WASHINGTON DC-(IDB) : Program pengembangan pesawat tempur berteknologi siluman, F-35 atau Joint Strike Fighter (JSF), kembali menghadapi masalah. Salah satu varian pesawat itu, yakni F-35B, kemungkinan besar akan batal diproduksi sebagai dampak pemotongan anggaran besar-besaran di Pentagon.
Demikian diungkapkan Ketua Gabungan Kepala Staf AS yang baru, Jenderal Martin Dempsey, Kamis (13/10/2011). Di hadapan para wakil rakyat AS di Kongres, Dempsey mengaku ragu apakah dengan pengetatan anggaran yang disetujui Kongres baru-baru ini, pihak Departemen Pertahanan AS masih bisa mengembangkan tiga varian F-35.
"Saya khawatir dengan (nasib) tiga varian itu dan apakah kita bisa terus maju (dengan rencana semula) dalam kondisi fiskal seperti ini, apakah kita bisa membiayai semuanya," kata Dempsey kepada Komite Angkatan Bersenjata DPR AS.
Menurut rencana awal, program JSF akan mengembangkan tiga varian pesawat F-35, yakni F-35A yang lepas landas dan mendarat di lapangan udara konvensional dan dirancang untuk menggantikan armada pesawat tempur F-16 milik Angkatan Udara AS (USAF).
Varian kedua adalah F-35B, yang mampu tinggal landas dari landasan pendek dan mendarat secara vertikal (short take-off and vertical landing/STOVL). Varian ini dirancang untuk menggantikan armada pesawat Harrier milik Korps Marinir AS (USMC).
Varian ketiga adalah F-35C, yang memiliki kemampuan mendarat dan tinggal landas dari geladak kapal induk. F-35C dirancang untuk menggantikan peranan F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut AS (US Navy).
Saat ini Dempsey mengaku sedang meminta masukan dari berbagai pihak, termasuk Komandan USMC Jenderal James Amos, salah satu pembela utama program F-35B.
Dalam kesepakatan pengurangan defisit anggaran AS beberapa bulan lalu, Pentagon mendapat "jatah" pengurangan anggaran sebesar 450 miliar dollar AS (hampir Rp 4 kuadriliun) dalam waktu sepuluh tahun mendatang. Program JSF, yang telah berlarut-larut selama bertahun-tahun dan anggarannya terus membengkak, menjadi sasaran utama pemotongan anggaran ini.
Program pembuatan pesawat oleh pabrikan Lockheed Martin ini menjadi program pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) termahal dalam sejarah Pentagon. Varian yang paling menjadi sorotan adalah F-35B, karena harus melibatkan teknologi yang lebih rumit dibanding dua varian lainnya.
Inggris, salah satu negara yang terlibat dalam JSF dan berpengalaman membuat pesawat Harrier, sudah membatalkan rencana pembelian F-35B dan lebih memilih membeli F-35C.
Mantan Menteri Pertahanan AS Robert Gates menempatkan program F-35B dalam "masa percobaan" sejak Januari lalu, setelah varian pesawat itu mengalami serangkaian masalah teknis. Gates mengatakan, jika dalam waktu dua tahun masalah-masalah itu tak teratasi, rencana produksi pesawat itu akan dibatalkan.
Dengan makin membengkaknya biaya pengembangan JSF, para pejabat pertahanan AS berjuang keras mengendalikan harga jual pesawat-pesawat F-35. Menurut Pentagon, dalam waktu sepuluh tahun terakhir, biaya pembuatan per pesawat sudah membengkak dua kali lipat.
Biaya pengembangan keseluruhan sudah melonjak menjadi 385 miliar dollar AS dan harga satuannya menjadi 103 juta dollar AS dalam standar nilai tukar tetap, atau 113 juta dollar AS (sekitar Rp 1 triliun) per pesawat dengan menggunakan nilai uang dollar AS tahun 2011 ini.
Sumber : Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar