Pages

Sabtu, Agustus 23, 2014

Pindad Dan Rheinmetall Akan Bangun Pabrik Amunisi Tank

JAKARTA-(IDB) : Rheinmetall Denel Munition (RDM) dan PT Pindad menandatangani sebuah perjanjian kerja sama (memorandum of understanding/MoU), guna membangun kemampuan industri pertahanan dalam negeri.

Rheinmetall dan PT Pindad membentuk sebuah joint venture (usaha patungan) pada 2015, dengan fasilias di atas lahan seluas 168 hektare di daerah Malang, Jawa Timur, untuk mengembangkan pabrik amunisi kaliber besar.

Pabrik ini akan memproduksi amunisi tank Leopard dalam kisaran 30 hingga 105 milimeter yang diperuntukkan bagi TNI dan untuk memenuhi permintaan sejumlah negara di wilayah Asia Pasifik.

Harald Westermann, Direktur Rheinmetall Landsystem GmbH, mengatakan bahwa Rheinmetall tertarik melakukan kerja sama jangka panjang dengan Indonesia, guna meningkatkan teknik industri pertahanan dalam negeri.

"Indonesia merupakan pasar strategis bagi kami di masa mendatang. Kami akan men-support tank buatan kami selama 25 hingga 30 tahun. Bila pihak Indonesia meminta support lebih lama lagi, tentu akan kami lakukan," ujarnya.

Saat upacara rollout MBT Leopard dan Marder di Unterluss Jerman, beberapa waktu lalu, Direktur PT Pindad Sudirman Said, menegaskan bahwa yang sifatnya jangka panjang, Pindad juga akan mengembangakn produk lokal lain bersama Rheinmetall.

Sementara itu, terkait dengan pengadaan 180 unit tank Leopard dan Marder, produk Rheinmetall, Pindad juga dilibatkan dalam pemasangan sejumlah bagian tank. Seperti sistem komunikasi dan sistem pendingin. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri sebagai transfer teknologi.

Seperti diketahui, sebanyak 52 tank yang terdiri dari 24 MBT Leopard A4 dan 28 Tank Marder, sudah diberangkatkan sejak 31 Juli 2014 lalu dengan kapal kargo berbendera Panama, Morning Celesta, dari pelabuhan Bremenhaven, Jerman.

Tank-tank itu dijadwalkan tiba di pelabuhan Tanjung Priok pada 28 Agustus 2014. Rencananya, setibanya di pelabuhan Tanjung Priok, tank-tank ini akan dipindahkan dari Morning Celesta ke kapal yang lebih kecil untuk dikirim ke Tanjung Perak Surabaya. Tank-tank ini segera disiapkan untuk parade militer pada ulang Tahun TNI 5 Oktober mendatang di Surabaya, Jawa Timur.




Sumber : Vivanews

GE Offers Engine Technology Transfer For KFX

SEOUL-(IDB) : GE Korea has pledged to transfer engine technology if it is selected to take part in the government's "KFX" fighter jet project.
 
"As the shipbuilding industry contributed to the growth of Korean industry, GE Korea hopes to provide the best cooperation in supporting the Korean government to make its next growth engine in the aerospace industry," said GE Korea President and CEO Khang Sung-wook during a press conference at the Westin Chosun Seoul, Thursday.
 
"GE could provide high-technology oriented products and business knowhow accumulated throughout the world to Korea."
 
The government is aiming to manufacture "F-16+ class" fighter jets that are envisioned to enter service from 2023.
 
Khang asked for the government to take the lead, saying it was difficult for private companies to fund development and emphasizing the government's contribution to the shipbuilding industry in the past.
 
GE officials didn't mention details about what its investment would be, but said it could provide similar assistance as in the past.
 
It previously assembled the F404 engine for the T-50, Korea's first indigenous supersonic trainer, locally.
 
GE also transferred major manufacturing lines to Korea for the LM2500, the engine for Aegis destroyers, as well as the T700-701K, a co-developed engine for the Surion utility helicopter.
So far, GE Korea sold some 1,300 engines for some 600 military aircraft including helicopters and 400 engines for civilian planes here.
 
GE's Korean unit also said it would play a main role in exporting fighter jets.
 
With some 300,000 employees in more than 160 countries, GE plans to utilize this global network to actively support the Korean aircraft export programs.
 
The company pledged to push the T-50 Golden Eagle as one such program.
 
In the past, GE worked with Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) in its frigate export program to Thailand. It also provided its engine technology to Korea Aerospace Industries (KAI) to assist in exporting the FA-50 (the ground attack variant of the T-50) to Indonesia, Iraq and the Philippines.




Source : KoreaTimes

14 KRI Meriahkan Puncak Sail Raja Ampat

PAPUA-(IDB) : Sebanyak 14 Kapal Republik Indonesia (KRI) dari Komando Armada Laut Timur ikut memeriahkan acara puncak Sail Raja Ampat 2014 di Pantai Waisai Torang Cinta (WTC) yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sabtu.

Kapal-kapal perang milik TNI Angkatan Laut itu memimpin parade sailing pass, disaksikan Presiden Yudhoyono, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, tamu undangan dan masyarakat Raja Ampat.

KRI yang mengikuti sailing pass antara lain KRI Ahmad Yani, KRI Yos Sudarso, KRI Sultan Hasanuddin, KRI Keris, KRI Rencong, KRI Kakap, KRI Tongkol, KRI Sampari, KRI Sembilang, KRI Pari, KRI Piton, KRI Kalakai, KRI dr Suharso dan KRI Surabaya.

Selain KRI, sailing pass juga diikuti beberapa kapal lain seperti Kapal SAR milik Basarnas, KM Singa Laut dan KM Kuda Laut milik Bakorkamla, KP Cucak Rawa milik Polair, KM Sabuk Nusantara milik Dirjen Hubla dan beberapa kapal lain, serta kapal perang dari Angkatan Laut Amerika Serikat, Australia dan Singapura.

Dalam sambutannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan terima kasih kepada para peserta dan negara-negara sahabat yang hadir dalam Sail Raja Ampat 2014.

"Indonesia Indah, Papua Indah. Silakan datang lagi," kata Presiden Yudhoyono.

Presiden mengatakan dengan Sail Raja Ampat Indonesia ingin mengampanyekan semangat persatuan sebagai warga dunia dan penghuni bumi, serta keamanan dunia.

Sail Raja Ampat 2014 akan menjadi acara tahunan Sail Indonesia yang keenam sekaligus terakhir yang dibuka oleh Presiden Yudhoyono sebelum mengakhiri masa jabatannya Oktober mendatang.

Sebelumnya, Presiden Yudhoyono membuka Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi-Belitong 2011, Sail Morotai 2012 dan Sail Komodo 2013. 



Sumber : Antara

Saran Ilmuwan RI yang Mendunia Soal ‘Armada Drone’ Jokowi

“Mungkin bila direalisasikan merupakan pertama di dunia di dunia yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk Hankam (Pertahanan dan Keamanan), pengamatan lalu lintas darat dan laut, lingkungan, dan lain-lain,”

JKGR-(IDB) : Dalam debat capres pada Minggu 22 Juni 2014, Joko Widodo memunculkan impian soal ketangguhan ketahanan nasional. Salah satunya penggunaan pesawat nirawak (drone) atau pesawat terbang tanpa awak (PTTA) untuk mengawal negara kepulauan yang besar ini. Ada dua manfaat, dalam bidang pertahanan juga ekonomi.

Wacana Jokowi menuai pro-kontra, ada yang setuju dan menolak rencana tersebut. Profesor Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, ahli PTTA atau UAV dan radar dunia asal Indonesia, pun ikut bicara mengenai wacana ini.

Guru Besar Universitas Chiba, Jepang ini mengatakan perlu rencana matang agar rencana ini bisa terlaksana. Pria asal Bandung ini menuturkan, jika Jokowi jadi mengaplikasikan drone, alangkah baiknya pengembangannya dilakukan dari dalam negeri.

“Proses pengembangan drone sendiri memerlukan perlengkapan yang berhubungan dengan keamanan dan security. Sedangkan perlengkapan tersebut saat ini banyak didapatkan dari luar negeri. Di mana berbagai proses security perlu harus dilewati, misalnya izin mendapatkan perangkat dengan power tertentu, perangkat yang dapat dioperasikan pada ketinggian tertentu, akurasi, posisi, dan lain-lain,” ucap Josh –sapaan Josaphat, Jakarta Jumat (22/08/2014).


Jika diperlukan Pemerintah Indonesia, Josh akan membantu membangun teknologi ini. Pria yang telah mengantongi ratusan hak paten ini pun telah menyiapkan rencana teknologi drone yang cocok dengan kondisi geografis Indonesia.

“Ada drone yang saya pikirkan untuk Indonesia berikut perangkatnya yang saya kira cocok untuk pengamatan Indonesia yang luas ini secara real time dan only one di dunia. Mungkin bila direalisasikan merupakan pertama di dunia di dunia yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk Hankam (Pertahanan dan Keamanan), pengamatan lalu lintas darat dan laut, lingkungan, dan lain-lain,” ungkap Pria berumur 44 tahun ini.

Drone Asli Indonesia

Josh mengatakan, wacana yang beredar di Indonesia masih mengenai bentuk drone. Ia menambahkan, dalam teknologi drone, masih banyak yang harus dikembangkan seperti aplikasi yang ada di pesawat pintar tersebut.

“Perihal langkah-langkah pengembangan drone dalam negeri, saat ini Indonesia banyak pembicaraan difokuskan pada drone saja. Padahal fungsi dari drone hanya sebagai alat angkut saja, sedangkan bagian lainnya adalah “accessories” yang dibawa, yaitu sensor dan persenjataannya yang akan dibawa. Bila kita ingin mandiri, maka kita perlu kembangkan perangkat-perangkat tersebut sendiri,” imbuhnya.

Josh menuturkan, saat ini memang masih jauh merealisasikan teknologi drone yang khas untuk kebutuhan Indonesia. Akan tetapi tidak ada kata terlambat untuk memulai pengembangan teknologi drone berikut perangkatnya yang cocok dengan kondisi lingkungan Indonesia.


“Saya kebetulan kemarin baru saja dari Universitas Surya, TNI AD, TNI AU, UNS, UGM, Lanud Adi Sumarmo (Satuan Radar), dan lain-lain. Dan sejak kemarin di Bali. Saya beri masukan ke mereka bila ingin mengembankan sendiri di Indonesia, disamping kita perlu siapkan fasilitas dasar pengembangannya,” tutupnya.


Profesor Josaphat, terkenal di dunia berkat pengembangan pesawat terbang tanpa awak bernama Josaphat Laboratory Experimental Unmanned Aerial Vehicle (JX) series. Dalam eksperimennya ini, ia bersama beberapa rekannya memasukan sejumlah perangkat seperti Circularly Polarized Synthetic Aperture Radar (CP-SAR), GNSS-Reflectometry, GPS-RO, Hyperspectral Camera, Telemetry and Data Handling (TDH), dan lain-lain.


Perangkat buatannya ini pun mendapat kepercayaan Mongbukagakusho atau Kementrian Pendidikan dan Teknologi Jepang, seperti diminta mengembankan dua microsatellite yang membawa sensor GNSS-RO dan CP-SARuntuk melakukan observasi lapisan ionosfer dan permukaan Bumi.


Teknologi ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui fenomena-fenomena sebelum terjadinya bencana di permukaan Bumi, khususnya gempa bumi, sehingga teknologi diharapkan dapat mengurangi jumlah korban akibat bencana yang terjadi di permukaan planet, khususnya tempat tinggal manusia ini di masa depan.


Setelah berhasil melakukan uji coba UAV seri pertama yaitu JX-1, kini Josh bersama rekan dan mahasiswanya mengembangkan JX-2. UAV jenis baru ini masih melakukan pengujian berbagai sensor maupun uji target.

Dibanding seri pertama, JX-2 dikembangkan lebih ringan karena dibuat menggunakan komposit karbon sehingga mengurangi berat total UAV serta meningkatkan kinerja dalam berbagai misi. Untuk rentang sayap berukuran 610 cm, body length 510 cm dan dapat mengangkut muatan seberat 25 kg.




Sumber : JKGR

Prajurit Taifib-1 Marinir Siap Sukseskan Sail Raja Ampat




PAPUA-(IDB) : Prajurit Batalyon Intai Amfibi-1 Marinir yang tergabung dalam tim terjun payung (free fall) melaksanakan latihan terjun payung di pantai Waisai Torang Cinta (WTC) Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (21/8/2014).


Kegiatan terjun payung (free fall) yang dipimpin Komandan Batalyon Intai Amfibi-1 Marinir Mayor Marinir Freddy Ardianzah dan diikuti 21 peterjun pilihan dari batalyon yang bermarkas di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya tersebut dalam rangka persiapan mensukseskan Sail Raja Ampat tahun 2014.

 


Mayor Marinir Freddy Ardianzah mengatakan dalam pelaksanaannya pada hari ‘H’ tanggal 23 Agustus 2014, para peterjun dibagi menjadi dua bagian, delapan peterjun pertama mendarat  di atas geladak KRI Makassar-590, sedangkan 13 peterjun lainnya dengan menggunakan pakaian adat Papua mendarat di depan tenda undangan VVIP.

 


“Dari ketiga belas peterjun tersebut terdapat tiga peterjun yang membawa banner yang bertuliskan Sail Raja Ampat 2014, logo Mabes TNI, dan bendera Merah Putih,” tegasnya.

Sail Raja Ampat 2014 dengan tema ‘Membangun  Bahari Menuju Raja Ampat Ke Pentas Dunia’ merupakan event internasional yang mempunyai tujuan  untuk meningkatkan perekonomian daerah terutama melalui sektor pariwisata bahari.

 


Puncak acara Sail Raja Ampat  yang akan dihadiri Presiden Republik Indonesia  DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono merupakan Sail Indonesia yang keenam kalinya, lima edisi Sail Indonesia sebelumnya yaitu Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi - Belitong 2011, Sail Morotai 2012, dan Sail Komodo 2013.




Sumber : Kormar

52 Tank Leopard Pesanan Indonesia Sudah Dikirim dari Jerman

Tank Leopard A4 dan Marder akan tiba di Tanjung Priok 28 Agustus 2014.

JAKARTA-(IDB) : Sebanyak 52 tank produksi Rheinmetall Jerman dijadwalkan tiba di pelabuhan Tanjung Priok pada 28 Agustus 2014. Tank yang dikirim, dengan perincian sebanyak 24 MBT Leopard A4 dan 28 Tank Marder.


Kedua jenis tank ini telah diberangkatkan sejak 31 Juli 2014 lalu, dengan kapal kargo berbendera Panama, Morning Celesta, dari pelabuhan Bremenhaven, Jerman.

Rencananya, setibanya di pelabuhan Tanjung Priok, tank-tank ini akan dipindahkan dari Morning Celesta ke kapal yang lebih kecil untuk dikirim ke Tanjung Perak Surabaya.

Tank-tank ini segera disiapkan untuk parade militer pada ulang Tahun TNI 5 Oktober mendatang di Surabaya.

Mengejar target parade militer, durasi pengerjaan tank tersebut dipercepat dari 12 bulan menjadi delapan bulan, sehingga sejumlah bagian dari tank ini belum usai dikerjakan. 

Atase Pertahanan KBRI Berlin, Kol. (Pnb) Samsul Rizal terus memonitor produksi dan pengiriman alutsista pesanan Kementrian Pertahanan tersebut. Dia mengatakan bahwa sistem komunikasi dan sistem pendingin 24 MBT Leopard akan dikerjakan di Indonesia.

"Pengerjaan tersebut sesuai dengan perjanjian ToT (Transfer of Technology) antara Indonesia dan pihak Rheinmetall," kata dia kepada VIVAnews di Jerman.

Menggandeng Rheinmetall, PT Pindad akan dilibatkan dalam melengkapi sistem pendingin dan sistem komunikasi tank tank tahap pertama ini.




Sumber : Vivanews

TNI AU Selesaikan Latma Elang Malindo XXV

KALIMANTAN-(IDB) : Pesawat Hawk 100/200 dari Skadron Udara 1 berhasil menyelesaikan latihan bersama Elang Malindo XXV yang dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Sidiq.


Kembalinya para ksatria khatulistiwa di Skadron Udara 1, (22/8) disambut langsung oleh Komandan Lanud Supadio Kolonel Pnb Tedi Rizalihadi, ST, Kadispers Lanud Supadio, Kadislog Lanud Supadio beserta para pejabat di lingkungan Lanud Supadio dan seluruh anggota Skadron Udara 1.


Dalam kesempatan tersebut Danlanud juga menyampaikan rasa syukur dan terimakasih kepada seluruh awak yang bisa menyelesaikan latihan dengan baik terlebih semua bisa kembali dengan selamat dengan membawa nama baik bangsa Indonesia.


Selain itu banyak manfaat yang didapat dengan adanya latihan – latihan semacam ini, selain bisa menjadi nilai lebih untuk meningkatkan kemampuan personel juga lebih mempererat hubungan dan kerja sama antara kedua Negara yang sudah lama terjalin.


Dalam latihan tersebut dilaksanakan berbagai latihan, mulai dari pesawat Super Puma NAS 332 melaksanakan droping pasukan ke Penor dilanjutkan delapan pesawat Hawk 100/200 TNI AU dan TUDM melaksanakan pengeboman di wilayah Penor. Setelah kegiatan tersebut dilanjutkan CN 295 mendroping 10 personel yang terdiri dari Paskhas TNI AU dan Paskau TUDM.




Sumber : TNI AU

Misteri Jet Tempur F-15SG Singapura

JKGR-(IDB) : Singapura tampaknya diam-diam meningkatkan jumlah armada jet tempur F-15SG nya, dari 24 pesawat menjadi 40 unit, merujuk pada laporan keuangan Boeing, pengajuan pendaftaran pesawat udara, dan laporan kongres AS.


Singapura awalnya membeli 12 jet tempur F-15SGs – dengan opsi untuk delapan lainnya – di bawah kontrak ditandatangani pada bulan Desember 2005. Pada bulan Oktober 2007 Singapura mengubah opsi ini dengan membeli tambahan 12 lainnya untuk pembelian total 24 unit.


Pesawat ini semuanya telah terkonfirmasi dan telah disampaikan untuk nomor seri 05-0001 sampai 05-0024. Beberapa pesawat tetap berada di Amerika Serikat, bergabung dalam skadron 428 Fighter, Republik Singapura Air Force (RSAF) di Mountain Home Air Force Base (AFB) di barat daya Idaho, sementara sisanya aktif di Singapura tergabung dengan Skadron 149.


Pesawat yang beroperasi di Singapura menggunakan nomor seri empat digit diurutan 83xx, mulai dari 8301, meski tidak berurutan.


Pada bulan Januari 2014, beberapa pesawat dengan nomor seri baru -05-0025, 05-0028, 05-0030, 05-0031, dan 05-0032- terlihat di Mountain Home AFB. Keberadaanya ini belum dilaporkan dan menunjukkan bahwa Singapura telah memperoleh batch lain dari delapan pesawat.


Sementara itu, tanggal 26 November 2012, surat dari Departemen Luar Negeri AS untuk Juru Bicara DPR John Boehner yang membawahi Undang-Undang Pengendalian Ekspor Senjat, menunjukkan adanya penjualan, modifikasi, dan tindak dukungan terhadap delapan pesawat F-15SG kepada Pemerintah Singapura.


Angka yang dikeluarkan oleh Boeing menunjukkan bahwa delapan F-15s dikirim ke pelanggan yang tidak disebutkan identitasnya, pada tahun 2012.

Data keuangan Boeing juga menunjukkan bahwa total ada 93 jet tempur F-15 dikirim dari tahun 2005 sampai 2012. Korea Selatan telah mengkonfirmasi bahwa mereka menerima 61 unit dan Singapura menerima 24 unit dengan total 85. Jumlahnya meninggalkan 8 unit yang belum diungkap ke publik.


Akhirnya, pada tanggal 5-6 Agustus 2014, Boeing mengeluarkan pendaftaran pesawat udara sipil, yang dijelaskan sebagai pesawat F-15SG : N361SG, N363SG, N366SG, N368SG, N373SG, N376SG, N378SG dan N837SG.


Boeing maupun Kementerian Pertahanan Singapura (MINDEF) belum angkat bicara atau mengkonfirmasi, apakah negara kota telah mengakuisisi 16 lainnya jet tempur F-15s dari pembelian sebelumnya. Boeing dan Singapura juga tidak menyangkal hal itu.


Seorang juru bicara Boeing mengatakan kepada IHS Jane bahwa perusahaan itu “tidak dapat membahas” jumlah F-15s yang telah diserahkan ke Singapura, sementara juru bicara MINDEF mengatakan: “Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) mendatangkan alutsista untuk kebutuhan jangka panjang dan RSAF telah membeli F-15SGs dengan jumlah yang cukup, untuk memenuhi kebutuhan pertahanan Singapura”.


Keengganan Singapura untuk mengungkap pembelian F-15 tambahan. tidak mengejutkan: Singapura tidak ingin menguraikan tingkat pengadaan pertahanan dan kemampuan mereka dan memilih untuk secara diam-diam membangun apa yang secara luas dilihat sebagai militer yang dilengkapi alat terbaik di Asia Tenggara.


Salah satu petugas pensiunan angkatan bersenjata mengatakan IHS Jane bahwa sikap tersebut adalah keputusan strategis untuk menjaga tetangga Singapura menebak jumlah alutsista mereka dan juga karena para pemimpin Singapura tidak perlu menggunakan pengadaan militer sebagai penopang popularitas.

Penolakan untuk mengkonfirmasi akusisi alutsista terkadang terlihat aneh dan bertolak belakang dengan perkembangan industri Militer dan Pertahanan, seperti pada Singapore Airshow 2012, ketika itu para pejabat Israel tidak mau mengkonfirmasi penjualan UAV Heron ke Singapura, meskipun salah satunya ditampilan Singapura dalam “static display”, dari berbagai alutsista mereka. 



Sumber : JKGR

Kejar Helikopter Apache 5 Oktober

Dengan mesin T700-GE-701D yang hemat bahan bakar, membuat Apache AH-64E-Guardian bisa terbang lebih jauh dan membawa muatan lebih banyak
JKGR-(IDB) : Indonesia dan Amerika Serikat diharapkan segera menandatangani kesepakatan (Mou) untuk pemesanan helikopter serang Boeing AH-64E Apache, oleh Angkatan Darat Indonesia.


Kementerian Pertahanan Indonesia mengatakan (20/08/2014), nota kesepahaman (MoU) itu akan mencakup penanganan dan keamanan data dan komunikasi Helikopter Apache selama operasi TNI.

MoU tersebut, saat ini sedang ditinjau oleh pemimpinan TNI dan staf. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan dia berharap kajian tersebut segera diselesaikan untuk memungkinkan ratifikasi MoU sehingga AS bisa memberikan helikopter Apache ke Indonesia sebelum ulang tahun ke-69 TNI pada 5 Oktober.




Sumber : JKGR

BAE Systems Kembangkan 'Kulit Cerdas Manusia' Pada Pesawat

ARTILERI-(IDB) : BAE Systems, perusahaan pertahanan multinasional Inggris tengah mengembangkan lapisan seperti kulit manusia untuk diterapkan pada badan pesawat. Kulit cerdas ini berfungsi untuk mendeteksi kerusakan dan merasakan lingkungan sekitar pada saat terbang seperti halnya kulit manusia. Kulit cerdas dengan mikro sensor yang seukuran partikel beras ini dapat diaplikasikan pada badan pesawat dengan cara disemprot seperti cat.



Para peneliti di BAE Systems Advanced Technology Centre saat ini masih meneliti konsep kulit cerdas yang terdiri dari puluhan ribu mikro sensor ini, untuk diterapkan pada badan pesawat dengan harapan kemampuan sensornya akan jauh lebih akurat dari teknologi saat ini. Kulit cerdas ini akan membuat pesawat mampu merasakan kecepatan dan suhu angin serta gerakan dan tekanan fisik.



Menurut perusahaan, teknologi ini akan menjadikan pesawat mampu mendeteksi 'kesehatannya' sendiri dan melaporkan bila terjadi kerusakan sebelum kerusakan bertambah parah. Keuntungannya, teknologi ini akan mengurangi pekerjaan pemeriksaan rutin di darat, dan bagian yang rusak bisa segera diganti dengan cepat.



Mikro sensor yang disebut BAE Systems sebagai 'motes' ini seukuran partikel beras atau bahkan partikel debu yang kurang dari satu milimeter. Kulit cerdas ini juga akan memiliki sumber tenaga sendiri dan ketika diintegrasikan dengan perangkat lunak, akan memungkinkan mereka berkomunikasi, mirip dengan bagaimana kulit manusia mengirim sinyal ke otak.
BAE Systems mengatakan bahwa saat ini mereka tengah menjajaki beberapa metode untuk mengaplikasikan mikro sensor ini pada badan pesawat, termasuk dengan metode menyemprotkannya seperti cat. Metode seperti ini dianggap akan membuat sensor lebih mudah diaplikasikan tanpa perlu memodifikasi pesawat secara signifikan.

Seorang juru bicara BAE Systems Advanced Technology Centre mengatakan bahwa untuk melihat teknologi ini mungkin diperlukan waktu sepuluh tahun lagi karena membutuhkan banyak penelitian, seperti halnya pengembangan UAV tempur siluman Taranis oleh Bae Systems.

Peneliti Terinspirasi Dari Peralatan Rumah Tangga


Ide untuk kulit cerdas pada pesawat ini muncul dari kepala peneliti, Lydia Hyde, ketika ia menggunakan mesin pengering pakaian di rumahnya dan ia melihat mesin itu menerapkan sensor untuk mencegah overheat.

"Dengan mengamati bagian sensor sederhana (pada mesin pengering pakaian) yang berfungsi untuk mencegah alat overheat, membuat saya berpikir bagaimana jika hal ini dapat diterapkan pada pekerjaan saya, dan bagaimana kita bisa menggantikan sensor mahal dengan yang sensor yang murah, lebih kecil dan multi fungsi," kata Hyde seperti yang dilansir di laman resmi BAE Systems.

Hyde menambahkan: "Akhirnya muncullah ide untuk menerapkannya di pesawat, atau pada mobil atau kapal, yang akan dilapisi dengan ribuan motes dalam satu kesatuan kulit cerdas yang mampu merasakan lingkungan di sekitar mereka dan memonitor kondisi mereka dengan mendeteksi stres, panas atau kerusakan. Idenya adalah untuk menciptakan platform yang bisa merasakan melalui kulit sensor dengan cara yang sama seperti manusia atau hewan bisa lakukan."

"Dengan mengkombinasikan output dari ribuan mikro sensor dengan analisis data yang besar, teknologi ini berpotensi menjadi 'game changer' bagi industri Inggris. Di mana di masa depan kita juga akan melihat platform pertahanan yang lebih kuat yang mampu menjalankan misi yang kompleks sementara minim kebutuhan untuk pemeliharaan atau pemeriksaan rutin," tambah Hyde.

Konsep kulit cerdas hanyalah satu berbagai teknologi baru yang saat ini tengah dikembangkan raksasa pertahanan Inggris ini. Awal tahun lalu, BAE Systems juga mengungkapkan sejumlah konsep teknologi masa depan seperti pesawat yang dapat terpecah-pecah menjadi pesawat-pesawat kecil, pesawat yang mampu membuat drone hanya dengan printer 3D, dan pesawat tempur yang mampu memulihkan dirinya sendiri. Konsep kulit cerdas ini sendiri ditujukan agar pesawat di masa depan bisa merasakan kerusakannya dan kemudian memperbaiki dirinya sendiri selama penerbangannya.
  



Sumber : Artileri

Eropa Usulkan Misi PBB Ke Gaza

Jerman, Perancis dan Inggris mengusulkan misi perdamaian PBB ke Gaza untuk mengakhiri perang. Sementara Israel menyiapkan operasi darat baru dan memanggil 10.000 tentara cadangan.

NEW YORK-(IDB) : Tiga negara Eropa, Jerman, Perancis dan Inggris mengajukan rancangan resolusi dengan misi pengamatan PBB ke Jalur Gaza. Rancangan resolusi itu kini sedang dibicarakan kalangan diplomat di Dewan Keamanan PBB.

Prakarsa Eropa tersebut awalnya diberitakan oleh harian Israel Haaretz. Namun belum ada reaksi dari pihak-pihak yang bersengketa.

Resolusi yang diajukan ketiga negara Eropa itu antara lain menuntut pembukaan lalu lintas perbatasan di Jalur Gaza, dengan kontrol ketat terhadap barang-barang yang masuk, untuk mencegah pemasokan senjata bagi kelompok Hamas.

Uni Eropa menyatakan akan memperluas partisipasinya di Jalur Gaza demi memenuhi tuntutan resolusi. Misi PBB yang diusulkan untuk Gaza adalah misi pengamatan politik, jadi bukan pengiriman pasukan perdamaian.

Masih belum jelas, kapan rancangan resolusi itu akan dibahas oleh Dewan Keamanan. Selain usulan Uni Eropa, ada juga rancangan resolusi yang diajukan oleh Yordania untuk gencatan senjata.

Operasi Darat Baru...???

Israel mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan eskalasi baru konflik di Gaza dan memanggil 10.000 pasukan cadangan. Kalangan pengamat menilai, langkah ini adalah persiapan untuk operasi darat baru.

Angkatan udara Israel terus melakukan serangan ke kawasan Palestina sepanjang Kamis malam (21/08). Menurut keterangan militer, sepuluh sasaran di Jalur Gaza menjadi target serangan. Hari Jumat pagi, militan Palestina kembali menembakkan roket ke beberapa kota di Israel selatan.

Kelompok Palestina mengumumkan akan melakukan langkah balasan terhadap pembunuhan tiga komandan Hamas oleh serangan udara Israel.

Sayap militer Hamas, Brigade Kassam, menyatakan akan meneruskan perlawanan. "Pembunuhan para pemimpin tidak akan melemahkan kami", demikian disebutkan dalam sebuah pernyataan.

Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon menerangkan, ketiga komandan Hamas yang terbunuh bertanggung jawab atas "serangan-serangan berat terhadap warga sipil dan tentara" Israel. Mereka juga terlibat dalam penculikan serdadu Israel Gilad Shalit tahun 2006.

Sejak operasi militer Israel dimulai 8 Juli lalu, lebih 2000 warga Palestina tewas, sekitar 10.000 orang dilaporkan luka-luka. Di pihak Israel, 64 serdadu dan tiga warga sipil tewas.




Sumber : DW