Pages

Sabtu, Oktober 11, 2014

MLRS Astros IIMK6, Peluncur Roket TNI AD

SINDO-(IDB) : MLRS Astors II Mk 6 turut memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI). MLRS Astors II Mk 6 mampu menembakkan lima jenis roket dengan kaliber yang berbeda. Mulai dari kaliber 70, 127, 180 dan 300 mm.

Keunggulan lain MLRS Astors II Mk 6 adalah memiliki mobilitas tinggi dan perlindungan lapis baja serta mampu beroperasi di segala situasi termasuk pada malam hari. Alutsista jenis ini juga memiliki jarak tempuh hingga 85 km.

MLRS Astors II Mk 6 dimiliki TNI Angkatan Darat (AD) sejak tahun 2014, selanjutnya digunakan oleh Yonarmed 1 Kodam V/Brawijaya di Malang dan Yonarmed 10 Divisi Infanteri 1 Kostrad di Bogor.

MLRS Astors II Mk 6 ini merupakan senjata artileri medan buatan Avibras Aeroespacial Brazil. Alutsista ini didukung platform kendaraan TATRA dan dilengkapi dengan radar trajectography untuk kendali akurasi perkenaan sasaran serta dapat diangkut dengan pesawat Hercules C-130.



Sumber : Sindo

Senjata SPR2 Pindad Mejeng Di Trade Expo Indonesia 2014


JAKARTA-(IDB) : Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2014 masih digelar di JIExpo Kemayoran hingga esok hari. Pameran terbuka dan gratis ini memamerkan seluruh produk buatan Indonesia berkualitas ekspor.

Salah satu yang dilirik banyak calon pembeli (buyers) dari dalam dan luar negeri adalah, sebuah senjata canggih laras panjang. Bahkan banyak calon pembeli dari Amerika Serikat (AS) dan Australia belum percaya, senjata canggih ini diproduksi oleh perusahaan Indonesia.

"Buyers dari Amerika dan Australia itu datang kemari dan mengatakan, mereka kaget kok bisa Indonesia buat alat senjata canggih semacam ini," ujar Desain Produk PT Pindad (Persero) Yudi, kepada detikFinance, Sabtu (11/10/2014).

Senjata jenis SPR (Senapan Penembak Runduk) 2 ini ditegaskan Yudi, memang buatan asli PT Pindad. Senjata ini memang canggih, dan pesaing senjata-senjata yang diproduksi dari AS maupun Rusia.

SPR 2 mempunyai spesifikasi panjang larasnya 1050 mm dan beratnya 19 kg. Peluru yang digunakan berkaliber 12,7 mm, dengan jarak tembaknya 1,8 hingga 2 km.

"Mereka (buyers Australia dan Amerika) mengira ini mainan. Saya jelaskan ini senjata asli, mereka bilang Indonesia sudah hebat," imbuhnya.

SPR 2 didesain bukan untuk menembak personel/orang melainkan material termasuk kendaraan lapis baja. Yudi mengklaim senjata ini bisa meledakan satu kendaraan hanya dengan sekali tembakan dengan peluru MU3 Blam. Hanya saja masih ada satu komponen dari senjata ini yang masih harus diimpor.

"Teleskop kita masih menggunakan buatan luar negeri yaitu Jerman. Masalah lensa kita belum bisa buat," imbuhnya.

Saat ini SPR 2 masih menjadi salah satu komponen senjata penting Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat bertugas. Selain digunakan di dalam negeri, senjata ini juga sudah diekspor ke negara luar.

"Berapa harganya? Saya belum sebut karena ini G to G (perjanjian antar pemerintah) kalau mau beli. Selain TNI, kita juga sudah mulai ekspor ke Fiji," sebutnya.



Sumber : Detik

Indonesia Masuk Jajaran Negara Eksportir Senjata

BANDUNG-(IDB) : Pemerintah memandang industri pertahanan Indonesia saat ini sudah mampu memproduksi barang berkualitas ekspor. Apalagi ada program transfer teknologi yang digagas oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menyebut, industri pertahanan Indonesia bisa mengekspor produk pertahanan canggih, seperti kapal perang tipe Landing Platform Dock (LPD-125) ke Filipina.

"Contoh kapal LPD, dibangun yang dibangun di PAL. Sekarang ekspor ke Filipina. Timor Leste juga ingin beli," kata Purnomo di Kantor Pusat Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Ekspor yang dilakukan oleh PT PAL Indonesia (Persero), tidak lepas dari program transfer teknologi yang diberikan oleh Korea Selatan. Awalnya Kemenhan memberi order kepada Korsel, namun dengan melibatkan PAL.

"Partner mau transfer seperti Korsel untuk bikin kapal LPD 7 tingkat. Itu kapal markas bisa angkut tank," sebutnya.

Selain kapal perang, industri pertahanan Indonesia juga mengeskpor peralatan tempur, seperti senjata SS1 dan Panser ANOA buatan PT Pindad. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjual baju militer hingga helm tahan peluru.

Bahkan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) juga telah menjual pesawat ke berbagai negara.

Saat ini, Indonesia juga sudah memasuki pengembangan pesawat tanpa awak, produksi propelan, jet tempur, kapal selam, hingga tank.

Purnomo memandang produk pertahanan Indonesia berpotensi besar merangsek pasar Asia Tenggara. Apalagi anggaran militer negara ASEAN sangat tinggi, sehingga itu menjadi peluang.

"Negara-negara ASEAN rata-rata pengeluaran militer US$ 8-9 miliar. Kalau dikali 10 bisa US$ 80 miliar. Itu besar," terang.



Sumber : Detik

Terhempas Ombak, Satu Kapal Perang Hampir Menabrak Dermaga

SURABAYA-(IDB) : Sebuah kapal perang TNI AL hampir saja menabrak Dermaga Ujung Armatim pada perayaan HUT TNI ke-69, Selasa (7/10/2014).

Kapal yang termasuk iring-iringan parade tersebut terempas ombak besar setelah kapal perang yabg ukurannya lebih besar melintas cepat.

Para perwira yang melihat di ujung dermaga sampai semburat berlari ketika kapal ini hampir menabrak dermaga. Beruntung, kapal tak menabrak dermaga tersebut.

Saat dikonfirmasi, Kadispen Armatim Letkol Laut (KH) Drs Abdul Kadir mengatakan kapal yang hampir menabrak dermaga itu tidak termasuk kapal iring-iringan parade. Kapal itu bertugas menjaga pantai yang terempas terkena terjangan ombak.

"Kapalnya mengapung, jadi bergerak sendiri karena ombak," kilah Kadir.



Sumber : Tribunnews

PT. Dahana Tonggak Kemandirian Propelan Indonesia

SUBANG-(IDB) : Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen bahan peledak, PT Dahana (Persero) mulai tahun depan memproduksi bom khusus untuk pesawat jet tempur Sukhoi 27/30 milik TNI AU. Produk bom tersebut merupakan hasil sinergi antara perusahaan swasta dengan PT Dahana.

Perusahaan swasta akan membuat badan bom sedangkan, konten dari bom akan dibuat di Pabrik Dahana di Subang, Jawa Barat. Bom untuk jet tempur Sukhoi yang diproduksi antara lain P-100 Live dan Ovab.

"Kita siap produksi. Kita rencana dapatkan pesanan Kemenhan (kementerian pertahanan) 600 unit bom P-100 kemudian 400 bom Ovab. Produksi mulai tahun depan," kata Direktur Utama Dahana Harry Sampurno di Kantor Pusat Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Bom P-100 live bisa dipakai membidik satu sasaran sedangkan bom Ovab dipakai atau bisa dijatuhnya beberapa bom dalam sekaligus.

"Jenis P-100 drop bom, untuk bom titik tertentu. Selama ini impor," katanya.

Rencananya kontrak tahap awal sebesar US$ 6 juta untuk bom P100 Live dan sekitar US$ 3 juta untuk Ovab. Bahan baku isi dari bom Sukhoi saat ini sedang dipersiapkan oleh PT Dahana.

PT Dahana memulai membangun pabrik bahan baku bom atau peledak (NAC/SAC). Sedangkan untuk komponen fuse, saat ini masih diimpor dari Bulgaria.

"Fuse kita tetap impor. Tapi dengan skema transfer teknologi. Kita impor dari Bulgaria," jelasnya.


Punya Pabrik Bahan Baku Roket Pertama, RI Bisa Hindari Embargo Asing 

Kebutuhan produk bahan baku peledak (propelan) untuk amunisi kaliber kecil dan amunisi kaliber besar masih 100% diimpor. Akibatnya pertahanan Indonesia masih sangat bergantung dengan produk luar.

Kini, BUMN strategis PT Dahana (Persero) mulai membangun pabrik propelan pertama di Indonesia yang lokasinya di Subang, Jawa Barat. Propelan merupakan bahan baku untuk pembuatan peluru, roket, peluru kendali hingga untuk amunisi.

Melalui pembangunan komponen pemenuhan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) dari industri dalam negeri maka Indonesia setidaknya ke depan bisa tetap punya pertahanan baik, bila ada risiko terkena embargo dari pihak asing.

"Kita Bisa hindari embargo asing, serta bisa memenuhi kebutuhan pendorong roket higga amunisi. Itu sangat dibutuhkan oleh TNI dan Polri," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat saat acara groundbreaking pabrik propelan di area Energic Material Center di PT Dahana (Persero), Subang Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Untuk pengembangan pabrik ini, PT Dahana menggandeng perusahaan propelan dunia asal Prancis yakni Roxel dan Eurenco.

Alasan menggandeng produsen asal Prancis, karena Indonesia belum memiliki kemampuan dan teknologi untuk memproduksi propelan, maka diperlukan mitra untuk program transfer teknologi.

"Gagasan pabrik propelan sudah cukup lama namun R&D sulit dilakukan karena bahan baku utama sulit didapatkan," sebutnya.

Sedangkan Direktur Utama PT Dahana Harry Sampurno mengatakan pada tahap awal akan memprioritaskan produksi propelan untuk amunisi kaliber kecil. Pembangunan pabrik propelan fase I akan tuntas dalam 3 tahun ke depan.

Kebutuhan propelan dalam negeri sebanyak 400 ton per tahun nantinya akan terpenuhi dari pabrik di Subang. Selama ini 100% propelan harus diimpor.

"Mulai produksi tahap pertama. Ini selesai selama 36 bulan. Kapasitas produksi total mencapai 800-1.000 ton per tahun," sebutnya.



Sumber : Detik

Kembali TNI AL Kirim KRI SIM Ke Lebanon

SURABAYA-(IDB) : TNI mengirim kapal perang jenis Sigma KRI Sultan Iskandar Muda dengan nomor lambung kapal 357 ke Libanon, Jumat, 10 Oktober 2014. KRI Sultan Iskandar Muda menggantikan misi yang dijalani KRI Frans Kaisiepo. Kapal tersebut sempat terlibat dalam gelar kekuatan dalam rangka HUT TNI ke-69 pada Selasa, 7 Oktober 2014.

"Siang ini, KRI Sultan Iskandar Muda menggantikan tugas KRI Frans Kaisiepo di perairan Lebanon," kata Panglima Armada RI Wilayah Timur Laksamana Muda TNI Sri Mohammad Darojatim setelah melepas KRI Sultan Iskandar Muda di Dermaga Ujung atau yang biasa disebut Dermaga Madura, Surabaya, Jumat, 10 Oktober 2014.

Darojatim menuturkan misi yang dibawa KRI Sultan Iskandar Muda adalah perdamaian, bersama militer angkatan laut negara lain di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kapal perang bermanuver tinggi dan tergolong baru di antara armada kapal perang RI itu berkekuatan sekitar 101 prajurit dan akan bertugas sekitar delapan bulan.

Helikopter jenis Bolco NV 410 dari skuadron 400 juga dibawa serta. Kopilotnya, Letnan Satu Laut Alkautsar, mengatakan helikopter akan membantu mengawasi di perairan Libanon. "Kami hanya tugas perdamaian, bukan tugas tempur," ujarnya.



Sumber : Tempo

Mencari Kandidat Pengganti F5

JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Udara membutuhkan alat utama sistem senjata (alutsista) yang andal. Termasuk untuk melengkapi Skadron Udara 14 yang sejak awal pembentukannya telah mengoperasikan pesawat tempur strategis di eranya seperti MiG-21F Fishbed, F-86 Sabre serta F-5E Tiger.

