Illustration |
SINGAPURA-(IDB) : Keputusan Amerika Serikat untuk membangun pangkalan militer di Singapura, menurut para pakar sebagai penyempurna kebijakan ekspansionis militeristik negara adidaya itu di dunia. Padahal, kebijakan itu selain mendapat penentangan luas pada tingkat global, juga menuai protes dari rakyat Amerika sendiri.
Menteri Pertahanan AS, Robert Gates mengatakan, Washington perlu membangun pangkalan militer di Singapura untuk mendukung kapal-kapal perangnya di kawasan. Dalam kunjungannya ke Singapura untuk menghadiri Konferensi Keamanan Asia, yang digelar oleh International Institute for Strategic Studies (IISS), Gates menilai pembangunan pangkalan di Singapura sebagai bagian dari program pengokohan kemampuan militer AS di Laut Pasifik.
Termasuk dalam program tersebut, AS akan menempatkan sejumlah armada kapal tempur cepat yang khusus untuk operasi di perairan dangkal. Kapal-kapal tersebut akan menjadi generasi pertama kapal perang AS, yang akan ditempatkan secara permanen di negara kecil Asia Tenggara itu.
Menurut sumber-sumber Kementerian Pertahanan Singapura, AS berencana mengirim satu atau dua kapal tempur tipe "Litoral" ke Singapura. Kapal tersebut memiliki panjang 400 kaki, dengan kecepatan tinggi, dan cocok untuk misi di perairan dangkal.
AS kembali mengandalkan kekuatan militer untuk melawan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Timur, khususnya Cina, yang mengalami pertumbuhan cepat. Keunggulan AS di bidang militer, telah mendorong Washington untuk memanfaatkan instrumen ini dalam menghadapi para penentangnya di kawasan.
Intervensi nyata AS dalam sengketa wilayah di negara-negara Asia, terlebih sengketa kepulauan antara Cina dan Jepang atau Vietnam dan Filipina, dapat ditafsirkan sebagai kebijakan Washington untuk memanaskan suasana di kawasan. Tujuan lain AS adalah untuk memperkuat kehadiran militernya di perairan di sekitar Cina.
Pembangunan pangkalan militer AS di Singapura tentu saja akan mewujudkan impian negara itu untuk menguasai Selat Malaka, sebagai jalur strategis pelayaran internasional. Pasca peristiwa 11 September dengan alasan memerangi terorisme dan menjamin keamanan pelayaran Selat Malaka, AS ingin menempatkan pasukannya di kawasan paling sibuk itu. Namun, rencana tersebut mendapat penentangan dari negara-negara sekitar Selat Malaka, termasuk Indonesia dan Malaysia.
Akhirnya, AS berhasil merangkul Singapura dengan alasan untuk menjamin pelayaran kapal-kapal di Selat Malaka. Menurut para pengamat politik, keputusan itu akan memperuncing perlombaan senjata dengan Cina, sebagai dua negara yang saling berseteru. Dampaknya, stabilitas kawasan akan terganggu dan negara-negara regional harus menanggung biaya hegemoni AS.
Sumber: Irib
0 komentar:
Posting Komentar