JAKARTA-(IDB) : Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Provinsi Bangka Belitung akhirnya ditunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Penundaan itu dilakukan setelah dilakukan jajak pendapat yang melibatkan 500 responden di Provinsi Bangka Belitung.
Dari hasil jajak pendapat, 35% responden setuju pembangunan di daerah itu. Sisanya 35% menolak, dan 30% lainnya abstain. Jajak pendapat itu dilakukan pada Mei lalu.
Atas dasar itu, pembangunan PLTN di daerah tersebut, untuk sementara belum bisa dilaksanakan.
Padahal sebelumnya Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang melibatkan Universitas Indonesia melakukan jajak pendapat di 7 provinsi se Jawa-Bali, dengan melibatkan 3.000 responden di 20 kota.
Hasilnya, 60% responden setuju pembangunan PLTN. Jajak pendapat itu dilaksanakan enam bulan sebelum gempa dan tsunami menghantam Jepang, 11 Maret tahun lalu.
Namun, setelah krisis nuklir di Jepang, isu keselamatan nuklir mulai didengungkan di berbagai media.
''Apalagi isu itu berdekatan dengan pemilu kada di sana. Memang kalau dari kajian, Babel visible untuk dibangun PLTN. Dan Pemprov Babel yang minta,'' ujar Kepala BATAN Hudi Hastowo dalam keterangannya di sela-sela acara The 3rd Meeting of Studying on the Approaches toward Infrastructure Development for Nuclear Power, di Jakarta, Selasa (5/7).
Visible yang dimaksud dilihat dari letaknya. Babel berada di dekat lautan terbuka, dan potensi gempa tsunami sangat kecil. Demikian juga dalam suplai listrik, Babel merupakan lokasi strategis yang lebih dekat ke Jawa dan Sumatra.
Sedangkan Jepara yang sejak masa Orde Baru dijadikan lokasi pembangunan PLTN, kini tidak lagi diprioritaskan. ''Tetap masuk dalam daftar, tapi prioritas paling rendah,'' kata Hudi.
Alasannya, dari segi tapak tidak menguntungkan dibandingkan Provinsi Babel.
Sumber: MediaIndonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar