Pages

Minggu, Januari 26, 2014

Cina Dan Rusia Gelar Latgab Di Laut Mediterania

MEDITERANIA-(IDB) : Manuver militer gabungan Cina dan Rusia dengan dihadiri oleh sebuah kapal berhulu ledak nuklir milik Rusia dan sebuah kapal pengawal milik Cina digelar di Mediterania.
 

RIA Novosti seperti dikutip Fars News (26/1) melaporkan, manuver militer gabungan Angkatan Laut Cina dan Rusia dimulai kemarin, Sabtu (25/1) di perairan Mediterania.

 

Kementerian Pertahanan Rusia mengabarkan soal kehadiran sebuah kapal berhulu ledak nuklir Rusia dan sebuah kapal pengawal Cina dalam manuver gabungan ini.

 

Manuver tersebut dilakukan untuk memperkuat kerjasama dua negara di bidang pertahanan udara dan pendaratan helikopter-helikopter di kapal-kapal AL.

 
Juga untuk meningkatkan kesiapan dan koordinasi kapal-kapal tempur Rusia dan Cina dalam melakukan tugas-tugas kolektif di wilayah perairan Mediterania Timur.




Sumber : Irib

Analisis : Australia, Menepuk Air Di Dulang Tepercik Muka Sendiri

ANALISIS-(IDB) : Tanpa banyak cakap, militer Indonesia mengerahkan berbagai kapal perang ke perairan halaman belakang rumahnya dimana di pagar halaman seberang itu ada Darwin, satu-satunya kota yang ada di Australia Utara, tak lebih besar dari kota Kupang di NTT.  Gerakan angkatan laut RI dengan menyebar kapal perang korvet, fregat, kapal cepat rudal dan kapal cepat torpedo dengan dukungan jet tempur Sukhoi dan 4 radar militer canggih yang baru dipasang menyadarkan Australia bahwa Indonesia sangat serius menyikapi sikap kepala batu pemerintahan Australia yang dipimpin si cowboy Tony Abbott.



Gaya keras kepala si Abbott ini sudah terlihat ketika masa kampanye dia tahun lalu untuk mengejar kursi Aussi One.  Dia bilang akan menempatkan sejumlah intelijen di Indonesia untuk memantau pergerakan manusia perahu, membeli perahu, membayar sejumlah sipil Indonesia untuk memberikan informasi tentang posisi manusia perahu yang hendak ke negeri selatan itu.   
Ini saja sejatinya sudah menyinggung harkat dan martabat kita, emangnya negeri ini tak bertuan.  Pernyataannya itu meski untuk konsumsi kampanye pemilihan umum jelas meremehkan pemerintah Indonesia.  Dia menang dan jadi Perdana Menteri salah satunya karena pernyataannya itu.  Tapi sekarang dia terjebak dengan jaring yang dia tebar sendiri.  Celakanya sebagian besar rakyatnya pun berbalik menghujat dia.

Embarkasi pasukan, sudah terbiasa


Ketika urusan sadap menyadap terkuak, gaya arogansi Abbott dipertontonkan dengan tak rela minta maaf. Bandingkan dengan gaya Obama ketika urusan yang sama dengan Jerman, lebih low profile dan meminta maaf kepada Jerman.  Yang dipertontonkan Abbott bukan gaya negarawan santun melainkan gaya preman seperti garis dan raut wajahnya yang keras. 
Bandingkan dengan Kevin Rudd yang ramah dan santun sehingga mampu mengambil hati rakyat dan bangsa ini.  Sesungguhnya irama hubungan Indonesia dan Australia tergantung gaya kepemimpinan negeri kanguru itu.  Oleh karena itu situasi hubungan yang buruk saat ini ada di koridor kepemimpinan pemerintah Australia, bukan pada rakyat dan bangsa Australia yang saat ini justru mengecam hebat cara si Abbott menangani pola hubungan bertetangganya dengan Indonesia.



Australia harus menyadari bahwa militer Indonesia tidak seperti lima tahun lalu.  Ketika diadakan Sail Komodo beberapa bulan yang lalu di depan Darwin sesungguhnya telah “tersedia” sedikitnya 30 kapal perang Indonesia berbagai jenis di halaman belakang kita. Hanya saja kita ini kan menganut politik perkawanan yang santun, jadi tak perlu pamer kekuatan.  Berhitung tentang kekuatan militer khususnya angkatan laut, sebenarnya Indonesia mampu mengerahkan 50 kapal perang ke perairan NTT dalam waktu singkat.  Ini sudah biasa dilakukan dalam setiap latihan Armada Jaya atau Latgab TNI.  Padahal jumlah itu hampir sama dengan kekuatan angkatan laut Australia yang memiliki 54 kapal perang.  Indonesia sendiri saat ini memiliki 160 kapal perang dan akan terus bertambah.

Satuan Radar Buraen Kupang, mata dan telinga NKRI


Gerakan kapal perang Indonesia ke NTT kita sambut positif karena ini langkah awal untuk menyatakan sikap menjunjung harkat. Kita tidak ingin berselisih dan mengajak tarung dengan negara manapun termasuk Australia.   
Namun pelecehan teritori perairan seperti yang diakui oleh Australia dan kemudian minta maaf tentu harus dijawab pula dengan langkah dan cara militer.  Menlu Marty tidak menggubris kata maaf dari Menlu Julie Bishop bahkan kembali menyudutkan Australia dengan menyatakan,” Coba kalau dari dulu sudah minta maaf, tidak akan seperti ini kan”.   
Kekuatan militer Indonesia dalam bulan dan tahun-tahun mendatang akan mendapat sejumlah alutsista sangar, misalnya kapal selam Kilo, jet tempur Sukhoi SU35, rudal SAM strategis dan lain-lain. Dengan kekuatan menuju kesetaraan ini Australia seharusnya berhitung cermat karena kekuatan yang tak bakalan ditandingi Australia seumur hidup adalah jumlah penduduk Indonesia yang sepuluh kali lipat dan punya karakter militan nasionalis.



Kita ingin sampaikan pesan pada Tony Abbott: “Kultur timur itu Bott, atau kultur Asia sesungguhnya lebih menghargai nilai-nilai kesantunan dan etika dalam bertetangga.  Memang beda sama kultur sampeyan yang anglo saxon itu.  Lebih sering mendikte, merasa paling jagoan, merasa paling pintar dan tahu segalanya.  Kalau sampeyan tinggal di Eropa gak papa.  Tapi sampeyan ada di lokasi adat istiadat di mana kesantunan dan tatakrama lebih dikedepankan. Lihat saja rumah di ranah ASEAN, rumah-rumah didalamnya selalu mengedepankan musyawarah dan kearifan meski ada konflik diantara sesama rumah. Nek sampeyan bisa memahami itu, kita yakin semua persoalan pertetanggaan kita dapat diselesaikan dengan musyawarah”.



“Tapi kalau tetap keras kepala ya rasain sendiri. Kata peribahasa menepuk air didulang tepercik muka sendiri. Anda sudah dipermalukan dunia dan PBB karena menelantarkan dan menyiksa manusia perahu.  Di dalam negeri pun sami mawon, anda dicerca di parlemen dan rakyat sendiri.  Ada peribahasa Pak Abbott, Air beriak tanda tak dalam, kayak sampeyan itu yang selalu umbar pernyataan petintang petinting.  Air tenang menghanyutkan, itulah gaya kami untuk tak umbar kalimat kumat.  Bukankah laut selatan itu dalam Bott, mungkin saja di kedalaman itu si Kilo siluman sudah bermain mata dengan ratu pantai selatan.  Bukankah air tenang itu menghanyutkan”.
Sumber : Analisis

Kapal Selam Serang Nuklir Baru Rusia

Kapal selam Severodvinsk


MOSCOW-(IDB) : Severodvinsk, kapal selam serang nuklir kebanggaan Angkatan Laut Rusia adalah kapal selam pertama dari kelas Yasen yang dibuat setelah era Uni Soviet. Kapal selam ini mulai dioperasikan Angkatan Laut Rusia pada Desember 2013 lalu.

Severodvinsk akan menggantikan kapal selam lama Angkatan Laut Rusia dari kelas Akula dan Alfa. Tapi tidak seperti kelas Yasen sebelumnya, Severodvinsk dilengkapi dengan rudal jelajah baru dan memiliki kemampuan senjata nuklir taktis dan strategis.



Kapal selam Severodvinsk
Dari laman Barents Observer yang melaporkan soal keberhasilan Severodvinsk menguji tembak rudal jelajah Caliber berkemampuan nuklir pada tahun 2012, mengatakan: "Rudal supersonik baru telah mengenai target. 
Rudal Caliber memiliki jangkauan lebih dari 2.500 kilometer. Dengan kisaran tersebut, rudal Caliber dapat dikategorikan sebagai senjata strategis apabila dilengkapi dengan hulu ledak nuklir."

Sedangkan rudal jelajah lain yang dimiliki kapal selama ini diyakini memiliki jangkauan yang lebih jauh, kemungkinan sekitar 5.000 kilometer, menurut sebuah infographic yang diterbitkan oleh RIA Novosti.

Infographic kapal selam Severodvinsk
K-239 Severodvinsk sebenarnya sudah mulai dibangun pada tahun 1993. Namun terjadi penundaan akibat kekurangan dana karena jatuhnya Uni Soviet. Kapal seharusnya sudah dioperasikan pada tahun 1998 namun kenyataannya baru selesai pada 15 Juni 2010. 

Setelah tiga tahun fase uji coba, akhirnya kapal ini benar-benar dioperasikan Angkatan Laut Rusia mulai Desember 2013. Bahkan Severodvinsk saat ini mungkin sudah berlayar di laut Mediterania (latihan bersama dengan China). Sampai tahun 2015, Angkatan Laut Rusia berencana untuk memiliki dua kapal selam kelas Yasen.




Sumber : Artileri

KSAL : Beli Alutsista Harus Dibarengi Transfer Teknologi

SURABAYA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio mengemukakan program pembelian dan pengadaan alutsista, terutama kapal perang dari sejumlah negara harus dibarengi dengan transfer teknologi. Dengan begitu, ke depan pembangunannya bisa dilakukan di dalam negeri.

Ditemui wartawan usai membuka dan memberikan pengarahan pada Rapat Pimpinan dan Apel Komandan Satuan tahun 2014 di Surabaya, Kamis (23/1), KSAL mengatakan, TNI AL telah memesan sejumlah kapal perang dari beberapa negara, seperti Korea Selatan, Inggris, dan Belanda untuk membangun kekuatan pokok minimum seperti yang sudah dicanangkan.

"Negara-negara di dunia memandang Indonesia sebagai negara maritim besar dengan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi sehingga banyak negara yang menawarkan peralatan perang kepada Indonesia. Tapi, tidak semua diterima begitu karena harus ada kesepakatan transfer teknologi dalam pembangunannya," katanya.

Menurut Marsetio, transfer teknologi merupakan hal yang sangat penting agar ke depan industri pertahanan dalam negeri juga mampu membangun sendiri alat utama sistem senjata (alutsista) yang diperlukan oleh TNI AL.

"Seperti pengadaan tiga kapal selam dari Korea. Dua unit dibangun penuh di Korea, tetapi untuk kapal selam yang ketiga sudah ada transfer teknologi dan akan dikerjakan di dalam negeri oleh PT PAL," ujar Marsetio yang didampingi Wakil KSAL Laksdya TNI Hari Bowo.

Selain kapal selam, lanjut Marsetio, pengadaan perusak kapal fregat dari Belanda juga menerapkan sistem modul, yakni sebagian unit dibangun penuh di negara tersebut dan sebagian komponen lainnya di Indonesia. "Jadi, nantinya Indonesia tidak harus beli peralatan tempur dari negara lain, tetapi membangun sendiri melalui industri strategis yang ada di dalam negeri," tambahnya.

Laksamana Marsetio menambahkan pengadaan peralatan tempur tersebut telah masuk dalam rencana strategis jangka panjang TNI AL dan menggunakan anggaran tahun jamak dari APBN. "Kebijakan pembangunan kekuatan TNI AL ini juga saya sampaikan kepada seluruh peserta Rapim dan Apel Komandan Satuan. Kegiatan kali ini sekaligus menindaklanjuti arahan Panglima TNI pada Rapim TNI beberapa waktu lalu," katanya.




Sumber : Repblika