Stardust Nasa |
SINDO-(IDB):Pesawat peneliti Stardust kemarin akhirnya dipensiunkan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA setelah 12 tahun mencari komet di antariksa. Stardust menyusul pesawat ulang alik Discovery yang juga dipensiunkan NASA pertengahan bulan ini.
WASHINGTON – Pesawat peneliti komet Stardust telah mengikuti jejak Discovery. Stardust yang setia merekam pergerakan pada sistem Tata Surya akhirnya berlabuh panjang di rumah asalnya,Bumi. Kamis (24/3) lalu, Stardust menyelesaikan misi finalnya. Tepatnya pukul 16.33, ketika salah satu pesawat peneliti kebanggaan Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (AS) atau NASA itu menuntaskan proses transmisi data terakhirnya ke bumi. Stardust tidak akan kembali ke dekat Sistem Tata Surya. Pesawat itu, sekali lagi, akan beristirahat panjang di Bumi.
Stardust memang tidak akan lagi mengangkasa. Tapi paling tidak, kita bisa mengingat berbagai pelajaran yang dengan rela dibagikan Stardust. “Stardust telah mengajarkan kita tentang sistem Tata Surya sejak diluncurkan pertama kali pada 1999,”demikian kata manajer proyek Stardust- NexT,Tim Larson, seperti dikutip spacedaily.com. Menjadi wajar kala misi final Stardust begitu dinanti para ilmuwan.
Salah satu anak kesayangan NASA itu telah mengucapkan selamat berpisah pada semesta luas, ruang yang selama ini dijelajahinya. Pesawat antariksa seberat 300 kilogram yang dilengkapi dengan sistem robotik itu terhitung “perangkat tua” dalam dunia luar angkasa. Sejak diluncurkan pertama kali pada 7 Februari 1999, Stardust sudah menjalankan beberapa misi penting yang diprakarsai NASA.Selama itu pula Stardust selalu mengirim kejutan- kejutanbagiparailmuwan yang bersiaga di stasiun pengendali di bumi.Beroperasi selama 12tahun1bulandan21hari,Stardust berhasil mendekati komet Tempel 1.Waktunya 15 Februari 2011 atau sekitar sebulan lalu.
Sebelumnya sistemStardustpernah pula “dikunjungi” pesawat andalan NASA yang lain,Deep Impact (4 Juli 2005). Selama 12 tahun, Stardust mengumpulkan debu-debu semesta untuk kemudian dibawa ke laboratorium NASA di bumi. Stardust dibuat atas beberapa alasan.Yang terkuat berkaitan dengan kehadiran komet Halley. Belasan tahun setelah Halley terakhir mengunjungi bumi (1994), NASA berpikir untuk menciptakan perangkat yang bisa mendekati komet sejenisnya.
Maka lahirlah Stardust, pesawat antariksa berbiaya rendah. Awalnya banyak yang menyangsikan kemampuan Stardust. Namun, yang kemudian terjadi, Stardust bisa menunjukkan kemampuan terbaik di balik gunjingan bahwa “pembuatan berbiaya rendah, kemampuan pun tidak seberapa”.
WASHINGTON – Pesawat peneliti komet Stardust telah mengikuti jejak Discovery. Stardust yang setia merekam pergerakan pada sistem Tata Surya akhirnya berlabuh panjang di rumah asalnya,Bumi. Kamis (24/3) lalu, Stardust menyelesaikan misi finalnya. Tepatnya pukul 16.33, ketika salah satu pesawat peneliti kebanggaan Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (AS) atau NASA itu menuntaskan proses transmisi data terakhirnya ke bumi. Stardust tidak akan kembali ke dekat Sistem Tata Surya. Pesawat itu, sekali lagi, akan beristirahat panjang di Bumi.
Stardust memang tidak akan lagi mengangkasa. Tapi paling tidak, kita bisa mengingat berbagai pelajaran yang dengan rela dibagikan Stardust. “Stardust telah mengajarkan kita tentang sistem Tata Surya sejak diluncurkan pertama kali pada 1999,”demikian kata manajer proyek Stardust- NexT,Tim Larson, seperti dikutip spacedaily.com. Menjadi wajar kala misi final Stardust begitu dinanti para ilmuwan.
Salah satu anak kesayangan NASA itu telah mengucapkan selamat berpisah pada semesta luas, ruang yang selama ini dijelajahinya. Pesawat antariksa seberat 300 kilogram yang dilengkapi dengan sistem robotik itu terhitung “perangkat tua” dalam dunia luar angkasa. Sejak diluncurkan pertama kali pada 7 Februari 1999, Stardust sudah menjalankan beberapa misi penting yang diprakarsai NASA.Selama itu pula Stardust selalu mengirim kejutan- kejutanbagiparailmuwan yang bersiaga di stasiun pengendali di bumi.Beroperasi selama 12tahun1bulandan21hari,Stardust berhasil mendekati komet Tempel 1.Waktunya 15 Februari 2011 atau sekitar sebulan lalu.
Sebelumnya sistemStardustpernah pula “dikunjungi” pesawat andalan NASA yang lain,Deep Impact (4 Juli 2005). Selama 12 tahun, Stardust mengumpulkan debu-debu semesta untuk kemudian dibawa ke laboratorium NASA di bumi. Stardust dibuat atas beberapa alasan.Yang terkuat berkaitan dengan kehadiran komet Halley. Belasan tahun setelah Halley terakhir mengunjungi bumi (1994), NASA berpikir untuk menciptakan perangkat yang bisa mendekati komet sejenisnya.
Maka lahirlah Stardust, pesawat antariksa berbiaya rendah. Awalnya banyak yang menyangsikan kemampuan Stardust. Namun, yang kemudian terjadi, Stardust bisa menunjukkan kemampuan terbaik di balik gunjingan bahwa “pembuatan berbiaya rendah, kemampuan pun tidak seberapa”.
Sumber: Sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar