Pages

Sabtu, Oktober 18, 2014

Berita Video : Garuda Shield 2014

BANYUWANGI-(IDB) : Exercise Garuda Shield ended with a successful combined arms live fire exercise that served as the culminating event. Check out this highlight film featuring Soldiers from the 2nd Battalion, 1st Infantry Regiment and the Indonesian Army, Tentara Nasional Indonesia (TNI).





Sumber : Youtube

LSU, Drone Canggih Lapan

JAKARTA-(IDB) : Drone atau pesawat tanpa awak merupakan alat pertahanan canggih yang ada saat ini. Drone tercanggih di dunia saat ini masih diproduksi Amerika Serikat (AS) dengan harga yang cukup mahal.

"Drone itu, Pak Jokowi mengatakan harganya Rp 3 triliun/unit. Mahal karena memang alat UAV pertahanan yang dibuat Amerika. Di Amerika dia bisa mengontrol sampai ke Afghanistan dan menghancurkan musuh," kata Laksamana (Purn) Tedjo Eddy di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (16/10/2014).

Sementara itu, Eddy mengakui, perusahaan lokal juga telah dapat memproduksi drone. Namun dalam hal teknologi, drone dalam negeri tidak secanggih AS.

"Kita ada industri dalam negeri yang mampu membuat drone dengan teknologi yang sudah ada. Mereka sudah hadir kemarin dan sudah diperlihatkan drone jaraknya baru 50 km, tetapi kan bisa dikembangkan," papar pria yang disebut-sebut jadi calon Menko Maritim pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ini.

Walaupun teknologi drone dalam negeri masih terbatas, tetapi ia tetap bangga perusahaan lokal sudah bisa memproduksi drone. Apalagi dengan harga yang lebih murah, industri drone lokal dinilai akan semakin berkembang.

"Kita sudah bisa buat itu sehingga anggaran bisa dihemat," cetus Ketua Umum DPP Ormas Nasional Demokrat ini.

Drone atau pesawat tanpa awak di dalam negeri salah satunya sudah diproduksi oleh Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan). Lapan sudah membuat pesawat tanpa awak atau disebut Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle.

Lapan sudah memulai memproduksi pesawat tanpa awak sejak 2011, seiring pengembangan program penerbangan nasional. Pesawat tanpa awak pertama yang dibuat dan dikembangkan Lapan adalah jenis Lapan Surveillance UAV-01X.

Lapan Surveillance UAV-01X adalah jenis pesawat tanpa awak berukuran kecil yang membawa kamera seberat 1,5 kg. Cara menerbangkan pesawat ini cukup hanya dilempar dan dapat mengudara selama 30 menit sepanjang 40 km, dengan daya tinggi jelajah 500 meter.

Setelah itu, Lapan kemudian mengembangkan LSU 02 dengan ukuran dan tingkat daya jelajah lebih besar dibandingkan 01X. Teknologi yang digunakan juga jauh lebih tinggi dibandingkan 01X.

Lapan Surveillance Unmanned Aerial Vehicle-02 atau LSU 02 terbang sejauh 200 kilometer dengan kecepatan terbang mencapai 100 km/jam. LSU 02 memiliki bentang sayap 2.400 mm dengan panjang beda 1.700 mm. Pesawat tanpa awak ini dapat digunakan untuk keperluan Airbone Remonte Sensing dengan tinggi daya jelajah 3.000 meter.



Sumber : Detik

6 Menteri Dapat Penghormatan Brevet Hiu Kencana Di Kapal Selam

SURABAYA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio menyematkan brevet Hiu Kencana kepada 5 menteri dan 1 pejabat setingkat menteri yang dianggap sebagai figur pendorong kelancaran tugas-tugas pokok TNI AL, khususnya terhadap pengadaan kapal selam atau alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Penyematan tersebut diberikan kepada Menteri Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar, serta Kepala BIN Letnan Jenderal TNI (Purn) Marciano Norman, yang dilaksanakan di perairan Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) dengan menggunakan Kapal Selam KRI Nanggala-402.

Menurut KSAL Laksamana TNI Marsetio, penyematan brevet kehormatan Hiu Kencana merupakan salah satu bentuk penghormatan, rasa terima kasih dan penghargaan dari jajaran TNI AL kepada mereka dalam upaya turut serta membesarkan dan memajukan TNI AL, terutama, berpartisipasi demi kemajuan pengembangan kapal selam ataupun alutsista, baik secara langsung maupun tidak langsung.

"Dengan diangkatnya keenam menteri tersebut sebagai warga kehormatan kapal selam, maka hingga saat ini sudah ada 142 pejabat yang diangkat menjadi warga kehormatan kapal selam dan berhak menerima brevet kehormatan Hiu Kencana," tuturnya di Koarmatim Surabaya, Sabtu (18/10/2014).
 

Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan, untuk menjaga laut Indonesia yang luasnya 5,8 juta kilometer persegi, maka TNI AL harus mempunyai lebih banyak kapal selam atau alutsista.

"TNI AL harus diberikan lebih banyak alutsista, supaya bisa menjaga dan mempertahankan laut Indonesia," kata Sharif.

Brevet Hiu Kencana merupakan simbol pengakuan terhadap profesionalisme prajurit kapal selam, dalam taktik dan teknik peperangan bawah permukaan laut, yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan jiwa korsa bagi para pemakainya.

Sedangkan KRI Nanggala-402 mencatat keberhasilan dalam penugasannya antara lain saat terlibat dalam latihan bersama US Navy dengan nama sandi Cooperation Afloat Readiness dan Training (CARAT-8/02) yang diadakan di perairan Laut Jawa dan Selat Bali 27 Mei-3 Juni 2002.

KRI Nanggala-402 juga terlibat dalam latihan operasi laut Gabungan (Latopslagav) XV/04 di Samudera Hindia 8 April hingga 2 Mei 2004. Kapal selam yang ditenagai oleh mesin diesel elektrik dan memiliki kecepatan 21,5 Knot ini juga berhasil menenggelamkan eks KRI Rakata sebuah kapal tunda samudera buatan 1942 dengan Torpedo SUT. 



Sumber : SCTV

India Jajal Rudal Canggih Nirbhay

NEW DELHI-(IDB) India berhasil menguji tembak rudal jelajah jarak jauh buatan dalam negeri, Nirbhay Jumat (17/10/2014). Rudal canggih India itu menjadi pesaing rudal jelajah milik Amerika Serikat (AS), Tomahawk.

Itu merupakan uji tembak rudal jelajah jarak jauh berkemampuan nuklir yang pertama kali dilakukan India. Rudal “Nirbhay” meluncur dari sebuah peluncur di fasilitas uji coba rudal di Chandipur, sebelah timur negara bagian Orissa.

”Uji tembak berhasil,” demikian laporan kantor berita India, Press Trust of India, mengutip keterangan pejabat senior pemerintah.

”Hasil dari uji tembak itu dipastikan dengan menganalisis data yang diambil dari radar dan poin telemetri,” lanjut pejabat senior India yang berbicara dalam kondisi anonim.

Tidak seperti rudal balistik lainnya, rudal “Nirbhay” memiliki sayap dan ekor sirip. Rudal ini dimaksudkan untuk multifungsi. Yakni bisa diluncurkan dari darat, laut dan udara.

Menurut NDTV, rudal canggih buatan dalam negeri India itu mampu melesat hingga 1.000 kilometer.”Yang membuat India mampu melakukan serangan jarak jauh ke dalam wilayah musuh,” bunyi laporan stasiun televisi India itu.

Rudal “Nirbhay” dianggap oleh para ahli militer sebagai rudal jelajah Tomahawk AS versi India. Kesuksesan India menguji tembak rudal canggihnya pada hari ini sekaligus untuk menebus kegagalan peluncuran rudal subsonik pada Maret 2013 lalu. Saat itu peluncuran rudal subsonik harus dibatalkan di tengah jalan setelah arahnya menyimpang dari jalur.



Sumber : Sindo

Kartu Indonesia Dalam Konflik LCS

JKGR-(IDB) : Posisi Indonesia yang lama ‘dipandang remeh’ dalam isu senjata di Asia kini mulai berubah, kata pengamat Andi Widjajanto.


“Sekarang mereka lihat kalau Indonesia cukup serius dan pada akhir 2024 saya kira anggaran kita akan menjadi yang terbesar di ASEAN.”


Selama ini, Malaysia dan Singapura selama bertahun-tahun selalu menjadi pemimpin terdepan dalam hal belanja senjata ASEAN.


Ketegangan di Laut China Selatan akibat adu klaim teritorial dengan raksasa Asia, Cina, telah memaksa Filipina dan Vietnam turut mengasah peralatan tempurnya.


Vietnam membeli berbagai senjata dari Republik Ceko, Kanada, dan Israel serta kapal selam dari Rusia. Bahkan Vietnam dikabarkan tengah memesan peluru kendali canggih dari India.


Sementara Filipina menargetkan pembelian dua kapal penyergap baru, dua helikopter anti kapal selam, tiga kapal cepat patroli pantai ditambah delapan kendaraan serbu amfibi hingga 2017.


Seluruhnya untuk mempertahankan wilayah Laut Filipina Barat yang diperebutkan dengan China.


China sendiri, tak usah ditanya. Setelah memamerkan kegarangan kapal pengangkut sekaligus landasan pesawat (aircraft carrier) Liaoning, di perairan Dalian September lalu, China terus menumpuk perbendaharaan alutsista hingga total belanja melampaui USD100 miliar untuk pertama kalinya tahun 2012.

Paradoks ASEAN


Secara keseluruhan laporan Institut Internasional untuk Strategi Keamanan (IISS) London menyebut besaran belanja senjata di Asia 2013 meningkat 14% lebih dibanding tahun lalu. Anomali sikap anggota ASEAN: di luar damai, di dalam berlomba membeli senjata.


Sebaliknya, angka belanja senjata di 26 negara Eropa terus turun seiring dengan krisis ekonomi yang belum pulih. Asia tengah mengalami ‘lomba senjata’ tulis seorang pengamat dalam jurnal IISS.


Peningkatan signifikan angka belanja senjata sudah muncul tahun 2012, dan menurut IISS, belanja alutsista Asia mencapai $287 miliar atau naik kira-kira 8,6% per tahun. Situasi ini tidak bisa dibilang lumrah, kata Andi Widjajanto.


ASEAN tengah menikati periode damai dengan tingkat pendapatan masing-masing negara terus meningkat dan hubungan antar negara yang makin matang.


Bahkan dalam dua tahun, 2015, 10 negara di Asia tenggara ini akan memasuki babak baru Komunitas ASEAN. “Ini sebuah paradoks, ASEAN sangat damai tapi belanja senjata malah naik pesat,” kata Andi. Pencetusnya adalah ketidakpastian di Laut China Selatan yang membuar beberapa negara ASEAN terlibat langsung dalam konflik ini seperti Filipina dan Vietnam. “Anggota melihat situasi damai justru sebagai kesempatan untuk untuk mengisi arsenal masing-masing,” tambah doktor lulusan Universitas Pertahanan di Washington ini.

Perimbangan Kekuatan


Untung lah tak ada ancaman langsung konflik Laut China Selatan terhadap Indonesia.

“Indonesia itu negara netral. Sepanjang (konflik) itu tidak menular ke perbatasan kita,” kata Menhan Purnomo. Sebaliknya Indonesia juga memahami ambisi China, tambah Purnomo, yang habis-habisan mendongkrak belanja senjatanya.

Analisis Andi Widjajanto “China juga punya kelebihan uang, jadi dia harus melakukan modernisasi persenjataannya.”


Yang penting buat Indonesia dan kawasan menurut Menhan adalah adanya perimbangan kekuatan sehingga tak ada satu pihak yang lebih dominan.


“Sebetulnya itu adalah balance of power antara berbagai kekuatan di Pasifik. AS juga mengatakan: saya akan menempatkan 60% kekuatan di Pasifik pada 2020,” tambah mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini. Dalam forum Forum Ekonomi Dunia di Jakarta tahun lalu, PM Singapura Lee Hsien Loong mengatakan ASEAN sangat berharap China dan AS akan mempertahankan keseimbangan di kawasan.


Anggota ASEAN, menurut PM Lee, merasakan hubungan yang sangat baik dengan AS dan China yang berakibat pada naiknya aktivitas ekonomi, investasi dan turisme. Kedamaian diharapkan terus berlanjut agar ASEAN menikmati kemakmuran.

“Tapi semua ini bergantung pada satu hal: bahwa China dan AS tetap berhubungan baik,” tandas putra pendiri Singapura, Lee Kwan Yew, ini. “Supaya lebih mudah bagi kami untuk juga berhubungan baik dengan kedua negara.”

Kartu


Yang penting dicatat dari situasi ini menurut peneliti isu pertahanan CSIS, Iis Gindarsah, adalah Indonesia perlu terus memodernisasi alutsista agar komitmen pada politik luar negeri yang bebas aktif terpenuhi.


“Itu hanya berlaku kalau kita punya kekuatan untuk melindungi diri sendiri. Tetap bebas aktif tanpa intervensi negara lain,” tuturnya. Konflik juga bukan semata-mata merugikan.


Indonesia yang sedang agresif mencari sumber alih teknologi persenjataan justru mendapat peluang dari China di tengah perebutan pengaruh ini. TNI Angkatan Laut awal tahun ini mengkonfirmasi kontrak pembelian rudal C-705 untuk 16 (dari 40) kapal cepat rudal (KCR) buatan PT Palindo Batam dari Cina.


Dengan kontrak ini maka PT Pindad kelak akan punya peluang untuk turut memproduksi rudal di China dan di Bandung. Gindarsah berpendapat justru di tengah konflik maka Indonesia lebih berpeluang memaksimalkan keuntungan dari hubungan dengan dua kekuatan adi daya dunia itu.


“Pemerintah harus pandai memainkan kartu sehingga menghasilkan kebijakan yang tidak eksplisit pro-AS atau China,” kata Gigin.


“Kuncinya ada pada Indonesia karena lebih lebih banyak Indonesia yang tentukan bukan dua negara itu.” 

 image001


Konsumen Senjata Terbesar Global

  • AS US$682 juta (39% dari total belanja senjata dunia)
  • Cina US$166 juta (9,5%)
  • Rusia US$90,7 juta (5,2%)
  • Inggris US$60,8 juta (3,5%)
  • Jepang US$59,3 juta (3,4%)
  • Total belanja alutsista dunia US$ 1.753 juta


Sumber : JKGR

Berita Foto : Perpisahan SBY Dengan TNI Polri

MAGELANG-(IDB) : Pada acara yang diikuti sedikitnya 11.000 personel TNI/Polri tersebut SBY meresmikan pembentukan Skuadron Udara 16 (Vijayakantaka Abhyastivirayate) dan Batalyon Infanteri 10 Marinir Satria Bhumi Yudha serta Museum Paviliun 5.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi pengarahan kepada ribuan prajurit TNI/Polri pada perpisahan di Lapangan Sapta Marga, Komplek Akmil Magelang, Jateng, Jumat (17/10). Pada acara yang diikuti sedikitnya 11.000 personel TNI/Polri tersebut SBY meresmikan pembentukan Skuadron Udara 16 (Vijayakantaka Abhyastivirayate) dan Batalyon Infanteri 10 Marinir Satria Bhumi Yudha serta Museum Paviliun 5.

KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri) menyematkan brevet kehormatan kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara perpisahan dengan TNI/Polri di Lapangan Sapta Marga, komplek Akmil Magelang, Jateng, Jumat (17/10). Pada acara yang diikuti sedikitnya 11.000 personel TNI/Polri tersebut SBY meresmikan pembentukan Skuadron Udara 16 (Vijayakantaka Abhyastivirayate) dan Batalyon Infanteri 10 Marinir Satria Bhumi Yudha serta Museum Paviliun 5.

SBY Resmikan Museum Paviliun 5

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato pada peresmian Museum Paviliun 5 di komplek Akmil Magelang, Jateng, Jumat (17/10). Pavilium 5 merupakan tempat yang pernah ditinggali SBY saat menjadi taruna berprestasi tahun 1973 dan dijadikan museum sebagai penghormatan kepada SBY yang diharapkan dapat menumbuhkan semangat, inspirasi dan memotivasi para taruna.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) didampingi Ibu negara Ani Yudhoyono (kanan) melambaikan tangan kepada personel TNI/Polri pada perpisahan di Lapangan Sapta Marga, Komplek Akmil Magelang, Jateng, Jumat (17/10). Pada acara yang diikuti sedikitnya 11.000 personel TNI/Polri tersebut SBY meresmikan pembentukan Skuadron Udara 16 (Vijayakantaka Abhyastivirayate) dan Batalyon Infanteri 10 Marinir Satria Bhumi Yudha serta Museum Paviliun 5. 

Ribuan prajurit TNI/Polri mengikuti upacara perpisahan presiden SBY dengan TNI/Polri di Lapangan Sapta Marga, Komplek Akmil Magelang, Jateng, Jumat (17/10) Pada acara yang diikuti sedikitnya 11.000 personel TNI/Polri tersebut SBY meresmikan pembentukan Skuadron Udara 16 (Vijayakantaka Abhyastivirayate) dan Batalyon Infanteri 10 Marinir Satria Bhumi Yudha serta Museum Paviliun 5.

Sejumlah prajurit TNI berkuda mengikuti upacara perpisahan presiden SBY dengan TNI/Polri di Lapangan Sapta Marga, Komplek Akmil Magelang, Jateng, Jumat (17/10). Pada acara yang diikuti sedikitnya 11.000 personel TNI/Polri tersebut SBY meresmikan pembentukan Skuadron Udara 16 (Vijayakantaka Abhyastivirayate) dan Batalyon Infanteri 10 Marinir Satria Bhumi Yudha serta Museum Paviliun 5.


Sumber : Antara

Markas F-16 Terbaru Dan Yonif 10 Marinir Resmi Beroperai

MAGELANG-(IDB) : Penguatan pertahanan di wilayah perbatasan kembali ditingkatkan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan pembentukan dua markas tempur terbaru, yakni Batalion Infanteri (Yonif) 10 Marinir/Satia Bhumi Yudha di Pulau Setokok, Batam, Kepulauan Riau dan Skuadron Udara 16/ Vijayakantaka Abhyasti Virayate di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekan Baru, Riau.

Peresmian Batalion Infanteri dan Skuadron Udara tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti di Akademi Militer, Magelang, Jumat (17/10/2014). Pembentukan dua kekuatan baru ini sebagai respon atas perkembangan lingkungan strategis yang dinamis dan multidimensional, khususnya dalam mengamankan wilayah perbatasan.

Presiden mengaku menyambut baik hadirnya kekuatan baru TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara tersebut. Menurut dia, di era modern, kekuatan angkatan udara harus semakin tanggung dan modern untuk bisa menjaga wilayah udara nasional.

Sedangkan, keberadaan Batalion Infanteri Marinir ini akan memperkuat pengamanan wilayah perbatasan, terutama di Kepulauan Riau. Skuadron Udara 16 di Pekanbaru, saat ini juga sudah siap untuk menjadi markas pesawat tempur F-16 C/D 52ID asal Amerika Serikat.

Beberapa persiapan terus dilakukan sehingga skuadron ini sempurna sebagai home base pesawat tersebut. Adapun untuk pesawatnya sendiri, sekarang ini sudah ada lima unit dari 24 unit yang dipesan.

Sementara itu, menurut Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio, Batalion Infanteri 10 Marinir ini dibangun TNI AL sebagai salah satu upaya meningkatkan keamanan d kawasan terdepan Indonesia yang berbatasan dengan negara-negara kawasan ASEAN.

Pembangunan ini merupakan program prioritas TNI AL sebagai tindak lanjut atas perintah Presiden SBY untuk membangun dan membentuk Satuan Marinir baru di Kepulauan Riau.

Peletakan batu pertama pembangunan markas batalion tersebut telah dilakukan 5 Juni 2013 silam. Batalion Infanteri 10 Marinir yang menempati lokasi seluas 37 hektare ini merupakan salah satu lokasi strategis untuk pertahanan keamanan di wilayah perbatasan.

“Karakteristik wilayah Kepulauan Riau pada umumnya terdiri dari banyak pulau dan berbatasan dengan beberapa negara tetangga, sehingga sangat strategis untuk dibangun satuan markas pengamanan untuk pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya dalam siaran pers kepada Sindonews, Jumat (17/10/2014).

Fasilitas yang dibangun pada markas meliputi pembangunan gedung batalyon, gedung kompi markas, gedung kompi senapan, gudang senjata, rumah dinas, mess perwira, garasi angkutan, dermaga, lapangan tembak, dan helipad. Batalion Infanteri 10 Marinir di Pulau Setokok ini diperkuat dengan satuan-satuan kecil dengan keahlian khusus atau pasukan khusus.



Sumber : Sindo

Malaysian And Indonesian Armed Forces To Work Together To Stem Militancy

KUCHING-(IDB) : The Armed Forces have not detected any movement of militants across the border between Sarawak and Kalimantan so far, Army 1st Division commander Mej Jen Datuk Ranjit Singh Ramday said.

He said the Malaysian Armed Forces cooperated with their Indonesian counterparts to patrol the border, mainly to control smuggling and illegal immigration.

“So far we have not detected any militants along the border as yet. But we know there are militants in both Indonesia and Malaysia and the government is dealing with it,” he told reporters after launching a Malindo exercise between Malaysian and Indonesian army personnel at Penrissen Camp here on Wednesday.

Mej Jen Ranjit said the rise of militancy affected all countries, including Indonesia and Malaysia, requiring security forces to be prepared to face it.

“We must understand that the armed forces of any country must be prepared to deal with any situation as and when it arises, so we keep on training,” he added.

On the exercise, he said it was aimed at enhancing cooperation between the Indonesian Armed Forces (TNI) and Malaysian Armed Forces in combined operations to face threats.

In addition, he said they were testing their standard operating procedures (SOP) in running bilateral operations.

“We will continue this cooperation to enhance our military efficiency between both countries in case we have to face threats where we require each other’s assistance,” he said.

The two-week exercise involves 700 troops from the 13th Battalion Royal Malay Regiment and 10th Battalion Royal Rangers Regiment and their Indonesian counterparts.



Source : Thestar