MAKASSAR-(IDB) : Kota Makassar sebagai salah satu kota besar di Indonesia, dalam kondisi menegangkan. Kelompok separatis menguasai semua alat-alat vital. Pasukan TNI yang ada di darat semua telah dilumpuhkan. Tak bisa berkutik dan menemui jalan buntu.
Namun, tiba-tiba dari arah laut lepas, KRI Mandar - 514 nampak melepas lima unit kendaraan amfibi berpenumpang masing-masing limaorang, melakukan pendaratan di tanah tumbu Losari Makassar.
Dari sini, pasukan dari Korps Marinir akan mengambil alih ibu kota. Dua tank amfibi mendarat lebih awal dan melakukan serentetan tembakan. Gunanya, untuk mengacaukan musuh.
Setelah merasa kondusif, tiga tank lainnya ikut merangsek ke darat. Sebanyak 24 personil Marinir dengan identitas penyamaran menyerbu masuk ke kota dan melumpuhkan separatis. Alhasil, kota segera dapat diambil alih.
Tentu saja kejadian itu bukan benar-benar serangan dari kelompok separatis asli.
Serangkaian serangan di atas adalah praktek Jalayudha yang dilakukan oleh Kadet Tingkat III Akademi Angkatan Laut (AAL) Korps Marinir Angkatan 58 di tanah tumbuh Losari, Kota Makassar.
Dibawah komandan Latihan Mayor Marinir Arif Handono, calon perwira ini beraksi di depan umum. Ia mengatakan tujuan latihan pendaratan terbatas bagi kadet tingkat III Korps Marinir ini agar para kadet dapat mengaplikasikan teori amfibi yang diterima di kelas.
" Teori yang didapatkan dikelas dipraktekkan di lapangana. Sasarannya,Diharapkan kadet memiliki mental, pengetahuan dan pengalaman profesi untuk melaksanakan tugas-tugas dalam pendaratan amfibi sebagai komandan Satuan Marinir," jelas Arif Handono.
Pasukan amfibi dikenal sebagai pasukan yang dapat diandalkan setelah pasukan TNI lainnya yang berada di darat atau di suatu tempat telahlumpuh. Ciri khasnya, masuk dari laut dengan menggunakan seperti namanya, bisa beraksi di air termasuk di laut maupun darat.
Aksi para kadet TNI AL ini menjadi perhatian khusus masyarakat Makassar yang kebetulan di hari Minggu kebanyakan berkonsentrasi di daerah pantai Losari. Kendaraan yang biasanya mereka hanya lihat di layar televisi, kini mereka bisa menyaksikan langsung, lengkap dengan pasukannya.
Dari sini, pasukan dari Korps Marinir akan mengambil alih ibu kota. Dua tank amfibi mendarat lebih awal dan melakukan serentetan tembakan. Gunanya, untuk mengacaukan musuh.
Setelah merasa kondusif, tiga tank lainnya ikut merangsek ke darat. Sebanyak 24 personil Marinir dengan identitas penyamaran menyerbu masuk ke kota dan melumpuhkan separatis. Alhasil, kota segera dapat diambil alih.
Tentu saja kejadian itu bukan benar-benar serangan dari kelompok separatis asli.
Serangkaian serangan di atas adalah praktek Jalayudha yang dilakukan oleh Kadet Tingkat III Akademi Angkatan Laut (AAL) Korps Marinir Angkatan 58 di tanah tumbuh Losari, Kota Makassar.
Dibawah komandan Latihan Mayor Marinir Arif Handono, calon perwira ini beraksi di depan umum. Ia mengatakan tujuan latihan pendaratan terbatas bagi kadet tingkat III Korps Marinir ini agar para kadet dapat mengaplikasikan teori amfibi yang diterima di kelas.
" Teori yang didapatkan dikelas dipraktekkan di lapangana. Sasarannya,Diharapkan kadet memiliki mental, pengetahuan dan pengalaman profesi untuk melaksanakan tugas-tugas dalam pendaratan amfibi sebagai komandan Satuan Marinir," jelas Arif Handono.
Pasukan amfibi dikenal sebagai pasukan yang dapat diandalkan setelah pasukan TNI lainnya yang berada di darat atau di suatu tempat telahlumpuh. Ciri khasnya, masuk dari laut dengan menggunakan seperti namanya, bisa beraksi di air termasuk di laut maupun darat.
Aksi para kadet TNI AL ini menjadi perhatian khusus masyarakat Makassar yang kebetulan di hari Minggu kebanyakan berkonsentrasi di daerah pantai Losari. Kendaraan yang biasanya mereka hanya lihat di layar televisi, kini mereka bisa menyaksikan langsung, lengkap dengan pasukannya.
Sumber: Inilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar