanggal 15 Juli 2010 kedua belah pihak menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) di Seoul. Kemudian kedua belah pihak masih menandatangani Kesepakatan Penjagaan Kerahasiaan pada tanggal 20 November 2010 serta Hak Kekayaan Intelektual dan Persetujuan Proyek pada tanggal 11 Maret 2011.
Kerja sama pembangunan KF-X/IF-X memakan waktu 10 tahun, dimulai tahun 2010 hingga 2020. Program KF-X/IF-X memasuki Technical and Development Phase yang dimulai akhir Juli 2011 sampai tahun 2012, Setelah itu, pada awal 2013 sampai tahun 2020 kerja sama akan memasuki Engineering Development Phase, dan tahap terakhir adalah produki pesawat jet tempur pada 2021.
Untuk memulai kerja sama pengembangan teknologi tersebut, pada tanggal 29 Mei sampai dengan 3 Juni 2011, Kementerian Pertahanan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang Kemhan) telah memberikan pembekalan kepada Tim Engineering KF-X/IF-X. Kemudian pada tanggal 2 Agustus 2011 diadakan acara KF-X/IF-X Kick of meeting, di kota Daejeon, Korea Selatan. Dalam kesempatan itu diresmikan fasilitas Combined Research & Development Center (CRDC) di kota Daejeon sebagai fasilitas bersama pengembangan teknologi KF-X/IF-X dan diadakan penyerahan tim engineering KF-X/IF-X dari Indonesia, yang berjumlah 37 orang terdiri atas TNI AU, ITB, Kemhan dan PT DI-- yang akan bergabung bersama dengan tim Korsel.
Meski terkesan ambisius, diharapkan pesawat tempur siluman ini akan menjadi tulang punggung TNI AU di masa mendatang, sehingga mampu mendongkrak kekuatan TNI dalam menjaga kedaulatan Indonesia. Bagi bangsa ini, program kerja sama pembangunan pesawat tempur ini telah memberi nilai positif bagi penguasaan teknologi dirgantara. Jika terwujud, hal ini merupakan perkembangan yang luar biasa dan mampu mengembalikan pamor Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekuatan militer terbaik di dunia, termasuk kekuatan udara.
Sumber : SuaraMerdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar