MAKASSAR-(IDB) : Perairan Sulawesi tergolong luas dan merupakan wilayah yang rawan terjadi pelanggaran laut. Untuk mengantisipasi pelanggaran seperti pemboman ikan, TNI Angkatan Laut (AL) mengutamakan pendekatan secara persuasif, selain lebih efektif keterbatasan alutsista
"Untuk mengantisipasi pelanggaran di perairan Sulawesi kita lebih mengutamakan pendekatan persuasif kepada masyarakat agar tidak melakukan pelanggaran di perairan. Contohnya seperti bersosialisasi kepada para nelayan untuk tidak menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan," kata Brigjen Marinir Chaidier Pattonory, Komandan Lantamal (Danlantamal) VI Makassar, di Markas Komando Lantamal VI Makassar, Rabu, 21 September.
Menurutnya, wilayah laut Sulawesi sangat luasa dan rawan terjadi pelanggaran seperti pelanggaran wilayah, ilegal fishing, ilegal logging dan ilegal mining serta penyelundupan. Wilayah yang sangat luas ini tidak ditunjang dengan fasilitas yang memadai untuk melakukan pemantauan dan pengawasan.
"Wilayah laut yang luas merupakan salah satu masalah yang dihadapi, sedangkan daya jelajah armada kita juga terbatas," kata Chaidier.
Lantamal VI yang berpusat di Makassar, saat ini hanya memiliki tiga unit kapal jenis KRI. Ketiga armada inilah yang digunakan untuk menjaga perairan di tujuh pulau. Yakni, perairan Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah," terangnya.
Terkait minimnya alutsista, Chaidier menambahkan bahwa anggaran yang dikucurkan negara memang terbilang minim. " Dana alusista yang dianggarkan negara memang minim. Hanya 56 trilyun saja, itu untuk pengadaan kendaraan perang, kapal, gaji tentara hingga seragam tentara," ungkapnya Chaidier.
Sumber: Inilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar