Pages

Senin, Mei 26, 2014

Produk Unggulan Alutsista Dalam Negeri Di Masa Depan

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengembangkan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) di masa depan. Langkah ini untuk menciptakan kemandirian pemenuhan alutsista dari industri pertahanan dalam negeri.

Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Badan Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim mengatakan pemerintah Indonesia memiliki 7 program penguasaan alutsista. Program tersebut sedang dan terus berlangsung, termasuk melibatkan negara asing dan BUMN Indonesia.

"Jadi program nasional ada 7. Pertama produksi propelan (bahan baku roket), tank (medium), kapal selam, IFX (jet tempur), misil, roket, fregate. Itu 7 program masih berjalan," kata Silmy di Kementerian Pertahanan Jakarta, Senin (26/5/2014).

BUMN strategis yang digandeng antara lain: PT Dahana (Persero), PT PAL (Persero), PT Pindad (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero) hingga PT LEN (Persero). Upaya menggandeng BUMN agar ada transfer teknologi dari negara mitra terhadap BUMN strategis.

Pengembangan alutsista di dalam negeri juga memiliki banyak manfaat. Disamping menghidupkan industri pertahanan dalam negeri, juga mampu menghemat devisa dan pajak akibat impor alutsista per tahun.

"Yang jelas anggaran pertahanan kisarannya meningkat terus. Setidaknya 30% untuk belanja alutsista. Keunggulan lain dari sektor pajak, alih teknologi, penguasaan SDM, kemudian kemandirian alutsista," jelasnya.

Produk-produk yang dikembangkan dan sedang berjalan seperti medium tank. Pengembangan medium tank ini melibatkan PT Pindad dan pemerintah Turki. Turki dinilai memiliki kapasitas mengembangkan dan memproduksi medium tank canggih.

"Ini progres dengan Turki. Turki punya ahli. Dia punya perusahaan ahli bikin tank," jelasnya.

Sedangkan untuk kapal perang, RI melalui PAL menggandeng perusahaan Belanda mengembangkan dan memproduksi kapal jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) atau Fregate. PAL juga berkerjasama dengan Korea Selatan mengembangkan dan memproduksi kapal selam di Surabaya, Jawa Timur.

Selain kapal, program lainnya adalah pengembangan jet tempur. Untuk pengembangan ini, Indonesia menggendeng Korea Selatan. Program tersebut bernama Korea Fighter experiment/Indonesia Fighter experiment (KFX/IFX). Pesawat tempur ini merupakan generasi 4.5 atau pesaing dari F16 versi terbaru. Pengembangan ini melibatkan PT Dirgantara Indonesia.




Sumber : Detik

Alasan Pembangunan Pabrik Propelan Di Subang

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemenhan) baru saja menjadi saksi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama yang dilakukan oleh PT Dahana (Persero) dengan Eurenco dan Roxel yang berasal dari Prancis. Penandatanganan kerjasama ini mengenai pembangunan pabrik propelan di Subang, Jawa Barat.

Direktur Utama PT Dahana (Persero), Harry Sampurno mengungkapkan alasan mengapa pemerintah setuju pembangunan pabrik propelan tersebut di area sekitar perusahaan Dahana.

"Kebetulan Subang itu sudah disiapkan sejak 20 tahun, kenapa subang karena infrastrukturnya terbangun," kata Harry di Balai Media Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Tidak hanya infrastruktur, pemilihan Subang sebagai lokasi dibangunnya pabrik propelan ini juga lantaran terpaku dengan bahan baku dasar yang lain, sudah tersedia, dan tidak bisa dilakur atau pemindahan ke lokasi lain.

"Ada komponen bahan baku seperti asam nitrat 98 persen yang tidak ditransfer dan tidak bisa diimpor, makanya kita bangun disana (Subang)," tambahnya.

Menurut Harry, dirinya sama sekali tidak mengkhawatirkan soal defisit listrik yang akan terjadi di Pulau Jawa. Dirinya mengungkapkan, pembangunan pabrik propelan ini tidak banyak menghabiskan energi listrik.

"Energi listriknya tidak terlalu besar, dan kita menggunakan PLTA jati besar yang 2 tahun lagi, dan Subang yang 10 tahun lagi selesai," ungkapnya.

Tidak hanya itu, pemilihan dua perusahaan asal Prancis ini juga lantaran pada 2011 silam sudah melakukan kerjasama yang konteksnya lebih besar dibandingkan perjanjian pembangunan pabrik.

"Kita juga melihatnya karena mereka itu pemilik teknologi yang tercanggih," tukas dia.

Kapasitas Produksi Mencapai 1.500 Ton Amunisi Per Tahun
 
PT Dahana (Persero) ditunjuk oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk membangun pabrik propelan atau bahan baku amunisi persenjataan Indonesia.

Direktur Utama PT Dahana (Persero), Harry Sampurno mengungkapkan, pabrik propelan yang dibangun di luas lahan 50 hektare serta membutuhkan investasi sekitar 400 juta euro, diproyeksikan akan mampu memproduksi propelan 1.500 ton setiap tahunnya.

"Kapasitasnya 1.500 ton per tahun," kata Harry usai konferensi pers di Balai Media Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Harry mengungkapkan, pembangunan pabrik propelan ini merupakan sebagai pabrik propelan pertama yang dimiliki Indonesia. "Pabrik ini kita sudah bercita-cita dari 20 tahun lalu," tambahnya.

Harry mengungkapkan, meski terbilang sebagai pabrik propelan pertama di Indonesia, akan tetapi dirinya tidak menutup kemungkinan untuk melakukan ekspor propelan kepada negara lain yang membutuhkan.

"Kalau lebih diserap kesemua negara yang produksi peluru," tukas dia.

Diketahui, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) baru saja menjadi saksi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama yang dilakukan oleh PT Dahana (Persero) dengan Eurenco dan Roxel yang berasal dari Francis. Penandatanganan kerjasama ini mengenai pembangunan pabrik propelan di Subang, Jawa Barat.

Adapun, penandatanganan MoU pembangunan pabrik propelan ini dilakukan oleh Direktur Utama PT Dahana (Persero) Harry Sampurno, Senior VP Bussines Development Jean Claude dan CEO Roxel France Jacques Desclaux yang disaksikan oleh Plt. Dirjen Pothan Kemhan Timbul Siahaan, Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Kemhan Brigjen TNI Zaelan Arifin, dan Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga, Silmy Karim.




Sumber : Okezone

Pabrik Propelan Kado Untuk TNI

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemenhan) baru saja menjadi saksi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama yang dilakukan oleh PT Dahana (Persero) dengan Eurenco dan Roxel yang berasal dari Prancis. Penandatanganan kerjasama ini mengenai pembangunan pabrik propelan di Subang, Jawa Barat.

Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga, Silmy Karim mengatakan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan menargetkan ground breaking pembangunan pabrik propelan pertama pada Oktober 2014, atau sebelum HUT TNI.

"Diharapkan groundbreaking sebelum HUT TNI, ini sebagai kado, sebelum 5 Oktober," kata Silmy saat Konferensi pers di Balai Media, Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Silmy menjelaskan, dalam kerjasama yang dilakukan Indonesia melalui PT Dahana (Persero) dengan dua perusahaan asal Francis, yakni Eurenco dan Roxel juga memberikan nilai-nilai strategis terhadap sistem pertahanan yang berbasis teknologi dari kedua negara tersebut.

"Ke depannya nilai strategis dari francis, banyak peluru kendali dari Francis, ada transfer teknologinya," tambahnya.

Tidak hanya itu, dengan kerjasama pembangunan pabrik propelan pertama di Indonesia ini juga membuktikan bahwa Indonesia sudah mulai menjajaki era kemandirian. Pasalnya, selama ini Indonesia 100 persen impor bahan baku amunisi atau propelan dari Belgia.

"Ini akan menjadi lokal konten, karena propelanenya kita produksi sendiri, kita memberikan pemahaman Indonesia itu memasuki era kemandirian, sudah selesai kita yang namanya membeli barang, kita membangun alat pertahanan bangun sendiri, kita menuju kesana dari sekarang, makanya kita mulai," tukas dia.

PT. Dahana Kucurkan Investasi 400 Juta Euro 

BUMN yang bergerak di industri bahan peledak, PT Dahana (Persero) dan dua perusahaan asal Prancis, Eurenco dan Roxel France membangun pabrik propelan atau bahan baku amunisi, roket dan peluru kendali melalui dua tahapan.

Dalam tahap pertama, perseroan akan merogoh investasi senilai 400 juta Euro.

Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Kementerian Pertahanan, Silmy Karim mengatakan, pabrik propelan di Subang, Jawa Barat seluas 50 hektare (ha) akan menghabiskan anggaran lebih dari 400 juta Euro.

Namun sayang, dia mengaku belum menghitung secara pasti total kebutuhan investasi pembangunan pabrik propelan yang rencananya akan dilalui dalam dua tahapan. "Investasi untuk tahap awal 400 juta ruro, tapi kalau keseluruhannya belum kami hitung," ungkap Silmy di Balai Media Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Lebih jauh Silmy menuturkan, investasi tersebut bukan berasal dari anggaran Kementerian Pertahanan, melainkan dipenuhi dari Dahana serta dua perusahaan asing tersebut.

"Anggarannya dari Dahana, dua perusahaan Prancis dan pinjaman perbankan. Porsinya 51% dari Dahana dan konsorsium Roxcel serta Eurenco 49%," tambahnya.

Pabrik propelan, kata dia, akan berdiri di areal lahan seluas 50 ha. Melalui proses dua tahap, pabrik propelan bakal memproduksi tujuh jenis produk. Namun di tahap awal untuk pembuatan amunisi, Dahana akan produksi tiga jenis, yakni peluru, roket, peluru kendali, propelan untuk amunisi kaliber kecil, menengah dan besar.

Pabrik propelan, diharapkan Silmy mampu memenuhi kebutuhan propelan di Indonesia dengan kemampuan produksi antara lain nitrogliserin sebanyak 200 ton per tahun, sperical powder 400 ton per tahun, propelan double base roket 80 ton per tahun dan propelan komposit 200 ton per tahun.

"Ground breaking pabrik mudah-mudahan bisa dilakukan sebelum HUT TNI 5 Oktober tahun ini. Pabrik ini akan jadi kado buat TNI. Dan diharapkan mulai produksi di 2018 dengan kisaran waktu penyelesaian pembangunan 40-50 bulan," terang dia.

Sementara itu, Direktur Utama Dahana, F Harry Sampurno menambahkan, kapasitas produksi bahan baku peledak ini sebanyak 1.500 ton per tahun. Kawasan Dahana di Subang, lanjutnya, sudah didesain untuk pembangunan pabrik propelan sejak 20 tahun lalu. Namun baru dapat terealisasi tahun ini.

"Kapasitasnya cukup untuk memenuhi kebutuhan Indonesia lima tahun ke depan sesuai rencana strategis yang ditetapkan Kementerian Pertahanan," tandasnya.

Indonesia Hemat Devisa Rp. 1 Triliun Per Tahun

PT Dahana (Persero) dengan mitra asal Prancis akan membangun pabrik propelan di Subang, Jawa Barat Oktober tahun ini. Propelan merupakan bahan baku untuk pembuatan peluru, roket, peluru kendali hingga amunisi.

Keberadaan pabrik ini akan memangkas 100% impor bahan baku amunisi hingga roket. Selama ini Indonesia masih tergantung produk propelan dari Belgia. Keberadaan pabrik ini bisa menghemat impor atau devisa dari pembelian propelan Rp 1 triliun per tahun.

"Penghematan bisa signifikan. Kita perkirakan dengan proyeksi kebutuhan itu kurang lebih Rp 1 triliun per tahun," kata Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bedan Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim saat press conference pembangunan pabrik propelan di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Untuk pembangunan pabruk propelan ini, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bahan peledak, PT Dahana (Persero) menggandeng perusahaan produsen propelan asal Prancis, Eurenco dan Roxel. Total alokasi anggaran pendirian pabrik sebanyak 400 juta Euro untuk fase I.

Pada produksi tahap awal, Dahana mampu memproduksi nitrogliserin sebanyak 200 ton/tahun, spherical powder sebanyak 400 ton/tahun, propelan double base roket sebanyak 80 ton/tahun dan propelan komposit sebanyak 200 ton/tahun.

Untuk tahap awal, Dahana memproduksi 3 jenis propelan untuk kebutuhan amunisi, roket dan misil.

"Pabrik di Subang, itu milik fasilitas Dahana. Ada 3 jenis propelan akan diproduksi tahap awal yakni amunisi kaliber kecil, roket, dan peluru kendali," sebutnya.

Ide pembangunan pabrik sudah dimulai sejak 2010. Targetnya produksi perdana propelan bisa dilakukan mulai 2018.




Sumber : Okezone

Kopassus Unjuk Aksi Di Markas GGK Malaysia

JOHOR-(IDB) : Cuaca cerah pagi hari di Iskandar Camp dikejutkan oleh penyerbuan bangunan oleh sekelompok pasukan elit. Gerakan yang tangkas dan militan yang merupakan ciri khas pasukan komando menjadikan penyerbuan itu berlangsung cepat dan sukses. Itulah salah satu skenario latihan bersama dengan sandi 

"Harimau Satya Siri-3/2014" yang ditunjukkan oleh Tim yang merupakan gabungan dari personil Kopassus TNI AD dan Gerup Gerak Khas (GGK) 21 Tentera Darat Malaysia pada saat dikunjungi oleh Wadanjen Kopasssus Brigjen TNI M. Herindra, M.A, dan Panglima GGK 21 Brigjen Dato Effendi Hj. Ab Karim.

Keseluruhan Latihan akan berlangsung selama kurang lebih dua minggu di dalam Markas GGK 21 di Iskandar Camp, Mersing, Johor, Malaysia. Rangkaian Latihan Bersama ini nantinya akan ditutup dengan Gladi Lapang Operasi Hutan dengan menggunakan lokasi yang sama.


Dalam pengarahannya kepada seluruh personil Kopassus dan GGK yang terlibat Latihan, Brigjen TNI Herindra, M.A., menyampaikan bahwa Latihan ini dilakukan selain untuk menguji teknik dan taktik militer yang dimiliki Pasukan Khusus kedua Negara, juga ditujukan agar terjalin komunikasi dan interaksi yang baik karena tidak menutup kemungkinan akan bertemu kembali di masa yang akan datang.


Dalam rangkaian kunjungan tersebut, dilakukan juga acara penukaran plakat, melihat fasilitas Latihan yang ada di Camp Iskandar dan foto bersama. Turut hadir mendampingi Wadanjen Kopassus; Athan RI Kuala Lumpur Kolonel Arm Yudhy Chandra Jaya, M.A., Asops Kopassus Kolonel Inf Maruli Simanjuntak, Komandan Pusdikpassus Kolonel Inf Iwan Setiawan, Aspers Kopassus Letnan Kolonel Inf Sudaryanto serta Komandan Batalyon-32/Kopassus Letkol Inf Fikri Musmar.




Sumber : TNI

Sukhoi Dan Elang Khatulistiwa Tiba Di Lanud Iswahjudi

MAGETAN-(IDB) : Pesawat tempur Sukhoi dari Skadron Udara 11 Lanud Hasanudin Makassar dan pesawat tempur Hawk 100-200 dari Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak Kalimantan Barat, tiba di Lanud Iswahjudi, yang kedatangannya disambut Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T. M.D.S. Senin, (26/5). 


Kedatangan kedua jenis pesawat tempur tersebut untuk lebih mengintensifkan latihan penembakan dan pengeboman di AWR Pulung Ponorogo, guna menghadapi manuver lapangan dalam rangka Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2014, di Asembagus Situbondo Jawa Timur.


Satu flight pesawat tempur Hawk 100/200 “Elang Katulistiwa” yang telah tiba dipimpin langsung oleh Komandan Lanud Pontianak Kolonel Pnb Tedi Rizalihadi, sedangkan pesawat tempur Sukhoi dari Skadron Udara 11 Lanud Hasanudin Makassar, yang tiba setelahnya dipimpin oleh Komandan Lanud Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Dody Trisunu.




Sumber : TNI AU

Kapal Perang Negara Sahabat Merapat Di Priok

Roks Munmu Daewang (DDH-976) Destroyer Korsel Merapat Di Priok

JAKARTA-(IDB) : Kapal Perang Angkatan Laut Korea Selatan Roks Munmu Daewang (DDH-976) dengan Komandan Kolonel Kim, Jeong-Hyun, PhD. melaksanakan kunjungan kehormatan ke Indonesia merapat di Dermaga 203 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (24/5/2014). 

Kedatangan Kapal Perang Angkatan Laut Korea Selatan disambut dengan upacara militer yang dipimpin oleh Asisten Operasi Danlantamal III Jakarta Letnan Kolonel (Letkol) Laut (P) Eko Wahjono, Staf Kedutaan Besar Korea Selatan dan pasukan deputasi Lantamal III Jakarta. Adapun tujuan kunjungan kehormatan Kapal perang Roks Munmu Daewang (DDH-976) untuk lebih mempererat hubungan persahabatan antara TNI Angkatan Laut  dan Angkatan Laut Korea Selatan.

Kapal Perang Angkatan Laut Roks Munmu Daewang (DDH-976) merupakan kapal perang kelas/type Chungmugong Yi Sun-sin-class destroyer,  memiliki panjang 150 meter, lebar 17,4 meter dan draft 9,5 meter, kecepatan 30 knots, tersebut dijadwalkan berada di Jakarta hingga tanggal 28 Mei 2014.  

Selama berada di Indonesia, Komandan Kapal Perang Angkatan Laut Korea Selatan Roks Munmu Daewang (DDH-976)  Kolonel Kim, Jeong-Hyun, PhD bersama stafnya akan mengadakan kunjungan resmi kepada Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI INGN Ary Atmaja, S.E.

Selain itu, juga akan dilaksanakan kegiatan olahraga persahabatan (Friendly Game), Menerima kunjungan kehormatan dari Pejabat TNI Angkatan Laut, serta kunjungan ke kapal (open ship) bagi warga negara Korea Selatan dan rencana akan melaksanakan latihan bersama Passing Exercise (Passex) dengan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha Syaifuddin (376).

USS Blue Ridge (LCC-19) Merapat Di  Priok

Kapal Perang Amerika Serikat USS Blue Ridge (LCC-19) yang dipimpin Panglima Armada Ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat Vice Admiral Robert L.Thomas, merapat di Dermaga 201 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (25/5/2014).

Kedatangan Kapal Perang Amerika Serikat USS Blue Ridge (LCC-19) dengan Komandan Kapal Captain Richard Mc. Cormack, bertujuan untuk lebih mempererat hubungan persahabatan antara TNI Angkatan Laut  dan Angkatan Laut Amerika Serikat, selain disambut oleh Komandan Pomal Lantamal III Kolonel Laut (PM) Samista bersama Asisten Operasi Danlantamal III Jakarta Letkol Laut (P) Eko Wahjono, Staf Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, juga disambut dengan upacara militer.

Kapal perang USS Blue Ridge merupakan kapal perang dengan jenis/tipe Blue Ridge Mountains (Kapal Komando), memiliki panjang 194 meter, lebar 38.9 meter, draft 8.8 meter, kecepatan 23 knots membawa satu helikopter Sikorsky Sh-60 Seahawk dan berpangkalan di Yokosuka, Jepang. USS Blue ridge dijadwalkan berada di Jakarta hingga tanggal 28 Mei 2014.

Selama berada di Indonesia Panglima Armada Ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat Vice Admiral Robert L.Thomas dan Komandan Kapal USS Blue Ridge beserta Staf akan mengadakan kunjungan kehormatan kepada Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) III Jakarta Laksamana Pertama (Laksma) TNI Aguk Dwi Wahyu, WU., S.E., selain itu juga dilaksanakan kegiatan olahraga persahabatan (Friendly Game) dan dilanjutkan acara menerima kunjungan kehormatan Pejabat Tinggi TNI Angkatan Laut di Kapal Perang USS Blue Ridge, dan rencana akan melaksanakan latihan Persahabatan Passing Exercise (Passex). 



Sumber : TNI AL

Indonesia Berpeluang Dapatkan Kapal Selam Canggih Dari Perancis

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Indonesia dan Perancis dalam suatu forum bilateral “Indonesian-French Defense SMEs Bilateral Forum (First Edition)” membahas kemungkinan Indonesia untuk mendapatkan kapal selam dengan teknologi yang sangat canggih (sophisticated).  Hari pertama forum bilateral, Rabu (21/5), diisi dengan seminar tentang “Peluang Kerjasama Industri Pertahanan Indonesia-Perancis dan pembahasan atau diskusi mengenai kapal selam litoral dalam waktu bersamaan (paralel)”.

Untuk itulah forum bilateral ini diselenggarakan untuk mengkaji dengan seksama segala kemungkinan teknologi kapal selam litoral ini dalam menutup celah pertahanan Indonesia yang berkaitan dengan peta dan kondisi perairan Indonesia. Apakah memang harus menggunakan kapal selam dalam menjaga laut dangkal atau cukup dengan sarana pertahanan yang lain?

Mengingat dua pertiga wilayah Indonesia adalah perairan, pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pemetaan laut adalah esensial. Bagaimana keadaan hidrografi, tingkat kedalaman, kuat dan arah arus setiap musim dan perubahannya harus dipelajari dengan seksama dalam konteks pertahanan.

Hal ini akam melahirkan operation requirement baik untuk laut dangkal dan laut dalam. Misalnya laut yang dangkal akan menuntut kelincahan atau manuver dari kapal selam untuk menghindari pemantauan atau deteksi dari udara sehingga timbullah kekhususan operasional. Oleh karena itu maka dalam menghitung postur kemampuan perang tidak hanya berdasarkan kekuatan an sich tetapi juga berdasarkan kemampuan dan gelar.
 

Sementara itu ketua delegasi Perancis Admiral (Navy) Jean Claudelle dalam kesempatan tersebut menyatakan bahwa Perancis merupakan salah satu negara di Eropa yang sangat mendukung industri pertahanan yang berdasarakan pada sistem pertahanan otonomi dan kedaulatan. Dalam 50 tahun terakhir ini bidang industri dan peralatan pertahanan serta persenjataan Perancis menjadi hal yang sangat penting.

Hal ini memberikan peluang bagi pemerintah Perancis dan industri pertahanannya kemampuan untuk mengembangkan peralatan dan semua spesifikasi operasionalnya seperti untuk angkatan laut, angkatan udara, helikopter, satelit, missile antar negara dan antar benua.

Seperti diketahui kekuatan persenjataan dan pertahanan Perancis saat ini tersebar di Afrika Selatan, Mali, Guinea dan benua Afrika secara otonom dengan mitra atau partner  Perancis tanpa melibatkan kekuatan besar atau super power lainnya. Kemampuan ini menjadi suatu hal yang unik di benua Eropa. Diharapkan hal ini dapat menarik Indonesia sebagai partner Perancis yang menganggap kedaulatan wilayah sebagai sesuatu yang penting.

Seminar yang diselenggarakan Kemhan RI dan The French Defense Procurement Agency (DGA) diikuti oleh berbagai perusahaan yang bergerak di bidang industri pertahanan Perancis seperti Airbus Helicopters, DCNS, EADS, MBDA Missile Systems, Thales dan perusahaan terkemuka Perancis lainnya. Pada hari kedua rangkaian kegiatan, Kamis (22/5), delegasi peserta dari Perancis bertolak ke Bandung untuk mengunjungi PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia. 



Sumber : DMC

Menggendong Sang Macan

BANDUNG-(IDB) : Masih ingat kesulitan ketika Tank Leopard 2A4 TNI-AD musti digeser ke Jawa Timur?. Saat itu, segenap kru Leopard khususnya dari Batalyon Kavaleri 8 harus berkreatif agar bisa memindahkan sang monster dengan lancar dan aman. 

Saat itu bahkan TNI-AD harus menyewa Truk dan Lowbed komersial dengan biaya yang tidak sedikit, disertai sejuta tantangan. Namun cerita itu kini hanya tinggal kenangan. Pasalnya, saat ini kendaraan pengangkut sang macan telah tiba dan kini para awaknya pun tengah berlatih. Inilah Truk pengangkut dengan merk Iveco dan Lowbed Doll. 


Saat ini sang pengangkut macan tengah berada di Pusat Pendidikan Kavaleri di Bandung Jawa Barat. Total saat ini sudah datang 8 buah kendaraan. Berbagai uji coba pun telah dilakukan termasuk mengangkut MBT Leopard 2. Tidak ada hambatan berarti. Dalam waktu dekat, Tank Transporter ini akan segera diserah terima kan ke Batalyon Kavaleri 8 Kostrad di Pasuruan Jawa Timur.



Truk Iveco sendiri merupakan kendaraan buatan Italia yang tergabung dalam Grup FIAT. Beberapa waktu lalu, ARC sebenarnya pernah memergoki truk ini di kawasan PT.Pindad Bandung. Truk ini memang didesain untuk pekerjaan berat seperti menghela tank seberat 60an ton. 


Sementara lowbed Doll juga merupakan pasangan yang tepat untuk menggendong MBT sekelas Leopard 2. Istimewanya, Lowbed 7 sumbu ini seluruh rodanya mampu bergerak sehingga menjamin kelincahan dengan radius putar yang kecil. Selama ini Lowbed Doll juga telah digunakan berbagai negara untuk mengangkut MBT.




Sumber : ARC

Kerling Tanjung Datu : Suar Atau To War...???

Pembangunan Suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk, Kalbar

JKGR-(IDB) : Tidak ada rotan, akar pun berguna. Sebagai sesama bangsa Melayu, mungkin peribahasa inilah yang dipakai Malaysia saat menyatakan niatnya untuk membangun menara suar di perairan Tanjung Datuk, kecamatan Paloh, Kalimantan Barat. 

Pertumbuhan ekonomi yang kian seret, telah mendorong Malaysia untuk bersikap lebih kreatif, dan tentu saja harus lebih selektif dalam membuat berbagai perencanaan pembangunan yang akan diselenggarakannya. Segala kebutuhan harus terlebih dahulu melalui perhitungan yang matang dan mematuhi rambu-rambu skala prioritas. Zaman serba mudah, sepertinya sudah mulai menjauh dari atmosfer pembangunan Malaysia..!


Pemikiran ini pulalah yang mendasari dibangunnya project menara suar Tanjung Datuk, yang kemudian kita ketahui bahwa project tersebut berhasil dihentikan oleh TNI AL. Pertanyaannya, benarkah apa yang sedang di bangun oleh Malaysia itu adalah sebuah menara suar?


Berikut kesimpulan dari sebuah obrolan siang tadi dengan seorang sahabat berkebangsaan Philipine. Sebut saja dia, Ben..!


Lelaki kekar asal Mindanao ini, sudah lama malang melintang dalam dunia engeneering. Pengalamannya yang luas telah membawanya melanglang buana ke berbagai pelosok dunia. Tak terhitung berapa perusahaan perminyakan lepas pantai yang ia singgahi sebagai tempat bergantung hidup. Sudah puluhan, atau bahkan mungkin ratusan platform rig yang ia bangun di seluruh perairan dunia. Dia juga terlibat pembangunan sebuah platform jacket terbesar di dunia yang dirancang dan dibangun oleh sebuah perusahaan engeneering USA, yang berkedudukan di Batu Ampar, Batam.


Produk yang dihasilkan perusahaannya itu, kemudian dikirim ke perairan Australia. Ada satu hal yang unik di sini. Selama puluhan tahun berpengalaman membangun rig, dia tidak pernah tahu untuk perusahaan mana pekerjaan itu dibuat. Dia hanya berpikir bahwa project yang dikerjakannya adalah untuk perusahaan yang menggajinya. Ciri seorang profesional sejati..! Tidak heran, karena itu pulalah, jika sedang ada project, dalam sebulan dia bisa mengantongi pendapatan bersih hingga puluhan ribu dollar..! Luar biasa bukan..?


Seperti pagi itu, beberapa bulan yang lalu. Dia baru saja kembali dari Philipine, setelah sekian lama tinggal di sana untuk menjenguk saudara-saudaranya yang tertimpa bencana badai topan haiyan. Uang dalam rekeningnya sudah ludes, untuk membiayai pembangunan kembali rumah-rumah saudaranya. Praktis dia hanya bergantung hidup pada penghasilan adiknya yang bekerja sebagai seorang chef pada sebuah restaurant Italia di kawasan wisata dan perbelanjaan terkemuka, Bukit Bintang, Kuala Lumpur. Bosan dengan hidup sebagai pengangguran, akhirnya dia pun menerima tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan shipyard yang ada di Lumut, negara bagian Perak.


Hal yang membuatnya terkejut adalah ternyata project yang akan dia hadapi bukanlah pengerjaan sebuah konstruksi kapal. Ini adalah sebuah bangunan untuk pengeboran minyak lepas pantai. Namun ketika dia melihat detail arsitekturnya, keningnya mengernyit, karena ada bagian-bagian vital yang tidak tergambar di situ. Dia heran dan bingung, tidak mengerti dari mana minyak akan diambil, dan dimana minyak akan diolah dan disimpan, di sebelah mana kapal pengangkut akan mengambil minyak, dan lain-lain. Bangunan itu tidak seperti bangunan rig sebagaimana biasanya dia buat, tapi lebih mirip dengan sepotong kapal yang terpancang di tengah lautan. Naluri liarnya mulai ngelayap. Dia pun iseng bertanya. Apakah ini pesanan Petronas? Jawaban yang dia dapatkan adalah, ya milik Petronas, untuk MinDef..!


rig-laut

Mendengar jawaban itu, sontak dia terkejut bukan kepalang. Sejak kapan MinDef punya bisnis perminyakan lepas pantai? Namun dia kembali fokus mengamati detail gambar tersebut. Akhirnya dia pun mengerti mengapa bangunan ini dibuat. Hahaha..! Seketika kami tertawa..!


Ada kegundahan yang amat dalam dirasakan oleh para petinggi militer Malaysia, manakala Indonesia, Philipine dan negara ASEAN lainnya tengah sibuk memperkuat armada lautnya. Apalagi China semakin berani dan terang-terangan menyulut api amarah di ruang Laut China Selatan. 

 Keinginan untuk mengakuisi armada tempur matra laut sebanyak-banyaknya, belakangan terasa begitu berat mengingat beban ekonomi yang semakin menghantui. Akhirnya, karena kapal tidak terbeli, apalagi mau beli kapal induk, masih jauuuuh..! Atau mungkin bisa dibilang, mimpi kali ye..? Para petinggi di lingkungan TLDM mengajukan sebuah rancangan pertahanan yang didasarkan pada konsep platform rig jacket seperti mana digunakan dalam industri minyak dan gas lepas pantai. Jangan main-main, ini project serius.


TLDM telah memesan beberapa kapal pendukung untuk setiap rig pertahanan yang dibangun. Selain itu, dalam perhelatan DSA2014 yang baru lalu, pemerintah Malaysia juga memesan beberapa system rudal dari Rusia dan system radar dari Perancis. Lagi-lagi ternyata semua pesanan itu akan di-install pada setiap rig pertahanan yang mereka bangun. Kelas rig pertahanan pun akan dibuat dengan level yang berjenjang. Ada yang sekelas corvet, fregate, atau bahkan ada yang sekelas destroyer. Untuk kelas yang terakhir, bahkan akan dilengkapi dengan pelabuhan submarines terapung dan fasilitas perbaikan kapal. Luar biasa..! Darimanakah semua biaya pendanaan project tersebut..?


Selalu saja ada ranting yang jatuh bilamana ada angin yang berhembus kencang. Seperti angin di siang tadi, ranting yang dijatuhkannya membawa sebuah kabar yang tertinggal oleh merpati yang mungkin tadi hinggap. Indonesia telah menerima bantuan militer yang jumlahnya super besar dari Russia dan China untuk tetap kukuh dengan posisinya sebagai negara yang netral.

Hahaha..! Mungkin ini juga sebuah jawaban atas pernyataan sahabat saya dari Korea yang menyebut Indonesia sebagai otak dagang, dan take it all and run..! Melihat gelagat ini, Malaysia memainkan kartu trufnya. Obama diundang, perjanjian Hishamudin dengan Pentagon direalisasikan, dan bantuan pun cair. Inilah hasilnya, dan tidak lama lagi konon akan menyusul beberapa helicopter tempur untuk menambah kekuatan ketiga matra dalam tubuh ATM, penawaran pespur baru dan atau up grade hornet TUDM. Wallahualam..! Merpati itu tak terlihat lagi, bahkan sangat sulit dibedakan mana kotoran merpati dan mana kotoran gagak. Soalnya di Kuala Lumpur, populasi gagaknya jauh lebih besar daripada merpatinya. Salam hangat bung..! Selamat merenung..!



Sumber : JKGR

Kemhan Siapkan Diri Hadapi Peralihan Pemerintahan

JAKARTA-(IDB) : Saat ini kita berada pada penghujung masa pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II (KIB II) dan tidak lama lagi kita akan mengalami peralihan pemerintahan yang akan membawa implikasi perubahan kebijakan, sesuai dengan visi dan misi kepemimpinan nasional yang akan dihasilkan melalui proses pemilihan presiden yang akan datang. Hal ini mengharuskan kita untuk menyiapkan diri dan menghadapinya dengan sebaik-baiknya.

Hal tersebut diungkapkan Sekjen Kemhan dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksda TNI Ir. Rachmad  Lubis dalam upacara bulanan yang diselenggarakan setiap bulannya di lapangan apel Setjen Kemhan Jakarta, Senin (19/5). Untuk itu, Kemhan sebagai bagian dari sebuah sistem kehidupan bernegara berupaya untuk mengantisipasi setiap kemungkinan perubahan, agar Kemhan senantiasa siap melaksanakan tugas-tugas perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan pertahanan negara.

Berkenaan dengan kualitas sumber daya manusia, Sekjen menekankan pada disiplin dan profesionalisme yang pada hakekatnya merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pelaksanaan tugas. Keduanya harus dapat berjalan seiring dan upaya peningkatannyapun harus terus dijalankan. Harus disadari bahwa disiplin dan profesionalisme merupakan prasyarat bagi penyelenggaraan clean government and good governance.

“Dengan kesadaran seperti itu, saya berkeyakinan bahwa Kemhan mampu mempersembahkan hasil yang terbaik bagi bangsa dan negara”, ujar Sekjen. 




Sumber : DMC

TNI AD Kembangkan Pemindai Jarak Jauh

GIANYAR-(IDEB) : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat mengembangkan sejumlah peralatan berteknologi untuk mengawasi kawasan perbatasan dengan negara tetangga.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Budiman mengatakan dari hasil riset, pihaknya bisa mengembangkan stasiun transmiter atau "Open Base Transmitter Statiton" (BTS) dan multirotor (alat pemindai jarak jauh) yang bisa digunakan untuk pengawasan dari jarak jauh.

"Kami sudah melakukan riset pengembangan sehingga yang semula pengamanan perbatasan dengan manual dan prajurit, ke depan mudah-mudahan menggunakan peralatan dari hasil riset," kata dia di Gianyar, Bali, Sabtu (24/5).

Pihaknya akan memprioritaskan pengembangan teknologi itu tahun 2014 dan ditargetkan bisa digunakan secara lengkap tahun 2015.

Peralatan seperti Multirotor itu akan diprioritaskan pada tiga negara yang berbatasan langsung dengan daratan Indonesia di antaranya Papua Nugini, Timor Leste, dan Malaysia.

"Kami mulai membeli sebagian hasil riset yang mulai kami produksi terutama yang murah tetapi bermanfaat untuk digunakan terlebih dulu," ucapnya. Sementara itu pada pulau terluar, pihaknya telah menempatkan personel dengan kegiatan patroli terbatas.

Indonesia setidaknya berbatasan langsung dengan 10 negara baik kawasan darat dan laut yakni Malaysia, Singapura, Timor Leste, Vietnam, Papua Nugini, Australia, Thailand, India, dan Filipina.




Sumber : Republika

Implentasi Paradigma Baru TNI AL

SURABAYA-(IDB) : Salah satu strategi implementasi paradigma baru TNI Angkatan Laut kelas dunia adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan operasi dan latihan. Barometernya terletak pada kemampuan dalam menghadirkan unsur-unsur laut atau navalpresence dengan didukung kesiapan operasional alutsista, terutama kemampuan daya tempur atau combat capability, komando dan pengendalian serta ketahanlamaan operasi atau sustainability.

Hal tersebut disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio dalam amanatnya saat bertindak selaku inspektur upacara pada Upacara Serah Terima Empat Jabatan Strategis TNI AL, yaitu Jabatan Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim), Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar), Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil), dan Komandan Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Danpuspenerbal) yang berlangsung di Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya.

Keempat Pewira Tinggi yang melaksanakan serah terima jabatan tersebut, masing-masing: Pangarmatim diserahterimakan dari Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum kepada Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim. Pejabat lama Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum., merupakan  alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan-29 tahun 1984, selanjutnya menjabat  Asisten Perencanaan dan Anggaran Kepala Staf Angkatan Laut (Asrena Kasal). Sedangkan pejabat baru Pangarmatim Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim ini adalah alumnus AAL angkatan-27 tahun 1982, sebelumnya menjabat Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil).

Selanjutnya jabatan Pangarmabar diserahterimakan dari Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, S.E, kepada penggantinya Laksamana Muda TNI INGN Ary Atmaja, S.E. Pejabat lama Pangarmabar Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, S.E., adalah alumnus AAL angkatan-26 tahun 1981, selanjutnya menjabat  sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (Asops Kasal). Sedangkan pejabat baru Pangarmabar Laksamana Muda TNI INGN Ary Atmaja yang sebelumnya menjabat di Staf Khusus Kasal, adalah alumnus AAL angkatan-29 tahun 1984.

Kemudian jabatan Pangkolinlamil diserahterimakan dari Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim kepada Laksamana Pertama TNI Arie Henrycus Sembiring M. Laksamana Pertama TNI Arie Henrycus Sembiring M., yang sebelumnya menjabat Wakil Asisten Operasi (Waasops) Kasal ini, adalah alumnus AAL angkatan-28 tahun 1983.

Berikutnya jabatan Komandan Puspenerbal diserahterimakan dari Laksamana Pertama TNI I Nyoman Nesa kepada penggantinya Kolonel Laut (P) Sigit Setiyanta. Laksamana Pertama TNI I Nyoman Nesa adalah alumnus AAL angkatan-31 tahun 1986 ini, selanjutnya menjabat Komandan Lantamal II Padang. Adapun Kolonel Laut (P) Sigit Setiyanta yang sebelumnya menjabat Komandan Lanudal Juanda ini, adalah alumnus AAL angkatan-32 tahun 1987.

Lebih lanjut Kasal menyampaikan bahwa upaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas sebagai angkatan laut kelas dunia diimplementasikan dalam paradigma baru TNI Angkatan Laut kelas dunia yang menuntut adanya kepemimpinan angkatan laut yang kuat atau strong naval leadership. Paradigma baru ini merupakan suatu instrumen pendukung dalam pencapaian visi dan misi TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani serta berkelas dunia. instrumen tersebut hendaknya dipedomani dalam menentukan arah kebijakan pembangunan TNI AL yang meliputi pembangunan sumber daya manusia, alutsista, organisasi dan metode serta kemampuan operasinya.

Bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini, TNI Angkatan Laut telah mampu menggelar operasi laut sampai melampaui wilayah kedaulatan negara, seperti pembebasan mv Sinar Kudus di Perairan Somalia dan pengiriman Maritime Task Force ke Lebanon. tni angkatan laut juga berhasil menggelar beberapa kegiatan yang berskala besar seperti Internasional Maritime Security Symposium dan Multilateral Naval Exercise Komodo.

“Keberhasilan tni angkatan laut tersebut mendapatkan apresiasi dan pengakuan dari pemimpin angkatan laut di dunia, terbukti dengan kehadiran mereka dan kapal perangnya dalam berbagai even yang diselenggarakan tni angkatan laut.  bahkan Chief Of Naval Operation Us Navy, First Sea Lord Royal Navy, Kasal Belanda, Kasal Australia dan beberapa panglima armada angkatan laut negara sahabat menyebut TNI Angkatan Laut sebagai World Class Navy. Penilaian ini bukanlah sekedar basa-basi, namun merupakan wujud penghargaan terhadap peran tni angkatan laut selama ini.  kita tentu bangga dengan penilaian ini, namun kita harus menyikapinya dengan bijak dan cerdas dengan terus meningkatkan kualitas dan kapabilitas TNI Angkatan Laut,” tegasnya.

Dalam Sertijab empat jabatan strategis ini, selain dilaksanakan upacara secara kemiliteran, dilaksanakan juga parade dan defile yang terdiri dari, satu Peleton Korsik Lantamal V, satu Batalyon Gabungan (Kompi Perwira Pertama, Kompi Kowal, Kompi Pomal), satu Batalyon Koarmatim, satu Batalyon Kolinlamil, satu Batalyon Pasmar I Surabaya, dan satu Batalyon Gabungan dari Lantamal V Surabaya, Lanudal Juanda dan Kobangdikal. Kegiatan juga dimeriahkan aksi demonstrasi beladiri militer (karate, taekwondo, dan pencak silat) serta seni tradisi beduk dan rampak gendang. Dan beberapa alutsista TNI AL juga digelar dalam kegiatan ini, yaitu 4 unit BMP-3F, 4 unit Tank PT-76, 4 unit BTR PK, 4 unit BTK PM, 4 unit Kapa, 4 unit BVP-2, 6 pucuk Howitzer 105 MM, 4 unit RM 70 Grad, KRI Soeharso-990, KRI Sultan Iskandar Muda-367, serta KRI Banjarmasin-592.

Di akhir amanatnya, Kasal menegaskan bahwa jajaran kotama operasional harus tetap menggelar kekuatan komponen SSAT sesuai komitmen pemimpin TNI, berupa kehadiran unsur di laut, baik dalam rangka menjamin integritas wilayah yurisdiksi nasional maupun untuk melaksanakan operasi keamanan laut.  disamping itu juga harus tetap menggelar berbagai latihan, baik intern tni angkatan laut maupun latihan bersama dengan negara sahabat dalam bentuk latihan multilateral, kegiatan muhibah dan kegiatan lain yang berdimensi sosial kemasyarakatan.

“Sebagai suatu komando utama operasi di jajaran TNI Angkatan Laut, Koarmatim, Koarmabar, Kolinlamil dan Puspenerbal bertugas membina kekuatan dan kemampuan komponen sistem senjata armada terpadu (SSAT) yang terdiri dari KRI, Pesawat Udara, Marinir dan Pangkalan guna melaksanakan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang dalam rangka pengendalian laut serta proyeksi kekuatan ke darat lewat laut, serta membina potensi maritim menjadi kekuatan pertahanan dan keamanan negara di laut ”.


Sumber :  TNI AL

TNI Anggarkan Rp. 30 M Untuk Latgab 2014

JAKARTA-(IDB) : TNI menggelar latihan gabungan yang melibatkan belasan ribu personel dan puluhan alutsista darat, udara dan laut. Kegiatan yang besar ini hanya dianggarkan Rp 30 miliar.

"Biayanya sekitar Rp 30 milyar ke atas, antara itu, karena latihannya cukup lama," kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Markas Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (25/5/2014).

"Libatkan 13.936 personel. Pasukan gabungannya Kostrad, kavaleri, artileri, angkatan laut dari Armabar dan Armatim, pasukan marinir, serta pasukan udara," tambahnya.

TNI juga menurunkan puluhan kendaraan tempurnya, yakni 52 kendaraan tempur darat seperti tank, 32 helikopter dan 30 meriam. Puluhan alutsista itu milik TNI Angkatan Darat. Sementara dari Angkatan Laut diturunkan 32 kapal berbagai jenis dan 76 kapal tempur. Angkatan Udara memainkan 40 pesawat tempur, 32 pesawat angkut dan 62 helikopter.

"Walaupun sebenarnya kita menginginkan seluruh kendaraan baru bisa dioperasionalisasikan," ujar Moeldoko.

Alutsista yang tak ikut diturunkan salah satunya yakni tank seberat 60 ton dari Jerman, Leopard. Tank itu masih dalam proses karantina, dan masih banyak alutsista baru TNI yang belum dapat dimainkan.

"Karena sebagian besar belum hadir, yang sudah ada kita mainkan. 5 Oktober 2014 nanti baru bisa dipakai semuanya," ujar Sang Jenderal.

Sebelumnya, 2.000 anggota Kostrad, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara berkumpul di Kolinlamil. Mereka dikelilingi oleh kendaraan tempur seperti tank Scorpio dan Barakuda. Moeldoko sempat berkeliling melihat kesiapan para prajuritnya.

"Persiapannya, semua pada dasarnya sudah siap. Manusianya sudah terlatih, persenjataannya cukup," tutup Moeldoko.



Sumber : Detik

TNI Akan Bangun Pangkalan AL Di Tanjung Datu

JAKARTA-(IDB) : Usai kecolongan pembangunan mercusuar oleh Malaysia di Tanjung Datu, Sambas, Kalbar, Mabes TNI mengambil langkah lebih maju. Mabes TNI memastikan bakal membangun pangkalan AL (Lanal) di Tanjung Datu, untuk menggantikan pos AL Temajuk. Lanal itu nanti sekaligus untuk memperkuat pertahanan di kawasan Natuna.


Saat ini, TNI AL baru sebatas menyetop pembangunan mercusuar dan menyiagakan tiga kapal korvet yang berpatroli di sekitar kawasan tersebut. Kapal-kapal itu adalah KRI Senadi Senaputra, KRI Barakuda, dan KRI Madang. Induk pengawasan wilayah tanjung Datu adalah Lanal Pontianak yang membuat pos AL di kawasan Temajuk.


Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan,pihaknya sejak awal memang ingin membangun pangkalan AL di Tanjung Datu. Mengingat, kawasan tersebut merupakan grey area atau status quo yang rawan sengketa. Dengan adanya insiden Tanjung Datu, maka pembangunan lanal akan segera direalisasikan.


"Kami juga akan membangun air street, pangkalan udara. Satuan infanteri juga akan masuk di kawasan itu," terang Moeldoko usai menginspeksi pasukan di Kolinlamil Jakarta kemarin. Rencananya, Rabu (28/5) mendatang pihaknya mengundang Gubernur Kalbar dan Bupati Sambas untuk mematangkan rencana pembangunan pangkalan militer.


Dalam pertemuan tersebut akan dirumuskan kebutuhan pertahanan di kawasan Tanjung Datu. Juga, kebutuhan personel maupun alutsista pendukung. Moeldoko menginginkan penempatan pasukan dalam jumlah besar, karena pangkalan tersebut tidak hanya untuk mempertahankan Tanjung Datu.


Moeldoko menuturkan, sengketa di Laut Tiongkok Selatan yang makin panas berpotensi besar berdampak ke Indonesia. Terutama, bagi kawasan Natuna. "Baik Natuna maupun Tanjung Datu itu nanti yang paling cepat kena impact situasi tersebut," lanjut Doktor Ilmu Administrasi Universitas Indonesia itu.


Selain pembangunan Lanal, rencananya hari ini (26/05) Pihak Indonesia dan Malaysia akan bertemu di Jakarta untuk membahas persoalan Tanjung Datu. Moeldoko menuturkan, pihak Indonesia menghadirkan TNI dan Kementerian Pertahanan dalam pertemuan tersebut dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sebagai tuan rumah sekaligus fasilitator.


Pokok bahasan dalam pertemuan itu adalah kesepakatan terkait posisi Indonesia dan Malaysia di Tanjung Datu. "Kalau itu dinyatakan grey area, jangan macam-macam, jangan berbuat aneh-aneh," ucapnya. Perjanjian terkait kawasan tersebut sudah dibuat pada 1969. "Perjanjian sudah ada, hanya sekarang masalahnya komitmen yang tidak ada," tambah Moeldoko.


Ketegangan di Tanjung Datu bermula saat Malaysia mulai membangun mercusuar di kawsan tersebut. Lokasi pembangunannya di perairan Indonesia, tepatnya pada titik koordinat 02.05.053 Lintang Utara-109.38.370 Bujur Timur. Lokasi tersebut berjarak sekitar 900 meter di depan patok SRTP 1 (patok 01) di Tanjung Datu.


Kawasan Tanjung Datu sendiri berada di ujung barat laut pulau Kalimantan. Jika dilihat di peta,bentuk Tanjung Datu menyerupai buntut yang mungil. Karena wilayahnya yang sempit, hingga saat ini kawasan tersbeut masih menjadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia.


Sementara itu, saat dikonfirmasi terkait pertemuan kedua negara hari ini, pihak Kemenlu irit bicara. Direktur Informasi Media Kemenlu Siti Sofiah hanya menuturkan bahwa hingga Minggu malam, pihaknya masih belum mendapat konfirmasi tentang pertemuan yang dimaksutkan oleh Moeldoko. "Belum ada konfirmasi. Besok (hari ini) saya infokan kalau ada ya," ungkap Sofi melalui pesan singkatnya kemarin.


Sebelumnya, pihak Kemenlu memang berjanji untuk memfasilitasi Tim Teknis Delimitasi Batas Maritim Indonesia dan Malaysia untuk membahas masalah ini di Jakarta. Kemenlu juga telah menyampaikan protes yang disampaikan oleh TNI AL atas pembangunan mercusuar di Tanjung Datu tersebut pada Malaysia.

"Atas permintaan pihak Pemerintah RI, menurut laporan, Malaysia telah menghentikan kegiatan pembangunan tiang pancang rambu suar tersebut," ujar Sofi pada Rabu (21/05) lalu. 



Sumber : JPNN

SBY : Indonesia Kirim Pesan Yang Jelas Dan tegas Ke Malaysia

MANILA-(IDB)  : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan bahwa Pemerintah Indonesia telah mengirimkan pesan yang jelas dan tegas kepada Malaysia terkait sengketa di perairan Tanjung Datok, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar).

"Kita sudah mengirim pesan yang jelas dan tegas kepada Malaysia, mari kita selesaikan dengan serius. Indonesia sangat serius. Kita tidak perlu menggunakan cara lain, apalagi kekuatan militer, tapi harus serius. Ini semangat kita," kata Presiden dalam konferensi pers di Manila, Filipina, Sabtu, menjelang bertolak kembali ke Tanah Air.

Terkait Tanjung Datuk, Presiden mengatakan bahwa berdasarkan laporan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Malaysia ingin membangun mercusuar untuk kepentingan keselamatan pelayaran dan navigasi.

"Tetapi, karena Tanjung Datuk itu masih menjadi wilayah yang dipersengketakan, tentunya tidak baik kalau membangun begitu saja," kata Kepala Pemerintahan RI.

Oleh karena itu, kata Presiden, Indonesia mengundang pertemuan untuk membahas hal itu.

"Yang saya ketahui, sudah dihentikan pembangunan itu, dan kalau dibutuhkan pembangunan mercusuar untuk
keselamatan pelayaran, untuk kepentingan navigasi khususnya saat cuaca buruk, kita bisa bangun bersama, Indonesia Malaysia, dan tidak boleh ada identitas negara," kata Presiden,

Presiden juga mengemukakan bahwa Malaysia memberikan respon positif.

Presiden kembali menegaskan bahwa Indonesia akan menyelesaikan setiap sengketa perbatasan secara damai melalui saluran politik dan diplomasi selaras dengan hukum internasional.

"Niat baik Indonesia seperti ini jangan disia-siakan," demikian Presiden Yudhoyono.




Sumber : Antara