JAKARTA-(IDB) : Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI mengelar seminar penanggulangan terorisme mulai hari ini, Selasa, 2 Agustus 2011. Seminar yang akan berlangsung selama 2 hari ini menghadirkan sejumlah pembicara, di antaranya Wakil Asisten Teritorial Kepala Staf TNI AD Mayor Jenderal Agus Surya Bakti, pengamat terorisme Al Chaidar, Wakil Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Inspektur Jenderal Bekto Soeprapto, pengamat terorisme dari Australia Beliver Singh, serta AS. Hikam dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Pada hari pertama seminar, pembahasan akan difokuskan pada penanggulangan terorisme dengan menggunakan pendekatan secara lunak (soft approach). Seperti penanggulangan terorisme melalui bidang ekonomi, penguatan pendidikan dasar, serta deradikalisasi.
"Seminar ini untuk mendapatkan pembahasan mendalam soal terorisme," ujar Gubernur Lemhannas Budi Susilo Supandji di Gedung Lemhannas.
Seminar juga akan memfokuskan penanggulangan terorisme dengan metode pendekatan keras atau hard approach. Ada tiga cara yang bisa digunakan melalui pendekatan keras ini. Yakni melalui intelijen, pendekatan hukum, dan militer. "Setelah dibahas, naskah seminar akan dikirimkan pada Presiden sebagai masukan kebijakan," ujarnya.
Tak hanya pemaparan dari para pembicara, seminar tersebut juga sekaligus mempertontonkan sejumlah persenjataan untuk penanggulangan terorisme dari Detasemen Khusus Anti Teror Bravo 90 (Den Bravo) Paskhas TNI Angkatan Udara, Detasemen Jalamangkara (Denjaka) Marinir TNI AL, serta Satuan Penanggulangan Teror-81(Sat-81) Kopassus TNI AD. Detasemen Khusus Antiteror 88 Polri juga menampilkan contoh-contoh bom yang digunakan para pelaku teror, seperti dalam kasus Bom Bali, bom buku Utan Kayu, bom Cirebon, dan bom Serpong.
Sumber: Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar