Pages

Kamis, Mei 01, 2014

Prajurit Brigif-1 Mar Latihan Menembak Senjata Bantuan



MALANG-(IDB) : Prajurit Brigif-1 Marinir melaksanakan latihan menembak dengan menggunakan senjata bantuan di Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Purboyo, Malang, Jawa Timur, Rabu (30/04/2014).


Senjata bantuan yang digunakan dalam latihan tersebut meliputi Mortir 60, Mortir 81, GPMG, SMB (Senapan Mesin Berat) 12,7 mm, GPMG (general purpose machine gun), MGL (multy granade louncher) dan sniper.





Materi latihan dalam menembak Mortir 81 dan Mortir 60 yaitu prosedur permintaan bantuan tembakan, menentukan Arah Tembakan Pokok (ATP), perintah tembakan, tembak tinjau, tembak pelaksanaan dan mengoreksi hasil tembakan. 

Sedangkan materi latihan dengan menggunakan Senapan Mesin Berat (SMB) 12,7 mm yaitu menembak setitik dan menembak melebar. Menembak dengan GPMG, materi yang dilatihkan meliputi sikap tiarap dan duduk, jarak 500 dan 600 meter, menembak setitik, menembak melebar dan menembak mendalam.



 
Latihan menembak yang dipantau langsung Komandan Brigif-1 Marinir Kolonel Marinir Y. Rudy Sulistyanto dan Pasops Letkol Marinir Nurhidayat tersebut juga dilaksanakan menembak dengan menggunakan senjata MGL (multy granade louncher), materi yang dilatihkan meliputi sikap berdiri jarak 300 dan tembakan setitik.



 
Sedangkan menembak sniper, materi yang dilatihkan meliputi kamuflase, pengintaian (stalking), menembak jarak dan menembak sudut. Selain itu juga dilatihkan menembak pelontar jangkar dan penyembur api.


Latihan yang diikuti 1.068 prajurit Brigif-1 Marinir tersebut merupakan program pelaksanaan latihan LSD II Darat Triwulan II tahun 2014 dan akan berlangsung hingga 1 Mei 2014.




Sumber : Kormar

Berita Foto : Patroli Jarak Jauh Taifibmar

PROBOLINGGO-(IDB) : Sejumlah siswa dari Pendidikan Intai Amfibi (Diktaifib) Marinir angkatan Ke-40, menjalani pendidikan praktek Intai Amfibi patroli jarak jauh, yang melintasi lautan pasir di kawasan Gunung Bromo, Cemorolawang, Ngadisari, Probolinggo, Jatim, Kamis (1/5). 

Patroli jaruk jauh tersebut, merupakan salah materi Latihan Praktek (Latek), yang merupakan rangkaian Pendidikan Intai Amfibi (Diktaifib), dengan tujuan pengaplikasian teori yang diterima di basis, dalam simulasi pengejeran terhadap musuh yang melakukan pelarian.




Sumber : Antara

TNI AL Bangun Kerjasama Dengan ITS

SURABAYA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) menggalang kerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, kerjasama di bidang kemaritiman itu ditandai dengan penandatangan nokta kesepahaman antara TNI AL dan ITS. Dari TNI AL diwakili oleh Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Wakasal)  Laksmana Madya TNI Hari Bowo dan dari ITS diwakili oleh Wakil Rektor I ITS Profesor Herman Sasongko bertempat di gedung SCC Lt 1 No 104 Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya, Selasa (29/4)

Kerjasama yang dibangun di bidang kemaritiman itu, bertujuan untuk mensukseskan kegiatan UKM Maritime Challenge ITS yang akan bertanding pada Internasional Contest of Seamanship and Boatbuilding di Vannes, Prancis yang akan berlangsung pada 19-27 Juli 2014. ITS merupakan wakil dari Indonesia, yang merupakan satu-satunya negara Asia Pasifik yang ikut serta dalam festival tersebut.

Pada kesempatan itu juga Wakasal yang didampingi oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono S.H., M. Hum berkesempatan untuk menyematkan tanda peserta kepada team Maritime Challenge Indonesia dari ITS itu.

Hadir pada acara launching Atlantic Challenge Team Indonesia antara lain Wakil Rektor I ITS Prof. Herman Sasongko, Pembina Team Maritime Challenge Indonesia  Prof. Daniel, Dinas Perikanan dan Kelautan Heru Cahyono, Komandan Lantamal V, Wadan Kobangdikal, para sponsor, dosen, orang tua Mahasiswa serta undangan lainnya.




Sumber : Koarmatim

Menhub : Indonesia Berpotensi Jadi Pusat Perawatan Pesawat

JAKARTA-(IDB) : Menteri Perhubungan (Menhub), E.E. Mangindaan mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi pusat perawatan pesawat (maintenance, repair, overhaul/MRO) mengingat besarnya pertumbuhan industri penerbangan di Tanah Air.

"Kondisi ini menjadi pasar potensial bagi MRO, mengingat pertumbuhan perusahaan penerbangan ditandai dengan pertumbuhan jumlah penumpang 15--20 persen per tahun dan meningkatnya pemesanan pesawat," kata E.E. Mangindaan dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, ujar dia, Indonesia juga mesti menjamin kualitas pelayanan yang tinggi termasuk sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi. Sehingga dalam waktu singkat, Indonesia bisa menjadi pusat MRO regional yang penting di kawasan Asia Pasifik.

Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa saat ini pasar MRO nasional diperkirakan hanya mampu menyerap 30 persen, sementara 70 persen perawatan pesawat di luar negeri.

"Ini menunjukkan kita belum mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri di bidang perawatan pesawat udara," ucap Mangindaan.

Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia (Indonesia Aircraft Maintenance Shop Association/IAMSA) menyatakan Indonesia masih minim tenaga ahli perawatan pesawat yang sebenarnya berpotensi untuk berkembang.

"Teknisi dan tenaga ahli perawatan masih menjadi profesi langka di Indonesia," kata Presiden IAMSA Richard Budihadianto dalam acara Aviation MRO Indonesia 2014 Conference and Exhibition di Jakarta, Selasa.

Menurut Richard, kekurangan teknisi dan tenaga ahli perawatan pesawat juga dapat disebut sebagai isu utama industri perawatan pesawat.

Ia mengingatkan saat ini jumlah teknisi dan tenaga ahli perawatan pesawat di Indonesia diperkirakan di bawah 3.000 orang. Padahal kebutuhan industri perawatan pesawat untuk lima tahun ke depan mencapai 6.000 orang dengan asumsi kapasitas MRO nasional meningkat menjadi 50--60 persen.

Untuk itu, IAMSA menilai perlunya terobosan pemerintah dan pelaku industri MRO guna memenuhi kebutuhan teknisi dan tenaga ahli perawatan pesawat.

"Institusi pendidikan yang ada sekarang hanya mampu menghasilkan maksimal 600 orang teknisi," kata Richard.




Sumber : Antara

Indonesia Ingin Bisa Membuat Satelit 5 Tahun Lagi

JAKARTA-(IDB) : Indonesia masih tergantung pada pengadaan atau pembelian teknologi satelit dari luar negeri. Seperti pembelian satelit oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai US$ 250 juta atau setara Rp 2,5 triliun.

BRI membeli satelit dari perusahaan profesional asal Amerika Serikat yakni Space Systems loral. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk satelit impor, Indonesia berencana bisa membuat dan meluncurkan satelit sendiri dalam 5 tahun ke depan.

"Kita ingin sekali dalam 5 tahun ke depan sudah mampu. Kita punya satu ahli," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (29/4/2014).

Ahli tersebut telah dipercaya oleh lembaga internasional dan terlibat dalam pengembangan satelit. "Tapi kan satu, ini harus tim besar yang sangat ahli," sebutnya.

Kepada Dahlan, sang ahli telah mengusulkan rencana pengembangan satelit dan menentukan lokasi yang tepat untuk peluncuran satelit.

"Sudah mengusulkan kepada saya untuk meluncurkan satelit sendiri, dia sudah tahu dari mana meluncurkannya," ujarnya.

Saat ditanya BUMN mana yang bakal mengembangkan satelit, Dahlan belum menentukan pilihan.




Sumber : Detik

Penerbal Akan Diperkuat Helikopter AKS Full Satu Skuadron

JAKARTA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut akan menerima alat utama sistem persenjataan baru berupa helikopter anti-kapal selam jenis AS565 Panther. Angkatan Laut sudah mengajukan permohonan pengadaan helikopter tersebut ke Kementerian Pertahanan.

"Kami mintanya satu skuadron (16 buah), dan di Kementerian Pertahanan saya dengar hampir kontrak. Kapan datangnya, kami belum tahu," kata Kepala Pusat Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati kepada Tempo, Senin, 28 April 2014.

Menurut Untung, Angkatan Laut sangat membutuhkan helikopter anti-kapal selam tersebut. Sebab, saat ini TNI AL belum punya helikopter anti-kapal selam yang mumpuni. Helikopter Panther ini dinilai punya kemampuan yang bagus untuk mendeteksi kapal selam musuh yang bersembunyi di dalam laut. Helikopter buatan Eurocopter ini juga mampu menembakkan torpedo untuk mengandaskan kapal selam musuh dari atas permukaan laut.

Sesuai rencana, helikopter Panther akan ditempatkan di atas dek kapal perang milik TNI AL. Sebab, fungsi helikopter anti-kapal selam ini merupakan perpanjangan mata dan tangan dari sebuah kapal perang. "Jadi bisa dibilang filosofi helikopter kami berbeda dengan Angkatan Udara," katanya. 

Kehandalan Helikopter AKS Penerbal

TNI Angkatan Laut  akan mendatangkan helikopter anti-kapal selam jenis AS565 Panther. Helikopter ini lebih hebat dibanding helikopter lain milik TNI.

Kelebihan pesawat ini adalah kekuatan jelajahnya yang tinggi dan daya jangkau deteksi keberadaan kapal selam musuh yang lebih luas. Helikopter ini juga memiliki stabilitas yang baik untuk mendarat di atas kapal perang.

Bagi penerbang militer, helikopter buatan Eurocopter ini sulit ditaklukkan. Pilot harus bisa mendaratkan kapal ketika kondisi kapal tak stabil akibat ayunan gelombang laut ataupun yang tengah melaju. "Jadi, pilot harus menyelaraskan gerakan kapal, makanya helikopter untuk kapal perang harus memiliki sistem pendaratan berupa roda seperti Panther, karena ada suspensi yang menahan hentakan saat mendarat," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati kepada Tempo, Senin, 28 April 2014.

TNI AL berencana mendatangkan satu skuadron atau 16 helikopter baru buatan Eurokopter. Saat ini Angkatan Laut sangat membutuhkan helikopter anti-kapal selam tersebut. Sebab, TNI AL belum punya helikopter anti-kapal selam yang mumpuni.

Untung berharap helikopter tebaru ini bisa mengawali pembangunan kekuatan udara milik TNI AL. Sebab, tahun 1950-1970, TNI AL punya kekuatan udara terbesar di Asia Tenggara.

Pada masa itu, TNI AL sudah memiliki pesawat anti-kapal selam Fairey AS. 4 Gannet buatan Inggris. Pesawat ini tergolong hebat sebagai pembunuh kapal selam. Lebih seram lagi, TNI AL sempat punya pesawat jet pengebom IL-28T Beagle buatan Uni Soviet. "Masih ada beberapa pesawat dan helikopter lainnya," katanya.




Sumber : Tempo 

Saudi Arabia Displays Ballistic Missiles For The First Time

ARAB-(IDB) : Saudi Arabia publicly displayed its Dong Feng-3 (DF-3) ballistic missiles for the first time in a 29 April parade marking the end of what was billed as its largest ever military exercise.

The parading of the missiles will be seen as the latest Saudi step to publicise its ballistic missile capability, which has included media coverage of the opening of the Strategic Missile Force's new headquarters in Riyadh in 2010.

The DF-3 (US designation: CSS-2) is a single-stage, liquid-fuel ballistic missile that was developed by China in the 1960s. It is estimated to have a range of 2,500 km with a 2,000 kg warhead, but suffers from poor accuracy.

It was confirmed in March 1988 that China had transferred an unspecified number of DF-3 missiles with conventional warheads to Saudi Arabia. The estimates of the number of missiles delivered to the kingdom range between 30 and 120.

Saudi television footage of the parade at Hafr al-Batin Airbase in the northeast of the kingdom showed two missiles with DF-3 written on them in Latin script. The missiles were mounted on the same towed erector launchers that have been seen in photographs of Chinese DF-3s. These launchers can only travel on paved surfaces, but provide an adequate level of mobility for firing from the prepared launch pads at Saudi ballistic missile bases.

Speculation that Saudi Arabia is in the process of replacing its DF-3s was fuelled by the circulation of a photograph of Prince Fahd bin Abdullah bin Muhammad al-Saud visiting the Strategic Missile Force headquarters in Riyadh during his brief tenure as deputy defence minister in 2013. The photograph shows senior officers presenting him with a display case containing models of three missiles, including one that looks like a DF-3. There has been speculation that one of the other two missiles in the case is a Chinese DF-25 (CCS-5) with a pointier nose for a conventional warhead.

In January, a Newsweek story cited an unnamed "well-placed intelligence source" as saying Saudi Arabia began replacing its DF-3 from 2007, when it bought solid-fuel DF-25 missiles. The source said the United States approved the transfer after CIA analysts inspected the missiles and were satisfied that they were not designed to carry nuclear warheads.

Other weapons and platforms that were not previously known to have been acquired by Saudi Arabia but which featured in the parade included Oshkosh Mine Resistance Ambush Protected - All Terrain Vehicles (M-ATVs) and M113s that had been upgraded by the Turkish company FNSS into the M901A TOW anti-tank missile launcher variant.

The parade, marking the end of Exercise 'Saif Abdullah', was attended by dignitaries from various countries, including the king of Bahrain, the crown prince of Abu Dhabi, the Kuwaiti defence minister, and Pakistani Chief of Army Staff General Raheel Sharif.

Saudi Chief of Staff General Hussain al-Qubail stressed the defensive posture of the Saudi armed forces, saying: "By conducting this exercise, we are preparing our forces to defend our holy places and our achievements ... we don't intend to attack anyone because it's not the kingdom's policy."




Source : Jane's

Korea Selatan Tindak Lanjuti Pembicaraan Perluasan Kerjasama Pertahanan

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Republik Korea dalam hal ini Kementerian Pertahanan Republik Korea mengirimkan surat untuk menindaklanjuti pertemuan antara Vice Minister of National Defense, Republik of Korea (Wakil Menteri Pertahanan Korea) Baek Seungjoo dengan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin yang dilakukan pada saat even JIDD Maret lalu.

Dalam surat yang bertanggal 2 April 2014 ini dijelaskan bahwa Pemerintah Korea berharap untuk dapat segera menindaklanjuti beberapa bidang kerjasama pertahanan yang termasuk diantaranya komite bersama pertahanan tingkat wakil menteri serta pertukaran ahli ilmu teknologi pertahanan dan kelompok kerja cyber. Dirinya juga mengungkapkan penghargaan atas berbagai kerjasama pertahanan yang telah dilakukan oleh kedua negara termasuk proyek pengembangan KFX-IFX dan kapal selam.


Proyek bilateral pertahanan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap modernisasi berkesinambungan dalam upaya peningkatan kemampuan pertahanan TNI. Dirinya juga memastikan upaya kerjasama pertahanan kedua negara ini akan berkesinambungan. Wakil Menhan Republik Korea juga berharap dapat melakukan pertemuan dengan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin pada November mendatang di Seoul pada acara The 3rd Seoul Defense Dialogue.

Wamenhan Republik Korea juga memberikan pujian pada suksesnya Jakarta International Defence Dialogue 2014 yang berlangsung pada tanggal 19 dan 20 Maret lalu. Menurutnya JIDD telah berhasil mengumpulkan lebih dari 50 negara untuk duduk bersama membicarakan isu-isu penting di bidang pertahanan. JIDD tahun 2014 ini sangat penting karena setiap negara yang hadir dapat berbagi pandangan dan pengalaman dalam menghadapi isu-isu keamanan maritim dan secara kolektif mencari solusi pada penguatan keamanan maritim.




Sumber : DMC

Dibutuhkan 6.000 Teknisi Pesawat

JAKARTA-(IDB) : Dalam lima tahun ke depan, bisnis perawatan pesawat (Maintenance, Repair and Overhaul/ MRO) di Indonesia memerlukan tambahan 6.000 teknisi.  Jumlah itu untuk mengantisipasi pertumbuhan bisnis penerbangan yang tumbuh 15-20% per tahun.  Tambahan teknisi tersebut untuk meningkatkan kapasitas MRO nasional dari 30-40% menjadi 50-60%. Sisa kapasitas masih akan diambil oleh MRO asing. Demikian ujar President IAMSA, Richard Budihadianto dalam konferensi The 2st Aviation MRO Indonesia (AMROI) 2014 Conference & Exhibition di Grand Mercure Hotel Jakarta, hari ini, Selasa (29/4/2014).



Menurut Richard yang juga direktur utama Garuda Maintenance Facility, saat ini jumlah teknisi dan tenaga ahli perawatan pesawat di Indonesia diperkirakan di bawah 3.000 orang. “Institusi pendidikan yang ada sekarang hanya mampu menghasilkan maksimal 600 orang teknisi per tahun. Karena itu diperlukan terobosan pemerintah dan pelaku industri MRO dalam upaya memenuhi kebutuhan teknisi dan tenaga ahli perawatan pesawat,” ujarnya.

Teknisi yang diperlukan sekarang  adalah teknisi dengan pendidikan setara Diploma 3 (D3).  Lulusan D3 diperlukan karena sudah mempunyai daya anilis yang tinggi. Dengan demikian lama pendidikan lanjutan (type rating) bisa dipangkas dari 18 bulan menjadi hanya 9 bulan.  dan kemudian untuk menjadi teknisi  profesional dibutuhkan waktu lagi selama 4 tahun.



Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan EE Mangindaan menyatakan akan membantu pengadaan SDM untuk bisnis MRO.  “Kami akan coba meningkatkan kapasitas sekolah-sekolah yang dikelola Kementrian Perhubungan. Kami juga akan bekerjasama dengan IAMSA untuk peningkatan itu,” ujarnya.



Menurut Richard Budihadianto, pertumbuhan industri MRO di Indonesia tidak lepas dari bisnis penerbangan nasional yang tumbuh positif. Selain itu, terjadi migrasi pekerjaan perawatan untuk airframe dari Amerika Utara dan Eropa ke kawasan Asia Pasifik. Amerika Utara dan Eropa akan fokus menggarap industri teknologi tinggi dan padat modal sehingga pekerjaan airframe beralih ke kawasan Asia Pasifik dan Amerika Selatan. Apalagi jumlah pesawat yang beroperasi di Asia Pasifik terus bertambah. Berdasarkan laporan ICF SH&E, jumlah pesawat yang beroperasi akan mencapai 35.600 unit pada tahun 2022. Sebanyak 29% di antaranya dimiliki maskapai-maskapai dari Asia Pasifik. Tidak mengherankan jika pasar perawatan pesawat di Asia Pasifik menjadi yang terbesar di dunia dengan nilai USD 25 miliar pada tahun 2022.



Pertumbuhan bisnis aviasi dan perawatan pesawat di Asia Pasifik sejalan dengan pertumbuhan dalam negeri. Dalam catatan Indonesia National Air Carrieer Association (INACA) hingga tahun 2013, total pesawat yang dioperasikan oleh maskapai-maskapai domestik mencapai 754 pesawat, termasuk pesawat carter. Jumlah ini diperkirakan meningkat pesat di tahun 2017 menjadi 1.000 pesawat lebih yang menerbangi langit Indonesia. Karena itu, pasar perawatan pesawat nasional juga meningkat drastis dari USD 1,1 miliar pada tahun 2013 menjadi USD 2 miliar pada tahun 2017.


Richard Budihadianto mengatakan untuk meningkatkan serapan pasar pemerintah dan industri MRO nasional harus bersinergi membenahi kekurangan dan meningkatkan daya saing. Sinergi yang solid adalah kunci penting menghadapi tantangan yang ada selama ini. “Kelangkaan teknisi dan tenaga ahli perawatan pesawat itu salah satu tantangan yang harus kita cari jalan keluarnya bersama-sama,” katanya. Selain institusi pendidikan penerbangan, MRO nasional juga memiliki tanggung jawab mencetak dan mengembangkan teknisi dan tenaga handal perawatan pesawat ini.




Sumber : Angkasa

Pergantian Kepala Dinas Penerangan TNI AL

JAKARTA-(IDB) : Setelah menjabat lebih dari dua tahun (2011-2013) Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati  digantikan oleh yuniornya Kolonel Manahan Simorangkir. Laksma Untung Suropati yang dikenal akrab dengan wartawan selanjutnya bertugas di lingkungan Mabes TNI Al sebagai penasihat ahli Kasal.

Acara pisah sambut Kadispenal dengan para wartawan berlangsung pada hari Senin (28/4/ 2014) di Mabes TNI AL, Cilangkap Jakarta Timur.  Selain beramah-tamah dengan para wartawan, acara pisah sambut juga dimeriahkan lomba menembak antar wartawan.

‘’Bagi negara, pers sudah merupakan kekuatan keempat sehingga kami juga harus makin meningkatkan kerja sama dengan pers ke depannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa kiprah TNI, khususnya TNI AL yang sedang mencanangkan program outworld looking, tidak akan maksimal programnya jika tidak bekerja sama dengan pers,’’ jelas Laksma Untung Suropati.

Keinginan TNI AL untuk makin meningkatkan kerja sama dengan pers itu disambut baik oleh Kadispenal baru, Kolonel  Simorangkir. Kadispenal yang juga pernah bertugas sebagai penerbang di Puspenerbal itu berjanji akan meningkatkan kuantitas bertemu dengan pers sesering mungkin.



Sumber : Angkasa

French Warship Deliveries To Russia Not Affected By Sanctions

FRENCH-(IDB) : The delivery of two French warships to Russia will not be affected by the current EU sanctions imposed in light of the situation in Ukraine, French Permanent Representative to the UN Gerard Araud told RIA Novosti Wednesday.

"At the moment they are not affected by the sanctions," he said, adding that the sanctions are only target individuals.


"Of course, if there are new sanctions, they should be respected, but so far sanctions do not affect the deliveries," Araud confirmed.


In 2011, Russia and France signed a contract worth 1.2 billion euros for the construction of two Mistral-class helicopter carriers for the Russian Navy. The first ship, the Vladivostok, built at the STX shipyard in Saint-Nazaire, is due to be delivered by the end of the year and the second, the Sevastopol, is scheduled to be handed over next year.


The ships, to be commissioned into Russia's Pacific Fleet, are capable of each carrying 16 helicopters, four landing craft, 70 armored vehicles, and 450 soldiers.



Source : Ria

HLC Paparkan Perkuatan Alutsista

JAKARTA-(IDB) : Bertempat di Gedung Jenderal M Yusuf Jakarta, Selasa malam (29/04) Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin tiba-tiba memanggil para juru warta. Sjafrie yang juga selaku ketua High Level Comittee pengadaan alutsista rupanya ingin berbagi data perkembangan pengadaan alutsista yang telah dilakukan dalam 5 tahun terakhir. Kesempatan ini tentu tidak disia-siakan redaki ARC.


Data yang diberikan Sjafrie sebenarnya tidak banyak berubah dari data yang pernah ARC dapatkan. Diantaranya adalah 16 pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, 180 MBT Leopard 2 dan Marder dari Jerman, 37 unit meriam 155mm Howitzer dari Prancis, 38 unit Roket Astros MLRS dari Brasil, 3 unit kapal selam dari Korsel, dan 8 unit helikopter serang Apache dari Amerika Serikat, serta lainnya. Untuk data lebih jelas, silahkan klik foto di paling bawah.

Meski telah melakukan upaya modernisasi, tetap saja kekuatan pertahanan Indonesia belum mencapai titik ideal. Sjafrie mengakui, kekuatan pertahanan bahkan belum mencapai 50% dari minimum essensial force yang dicanangkan. Ia pun berharap, tahapan pembangunan pertahanan selanjutnya dapat terus berlangsung meski pemerintahan berganti. 




Sumber : ARC

Wamenhan Sampaikan Update Modernisasi Alutsista TNI

JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan “Update” modernisasi Alutsista TNI yang dilaksanakan dalam rangka membangun kekuatan TNI, kepada Pimpinan Redaksi Media, Selasa (29/4) di Kantor Kemhan, Jakarta.

Wamenhan yang juga selaku Ketua High Level Committee (HLC) mengatakan pembahasan update kali ini merupakan yang ketiga dari gelombang terakhir perkembangan modernisasi alutsista tahun 2010-2014 sebelum masuk kepada tahap terakhir menghadapi HUT TNI pada tanggal 5 Oktober yang akan datang.


Pada tahun 2014 ini juga merupakan tahun kedatangan dari pada Alutsista untuk menuju kepada tahap akhir dari modernisasi Alutsista tahun 2010-2014 yang dilaksanakan oleh Kabinet Indonesia Bersatu ke 2 sabagai bagian dari Renstra jangka panjang sampai tahun 2029. “Yang ingin saya sampaikan disini kepada bapak-bapak sekalian adalah untuk mengetahui alutsista yang kita pesan ini sudah sampai dimana, dan bagaimana perkembangannya hingga saat-saat terkahir ini,” kata Sjafrie sjamsoeddin.


Pada kesempatan itu Wamenhan menyampaikan sejumlah Alutsista yang didatangkan dari luar negeri. Beberapa alutsista untuk TNI AD antara lain seperti kendaraan taktis (Rantis) 4x4, 2,5 ton yang akan masuk seluruhnya pada tahun 2014. Kemudian alutsista jenis Meriam Artilery Medan (Armed) 155 mm atau Howitzer (caesar) sebanyak 37 unit yang sudah bisa dioperasionalkan oleh 2 orang Kowan TNI, sehingga efisien bagi penggunaannya. Selain itu Howitzer ini merupakan meriam teknologi digital, dengan transmisi otomatis, serta power steering.


Pada bulan Juni tahun ini Alutsista Roket Sistem Multi Laras buatan Brazil sebanyak 38 unit dengan harganya 404 Juta US Dollar sudah bisa dikirim. Meriam dengan jarak ratusan Kilometer tersebut sudah di ui coba di Brazil. Disamping itu nantinya akan masuk dan bisa hadir pada 5 Oktober 2014 berupa peluru kendali rudal untuk Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) sebanyak 111 Unit.  Untuk Alutsista TNI AD lainnya yakni berupa Main Battle Tank (MBT) Leopard siap dikirim beserta tank pendukung.


Khusus modernisasi alutsista TNI AL, Wamenhan mengatakan masih memerlukan waktu  untuk penyelesaian beberapa masalah administrasi. Salah satunya yang ada pada alutsista Heli Anti Kapal Selam (AKS), heli ini belum bisa didatangkan ditahun ini karena masih memerlukan klarifikasi tekhnis yang perlu diclear-kan dari penggunanya untuk diajukan kepada Kementerian Pertahanan. Sedangkan Tank Amphibi sebanyak 37 unit sudah hadir dan bisa dilihat sebelumnya di Surabaya.


Untuk TNI AU, terdapat beberapa perlatan militer yang didatangkan dari Luar negeri seperti Pesawat tempur T-50i yang sudah datang semuanya sebanyak 16 unit yang kemudian dilengkapi oleh pesawat tempur Sukhoi yang juga sudah lengkap sebelumnya. Untuk Pesawat Combat SAR EC -75 sebanyak 6 Unit dan CN-295 sebanyak 9 Unit akan masuk tahun ini. Berhubung pesawat ini merupakan Joint Production antara PT. DI dan Airbus Military maka akan memberikan kontribusi pada industri pertahanan dalam negeri.  Apabila 9 unit itu sudah selesai dikirim maka nanti sepenuhnya PT. DI bertugas membangun 7 unit lagi dalam mengisi satu skadron 16 unit yang akan dikerjakan pada renstra mendatang.


Sementara itu rangkaian kesiapan alutsista yang diproduksi industri pertahanan dalam negeri, Wamenhan memaparkan terdapat jumlah tambahan dari Panser Anoa sebanyak 24 unit sebagai bagian dari 250 unit yang sudah dibuat PT Pindad dari tahun 2007. Selain itu terdapat pelaksanaan Retrofit Tank Ringan AMX-13 sebanyak 13 unit. Terkait Retrofit Tank AMX 13 ini Wamenhan mengatakan TNI sudah punya Tank ringan AMX -13 sebanyak kurang lebih 400 unit tetapi sudah tidak layak lagi sehingga harus diretrofit. Jika industry pertahanan dalam negeri bisa meretrofit Tank AMX 13 sejumlah 400 unit maka bisa menjadi potensi untuk memasarkannya ke negara-negara yang memerlukan.


Untuk TNI AL, Kapal Angkut Tank ada 3 unit yang bisa mengangkut tank ringan dan tank berat. Untuk 1 kapal ini kira-kira bisa mengangkut 10 tank ke pulau-pulau yang memerlukan Deploy dari tank itu sendiri. Sedangkan alutsista untuk mendukung TNI AU, PT DI sudah menambah lagi Helikopter NAS dan pesawat CN 235 Patroli Maritime Aircraft (PMA) yang digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan Patroli Maritim.


Mengenai alutsista yang lainnya Wamenhan mengungkapkan telah dipesan Heli Apache 8 unit dari Amerika Serikat, diharapkan akan didatangkan 2 unit pertama pada saat 5 Oktober dan sekaligus latihan bersama AD Amerika Serikat.


Selain itu TNI AU mendatangkan pesawat F-16 sebanyak 24 unit hasil hibah dari Amerika Serikat, yang telah diupgrade menjadi setara dengan block 52. Pesawat ini akan datang secara bertahap mulai pada bulan Juni 2014.


Pemerintah juga membeli pesawat Hercules C-130 dari Australia sebanyak 5 unit dengan harga 906 Milyar rupiah. Direncanakan pada bulan Mei 2014 sudah melaksanakan kontrak pengadaannya. Pesawat Hercules ini dibeli dalam keadaan Serviceable, dan sudah mulai berdatangan satu persatu. Disamping itu terdapat program Hibah dari pemerintah Australia sebanyak 4 unit. Dengan adanya tambahan pesawat 9 unit hasil dari penagdaan dan hibah dari Australia, maka TNI AU sudah memiliki 32 pesawat Hercules untuk memperkuat skadron angkut.




Sumber : DMC

Pesawat Angkut TNI AU Geser Pasukan Ke Perbatasan

BANJARMASIN-(IDB) : Lanud Sjamsudin Noor melaksanakan dukungan Operasi Penerbangan Pesawat Hercules C-130 H dan Boeing 737 yang melaksanakan tugas Dukungan Angkutan Geser Pasukan Operasi Pengamanan Perbatasan RI-Papua Nugini dari Batalyon Infantri 623/BWU Kodam VI/Mulawarman yang diberangkatkan dari Lanud Sjamsudin Noor Banjarmasin menuju Jayapura, Rabu (30/4).

Keberangkatan Pasukan Pengamanan perbatasan tersebut dilepas oleh Komandan Korem 101/Antasari Kolonel Inf Suharjono, S.IP. beserta para Pejabat Staf. Turut dalam pengantaran tugas tersebut para Ibu-Ibu dari isteri prajurit yang tergabung dalam Persit Kartika Chandra Kirana beserta para keluarga.  

Kedatangan pesawat beserta seluruh Crew disambut dan diberikan pelayanan oleh Komandan Lanud Sjamsudin Noor Letkol Pnb Esron S.B. Sinaga, S.Sos., yang diwakili oleh Kadisops Lanud Sjamsudin Noor Mayor Lek Petrus Prihatin beserta para Pendukung Penerbangan.  Selanjutnya melepas keberangkatan pesawat tinggal landas dari Lanud Sjamsudin Noor  menuju Jayapura yang sebelumnya akan transit di Lanud Sultan Hassanudin Makassar dan Lanud Pattimura Ambon.



Sumber : TNI