Pada zamannya pesawat F-5E/F Tiger II memiliki daya detterent (penggentar) yang cukup ampuh karena bisa melakukan berbagai jenis operasi antara lain: operasi pertahanan udara, operasi serangan udara strategis, operasi lawan udara ofensif dan operasi dukungan udara seperti penyekatan udara, serangan udara langsung, bantuan tembakan udara, perlindungan udara dan pengamatan/ pengintaian.

F-5E sudah digunakan selama 33 tahun sejak 1980 dan saat ini tingkat operasionalnya menurun, karena di samping usia, juga terbatasnya sumber pasokan suku cadang dan mahalnya perawatan. Hal ini membuat TNI AU mempertimbangkan mengganti dengan pesawat tempur strategis baru yang lebih modern dan andal serta mampu menjawab tantangan tugas operasi udara modern.

Pemilihan pesawat sebagai kandidat pengganti F-5E TNI AU dimulai dengan melirik berbagai jenis pesawat tempur modern, di antaranya pesawat tempur Sukhoi Su-30 MKI, F-15SE Silent Eagle, Eurofighter Typhoon, F-16E/F Block 60/62, Rafale-B, F-18E/F Super Hornet, Su-35 Flanker, dan JAS-39 Gripen NG. Semuanya adalah pesawat tempur modern terbaru generasi 4,5 yang secara kasar diperkirakan memenuhi kriteria pesawat tempur strategis TNI AU.

Pihak TNI AU memulai proses pemilihan secara serius dan profesional dengan pertama-tama melihat semua kemampuan pesawat yang menjadi kandidat lewat faktor antara lain: karakteristik umum, performance, persenjataan, dan avionik. Semuanya melalui analisa mendalam terkait aspek operasi, aspek teknis dan aspek non-teknis.

Setelah itu dilakukan perbandingan apakah memenuhi persyaratan operasi TNI AU dengan kriteria penilaian antara lain: pesawat harus jenis multirole minimal generasi 4,5, mampu menjangkau sasaran strategis dengan radius of action jauh baik sasaran permukaan dan bawah permukaan, mampu melaksanakan misi pertempuran siang dan malam hari pada segala cuaca, memiliki radar modern dengan jangkauan jauh, mampu melaksanakan network centric warfare, perawatan mudah, alat avionik, navigasi dan komunikasi modern tersandi, peralatan perang elektronika pasif dan aktif serta memiliki kemampuan meluncurkan senjata konvensional, senjata pintar dan senjata pertempuran udara jarak sedang atau beyond visual range.



Sumber : Angkasa

Membandingkan SS2 Pindad Dengan Produk Negara Lain

BANDUNG-(IDB) : Senapan serbu SS2 buatan PT Pindad adalah generasi kedua dari senapan serbu Pindad SS1. Senapan ini digunakan sebagai senapan standar TNI dan Polri.

Sebelumnya, TNI menggunakan M16, Steyr AUG dan AK-47 sebagai senapan organik. Namun setelah PT Pindad mampu Keunggulan SS2 dibandingkan dengan pendahulunya yaitu memiliki desain yang ergonomis, tahan terhadap kelembaban tinggi dan lebih ringan.

"90 persen TNI menggunakan senjata ringan dari Pindad, itu andalan semua, amunisi juga demikian," kata Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya kepada merdeka.com, Jumat (3/10).

Senapan ini tersedia dalam tiga versi dasar, yakni standard rifle SS2-V1, carbine SS2-V2 dan para-sniper SS2-V4). Namun pada tahun 2008 mulai diperkenalkan subcompact versi SS2-V5.

Senapan SS2 tergolong mumpuni untuk digunakan. Sebelumnya pada saat SS1, para prajurit sering mengeluh senapan macet atau laras yang kelewat panas. Semua itu diperbaiki di SS2.

Senapan ini memiliki berat 3,2 kg dengan panjang 930 mm dengan panjang laras 460 mm. Menggunakan peluru kaliber 5,56 x 45 mm standar NATO, rata-rata tembakan peluru 700 butir/menit.

Kecepatan peluru yang ditembakan sekitar 710 m/detik, dengan jarak efektif tembakan sejauh 450 m. Menggunakan alat bidikan besi, amunisi yang dipakai SS2 merupakan Magazen box isi 30 butir.

Berikut perbandingannya dengan senapan-senapan dari negara lain :

 1. M4 Carbine 

 
M4 Carbine merupakan senapan buatan Amerika yang digunakan hampir di seluruh dunia. Diproduksi tahun 1994, senapan ini sudah digunakan dalam berbagai perang, seperti perang di Afganistan, perang Irak, perang Libanon bahkan sampai perang obat-obatan di Mexico. Panjang senapan 840 mm dengan panjang laras 756 mm.

M4 Carbine juga memiliki berat 2,88 kg. Menggunakan peluru kaliber 5,56 45 mm standar NATO, senapan laras panjang ini dapat menembakkan peluru sebanyak 700-950 butir/menit dengan kecepatan peluru mencapai 880 m/detik.

Jarak efektif yang tembakan dari M4 Carbine ini sejauh 500-600 m. Amunisi yang digunakan juga sama dengan SS2 milik Indonesia, yakni Magazen box STANAG isi 30 butir.

 2. Famas
 

Senapan buatan Prancis ini merupakan jenis senapan serbu yang diproduksi mulai tahun 1981. Kini Famas digunakan oleh berbagai negara seperti Perancis, Argentina, dan secara terbatas di Filipina.

Famas juga teruji dalam medan tempur. Dia sudah digunakan saat perang Afganistan, perang Libanon pada tahun 1982 dan beberapa perang lainnya.

Famas memiliki panjang 965 mm dengan panjang laras yang beragam. Untuk tipe F1/G2 panjangnya 488 mm, G2 Commando 405 mm, G2 SMG 320 mm, dan G2 Sniper 620 mm.

Peluru kaliber yang digunakan sama dengan SS2 dan M4 Carbine, namun jumlah peluru yang ditembakkan berbeda, yakni 900-1000 butir/menit untuk jenis F1, dan 1000-1100 butir/menit untuk jenis G2.

Jarak efektif tembakan pun berbeda, 300 m untuk jenis F1 dan 450 m untuk jenis G2 dengan jarak maksimum tembakan 3200 m. Untuk jenis Famas G2 menggunakan amunisi Magazen box STANAG isi 30 butir, sedangkan jenis F1 menggunakan Magazen box isi 25 butir.

 3. SAR 21
 

Singapore Assault Rifle 21 (SAR 21) merupakan senapan laras panjang yang diproduksi Singapura. Senapan yang dibuat pada tahun 1996 oleh Tuck Wah Chee dan Felix Tsai ini, mulai digunakan pada tahun 1999 oleh beberapa negara.

SAR 21 juga memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah SAR 21, SAR 21 GL/M203, SAR 21 P-Rail, SAR 21 MMS, dan SAR 21 Light Weight Carbine. Masing-masing jenis pun mempunyai berat yang berbeda, yaitu berkisar antara 3 kg- 5,3 kg. Begitupun dengan panjangnya antara 640 mm sampai 805 mm.

Menggunakan peluru kaliber yang sama dengan SS2, rata-rata peluru yang ditembakkan SAR 21 mencapai 450-650 butir/menit dengan jarak efektif tembakan mencapai 460 m untuk jenis M193 dan 800 m untuk jenis SS109. Amunisi yang dipakai SAR 21 juga sama dengan yang dipakai SS2.

 4. AK-104


Diproduksi di Rusia pada tahun 1994, senapan laras panjang ini dibuat oleh Mikhail Kalashnikov. Namun, AK-104 baru mulai digunakan pada tahun 2001 dan hanya digunakan oleh Rusia dan Venezeula.

Dengan berat 3,2 kg dan panjang 824 mm, senapan ini menggunakan peluru kaliber 7,62 x 39 mm. Peluru yang ditembakkan rata-rata berjumlah 600 butir/menit dan kecepatannya 670 m/detik. Jarak efektif tembakan sejauh 500 m dan menggunakan amunisi magazen isi 30 butir.

Senapan ini memiliki bentuk yang sama dengan AK-74 M, AK-101, dan AK-103. Seperti varian Avtomat Kalashnikov lainnya, senapan ini pun dikenal bandel.



Sumber : Merdeka