JAKARTA-(IDB): Salah satu penyebab disekapnya 20 orang Awak Buah Kapal (ABK) di perairan Somalia karena kapal Indonesia tidak dikawal atau jauh dari kapal internasional lainnya yang berada di kawasan perairan tersebut. Hal tersebut dikatakan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene dengan Jurnal Nasional Minggu (10/4) malam.
"Perompak dalam melakukan penyekapan tidak sembarangan. Mereka memilih kapal yang tidak dikawal. Karena itu faktor tersebut menjadi perhatian Pemerintah Indonesia termasuk kalangan internasional. Upaya negosiasi terus dilakukan pemilik kapal dan perompak, tapi tidak bisa terburu-buru karena semuanya tidak bisa ditentukan deadlinenya," kata Michael.
Upaya pengamanan secara internasional ini juga terus berlangsung atas sepengetahuan Pemerintah Somalia sesuai resolusi Dewan Keamanan PBB. "Kasus ini menjadi kekhawatiran Pemerintah. Seperti kita ketahui lebih dari 246 kapal telah dibajak dan menjadi keprihatinan Komunitas Maritim Internasional. Apalagi Somalia dengan perairannya merupakan jalur transportasi utama yang menghubungkan Eropa dan Asia Pasifik. Sehingga jalurnya cukup sibuk dan rawan kejahatan perompakan," tutur Michael.
Sampai saat ini, dikatakan Michael, Pemerintah Indonesia terus melakukan negosiasi. Namun, beliau enggan menjelaskan secara rinci upaya yang dilakukan Pemerintah. "Kami ingin memastikan kondisi 20 ABK tersebut aman dan kami upayakan cepat untuk membebaskan mereka lewat delegasi disana. Jika kami sebutkan bagaimana detailnya khawatir akan berpengaruh terhadap upaya penyelamatan," ujarnya.
Dia menegaskan selain kasus 20 ABK di Somalia, pemerintah juga memberi perhatian terhadap nasib Warga Negara Indonesia (WNI) di Mesir, Tunisia, Libya, Arab, dan Malaysia. "Bagaimanapun mereka memerlukan perlindungan dan kami pastikan mereka aman," kata Michael.
Upaya pembebasan 20 Awak Buah Kapal (ABK) yang disandera di perariran Somalia terus dilakukan Pemerintah. Hal ini dilakukan agar mereka segera dibebaskan dalam keadaan selamat
"Perompak dalam melakukan penyekapan tidak sembarangan. Mereka memilih kapal yang tidak dikawal. Karena itu faktor tersebut menjadi perhatian Pemerintah Indonesia termasuk kalangan internasional. Upaya negosiasi terus dilakukan pemilik kapal dan perompak, tapi tidak bisa terburu-buru karena semuanya tidak bisa ditentukan deadlinenya," kata Michael.
Upaya pengamanan secara internasional ini juga terus berlangsung atas sepengetahuan Pemerintah Somalia sesuai resolusi Dewan Keamanan PBB. "Kasus ini menjadi kekhawatiran Pemerintah. Seperti kita ketahui lebih dari 246 kapal telah dibajak dan menjadi keprihatinan Komunitas Maritim Internasional. Apalagi Somalia dengan perairannya merupakan jalur transportasi utama yang menghubungkan Eropa dan Asia Pasifik. Sehingga jalurnya cukup sibuk dan rawan kejahatan perompakan," tutur Michael.
Sampai saat ini, dikatakan Michael, Pemerintah Indonesia terus melakukan negosiasi. Namun, beliau enggan menjelaskan secara rinci upaya yang dilakukan Pemerintah. "Kami ingin memastikan kondisi 20 ABK tersebut aman dan kami upayakan cepat untuk membebaskan mereka lewat delegasi disana. Jika kami sebutkan bagaimana detailnya khawatir akan berpengaruh terhadap upaya penyelamatan," ujarnya.
Dia menegaskan selain kasus 20 ABK di Somalia, pemerintah juga memberi perhatian terhadap nasib Warga Negara Indonesia (WNI) di Mesir, Tunisia, Libya, Arab, dan Malaysia. "Bagaimanapun mereka memerlukan perlindungan dan kami pastikan mereka aman," kata Michael.
Upaya pembebasan 20 Awak Buah Kapal (ABK) yang disandera di perariran Somalia terus dilakukan Pemerintah. Hal ini dilakukan agar mereka segera dibebaskan dalam keadaan selamat
Sumber: Jurnas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar