JAKARTA-(IDB) : Kekuatan armada militer Angkatan Laut Indonesia memprihatinkan. Dengan luas teritorial laut sebesar 7,9 juta kilometer persegi, Indonesia hanya memiliki 148 KRI. Itu pun 50 persennya berusia di atas 20 tahun bahkan mencapai 60 tahun.
Hal itu diungkapkan, Direktur Program Imparsial, Al Araf, saat jumpa pers '66 Tahun TNI' di Sekertariat Imparsial, Jl Slamet Riyadi, Jakarta, Selasa (4/10/2011).
"Dengan kekuatan seperti itu, TNI AL kita hanya mampu meng-cover 30 persen teritorial laut. Data tersebut diperoleh dari laporan TNI pada tahun 2011," jelas Al Araf.
Untuk mencakup seluruh wilayah laut Indonesia, Al Araf menyarankan, agar TNI AL memiliki minimal 300 KRI dalam kondisi baik. Ia juga mengatakan, sampai saat ini zona perbatasan Indonesia masih menjadi titik rawan sengketa.
"Di Ambalat masih terdapat sepuluh titik bermasalah, di Kalimantan merupakan titik api yang berpotensi menjadi sumber sengketa," ucapnya.
Selain itu, lanjut Al Araf, infrastruktur TNI AL di wilayah perbatasan laut Indonesia masih minim. Al Araf, yang baru saja melakukan pengamatan langsung di perairan Sebatik, Kalimantan, mengatakan radar TNI AL sudah tidak bisa digunakan.
"Baru saja 2 hari yang lalu, saya menuju Sebatik. Saya lihat sendiri, radar Pangkalan Angkatan Laut di sana sudah tidak aktif selama 9 bulan, padahal radar tersebut masih dalam golongan baru dan hibah dari Amerika," tuturnya pria lulusan Manajemen Pertahanan ITB ini.
Hal itu diungkapkan, Direktur Program Imparsial, Al Araf, saat jumpa pers '66 Tahun TNI' di Sekertariat Imparsial, Jl Slamet Riyadi, Jakarta, Selasa (4/10/2011).
"Dengan kekuatan seperti itu, TNI AL kita hanya mampu meng-cover 30 persen teritorial laut. Data tersebut diperoleh dari laporan TNI pada tahun 2011," jelas Al Araf.
Untuk mencakup seluruh wilayah laut Indonesia, Al Araf menyarankan, agar TNI AL memiliki minimal 300 KRI dalam kondisi baik. Ia juga mengatakan, sampai saat ini zona perbatasan Indonesia masih menjadi titik rawan sengketa.
"Di Ambalat masih terdapat sepuluh titik bermasalah, di Kalimantan merupakan titik api yang berpotensi menjadi sumber sengketa," ucapnya.
Selain itu, lanjut Al Araf, infrastruktur TNI AL di wilayah perbatasan laut Indonesia masih minim. Al Araf, yang baru saja melakukan pengamatan langsung di perairan Sebatik, Kalimantan, mengatakan radar TNI AL sudah tidak bisa digunakan.
"Baru saja 2 hari yang lalu, saya menuju Sebatik. Saya lihat sendiri, radar Pangkalan Angkatan Laut di sana sudah tidak aktif selama 9 bulan, padahal radar tersebut masih dalam golongan baru dan hibah dari Amerika," tuturnya pria lulusan Manajemen Pertahanan ITB ini.
Sumber : Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar