Pages

Senin, Juni 30, 2014

Kemampuan KRI Bung Tomo Class

Rudal pertahanan anti-udara VL Mica MBDA
Rudal pertahanan anti-udara VL Mica MBDA

 JKGR-(IDB) Menarik untuk dicermati kehadiran KRI Bung Tomo class dengan senjata yang diusungnya, diantaranya adalah rudal exocet MM 40 blok II dan rudal MBDA Mica. Rudal exocet merupakan salah satu rudal yang cukup legendaris dan terbukti battle proven. Beruntung kita memilikinya.


Dengan diadopsinya rudal VL Mica pada KRI Bung Tomo class, merupakan era baru SAM tipe VLS pada jajaran KRI kita, mengingat selama ini KRI kita dipertahankan dengan SAM tipe manual.


Seperti kita ketahui duel laut yang terjadi dalam konflik besar dunia mulai dari Perang Dunia sampai Perang Malvinas, Perang Teluk, dan lain-lain, tidak melulu melibatkan duel antar kapal perang, atau antar kapal perang dengan kapal selam saja, tapi juga melibatkan peran udara.


Seperti dalam Perang Malvinas, serangan Argentina terhadap Inggris didominasi dengan Pesawat tempur. Kala itu Argentina cukup sukses menenggelamkan beberapa kapal Inggris dengan pesawat tempurnya menggunakan rudal AM 39 Exocet.


Bagaimana kondisi KRI kita, seperti telah banyak diulas, memang kondisi KRI kita cukup miris dalam hal arsenal pertahanan udara. Dari 140-an KRI kita, saat ini perlindungan SAM tercanggih dimiliki oleh KRI Diponegoro class dengan SAM Mistral dengan jangkauan 5-6 km, hanya efektif untuk menghancurkn helikopter.

KRI DIPONEGORO 365 - Rudal Mistral TETRAL (photo: Fay Aldrian)
KRI DIPONEGORO 365 – Rudal Mistral TETRAL

Cukup mnggembirakn dengan hadirnya SAM Mica, dengan tipe VLS-nya yang artinya memberikan perlindungan udara hingga 360 derajat dan jangkauan lebih jauh yaitu 25 km.


Meskipun sebenarnya adopsi SAM tipe VLS pada KRI kita cukup terlambat dibanding tetangga jiran kita Malaysia dan Singapura. Bahkan SaM VLS yang dimiliki Kapal Perang Singapura tipe Formidable lebih inferior dengan jangkauan 60 km.


Dari penjabaran tersebut, jika Kapal perang kita melayani duel kapal perang tentu masih bisa dijawab dengan Yakhont kita. Dengan jangkauan hingga 300 km, menjadikan angkatan laut kita mnjadi paling inferior di kawasan Asia Tenggara.


Rheinmetall Millenium 35mm CIWS
Rheinmetall Millenium 35mm CIWS
Tapi bila skenario perang yang terjadi harus melawan pesawat tempur yang menggotong rudal anti kapal jarak jauh dan dalam kondisi tanpa perlindungan Angkatan Udara, maka Kapal perang kita bisa menjadi bulan-bulanan. Apalgi banyak kapal perang kita tanpa perlindungan CIWS (close-in weapon system) yang merupakan tameng udara terakhir pada Kapal Perang.


Dengan muntahan peluru hingga 5000 butir/menit dan jangkauan maksimal hingga 8 km, CIWS cukup bisa diandalkan melawan rudal yang mendekat. Bahkan Rusia pun memasang hingga 4 CIWS pada frigate mereka. 

Tapi kalau yang dihadapi adalah rudal anti kapal canggih dengan kecepatan supersonic seperti Yakhont atau Brahmos, alamat mati tanpa bisa mengelak, karena rudal canggih sekelas Brahmos atau Yakhont diketahui mmiliki lintasan yang unik dan rumit sehingga sulit untuk ditangkal. Apalagi rencana akuisisi rudal brahmos tipe peluncuran udara pada Sukhoi Malaysia merupakann ancaman yang nyata pada Angkatan Laut kita.

Maka penting untuk kedaulatan NKRI perlu mnghadirkan arsenal terbaik. Mengingat geopolitik kawasan yang semakin hangat. ‘Jalesveva Jayamahe’, ‘Di Lautan Kita Jaya’. Salam. 



Sumber : JKGR

Cerita Dan Fakta Pembuatan Jet Tempur Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Indonesia tengah menuju kepada sistem kemandirian alat utama sistem persenjataan (alutsista). Caranya alat pertahanan dan keamanan canggih pun terus dikembangkan dan diproduksi oleh insinyur Indonesia.

Alutsista karya anak bangsa yang sedang dikembangkan, antara lain adalah jet tempur canggih. Program tersebut diberi nama Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) karena untuk pengembangan Indonesia menggandeng Korea Selatan.

Para insinyur Indonesia dan Korsel pun saat ini tengah bekerja keras merancang model, melakukan pengujian hingga bisa melahirkan purwarupa alias prototype jet tempur di negeri ginseng pada tahun 2020.

Pengembangan yang dimulai sejak tahun 2010 tersebut, memiliki fakta dan cerita menarik tentang masa depan pengembangan jet tempur asli karya pribumi seperti program IFX disebut-sebut menempatkan Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mulai mengembangkan jet tempur secara mandiri.

Apa fakta-fakta menarik lainnya tentang pengembangan jet tempur generasi 4.5 tersebut? Berikut hasil penelusuran detikFinance, Senin (30/6/2014). 


Sempat Muncul Rumor Pembatalan 

Program pengembangan KFX/IFX sempat diisukan dihentikan. Penghentian ini dikarenakan terjadi pergantian pemerintahan di negeri K-Pop tersebut. Pengembangan pesawat di atas F-16 tersebut akhirnya dilanjutkan kembali pada tahun 2013.

Untuk pembiayaan, sebanyak 80% ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan dan 20% oleh pemerintah Indonesia. 


Diproduksi 150 Unit Mulai 2022

IFX/KFX akan diluncurkan pada tahun 2020 di Korea Selatan. Selanjutnya 2 tahun berikutnya atau tahun 2022, IFX untuk versi TNI akan diproduksi secara massal di Indonesia. Produksi pesawat dilakukan setelah melalui penyesuaian rancangan pesawat yang sesuai dengan kebutuhan TNI dan kondisi geografis Indonesia.

"Untuk buat pesawat terbang militer itu normal 8 tahun. Apalagi skala fighter kalau pesawat kecil biasa cuma 4 tahun. Produksinya 2022. Prototype harus terbang pada tahun 2020. Itu sudah terbang. Itu untuk 2 negara,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance beberapa waktu lalu.

Saat diproduksi bersama, KFX/IFX akan diproduksi sebanyak 150 unit. Dengan rincian Angkatan Udara Korea Selatan memperoleh 100 unit (KFX) dan Angkatan Udara Indonesia mendapatkan 50 unit (IFX). IFX sendiri akan diproduksi pada fasilitas kedirgantaraan milik PT Dirgatara Indonesia (Persero) di Bandung Jawa Barat. 


Ajang Pembuktian Insinyur RI 

Insinyur atau tenaga ahli kedirgantaraan Indonesia saat ini tengah merancang program pengembangan jet tempur canggih bernama Indonesia Fighter Xperiment (IFX). Pesawat IFX merupakan jet tempur canggih generasi 4.5 dan memiliki teknologi di atas F16. Untuk pengembangan jet tempur versi lokal tersebut, insinyur Indonesia dinilai memiliki kemampuan yang mumpuni.

"SDM kita diakui cukup baik dan punya kemampuan bahkan untuk beberapa (insinyur) di atas mereka jadi kalau masalah SDM kita cukup unggul," kata Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim saat berbincang kepada detikFinance.

Kemampuan insinyur Indonesia telah teruji. Program pengembangan pesawat seperti CN 235, N 250, N 2130 menjadi pembuktian para ahli pesawat Indonesia. Bahkan para insinyur RI saat ini bertebaran di perusahaan pesawat dunia seperti Boeing, Airbus hingga Embraer.

"Waktu kita bikin N250 diketawain terus rancang N2130 semua ketawain, termasuk dari luar negeri ketawain kita. Sekarang terbukti, pesawat sejenis banyak dipakai di Indonesia (ATR hingga Boeing 737)," jelasnya. 


Tetap Berjalan Meski Pemerintah Berganti 

Pada 9 Juli nanti akan ditentukan presiden baru Indonesia untuk periode 2014-2019. Lantas bagaimana nasib program strategis nasional yang bersifat jangka panjang, seperti pengembangan jet tempur canggih bernama Indonesia Fighter Xperiment (IFX)?

Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT Dirgantara Indonesia (persero) Budiman Saleh menjelaskan pengembangan proyek pesawat tempur KFX/IFX akan terus berlanjut, meski presiden di Indonesia maupun di Korea Selatan telah berganti.

“Itu masuk blue print pemerintah, akan diteruskan oleh siapapun presidennya,” kata Budiman. 


Tak Tergantung Jet Tempur Impor  

Sebetulnya seberapa penting pengembangan jet tempur asli buatan lokal yang membutuhkan dana triliunan rupiah tersebut?

Kepala Program Pesawat Terbang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Agus Aribowo menilai pengembangan jet IFX saat penting bagi kemandirian alat utama sistem senjata (Alutsista).

"Namanya pengembangan pesawat pesawat tempur itu adalah indikator kemandirian bangsa kalau pesawat sipil kan kita bisa beli ke Amerika seperti di Boeing," kata Agus kepada detikFinance.

Indonesia bisa saja membeli jet tempur canggih dari beberapa negara. Namun karena Indonesia secara politik tidak memihak alias non blok sehingga produsen jet tempur tidak bisa atau enggan memberikan kelengkapan maksimal untuk produk jet tempur yang dijual.

Agus mencontohkan antara jet F-16 milik Indonesia dan Singapura. Kedua negara memiliki pesawat serupa namun pesawat milik Singapura jauh lebih unggul karena Amerika Serikat selaku produsen memberikan produk terbaik. Pasalnya Singapura dan Amerika memiliki keterikatan yang kuat alias sekutu.

"Kalau kita beli pesawat pasti ada yang dikurangi seperti sistem persenjataan dikurangi jadi kita nggak bisa mandiri. Kalau F-16 Indonesia perang dengan F-16 Singapura, kita pasti kalah karena kemampuan taktis kita kalah. Terus sistem persenjataan dipereteli," sebutnya.

Jika mengembangkan jet tempur secara mandiri, Agus menyebut Indonesia bisa melakukan inovasi produk jet tempur sesuai kebutuhan dan perkembangan teknologi. Pasalnya pesawat tempur merupakan teknologi termutakhir di industri pesawat terbang.

"Kita bisa berinovasi, kita bisa berkreasi sesuai dengan kemampuan dan kemauan," jelasnya. 


Pakai Teknologi Anti Radar  

Jet tempur Indonesia Fighter Xperiment (IFX) memiliki kecanggihan yang mumpuni. Pesawat yang bakal diproduksi pada tahun 2020 itu, memiliki kemampuan anti radar. Dengan teknologi generasi 4.5, jet IFX bisa mengelabui radar musuh.

"Dia mengembangkan anti radar, sistem radar paling canggih. Dia kelihatan di radar sedikit atau samar-samar di radar, kalau F-16 itu kelihatan di radar," kata Kepala Program Pesawat Terbang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Agus Aribowo kepada detikFinance.

Selain itu, sistem elektronik (avionic) memakai teknologi terkini. Untuk meningkatkan kemampuan, IFX juga memakai kerangka pesawat yang ringan sehingga membuat manuver menjadi gesit.

"Kemudian bisa bermanuver tinggi, perlu structure yang kuat dan ringan. Kemudian sistem avionic terbaru," sebutnya.



Sumber : Detik

Draft RUU Pertahanan Indonesia Turki Disidangkan


Turki kembangkan Kapal Selam U214-AIP
JAKARTA-(IDB) : Rapat tingkat I antara Komisi I DPR bersama pemerintah menyepakati RUU Tentang “Pengesahan Persetujuan Tentang Kerja Sama Industri Pertahanan antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Republik Turki” dibawa ke tingkat II atau Rapat Paripurna.


“Kami sepakat untuk membawa RUU ke pembahasan tingkat II, jika disetujui akan dijadikan Undang-Undang,” kata Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin seusai mengikuti rapat Komisi I DPR RI bersama pemerintah di Jakarta, Senin.


Rapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq itu dihadiri para anggota Komisi I DPR RI sedangkan dari pemerintah tampak hadir Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, dan pejabat dari Kementerian Hukum dan HAM.


TB Hasanuddin mengatakan rapat pembahaasan tingkat II atau rapat paripurna untuk mengambil keputusan persetujuan atas RUU itu akan berlangsung dalam pekan depan atau dalam waktu dekat.

Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan tujuan kerja sama industri pertahanan RI dan Turki selain mempererat hubungan bilateral juga menyerap tenaga kerja dalam negeri dalam rangka memproduksi alat-alat pertahanan yang digunakan di banyak negara.

Mengenai alat-alat pertahanan yang akan diproduksi, mantan Sekretaris Militer Presiden itu mengatakan ada beragam antara lain pembuatan peluru, tank ringan, tank berat, dan senjata-senjata lain yang secara teknis bisa dikerjasamakan.


Ketika ditanya mengapa Turki yang dipilih sebagai mitra kerja sama, purnawirawan mayor jenderal itu, menjelaskan Turki memiliki kemampuan teknologi yang cukup baik dengan mengadopsi teknologi barat dan timur.

“Turki secara politis dekat dengan Indonesia dan kemampuan mereka akan teknologi cukup tinggi tetapi dengan sistem yang lebih dekat dengan Asia,” katanya. 



Sumber : Antara

KMW Jerman Luncurkan BOXER Dengan AGM

AGM dipasang pada BOXER

JERMAN-(IDB) : Pada Eurosatory 2014 lalu di Paris, perusahaan pertahanan Jerman KMW (Krauss-Maffei Wegmann) menampilkan teknologi terbaru sistem artileri AGM (Artillery Gun Module) beroda, yaitu sebuah kendaraan lapis baja multiperan (MRAV) ARTEC BOXER yang dilengkapi turet remot kontrol dengan meriam kaliber 155 mm.



BOXER adalah kendaraan tempur lapis baja 8x8 yang diproduksi oleh ARTEC GmbH (ARmoured vehicle TEChnology) Industrial Group (Jerman-Belanda). BOXER saat ini digunakan oleh Angkatan Darat Jerman dan Belanda.
 

Sebelumnya, meriam kaliber 155 mm ini juga dipasang pada Howitzer PzH 2000 (Panzerhaubitze 2000) yang saat ini digunakan oleh Angkatan Darat Jerman dan negara-negara NATO lainnya.
 

Artillery Gun Module hasil rancang KMW ini adalah sistem artileri yang sepenuhnya otomatis, dengan remot kontrol dan nir awak. AGM pada BOXER ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari PzH 2000.


PZH 2000 dan ARTEC BOXER
Pzh 200 (kiri) dan BOXER (kanan)
AGM tidak hanya menawarkan kekuatan dan keotomatisan dari PzH 2000, tapi juga memungkinkannya untuk diintegrasikan pada seluruh turet kendaraan militer yang cocok. Integrasi tidak hanya bisa diterapkan pada kendaraan roda track, tapi juga bisa untuk kendaraan beroda seperti saat ini. Dengan begitu, akan memberikan jangkauan penyebaran yang lebih jauh dan mobilitas yang tinggi.
 

AGM dilengkapi dengan sistem kontrol proyektil otomatis (terkomputerisasi) dan bertenaga listrik untuk proses loading dan unloading amunisi dari magazin. AGM BOXER ini dapat membawa 30 proyektil 155 mm, dioperasikan oleh dua orang kru (komandan dan pengemudi) dan siap menembak kemudian meninggalkan posisi hanya dalam waktu kurang dari 30 detik. Jangkauannya maksimumnya adalah 40 km.
Sumber : Artileri

Penerbang F-16 C/D 52ID TNI AU Menjalani Latihan Terbang Di Amerika

TUCSON-(IDB) : Enam Penerbang F-16 TNI AU dari Sakdron Udara 3 telah tiba di Tucson Arizona untuk mengikuti latihan konversi menjadi instruktur penerbang pesawat tempur F-16 C/D Block 52ID dalam Proyek “Peace Bima Sena II”. Mereka adalah Komandan Skadron Letkol.Pnb.Firman “Foxhound” Dwi cahyono (40 th), Mayor.Pnb.Anjar “Beagle” Legowo (38 th), Mayor Pnb.Bambang “Bramble” Apriyanto (34 th), Kapt. Pnb Pandu “Hornet”Eka Prayoga (31 th), Kapt. Pnb.Anwar “Weasel” Sovie (30 th) dan Kapt. Pnb.Bambang “Sphynx” Yudhistira (30 th). 

 Para penerbang kebanggaan TNI AU ini tiba di Tucson International Airport pada tanggal 25 Juli 2014 pukul 14.05 siang setelah menempuh perjalanan selama 28 jam dari Jakarta- Hongkong-Seattle dan Tucson.    Para penerbang akan menjalani Latihan “Differential Training” F-16 C/D di Tucson Arizona tanggal 30 Juni-11 Juli 2014. 

Selanjutnya setelah mengikuti penyerahan tiga pesawat ke pemerintah Indonesia maka pada tanggal 15 Juli dua penerbang akan ikut terbang “Ferry” dari Hill AFB, Utah – Eilsen AFB Alaska- Andersen AFB Guam dan langsung menuju Lanud Iswahyudi Madiun.   Selama perjalanan akan dilaksanakan beberapa kali “air refueling” atau pengisian bahan bakar di udara. Ketiga pesawat direncanakan akan mendarat di Madiun pada tanggal 20 Juli 2014 pukul 11.00 siang. Para penerbang akan melanjutan latihan terbangnya di Lanud Iswahyudi Madiun.


Pesawat Tempur F-16 C/D yang saat ini sedang di upgrade di Hill AFB memiliki nama resmi F-16 C/D k 52 ID memiliki kemampuan dalam banyak hal setara dengan pesawat F-16 Block 52, khususnya bidang kecanggihan avionic, kemampuan tempur dan jenis persenjataannya. Seluruh pesawat sebelumnya digunakan oleh USAF dan disimpan dengan baik di Davis Monthan AFB/AMARG (Aerospace Maintenance & Regeneration Group) yang berlokasi di gurun yang sangat kering. Sementara seluruh mesin pesawat tipe F100-PW-220/E menjalani upgrade di fasilitas pabrik Pratt & Whitney di Old Kelly AFB sehingga menjadi baru kembalai memiliki umur komponen dua kali lebih lama dari mesin standar.


Seluruh pesawat menjalani upgrading dan refurbished rangka serta sistem avionic dan persenjataan di Ogden Air Logistics Center yang berada di Hill AFB, Odgen, Utah. Rangka pesawat diperkuat, jaringan kabel dan elektronik baru dipasang, semua system lama di rekondisi menjadi baru dan system baru ditambahkan agar pesawat lahir kembali siap menjadi pesawat baru dengan kemampuan jauh lebih hebat dari saat kelahirannya.


Sebetulnya pesawat F-16 C/D 52ID F-16 berdasarkan F-16 C/D Block 25 yang memiliki bentuk fisik dan berat kotor maksimum serta tipe mesin yang sama dengan pesawat F-16 Block 15 A/B OCU yang kita miliki. Memang pesawat F-16 C/D Block 52 dengan daya dorong lebih besar mampu mengangkut senjata lebih berat dan bisa terbang lebih jauh. Namun dalam close combat atau pertempuran udara jarak pendek maka pesawat F-16 TNI AU dengan T/W ratio lebih besar memiliki kelincahan yang lebih baik dari F-16 Block 52. Sehingga untuk urusan pertempuran udara dengan rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder P-4/L/M dan IRIS-T (NATO) serta rudal jarak sedang AIM-120 AMRAAM-C jelas pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU tidak kalah dengan pesawat F-16 C/D Block 50/52.


Untuk serangan permukaan darat dan perairan Pesawat F-16 ID juga mampu menggotong persenjataan kanon 20 mm, bomb standar MK 81/82/83/84, Laser Guided Bomb, JDAM (GPS Bomb), rudal AGM-65 Maverick, rudal AGM-84 Harpoon (anti kapal), rudal AGM-88 HARM (anti radar) serta mampu menggunakan navigation dan targeting pod untuk operasi malam hari serta missi Supression Of Enemy Air Defence (SEAD) menghancurkan pertahanan udara musuh. Improved Data Modem memungkinkan penerbang melakukan komunikasi tanpa suara hanya menggunakan komunikasi data dengan pesawat lain dan radar darat, radar laut atau radar terbang.


Upgrade Pesawat F-16 C/D 52ID tidak main-main karena mengejar kemampuan setara dengan Block 52, diantaranya memasang Mission Computer MMC- 7000A versi M-5 yang dipakai Block 52+, Improved Data Modem Link 16 Block-52, Embedded GPS INS (EGI) block-52 yang menggabungkan fungsi GPS dan INS , AN/ALQ-213 Electronic Warfare Management System, ALR-69 Class IV Radar Warning Receiver, ALE-47 Countermeasures Dispenser Set untuk melepaskan Chaff/Flare.  Sementara radar AN/APG-68 (V) di upgrade agar meningkat kemampuannya.


Prinsipnya pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU menjalani program The Common Configuration Implementation Program (CCIP) seperti yang dilakukan pada pesawat F-16 CD Blok 40/42 USAF agar meningkat menjadi standar Blok-50/52. Semua pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU juga menjalani modifikasi struktur rangka pesawat dengan program Falcon STAR (Structural Augmentation Roadmap) sehingga umur rangka pesawat menjadi lebih dari 10.000 jam, hal ini memungkinkan pesawat dipakai selama 10 tahun lagi sebelum menjalani Dervice Life Extension Program (SLEP) yang mampu menambah umur rangka pesawat sekitar 2000 jam atau 10 tahun masa pakai.


Pada saat usia pakai F-16 C/D 52 ID berakhir maka diharapkan Indonesia sudah memiliki armada pesawat tempur modern masa depan generasi 4.5 atau generasi ke 5. Pesawat F-16 C/D 52ID ini merupakan jembatan yang sangat baik untuk membawa Indonesia selangkah lebih maju, tidak hanya menghasilkan penerbang dan tehnisi yang mahir menguasai pesawat dengan generasi lebih maju, namun juga membawa kita untuk bersama-sama menguasai tehnologi, manajemen dan taktik pertempuran udara modern. Sehingga bisa membawa kekuatan udara betul-betul menjadi bagian dari operasi gabungan TNI dengan matra lainnya baik di Darat, Laut dan Udara. Pembelian F-16 C/D 52ID ini akan mendorong peningkatan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan kita tentang apa yang diperlukan oleh Indonesia untuk membangun Air Power atau Kekuatan Dirgantara yang kuat.




Sumber : TNI AU

KRI Bung Tomo Class Siap Bertolak Ke Indonesia

KRI Usman Harun (straitstimes.com)
KRI Bung Tomo Class

PARIS-(IDB) : 3 kapal perusak ringan (light frigate): KRI Bung Tomo, KRI John Lie, dan KRI Usman Harun ditargetkan hadir di Indonesia sebelum 5 Oktober 2014. Tiga KRI yang sudah berbulan-bulan diproses dan difinalisasi di galangan kapal di Barrow in Furness, sekitar 150 KM dari Kota Manchester, Inggris sudah siap untuk dibawa ke Indonesia dalam waktu dekat.


“Ketiga kapal diusahakan akan tiba di Indonesia sebelum Oktober,” kata Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan, Laksda TNI Rachmad Lubis kepada detikcom Jumat (27/6/2014) di Paris seusai memantau progres pembuatan alutsista di tiga negara, yaitu Jerman, Prancis, dan Inggris.


Laksda TNI Rachmat Lubis memimpin delegasi high level committee (HLC) ke tiga negara tersebut untuk memastikan pesanan alutsista itu sesuai spesifikasi yang telah disepakati dan memastikan jadwal penyelesaiannya. Ia telah meninjau proses pembuatan 3 KRI di Barrow in Furness Selasa (24/6/2014) lalu.


KRI Bung Tomo (TOM) sudah siap 100 persen dan sudah diujicobakan di laut. Sedangkan KRI John Li (JOL) sudah siap 100 persen dan sedang akan diujicobakan di laut. “Sedangkan KRI Usman Harun dalam tahap finalisasi,” kata Laksda Lubis.


Saat ini pemerintah Indonesia dan produsen kapal sedang membahas mengenai serah terima kapal. Direncanakan serah terima kapal akan dilakukan di Barrow in Furness pada akhir Juli 2014. Dalam proses serah terima itu, sesuai prosedur selama ini, akan juga dilakukan peresmian pemberian nama tiga kapal itu, yaitu KRI Bung Tomo, KRI John Lie, dan KRI Usman Harun.


Nama kapal terakhir sempat diprotes Singapura, karena negeri jiran itu menganggap Usman dan Harun adalah teroris yang merupakan pelaku pemboman di Singapura pada tahun 1960-an. Namun, pemerintah tetap bersikukuh dengan nama itu, karena Usman dan Harun merupakan prajurit Marinir TNI AL yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia.


Uji Tembakan KRI Bung Tomo Class
 

Rencananya, setelah serah terima tiga KRI ini, akan dilakukan pengujian penembakan. Kapal ini dilengkapi radar sensor dan avionik, serta beberapa pucuk meriam berkaliber sedang dan beberapa rudal. Setelah ujicoba, tiga KRI ini juga akan langsung dibawa oleh para prajurit Indonesia mengarungi samudera. Tiap kapal akan diawaki sekitar 81 prajurit. Karena itu, TNI AL akan segera memberangkatkan para prajuritnya ke Manchester untuk pengenalan kapal dan training.


Ketiga KRI ini merupakan kapal perusak, namun bertipe multi role light frigate (MRLF), yaitu sejenis kapal perusak ringan, yang memiliki bobot 2.000 ton dan jangkauan tembakan tidak terlalu jauh. Kapal ini memang bukan kapal baru, tapi kapal bekas yang kemudian diupgrade teknologi dan sistem peluru kendalinya.


“Kapal ini memang bekas, tapi tidak pernah digunakan untuk operasi, hanya pemanasan mesin aja,” kata Lubis. Untuk membeli 3 KRI ini, Indonesia menggelontorkan uang US$ 385 juta (sekitar Rp 4 triliun). Proses upgrade kapal memerlukan 1,5 tahun, dimulai setelah kesepakatan ditandatangani awal Januari 2013 lalu.

Tiga kapal ini sebelum sempat akan dibeli Brunei Darussalam. Namun Brunei membatalkan pembelian karena kapal terlalu besar untuk negara sekecil Brunei. Akhirnya kapal ini ditawarkan ke Indonesia dan terjadi kesepakatan harga yang cukup murah. Beberapa waktu silam Menhan Purnomo Yusgiantoro sempat mengatakan deal harga US$ 385 juta itu merupakan 20 persen dari harga yang ditawarkan ke Brunei. 



Sumber : Detik

Membangun Budaya Teknologi (Alutsista)

Model KF-X fighter jet
Model KF/IF-XProject

JKGR-(IDB) : Undang-undang Nomor 16/2012 tentang Industri Pertahanan menuntut Indonesia harus siap memproduksi sendiri alusista di dalam negeri. Impor hanya dilakukan untuk senjata dan alutsista yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri dan itupun harus ada syarat adanya alih teknologi agar dalam waktu tertentu semuanya bisa diproduksi di dalam negeri. Kemandirian industri pertahanan nasional ini akan mewujudkan kemampuan menjamin ketersediaan Alutsista sehingga kemandirian pertahanan negara dan keutuhan kedaulatan NKRI akan terjaga.


Terdapat tiga hal yang dapat dicapai ketika Indonesia sudah mandiri dalam industri pertahanan, yakni kemampuan dalam membuat/mengintegrasikan Alutsista, kebebasan dalam memilih Sumber Material/ Sistem/Teknologi, dan ketidaktergantungan terhadap berbagai ikatan.


Mengacu pada Undang-undang Nomor 16 tahun 2014 maka perwujudan kemandirian industri pertahanan tinggal menunggu waktunya.


Menghidupkan Budaya Teknologi
 

Masalahnya sekarang terletak pada budaya yang dikembangkan oleh masing-masing stake holder. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Huntington yang melihat betapa besarnya peran budaya dalam mencapai suatu keberhasilan. Korea Selatan dengan budayanya membuatnya unggul dibandingkan Ghana. Melihat bagaimana rumpun budaya Cina mampu membawa negaranya unggul dalam proses industrialisasi dibandingkan dengan rumpun Melayu.


Budaya yang perlu dikembangkan yang dapat mendukung perwujudan kemandirian industri pertahanan harus digali dan direvitalisasi. Unsur industri pertahanan yang terdiri dari BUMNIP dan didukung oleh perusahaan swasta, perlu mengembangkan budaya “gotong royong” yang sebenarnya merupakan nilai budaya bangsa Indonesia yang ada sejak dahulu kala, namun saat ini mengalami degradasi, menuju ke arah individualistik.


Dengan kerja sama yang diawali keterbukaan dan kejujuran akan menciptakan relasi simbiosis mutualistik antar BUMNIP dan perusahaan swasta. Nilai budaya “kerja keras” dan “kerja cerdas” adalah nilai yang harus dipegang teguh dan terus dipelihara dan dikembangkan, karena dengan kerja keras dan kerja cerdas, memampukan industri pertahanan mampu meningkatkan produktifitasnya baik dari kuantitas maupun kwalitas secara efektif dan efisien.


Hal ini akan dapat memperbaiki citra BUMNIP yang tidak sehat dan bermasalah dari segi manajerial maupun financial sehingga kalah bersaing dengan industry pertahanan dari negara lain. Nilai-nilai ini akan mampu pula meningkatkan hingga 70% kapasitas tehnologi, financial dan produksi sistem senjata, sehingga secara keseluruhan kemandirian dapat terwujud.


Demikian pula akademisi dan pranata Litbang, harus meninggalkan budaya “nerabas” yang sedang menggejala. Budaya yang perlu dibangun adalah budaya yang “berorientasi pada kualitas” sehingga pranata litbang melakukan penelitian dengan mengikuti kaidah kaidah ilmiah baik dari segi metodologi dan kompetensi peneliti. Sumber daya litbang senantiasa dipenuhi rasa ingin tahu yang tinggi, yang memampukannya melakukan analisa yang tepat terhadap fenomena yang ada di lingkungan strategis baik nasional, regional maupun internasional.


Pengembangan roket nasional D230 (photo: Pindad)
Pengembangan roket nasional D230
Pengetahuan teoritis diperdalam terus untuk memampukannya memiliki pisau analisa yang tepat. “Belajar sampai ke negeri Tiongkok” adalah ungkapan yang mendukung nilai “terus belajar” yang memampukan peneliti menggali ilmu dan berupaya untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsa dan negara.


Strategi menuju kemandirian dapat dilihat dari Masterplan Pembangunan Industri Pertahanan tahun 2010-2029, yang mempunyai 2 target utama yaitu target alutsista dan target Industri Pertahanan. 

Target alutsista yang akan dicapai adalah alutsista yang memiliki mobilitas tinggi dan bersifat sebagai pemukul yang dahsyat. Sedangkan target pencapaian Indhan adalah memenuhi pasar dalam negeri (jangka pendek), bersaing secara internasional dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi.


Tahapan Master Plan Terbagi Dalam 4 Tahap:
  1. Kebijakan tahun 2010-2014 yang menitik beratkan pada penetapan program pembangunan kekuatan, stabilisasi dan optimalisasi industri pertahanan, penyiapan regulasi industri pertahanan, dan penyiapan new future products.
  2. Kebijakan tahun 2015-2019 yang menitikberatkan pada penetapan program untuk mendukung MEF, melanjutkan regulasi industri pertahanan, peningkatan kemampuan kerja sama produksi, dan melanjutkan penyiapan produk masa depan.
  3. Kebijakan tahun 2020-2024, yang menitik beratkan pada penetapan program untuk mendukung postur ideal, melanjutkan regulasi industri pertahanan, peningkatan pertumbuhan industri, dan peningkatan kerja sama internasional (new product development advanced technology).
  4. Kebijakan tahun 2025-2029 yang menitik beratkan pada kemandirian industri pertahanan yang signifikan, kemampuan berkolaborasi, dan pengembangan yang sustainable.

Cetak Biru Riset Alpalhankam
 

Sebagai tindak lanjut dari Masterplan tersebut, telah disusun Cetak Biru Riset Alpalhankam yang diharapkan menjadi panduan dalam Litbang Alplahankam ke depan. Di dalam Cetak Biru tersebut terdapat 23 produk riset Alpalhankam termasuk Almatsus Polri yang sudah ditentukan tahapan risetnya mulai dari tahap 1 penguasaan desain, tahap 2 penguasaan produksi dan tahap 3 pengembangan produk baru. 




Sumber : JKGR

Indonesia Mulai Produksi Kapal Selam 2015

Akan Dibangun 3 Unit Per Lima Tahun

JAKARTA-(IDB) : Indonesia dan Korea Selatan saat ini sedang mengembangkan jet tempur generasi 4.5. Pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) tidak berhenti di situ. Awal 2015 nanti, Indonesia memulai pembuatan kapal selam versi lokal.

Pengembangan kapal selam ini ini dilakukan di area galangan kapal milik PT PAL (Persero) di Surabaya Jawa Timur.

"Kapal ke-3 dibangun di PAL. Harusnya November 2014, tapi akhirnya jadi awal 2015 mulai membangun, karena persiapan penyediaan fasilitas kapal selama ada sedikit kendala," kata

Demikian Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (30/6/2014).

Pengembangan kapal selam tersebut merupakan bagian kontrak pembelian 3 unit kapal selam. Sebanyak 2 unit kapal selam sedang diproduksi di Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), Korea Selatan, sedangkan 1 unit lagi dibuat di Indonesia. Kapal yang diproduksi adalah tipe DSME 209.

"Desain masih gunakan Korea punya tapi ada alih teknologi ke SDM Indonesia agar kapal selama yang kita miliki sesuai kondisi perairan Indonesia," sebutnya.

Setelah pengembangan di Indonesia dimulai, pemerintah Indonesia berencana mengembangkan 3 unit kapal selam baru pada fasilitas milik PAL setiap 5 tahun.

"Di dalam renstra akan dibangun 3 unit. Renstra 2014-2019 akan dibangun 3 lagi dan sedang menunggu persetujuan," tegasnya.



Sumber : Detik

Kisah Merah Putih Di MBT Leopard

ROANNE-(IDB) : Roll out MBT Leopard Republik Indonesia yang dihadiri High Level Commitee Delegation telah diselenggarakan di fasilitas Rheinmetall GmbH di Unterlüß Jerman pada 23 Juni 2014 baru lalu. Pada acara tersebut diserah terimakan kunci simbolis dari pihak Rheinmetall GmbH, kepada Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin, sebagai tanda resminya Indonesia memiliki Tank terbaik kelas dunia. Menurut rencana Tank Leopard dan marder akan mulai dikirim secara bertahap pada akhir bulan Juni tahun ini.




Pada acara yang digelar secara apik oleh Rheinmetall tersebut, dikumandangkan Lagu Indonesia Raya yang menggema memenuhi seluruh ruangan, beberapa saat setelah lagu Kebangsaan Jerman dinyanyikan. Di atas panggung, Bendera Merah Putih berdiri sejajar dengan Bendera Jerman.


Di hadapan hadirin, tepat di belakang panggung, nampak siluet konstruksi kokoh yang ditutupi tirai tinggi. Tepat setelah kunci simbolis di serah terimakan, secara mengejutkan tirai terbuka disertai pancaran lampu yang datang dari segala penjuru mengarah pada MBT Leopard  dan IFV Marder. Pada bagian atapnya sudah dipasangi bendera Merah Putih.


Sebelum hadirin menyelesaikan aplausnya, beberapa detik kemudian meraunglah mesin berkekuatan 1500 horse power milik MBT Leopard dan Marder, kemudian Tank tersebut melesat keluar meninggalkan hall. 



MBT Leopard 2A4+ yang gagah di dampingi Marder yang cantik, kemudian menunjukan kemampuan manuvernya secara singkat di hadapan hadirin. Pada dynamic display, yang masing-masing dikomandani oleh seorang perwira Kavaleri TNI Angkatan Darat tersebut, nampak bendera Merah Putih berkibar-kibar dengan menawan.


Perwira Kavaleri yang bertindak selaku Komandan Kendaraan MBT Leopard tersebut, menyatakan saat itu adalah saat yang paling ditunggu-tunggu selama ia bertugas di Jerman. Yaitu mengomandani manuver pertama MBT Leopard yang secara resmi telah menjadi milik TNI dengan Bendera Merah Putih berkibar-kibar di Jerman adalah suatu kebanggan teersendiri.



Dari penuturannya pula diketahui untuk mendapatkan kain Merah Putih selebar 45x30 cm adalah suatu hal yang tidak mudah. Berbeda halnya bila kondisi itu dialami ketika berada di kampung halamannya sendiri. Ketika ditanya dari mana ia mendapatkan bendera itu, dengan nada haru dia menjawab bahwa kain untuk bendera itu dibeli oleh seorang wanita Jerman, dari sebuah toko di kota yang jauhnya 84 kilometer, kemudian dijahitnya menjadi bendera. Wanita Jerman tersebut bernama Elfi Behling seorang petugas medis, istri dari Pierre Behling sahabat baiknya selama dia bertugas di Jerman.



“ Mas, saya berharap bendera tersebut tetap terpasang, menemani Leopard mengarungi lautan, menempuh jarak yang jauh menuju rumahnya yang baru di Indonesia...Salam hangat dari Unterlüß Jerman.” demikian kata Perwira Kavaleri tersebut mengakhiri penuturannya.




Sumber : ARC

Pesawat Tempur F16 Latihan Di Medan

PALEMBANG-(IDB) : Empat pesawat tempur F16 Fighting Falcon dari Skuadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Madiun mendarat mulus di Apron Baseops Lanud Palembang pagi ini.

Tanpa terkendala cuaca, empat pesawat F16 dengan kode TS-1605, TS-1609, TS-1610, dan TS 1611 ini sempat bermanuver sebentar membentuk formasi berjajar kanan, flypass, dan mengitari Apron Lanud Palembang.

Keempat pesawat ini singgah sebentar sejak pukul 09.37 WIB untuk mengisi bahan bakar dalam rangka Latihan Perkasa C Wilayah Kosekhanudnas III.

"Mereka dalam rangka Ferry Flight dari Lanud Iswahjudi ke Medan, kemudian singgah ke Lanud Palembang dan take off sekitar pukul 11.30 WIB," ujar Danlanud Palembang Letkol Pnb Sapuan, Senin (30/6/2014).

Sapuan mengatakan, kedatangan empat pesawat F16 ini dalam rangka latihan udara di wilayah Kosekhanudnas III.

"Untuk F16 yang bermarkas berada di Iswahjudi ini biasa menjalankan misi wilayah Timur Indonesia, namun kali ini akan melakukan misi latihan di Medan," tukasnya.

Sementara itu, Mayor Pnb Nur Alimi, Komandan Flight dari Skuadron Udara 3 Lanud Iswahjudi mengatakan, mereka membawa persenjataan lengkap untuk jalankan mission Ferry Flight to Medan, Latihan Perkasa C di wilayah Kosekhanudnas III.

"Sesuai standar kami singgah ke Palembang dulu, dan tadi sebelum mendarat sempat membentuk formasi right eselon kemudian flypass dan mengitari Lanud Palembang dan langsung mendarat," kata dia.

Empat pesawat F16 tersebut diawaki oleh Mayor Pnb Nur Alimi, Kapten Pnb A Gigih P, Kapten Pnb Yuniantono Wibowo, dan Lettu Pnb Eri Nasrul M. Persenjataan yang dibawa diantaranya rudal udara ke udara (Air to Air), AIM-9 P4, Air Gun (Canon) 20 mm.

"Dalam misi kali ini kami akan melakukan intercept, force down pesawat musuh yang memasuki wilayah Indonesia tanpa izin, dan pesawat akan kami bawa ke Medan. Untuk itu latihan seperti ini rutin kita lakukan karena sangat penting, bahkan secara nyata F16 kita belum lama ini menyergap pesawat asing di kawasan Medan," urainya.

Skenario latihan nanti, akan datang pesawat asing yang masuk wilayah Indonesia tanpa izin. Lantas, empat jet tempur multi peran ini akan melakukan penindakan sesuai dengan prosedur.

"Kita akan mem-blocking area dengan prioritas udara ke udara, dari ujung Barat Sumatera sampai perbatasan Pekan Baru dan ber-homebase di Medan,”imbuhnya.

Dalam misi itu, lewat skenario terlebih dahulu mengidentifikasi pesawat melalui Radar, kemudian dilaporkan jenis pesawat musuh yang bisa merupakan pesawat pengintai, transport berat, capung dan lainnya.

Setelah pesawat kita force down maka langsung diintrogasi terkait pelanggaran yang dilakukan hingga diambil langkah penindakan,” tandasnya.




Sumber : Sindo

Indonesia Amerika Gelar Latihan Antisipasi Bencana Alam

JAKARTA-(IDB) : Pa Sahli (Perwira Staf Ahli) Tingkat II Kawasan Eropa & Amerika Serikat Bidang Hubungan Internasional Panglima TNI Brigjen TNI Endang Sodik menutup latihan bersama (Latma), Table Top Exercise Penanggulangan Bencana Alam Gema Bhakti 2014 antara TNI dengan USPACOM (United States Pacific Command).

Latihan yang mengambil tema 'Satuan Tugas TNI Siap Melaksanakan Latihan Penanggulangan Bencana Alam Dalam Rangka Operasi Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana Alam Internasional', diikuti oleh 138 orang terdiri dari 86 orang unsur TNI dan 52 orang USPACOM dilaksanakan selama 5 hari dari mulai tanggal 23 sampai 27 Juni 2014.

Brigjen TNI Endang Sodik dalam sambutannya mengatakan bahwa, Latihan Gema Bhakti adalah tentang koordinasi dan pengalaman belajar, dimana peran militer dalam fase tanggap darurat adalah unik dan penting, terutama dalam upaya untuk menyelamatkan nyawa.

Hal ini memungkinkan TNI belajar dan memahami kompleksitas dan tantangan, dimana fasilitator dan pengendali bekerja keras untuk memberikan situasi yang realistis.

"Melalui Gema Bhakti kita bisa meningkatkan hubungan dan menjalin kerjasama yang baik. Keduanya sangat penting dalam masyarakat regional dan global saat ini, karena kita hidup di era konektivitas," kata Brigjen Endang Sodik, Senin (30/6/2014).

Menurut Brigjen Endang Sodik, sasaran dari latihan ini adalah terwujudnya sinergitas kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan tingkat internasional, nasional dan daerah dalam kegiatan penanggulangan bencana alam pada skala nasional; terwujudnya mekanisme koordinasi kerjasama unsur militer dalam satu komando tanggap darurat bencana tingkat nasional; dan terwujudnya mekanisme operasional yang melibatkan bantuan militer internasional dalam kegiatan penanggulangan bencana.

Di akhir sambutannya, Brigjen TNI Endang Sodik mengucapkan terima kasih kepada semua perencana latihan, fasilitator dan peserta dari Indonesia maupun Amerika yang terlibat dalam latma Table Top Exercise Penanggulangan Bencana Alam Gema Bhakti 2014 yang telah berjalan dengan aman dan lancar.




Sumber : Tribunnews

Menlu : Indonesia Mencari Titik Temu Konflik LCS

JAKARTA-(IDB) : Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, mengatakan, dalam debat calon presiden yang berlangsung pada Minggu 22 Juni 2014, tidak ada perbedaan substantif atau menonjol saat kedua capres menjawab isu Laut China Selatan. Pemaparan kedua kandidat, menurut dia, saling melengkapi.

Pernyataan itu dikemukakan Marty di Hotel Sari Pan Pacific, Selasa 24 Juni 2014 malam, di sela Sidang Komisi Bersama V antara Indonesia dan Bulgaria. Marty mengatakan, dia memahami ada pihak-pihak yang seolah-olah menyebut ada perbedaan pandangan di antara kedua capres.

"Saya tahu memang ada pihak yang seolah-olah mengatakan ada perbedaan. Tetapi, yang disampaikan oleh salah satu capres memang menekankan kontribusi terhadap penanganan masalah ini. Tetapi, kontribusi yang diberikan harus tepat dan betul-betul bisa menjadi solusi. Pada dasarnya memang betul begitu," kata Marty.

Indonesia, menurut Marty, akan berkontribusi sesuai dengan kemampuan dan kemungkinan. Marty juga sepakat Indonesia memang bukan termasuk salah satu negara yang ikut bersengketa mengenai pulau-pulau yang ada di kawasan Laut China Selatan.

"Apabila berbicara mengenai sengketa di Laut China Selatan, seperti yang kita pahami sekarang ini, contohnya untuk Kepulauan Paracel dan Spratly, jelas Indonesia bukan termasuk salah satu negara yang bersengketa. Yang bersengketa di sana kan Tiongkok, Entitas Taiwan, Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Namun, Indonesia memiliki peluang untuk mencoba cari titik temu," ujarnya.




Sumber : Vivanews