JAKARTA-(IDB) :Menteri Pendidikan Nasional M Nuh (kanan) menyaksikan demo robot Institut Teknologi Bandung (ITB) di Gedung Kemendiknas kemarin. Bersama UGM dan Unikom, tim robotika ITB meraih juara di Amerika Serikat.
Apa yang ada dalam benak para tim robotika Indonesia yang berjaya pada ajang Trinity College Fire- Fighting Robot Contest di Hartford City, Connecticut, Amerika Serikat (AS) ternyata mempunyai satu kesamaan, yakni mereka yakin Indonesia mampu membuat robot yang kualitasnya sebanding dengan robot dari negara maju. Seperti diungkapkan Wahyu Wijayanto,anggota tim robotika dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Dia termotivasi untuk menunjukkan Indonesia mampu dan tidak boleh dipandang sebelah mata oleh bangsa lain dalam bidang robotika. Dengan nada bersemangat Wahyu berujar, sumber daya manusia di Indonesia sudah ada, tinggal bagaimana mereka yang haus akan teknologi ini disalurkan minatnya ke jalur yang tepat oleh pemerintah. Anak dari seorang petani ini juga ingin mengajak para kalangan muda lain bahwa membuat robot cukup mudah jika dilandasi pikiran positif.
Untuk mahasiswa,katanya,sudah ada unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang bisa dimasuki sebagai tempat belajar.“Mereka bisa membuat robot yang bisa mengikuti garis. Selanjutnya mereka akan tertantang untuk membuat robot berkaki atau bersensor,” katanya seusai disambut Mendiknas Mohammad Nuh di Gedung Kemendiknas kemarin. Dia melanjutkan, kelemahan dari Indonesia ialah belum dikembangkannya industri teknologi yang memungkinkan pembuatan robot menggunakan produk lokal.
Seperti ketika membuat Koplak dan Iron Fire, mereka membutuhkan sensor panas yang harus dibeli dari Amerika Serikat.Kalau saja pemerintah dari sekarang mengambil langkah untuk pengembangan teknologi, dia yakin akan makin banyak pihak yang membuat robot layaknya di negara maju lain. Tim UGM,Institut Teknologi Bandung (ITB),dan Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung menyabet prestasi di kontes robot tahunan tersebut.
Robot UGM misalnya menyabet juara pertama dan kedua pada kategori wheeled robot atau robot beroda. Syawaluddin, peserta dari ITB juga tidak mau menyerah untuk menorehkan penghargaan di bidang robotika ini. Dia menceritakan, tahun lalu di kontes yang sama ia membawa robot ciptaannya, namun hanya meraih peringkat keempat. Saat itu kekalahan itu tertoreh karena ada peraturan yang tidak dimengerti olehnya.
Selama setahun berikutnya, dia konsentrasi lagi membuat robot berkaki yang mampu memadamkan api. Di kategori walking division robot,teknologi yang ditanamkan pada robotnya mampu mencari sumber api di labirin.“Tahun lalu apinya tidak ketemu karena algoritma pemetaan yang saya buat salah. Namun, saya membuat penyempurnaan dan sekarang saya pun menang,”ujarnya. Mendiknas Mohammad Nuh pun mengapresiasi kemenangan terbaik putra bangsa ini.
Menurut Nuh,kemenangan ini semacam pengobat rindu akan masih rendahnya prestasi di bidang robotika ini. Mendiknas pun berjanji akan memberikan beasiswa hingga lulus kepada para pemenang. Tidak hanya di dalam negeri, Kemendiknas juga mampu menyekolahkan para pemenang ini ke universitas di luar negeri.“Biaya sekolah dan biaya hidup akan ditanggung pemerintah,”janjinya.
Apa yang ada dalam benak para tim robotika Indonesia yang berjaya pada ajang Trinity College Fire- Fighting Robot Contest di Hartford City, Connecticut, Amerika Serikat (AS) ternyata mempunyai satu kesamaan, yakni mereka yakin Indonesia mampu membuat robot yang kualitasnya sebanding dengan robot dari negara maju. Seperti diungkapkan Wahyu Wijayanto,anggota tim robotika dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Dia termotivasi untuk menunjukkan Indonesia mampu dan tidak boleh dipandang sebelah mata oleh bangsa lain dalam bidang robotika. Dengan nada bersemangat Wahyu berujar, sumber daya manusia di Indonesia sudah ada, tinggal bagaimana mereka yang haus akan teknologi ini disalurkan minatnya ke jalur yang tepat oleh pemerintah. Anak dari seorang petani ini juga ingin mengajak para kalangan muda lain bahwa membuat robot cukup mudah jika dilandasi pikiran positif.
Untuk mahasiswa,katanya,sudah ada unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang bisa dimasuki sebagai tempat belajar.“Mereka bisa membuat robot yang bisa mengikuti garis. Selanjutnya mereka akan tertantang untuk membuat robot berkaki atau bersensor,” katanya seusai disambut Mendiknas Mohammad Nuh di Gedung Kemendiknas kemarin. Dia melanjutkan, kelemahan dari Indonesia ialah belum dikembangkannya industri teknologi yang memungkinkan pembuatan robot menggunakan produk lokal.
Seperti ketika membuat Koplak dan Iron Fire, mereka membutuhkan sensor panas yang harus dibeli dari Amerika Serikat.Kalau saja pemerintah dari sekarang mengambil langkah untuk pengembangan teknologi, dia yakin akan makin banyak pihak yang membuat robot layaknya di negara maju lain. Tim UGM,Institut Teknologi Bandung (ITB),dan Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung menyabet prestasi di kontes robot tahunan tersebut.
Robot UGM misalnya menyabet juara pertama dan kedua pada kategori wheeled robot atau robot beroda. Syawaluddin, peserta dari ITB juga tidak mau menyerah untuk menorehkan penghargaan di bidang robotika ini. Dia menceritakan, tahun lalu di kontes yang sama ia membawa robot ciptaannya, namun hanya meraih peringkat keempat. Saat itu kekalahan itu tertoreh karena ada peraturan yang tidak dimengerti olehnya.
Selama setahun berikutnya, dia konsentrasi lagi membuat robot berkaki yang mampu memadamkan api. Di kategori walking division robot,teknologi yang ditanamkan pada robotnya mampu mencari sumber api di labirin.“Tahun lalu apinya tidak ketemu karena algoritma pemetaan yang saya buat salah. Namun, saya membuat penyempurnaan dan sekarang saya pun menang,”ujarnya. Mendiknas Mohammad Nuh pun mengapresiasi kemenangan terbaik putra bangsa ini.
Menurut Nuh,kemenangan ini semacam pengobat rindu akan masih rendahnya prestasi di bidang robotika ini. Mendiknas pun berjanji akan memberikan beasiswa hingga lulus kepada para pemenang. Tidak hanya di dalam negeri, Kemendiknas juga mampu menyekolahkan para pemenang ini ke universitas di luar negeri.“Biaya sekolah dan biaya hidup akan ditanggung pemerintah,”janjinya.
Sumber: Sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar