Pages

Minggu, Maret 23, 2014

Krisis Kesiapan Armada Sukhoi India

Su-30MKI


NEW DELHI-(IDB) : India awalnya menerima SU-30MK standar, sambil pemerintah dan industri India bekerja sama dengan Rusia mengembangkan SU-30MKI yang lebih maju. 

Kemudian Su-30MKI ternyata akhirnya menggunakan sistem elektronik dari berbagai negara: Radar NIIP N-011 dan sensor jarak jauh IRST Rusia, sistem navigasi Perancis, HUD sistem dari Thales, electronic warfare systems dan LITENING advanced targeting pods, dan komputer serta tambahan sistem avionik India.


Type sebelumnya, SU-30MK dan crew India tampil mengesankan pada latihan Red Flag di Amerika tahun 2008, dan penghargaan tinggi RAF terhadap SU-30 MKI pada tahun 2007 dalam latihan Indra Dhanush adalah indikasi akan keunggulan pesawat ini. Sejauh ini, India telah memesan 272 unt SU-30 dalam 4 tahap:

  1. 50 SU-30MK dan MKI dipesan langsung dari Rusia pada tahun 1996. SU-30MK dilaporkan dimodernisasi untuk standar dasar SU-30MKI.
  2. 40 SU-30MKI lainnya dibeli langsung pada tahun 2007. Mesin pesawat ini dikabarkan telah mendapat upgrade standar “Tahap 3″.
  3. Lisensi membangun pesawat lewat kesepakatan dengan HAL India bertujuan untuk memproduksi hingga 140 lebih pesawat tahap 3 SU-30MKI dalam waktu 2013-2017
  4. Set peningkatan 42 unit SU-30MKI yang dibangun HAL yang disebut “super 30″. Pesanan awal dilaporkan ditandatangani pada tahun 2011, tetapi kesepakatan akhir menunggu sampai Desember 2012.

Tapi belum lama ini muncul berita mengenai rendahnya readiness bagi armada Flanker Angkatan Udara India (IAF).


Media India ‘Sunday Guardian’ memperoleh surat dan dokumen lain yang dikirim oleh HAL pada rekanan Rusia-nya, yang isinya merujuk pada masalah serius perawatan armada SU-30MKI India. Dibandingkan dengan armada Mirage 2000 dan MiG-29 India yang tingkat kesiapannya sekitar 75 %, maka kesiapan operasional SU-30MKI yang hanya mencapai 50% membuatnya dianggap tidak layak untuk operasional terbang. 

Isu kelas strategis ini bisa membantu menjelaskan berita yang menyebutkan India mungkin akan mengabaikan program FGFA/Su-50 (Pak Fa) pesawat tempur generasi 5 dengan Russia dan mengalihkan dananya untuk pembelian Pesawat tempur Perancis, Rafale.


Ini bukan pertama kalinya isu-isu seperti ini muncul, dan Rusia dikenal memiliki reputasi untuk jenis masalah seperti ini.  Satu Februari 2014 surat dari HAL mengingatkan pihak Rusia bahwa mereka telah menghubungi pihak Russia mengenai isu kritis ini sejak Maret 2013 namun tidak ada jawaban :

” … Beberapa kasus kegagalan berulang Mission Computer-1 dan Head Up Displays (HUD) nge- blank dan semua Multi-Function Displays (MFD) dalam penerbangan … Masalah seperti matinya tampilan layar adalah masalah serius dan penting yang mempengaruhi eksploitasi pesawat. (Hal ini) perlu prioritas bagi tindakan korektif /langkah-langkah perbaikan … “

Dari isi surat 24 Des 2013:

“Akibat tidak tersedianya fasilitas untuk overhaul aggregates [suku cadang pesawat], kelayakan operasional Su-30MKI secara perlahan menurun dan permintaan untuk unit Pesawat di Lapangan (Aircraft on Ground/ AOG) meningkat….. Sejumlah besar unserviceable agregat [suku cadang] berserakan karena berbagai kegiatan perbaikan IAF (India Air Force)…..  Tampaknya Rosboronexport dan Irkut Corporation hanya memiliki kontrol terbatas terhadap perusahaan-perusahaan Rusia lainnya [yang menyediakan bagian-bagian vital seperti mesin].”

Salah satu alasan mengapa kesiapan armada MiG-29 IAF lebih baik dibandingkan kesiapan armada Sukhoi mereka adalah karena India telah bekerja membangun infrastruktur seperti pabrik mesin RD-33 secara lokal hingga sepenuhnya tidak tergantung lagi pada Rusia.

Perusahaan Rusia sebenarnya sudah berencana mendirikan fasilitas perbaikan SU-30MKI di HAL pada Desember 2013, tapi tidak terlaksana, demikian juga halnya dengan rencana penempatan spesialis pesawat. 

India sendiri bukan tanpa kesalahan dalam situasi ini, memang mereka dilaporkan rewel dalam tawar menawar harga/biaya, tetapi kontrak bagi dukungan spesialis menyatakan bahwa mereka akan ditempatkan walau negosiasi harga masih belum final. Inti postur pertahanan India mengharuskan mereka mengatasi masalah ini bagaimanapun caranya. Sunday Guardian mengatakan “Russians go slow, Sukhoi fleet in trouble”.




Sumber : JKGR

Kapal Perang China Dilarang Masuki Perairan India

Angkatan Laut India menempatkan empat kapal perang di Teluk Benggala dan Laut Andaman sebagai kelanjutkan pencarian MH370. Pencarian udara secara luas juga dilakukan melalui tiga pesawat di wilayah tersebut.
 


NEW DELHI-(IDB) : India menolak permintaan Tiongkok yang menghendaki empat kapal perangnya yang terlibat dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 diizinkan masuk ke wilayah perairan India.

Penolakan itu dilakukan setelah pasukan India menentang keras masuknya kapal perang Tiongkok berlayar dekat Pulau Andaman dan Nicobar di mana kekuatan setingkat militer sedang perlahan-lahan ditingkatkan di lokasi tersebut sementara mereka terus mengawasi Tiongkok.

"Komando di Andaman dan Nicobar berada di bawah pos militer kami di wilayah ini, yang menaungi Selat Malaka," kata pejabat yang dikutip Times of India dalam kondisi anonim.

"Kami tidak mau kapal perang Tiongkok mengintai di wilayah tersebut dengan alasan mencari pesawat yang hilang atau melakukan patroli pembajakan."

Pesawat pengintai maritim jarak jauh P-81 dan pesawat operasi khusus C-130J dengan optik elektro dan sensor infra merah milik India berangkat ke Malaysia pada Jumat (21/3/2014) pagi tadi untuk bergabung dengan pasukan pencarian internasional.

Pejabat India mengatakan permintaan Tiongkok agar empat kapal perangnya (dua kapal fregat dan dua kapal penyelamatan) tidak bisa masuk ke perairan India telah "ditolak dengan sopan".

Penolakan itu diberikan dengan alasan bahwa kapal-kapal perang dan pesawat India sudah bertolak ke Teluk Benggala dan Laut Andaman di sekitar klaster 572 pulau, demikian dilaporkan the Times of India.

"Angkatan Laut India menempatkan empat kapal perang di Teluk Benggala dan Laut Andaman sebagai kelanjutkan pencarian MH370. Pencarian udara secara luas juga dilakukan melalui tiga pesawat di wilayah tersebut," kata seorang pejabat.




Sumber : PelitaOnline

Indonesia Darurat Helikopter Anti Kapal Selam


Eurocopter AS565 Panther.


JKGR-(IDB) : Luasnya wilayah perairan Indonesia membutuhkan perhatian tersendiri, utamanya menyangkut pertahanan dan kedaulatan negara. Hanya saja, jumlah kapal perang yang dimiliki TNI Angkatan Laut untuk menjaga seluruh perairan, masih jauh dari ideal. Realitas pepereangan modern menuntut kapal perang mampu untuk bertarung sendiri di tengah lautan menghadapi segala ancaman yang ada.


Saat ini Negara kita masih mengandalkan Van Speijk Class dan Sigma Class untuk menghadapi tuntutan tersebut. Pemerintah pun melakukan kerjasama dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda untuk pembuatan 2 Kapal PKR/Fregate. Dalam kerjasama ini akan disertakan dengan Transfer Of Technology kedepan Negara kita sudah bisa membangun Kapal perang besar secara mandiri.


Kembali lagi ke perang modern, untuk memenuhi kualitas kapal perang tersebut diperlukan radar yang mampu mendeteksi kapal dalam radius tertentu, rudal SSM dan SAM. Dan jangan lupa, dalam filosofi TNI AL helikopter juga penting untuk kepanjangan mata dan telinga KRI.


Saat ini negara-negara tetangga mulai menambah armada kapal selam mereka. Seperti Australia yang berencana menambah 12 kapal selam dan Singapura dengan tipe 218SG buatan Jerman. Untuk menjaga KRI kita jika terjadi ancaman maka diperlukan Helikopter ASW/AKS (Anti Kapal Selam).


Pada pagelaran demo alutsista Koarmatim TNI AL beberapa waktu lalu, Skadron 400 Anti Kapal Selam Penerbal menunjukan atraksi memburu kapal selam menggunakan helikopter Dauphin buatan Eurocopter. Padahal sejak era 90-an kita sudah tidak memiliki lagi helicopter AKS.


Pada tahun 1960-an, negara kita memiliki helicopter pemburu kapal selam seperti MI-4 buatan Mil OKB, Uni Soviet (sekarang Rusia) dan Westland Wasp HAS MK1 buatan Inggris. Melalui pertunjukan kemarin bisa diartikan bahwa saat ini negara kita darurat helicopter AKS.


Dalam MEF pertama direncanakan Kemenhan akan membeli 11 helikopter AKS untuk Puspenerbal. Berbagai tipe sudah menyebar di media seperti AW 159 buatan Lynx Wildcat Inggris atau AS-565 Panther Eurocopter adalah calon kandidat alutsista Skadron 100 yang akan dihidupkan kembali. KSAL, Laksamana Marsetio pada 22 Februari 2013 menargetkan Helikopter AKS akan meramaikan HUT TNI pada bulan Oktober 2014 ini.


SONY DSC

Aksi Satkopaska Koarmatim
Aksi Satkopaska Koarmatim


“Kami harapkan helikopter anti kapal selam tersebut sudah bisa menjadi kebanggan pada saat peringatan hari jadi TNI tahun 2014,” kata Marsetio di Sidoarjo.


Sayangnya, beberapa hari lalu, melalui juru bicaranya, Laksamana Pertama Untung Suropati mengatakan bahwa pengadaan Helikopter AKS terkendala masalah anggaran karena mahalnya peralatan dan persenjataan. Namun, Untung menuturkan Helikopter AKS mutlak atau wajib mengisi TNI AL.


“Karena apapun kita ini negara maritim yang begitu luas. Laut kita bayangin aja 5.8 juta kilometer, ini bukan pekerjaan mudah untuk angkatan laut, untuk mengawal sekaligus melindungi lautnya. Padahal filosofi kita khususnya pesawat udara dalam hal ini helikopter AKS sebagai kepanjangan mata dan telinga dari KRI,” ungkap Untung.


Beberapa hari lalu, penulis bertemu dengan orang nomer dua di Kemenhan. Saat ditanya masalah helicopter AKS, bapak ini pun mengatakan bahwa hingga kini belum ada bentuk permintaan dari Mabes TNI. Namun, rencana pengadaan helicopter AKS tetap berjalan.


“Sampai sekarang belum masuk, prosedurnya itu dari tim analisa dan evaluasi pengadaan membawa proposal spesifikasinya ke Mabes TNI lalu dari Mabes TNI dibawa ke Kemenhan. Nah disini kita akan mencocokan dengan kebutuhan dan anggaran yang ada,” tuturnya.

Negara-negara tetangga Indonesia pun telah melengkapi helikopter AKS di kapal perangnya seperti Singapura menggunakan Sikorsky S-70B Seahawk, Australia Sikorsky MH-60R dan Malaysia dengan Super Lynx. Filipina sendiri berencana membeli Helikopter AKS AgustaWestland 159 (AW-159). 




Sumber : JKGR

Kapal Perang AS Dan China Minta Ijin Melintas Di Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan, "Indonesia segera memberikan ijin melintas damai bagi kapal-kapal perang Amerika Serikat dan China yang akan menyeberang ke Samudera Hindia selatan guna mencari MH370 Malaysia Airlines.

Hal ini diungkapkan menhan dalam acara penutupan JIDD di Jakarta Convention Center Kamis (20/3/2014) kemarin. "Tadi China dan Amerika Serikat telah meminta ijin. Ada tiga jenis ijin, untuk pesawat terbang komersial, diplomatik, dan militer.

Secara prinsip kami beri dan dukung penuh, apalagi untuk misi kemanusiaan dan ada tujuh WNI di dalam pesawat terbang itu," papar Menhan. Australia, katanya, juga menjadi salah satu mitra Indonesia terkait pencarian MH370 itu.

"Malam ini saya ketemu dengan menteri pertahanan Australia dan akan kami bahas juga," jelas Menhan. "Sikap Indonesia, tetap mendukung sepenuh hati operasi pencarian MH370 Malaysia Airlines yang dinyatakan hilang sejak Sabtu pekan lalu (8/3/2014).

"Dengan segala keterbatasan kita, pasti kita bantu semaksimal mungkin," Pungkas Menhan. 





Sumber : PelitaOnline