Kapal Serang Amfibi AS |
WASHINGTON-(IDB): Biaya yang harus dikeluarkan Amerika Serikat (AS) untuk operasi militer terkait Libya memang tidak akan besar.Setidaknya jika itu dilihat dari ukuran defisit USD1,6 triliun tahun ini atau USD118 triliun yang diminta Pentagon untuk membiayai perang di Irak dan Afghanistan.
Tapi, tentu saja masih ada harga yang harus dibayar.Zona larangan terbang tak pernah menjadi murah. Pengalaman tiga bulan pemberlakuan zona itu di bekas Yugoslavia memakan USD1,8 miliar dan 11 tahun zona larangan terbang di Irak menghabiskan biaya USD700 juta per tahun. Sejauh ini pemerintah Barack Obama tidak mengumumkan biaya secara keseluruhan dari serangan udara dan laut AS.
Namun, kampanye militer, pengerahan kapal perang dan pesawat, serta amunisi yang digunakan bisa dipastikan membutuhkan anggaran yang tidak murah.Biaya perang itu diperkirakan menembus USD1 miliar. Pada hari-hari pertama operasi militer terhadap rezim MuammarKhadafidiLibyasaja, AS dan Inggris menembakkan sedikitnya 162 rudal penjelajah Tomahawk yang nilai per unitnya mencapai USD1-1,5 juta.
Tiap satu dari 45 bom yang dijatuhkan bomber B-2 di Libya menghabiskan dana USD30.000-40.000. Adapun jet tempur AS F-15 yang jatuh harganya mencapai USD75 juta. Selain biaya amunisi, biaya operasi pesawat juga sangat mahal. Pesawat-pesawat F-15 dan F-16 tiap satu jam terbangnya membutuhkan biaya USD10.000. Angka ini belum termasuk biaya operasi dan kru 11 kapal perang dan kapal selam AS yang diterjunkan dalam operasi ini.
Pusat Strategis dan Taksiran Anggaran, sebuah lembaga think tank,memperkirakan tahap awal operasi Libya itu akan menghabiskanUSD400-800juta dan sepekan pemberlakuan zona larangan terbang akan menelanbiaya dariUSD30-100juta. Menteri Pertahanan AS Robert Gates belum bisa memprediksi kapan operasi itu akan berakhir.Kondisi ini pun menjadi perhatian Kongres.Dalam briefing untuk staf Kongres, mereka menekan beberapa pejabat Departemen Luar Negeri, Pentagon, dan Departemen Keuangan terkait biaya perang.
Anggota Kongres Dennis Kucinich dari Demokrat Ohio meminta agar Kongres tidak membiayai operasi militer di Libya.Ketua DPR (House of Representative) AS John Boehner juga sudah mempertanyakan rencana Obama untuk membiayai operasi militer AS di Libya.
Kepala Institut Lexington yang berbasis di Virginia,Loren Thompson memprediksi, Kongres akan keberatan bila Pemerintah AS mengeluarkan dana untuk operasi Libya ini. Sebelumnya pemerintah sudah mengoperasikan serangkaian kegiatan yang memakan dana besar tahun ini di tengah pemotongan anggaran, termasuk pertahanan.“Pentagon benarbenar harus mengerem pengeluarannya,” ujarnya.
Tapi, tentu saja masih ada harga yang harus dibayar.Zona larangan terbang tak pernah menjadi murah. Pengalaman tiga bulan pemberlakuan zona itu di bekas Yugoslavia memakan USD1,8 miliar dan 11 tahun zona larangan terbang di Irak menghabiskan biaya USD700 juta per tahun. Sejauh ini pemerintah Barack Obama tidak mengumumkan biaya secara keseluruhan dari serangan udara dan laut AS.
Namun, kampanye militer, pengerahan kapal perang dan pesawat, serta amunisi yang digunakan bisa dipastikan membutuhkan anggaran yang tidak murah.Biaya perang itu diperkirakan menembus USD1 miliar. Pada hari-hari pertama operasi militer terhadap rezim MuammarKhadafidiLibyasaja, AS dan Inggris menembakkan sedikitnya 162 rudal penjelajah Tomahawk yang nilai per unitnya mencapai USD1-1,5 juta.
Tiap satu dari 45 bom yang dijatuhkan bomber B-2 di Libya menghabiskan dana USD30.000-40.000. Adapun jet tempur AS F-15 yang jatuh harganya mencapai USD75 juta. Selain biaya amunisi, biaya operasi pesawat juga sangat mahal. Pesawat-pesawat F-15 dan F-16 tiap satu jam terbangnya membutuhkan biaya USD10.000. Angka ini belum termasuk biaya operasi dan kru 11 kapal perang dan kapal selam AS yang diterjunkan dalam operasi ini.
Pusat Strategis dan Taksiran Anggaran, sebuah lembaga think tank,memperkirakan tahap awal operasi Libya itu akan menghabiskanUSD400-800juta dan sepekan pemberlakuan zona larangan terbang akan menelanbiaya dariUSD30-100juta. Menteri Pertahanan AS Robert Gates belum bisa memprediksi kapan operasi itu akan berakhir.Kondisi ini pun menjadi perhatian Kongres.Dalam briefing untuk staf Kongres, mereka menekan beberapa pejabat Departemen Luar Negeri, Pentagon, dan Departemen Keuangan terkait biaya perang.
Anggota Kongres Dennis Kucinich dari Demokrat Ohio meminta agar Kongres tidak membiayai operasi militer di Libya.Ketua DPR (House of Representative) AS John Boehner juga sudah mempertanyakan rencana Obama untuk membiayai operasi militer AS di Libya.
Kepala Institut Lexington yang berbasis di Virginia,Loren Thompson memprediksi, Kongres akan keberatan bila Pemerintah AS mengeluarkan dana untuk operasi Libya ini. Sebelumnya pemerintah sudah mengoperasikan serangkaian kegiatan yang memakan dana besar tahun ini di tengah pemotongan anggaran, termasuk pertahanan.“Pentagon benarbenar harus mengerem pengeluarannya,” ujarnya.
Sumber: Sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar