Pages

Selasa, Januari 21, 2014

TNI AD Dan Lapan Akan Mengembangkan Rudal Jarak Jauh

JAKARTA-(IDB) : Kasad Jenderal TNI Budiman menandatangani memorandum of understanding (MOU) dengan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Drs. Bambang S. Tejasukma, di Mabes TNI AD, Selasa (21/1/2014). Salah satunya, Lapan dan TNI AD akan bekerjasama dalam pengembangan rudal jarak jauh.

MOU dibuat terkait perjanjian kerjasama antara Direktorat Topografi TNI Angkatan Darat dengan Lapan tentang pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan. “Itu meliputi teknologi penerbangan roket, satelit penginderaan jarak jauh, sains antariksa, dan sains atmosfir untuk mendukung program pembangunan pertahanan negara,” jelas Budiman.

Untuk kerjasama dengan Lapan ini, TNI AD mengeluarkan anggaran sebesar 3,5 miliar rupiah. Dia menjelaskan teknologi penginderaan jarak jauh yang dimiliki Lapan dapat membantu TNI dalam kepentingan survei dan mapping, geospacial inteligent, dan monitoring pengamanan wilayah. Untuk teknologi roket, Lapan membantu pengembangan rudal jarak jauh.

Kasad Jenderal TNI Budiman juga mengatakan keahlian Lapan ini juga dapat mendukung TNI dalam tugas operasi seperti SAR, penanggulangan bencana alam, penanganan terorisme, dan sebagainya.




Sumber : Solopos

Menhan Sematkan Bintang Yudha Dharma Utama Kepada Pangab Philipina

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Selasa (21/1), menyematkan Tanda Kehormatan Bintang Yudha Dharma Utama kepada Chief of Staff Armed Forces of the Philippines (Panglima Angkatan Bersenjata Philipina) General Emmanuel T. Bautista, di Aula Bhineka Tunggal Ika, Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.
 
Penyematan Tanda Kehormatan Bintang Yudha Dharma Utama ini dianugerahkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan ditetapkan dengan KEPRES Nomor II/TK/ Tahun 2014 tanggal 17 Januari 2014.


Penganugerahan Bintang Yudha Dharma Utama kepada Panglima Angkatan Bersenjata Philipina oleh Presiden RI ini dianggap penting sebagai penghargaan atas jasanya dalam rangka lebih meningkatan hubungan kerjasama yang lebih baik antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Philipina. Khususnya dalam hal pembinaan dan pengembangan untuk kemajuan serta perkembangan TNI.


Upacara penyematan Bintang Yudha Dharma Utama ini dihadiri oleh Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Marsetio, Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Marsdya TNI Boy Syahril Qamar, S.E. pejabat Eselon I dan II Kementerian Pertahanan serta pejabat perwakilan Mabes AD, AU dan AL.


Sebelum penyematan Tanda Kehormatan Bintang Yudha Dharma Utama ini Panglima Angkatan Bersenjata Philipina melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan Purnomo Yusgiantoro di ruang tamu Menhan. Saat menerima kunjungan kehormatan dan penyematan Tanda Kehormatan kepada Panglima Angkatan Bersenjata Philipina Menhan didampingi oleh Kepala Staf Angkatan Laut RI, Laksamana TNI Marsetio.




Sumber : DMC

Menlu Marty : Andai Australia Mau Dengar Nasihat Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Indonesia menyesalkan aksi tentara Angkatan Laut Australia yang menerobos perairan Indonesia saat mendorong balik perahu pencari suaka. Permintaan maaf yang kemudian disampaikan Australia dipandang tak perlu andai Negeri Kanguru mendengarkan saran Indonesia sejak awal.

Sydney Morning Herald, Senin 20 Januari 2014, melansir permintaan maaf Australia disampaikan secara langsung melalui surat yang ditulis oleh Menteri Luar Negeri Julie Bishop. Surat itu diantar langsung oleh Wakil Duta Besar Australia untuk RI David Engel ke Kementerian Luar Negeri RI pada Jumat pekan lalu.

“Permintaan maaf (dari Australia) adalah sesuatu yang tidak perlu apabila sejak awal mereka mengikuti saran kami,” kata Marty.

Langkah Australia mendorong balik perahu pencari suaka ke perairan Indonesia ditentang sejak awal oleh Indonesia. Hal itu bahkan kembali diingatkan Marty ketika memberikan pidato pernyataan tahunan pada tanggal 7 Januari kemarin.

“Apabila setiap negara melakukan hal serupa, dengan mendorong kembali kapal ke Indonesia, lalu di mana ujung pangkal masalahnya?” kata Marty. Dia berharap ada solusi yang lebih baik dalam menangani masalah tersebut.

Untuk mengamankan kedaulatan wilayah RI dari Australia, Deputi VII Bidang Komunikasi dan Informasi Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Marsekal Muda TNI Agus Barnas, mengatakan Indonesia sudah mengirim dua kapal tipe Fast Boart Patrol ke perbatasan selatan.

Akhir Januari ini, Indonesia juga akan mengirim ke perbatasan satu unit kapal tipe fregat yang saat ini disimpan di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Sementara itu, tim terpadu yang terdiri dari Kementerian Luar Negeri, Polri, dan TNI, kini sedang membahas masalah pelanggaran maritim oleh Australia itu.

Komandan Operasi Perbatasan Kedaulatan Australia, Letnan Jenderal Angus Campbell, menyatakan pelanggaran tersebut terjadi secara tidak sengaja. Campbell menjamin Australia tak akan mengulangi kesalahan yang sama. 




Sumber : Vivanews

Panglima TNI Terima Tamu Kehormatan Pangab Filipina

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menerima tamu kehormatan Pangab Filipina Jenderal Emmanuel T. Bautista AFP, yang didampingi oleh BG Oscar Lactao, Col Raniel T. Ramiro dan Staf terkait, bertempat di Mabes TNI Cilangkap, Selasa (21/1/2014).

Didampingi KSAL Laksamana TNI Marsetio, KSAU Marsekal TNI IB Putu Dunia, Wakil KSAD Letjen TNI M. Munir, Kasum TNI Marsdya TNI Boy Syahril Qamar, Asintel Panglima TNI Mayjen TNI Tisna Komara, Kapuspen TNI Laksda TNI Iskandar Sitompul, dan Kapuskersin TNI Laksma TNI Suselo, Panglima TNI membahas kerjasama militer dan menjalin hubungan antara kedua negara.

Usai berbincang, kedua pimpinan militer negara sahabat itu saling memberikan cinderamata.




Sumber : Tribunnews

Wakasal : Tekankan Koordinasi Pembangunan Kapal Pesanan TNI AL

SURABAYA-(IDB) : Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya (Laksdya) TNI Hari Bowo memimpin rapat terbatas dalam kunjungannya ke PT PAL INDONESIA (Persero). Rapat yang diikuti oleh para petinggi dan pejabat TNI AL ini juga diikuti beberapa industri galangan kapal yang juga mengerjakan kapal pesanan TNI Angkatan Laut. 

Rapat ini dilakukan sebagai tindak lanjut atas kesinambungan proses dan pemaparan laporan atas kondisi terkini dari kontrak TNI Angkatan Laut dengan industri galangan kapal dalam negeri. Rapat yang dilakukan di ruang rapat lantai 4 gedung PIP PT PAL INDONESIA (Persero) dilakukan dengan cermat dan lebih detail. Proses pemaparan pun dijabarkan dengan seksama dan jelas, secara bergiliran dari satgas dan pra pejabat TNI AL.
 
Sebelumnya Wakasal diterima oleh Direktur Utama PT PAL INDONESIA (Persero) M. Firmansyah Arifin, di lobby gedung PIP bersama dengan perwakilan industri galangan kapal diantaranya : PT Dok Perkapalan dan Kodja Bahari (Persero), CV. Rizky Putra dan PT Bahari Sentosa. Pada rapat tersebut Direktur Desain dan Teknologi PT PAL INDONESIA (Persero) menanyakan terkait perkembangan lanjutan pada desain kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) / Frigate yang telah melaksanakan First Steel Cutting pada 15 Januari 2014. 

Dalam pemaparan tersebut Dansatgas PKR Laksama Pertama Mulyadi menyampaikan adanya perubahan yang diajukan oleh TNI AL sebagai user kepada DAMEN Schelde Naval Shipbuilding terkait penambahan fasilitas, diantaranya penambahan ruang untuk Helipad dan Communication Control Center Room. Namun kesemuanya itu disampaikan tidak akan mempengaruhi keseimbangan kapal dalam menjalankan tugas nanti.


Setelah melakukan rapat terbatas, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya (Laksdya) TNI Hari Bowo beserta rombongan melakukan peninjaun di lapangan. Rombongan meninjau Kapal Cepat Rudal W000273, yang mendapat perhatian lebih dari Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio beberapa waktu yang lalu.




Sumber : BUMN

Renstra I Modernisasi Alutsista TNI AD Habiskan Anggaran Rp. 15 T

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Budiman, Senin 20 Januari 2014, berharap alat utama sistem persenjataan (alutsista) jenis Meriam Artileri Medan kaliber 155 milimeter, tahun ini sudah datang semua. Persenjataan berat TNI-AD ini datang secara bertahap.
 

"Mudah-mudahan tahun ini, 80 persen sudah datang semua," kata Budiman di Jakarta.



Alutsista TNI-AD yang akan datang, selain meriam kaliber 155 mm adalah Tank Leopard serta persenjataan tempur lainnya.



Budiman mengungkapkan, pembelian alutsista untuk TNI-AD menghabiskan dana negara hingga belasan triliun rupiah. Pengadaan ini masuk dalam rencana strategis (Renstra) pertama alutsista TNI.



"Anggarannya sudah lama disiapkan. Dalam lima tahun ini, TNI-AD terima hampir US$1,5 miliar atau sekitar Rp15 triliun, ini untuk alutsista yang berat," ungkapnya.



Budiman menjelaskan, anggaran Rp15 triliun itu juga dipergunakan untuk pembelian alutsista Multiple Launch Rocket System (MLRS) buatan Brasil atau peluncur Roket Artillery Saturation Rocket System (Astros) II MK 6. Senjata peluncur ini memiliki kekuatan dengan jarak mencapai 100 kilometer.



"Ini jumlahnya dua batalion plus, berarti 36 persenjataan," katanya.


Kemudian, 16 unit pesawat terbang heli Bel 412 akan ditambah. Serta helikopter Apache delapan unit. "Untuk infanterinya yang dalam negeri, lebih dari 300 unit yang sudah kami beli," terangnya.




Sumber : Vivanews

Kontingen Garuda XX- K/Monusco Tiba Di Kongo

KONGO-(IDB) : Setelah menempuh perjalanan selama 17 Jam, Kontingen Garuda XX- K/Monusco akhirnya tiba di Bandara Internasional Entebe, Uganda pada beberapa waktu lalu.

Setibanya di Bandara Internasional Entebe, Uganda, Komandan Satgas Garuda XX-K Mayor Czi Nurdihin Adi Nugroho melaksanakan proses serah terima dengan Komandan Satgas Garuda XX-J Letkol Czi Irfan Siddiq yang juga menjabat sebagai Danyon Zipur 9/Kostrad. Sedangkan personel lainnya melaksanakan proses adminitrasi serah terima tersebut membahas tentang kondisi keamanan terakhir serta hal-hal menonjol yang dihadapi oleh Satgas sebelumnya.

Setelah proses tersebut Satgas Kizi Konga XX-K/Monusco melanjutkan penerbangan menuju Dungu. Kontingen dibagi menjadi tiga sortie terbang mengingat terbatasnya daya tampung pesawat Hercules dan kapasitas Bandara Dungu yang merupakan bandara perintis dengan landasan pacu tanah lemonit. Bandara ini merupakan bagian dari Log Base Monusco di Dungu, wilayah teritori oriental.

Kontigen Garuda sortie pertama berjumlah 48 orang dipimpin oleh Dansatgas tiba di Dungu pada pukul 12.00 waktu setempat dengan dan langsung menuju Camp Bumi Nusantara. Sortie kedua dan ketiga yang membawa sisa pasukan tiba di Dungu 1 jam kemudian dipimpin oleh Wadan Satgas Kapten Czi Trisnu Novawan. 

Sedangkan Kontigen yang bertugas di Brigade Ituri Bunia, akan bertolak menuju Bunia menggunakan pesawat komersil milik UN yang dipimpin oleh Lettu Czi Andri Prasetyo Wibowo selaku Staf Officer Enginering Brigade Ituri.




Sumber : TNI

Heroisme Pilot-pilot Penerbal Pendaratan Darurat Hingga Misi SAR

Sejak tahun 1956 atau bertepatan dengan berdirinya Penerbangan Angkatan Laut (Penerbal) kiprah para pilot tempur Penerbal telah mewarnai heroisme sejumlah pertempuran di Tanah Air. Tidak hanya misi tempur para pilot Penerbal juga menunjukan semangat kepahlawanan dalam misi non perang.

ANGKASA-(IDB) : Sepak terjang para pilot Penerbal dalam berbagai misi tempur seperti Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Opreasi Seroja, dan lainnya juga makin profesional kendati mereka harus kehilangan nyawa. Pesawat-pesawat yang dioperasikan oleh para pilot Penerbal dalam beragam misi tempur antara lain Gannet, CASA 212, Alloute II, Nomad N22/N 24, Bolkow Bo-105, Mi-4, DC-3, IL-28, dan lainnya. 

Menurut salah satu pilot Penerbal yang juga saksi hidup sejumlah misi tempur yang dilaksanakan para pilot Penerbal, Kolonel (Purn) H. Dana Is (70), para sejawatnya memang terkenal pemberani. Dana yang pernah menerbangkan pesawat pengebom torpedo Il-28M dan Dakota telah kehilangan beberapa senior karena keberanian sekaligus kenekatan mereka.

“Penerbal pernah memiliki pesawat Il-28 sebanyak 12 unit. Sepuluh unit Il-28M untuk pengebom torpedo dan dua unit lainnya Il-28U untuk pesawat latih. Saat itu sebagai pilot muda para senior semangat sekali untuk berperang sehingga kadang-kadang sikap berani mengalahkan akal sehat,’’ papar Dana yang juga alumni Akademi Angkatan Laut tahun 1967 itu. “Oleh karena itu meskipun suku cadang makin menipis akibat renggangnya hubungan RI dan Rusia, para pilot IL-28 masih berani terbang sehingga sejumlah kecelakaan pun tidak bisa dihindari,” tambahnya.

Mendarat Darurat

Selama melaksanakan misi penerbangan  baik dalam latihan maupun pertempuran dari 12  Il-28 yang tergabung dalam Skuadron 500, lima di antaranya mengalami kecelakaan (accident). Satu pesawat mendarat darurat di Pantai Banyuwangi, Jawa Timur. Tiga awak Il-28, Letnan Muda (LMU) Wulang Sutekowardi dan seorang navigator, Suyono berhasil mendarat selamat tapi pesawatnya rusak total. Satu pesawat Il-28 lainnya hilang dan tidak kembali ke pangkalan pada waktu latihan terbang navigasi di atas Pulau Masalembo, Madura.

Ironisnya penerbang yang hilang di Masalembo adalah LMU Wulang yang pernah mendarat selamat di pantai. Dua awak Il-28 yang hilang bersama LMU Wulang adalah navigator Gatot Mulyohadi dan operator persenjataan  di pesawat, Kopral Sudjati. Kecelakaan berikutnya ketiga, keempat, dan kelima adalah kecelakaan saat mendarat. Dua kali terjadi di Pangkalan Udara Kemayoran, Jakarta dan satu lagi terjadi di Pangkalan Udara Makassar, Sulawesi Selatan. Beruntung dalam tiga kecelakaan terakhir tidak terjadi korban jiwa. 

“Menjadi pilot Penerbal memang banyak tantangannya karena kehidupan para pilotnya berada dalam situasi high risk. Kondisi itu sangat kami pahami maka latihan dan sikap disiplin dan teliti dalam menerbangkan  menjadi sangat penting. Kami kemudian hanya berani terbang setelah menandatangani dokumen kelaikan terbang. Khsususnya untuk terbang malam,’’ tambah Dana.

Ketika Dana kemudian bergabung dengan Skuadron Udara 600 dan menerbangkan pesawat angkut C-47 Dakota sejumlah kecelakaan yang menjadi tantangan para pilot dan awak pesawat juga terjadi. Satu Dakota kecelakaan sewaktu mendarat di Pangkalan Udara Selaparang, Lombok. Satu Dakota lagi mengalami kecelakaan saat terbang di atas udara Karawang, Jawa Barat (1968).

Dana yang saat itu bergabung bersama rekan satu angkatannya, Kolonel (Purn) Sujarwo (71) dan kenyang makan asam garam dalam misi penerbangan militer ke Timor-Timur,  mengisahkan tentang pendaratan darurat C-47 di Karawang. Peristiwa pendaratan darurat yang menghebohkan itu menurut informasi resmi dari TNI AL akibat kerusakan mesin. Peristiwa berlangsung sekitar tahun 1968. Pesawat C-47  bermuatan penuh logistik itu dipiloti oleh senior mereka Letkol Johan dan berhasil melakukan pendaratan darurat di lokasi persawahan tanpa menimbulkan korban jiwa.

“Yang sebenarnya terjadi pesawat C-47 akan mendarat di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Tapi waktu itu sedang ada Presiden Soeharto yang akan terbang menggunakan pesawat kepresidenan. Dakota akhirnya disuruh menunggu sambil berputar-putar di udara (holding),” jelas Sujarwo. “Tapi sampai bahan bakar hampir habis Dakota masih belum diizinkan turun di Halim karena masih ada acara seremonial untuk presiden. Akibat holding terlalu lama,  akhirnya bahan bakar Dakota benar-benar habis dan pilot memutuskan untuk mendarat darurat di persawahan yang ada di Karawang,’’ tambah Sujarwo sambil menekankan C-47 memang dirancang untuk bisa mendarat secara aman ketika mesin mati.

“Berdasarkan pengalaman saya menerbangkan Dakota memang telah diberi pelatihan untuk mendarat secara darurat. Caranya, waktu melaksanakan pendaratan darurat untuk C-47 tetap dilakukan sesuai prosedur seperti ketika mesin hidup. Pesawat diposisikan stabil, power digenjot untuk menghabiskan bahan bakar, daratkan secara normal, dan dipastikan tak akan ada benturan serta ledakan,’’ jelas Sujarwo. ‘’Itu bisa terjadi karena mendarat darurat di persawahan yang landai dan ledakan tidak muncul karena bahan bakar sudah habis,’’ tambahnya.

Namun, karena Letkol Johan mendaratkan Dakota secara darurat gara-gara menunggu aktivitas Presiden Soeharto di Halim, tak ada penghargaan baginya meskipun semua awak pesawatnya selamat dan dalam kondisi  sehat walafiat.

Misi SAR

Baik Dana maupun Sujarwo memang tidak menerbangkan helikopter tapi keduanya memiliki rekan satu angkatan yang saat itu masih berpangkat perwira remaja, Kapten Antonius Suwarno, yang terkenal mahir menerbangkan helikopter. Pilot yang akrab dipanggil Anton itu  dikenal sebagai pahlawan ketika terjadi musibah jatuhnya pesawat Twin Otter Merpati bulan Maret 1977, di Gunung Tinombala, Palu, Sulawesi Tenggara. Sebagai pilot heli Kapten Anton  mahir menerbangkan heli jenis Mi-4, Allouete II, dan Bo-105. Demikian mahirnya khususnya terbang heli di ketinggian ekstrem, Kapten Anton pun selalu dikirim ke berbagai misi tempur, khususnya di Timor-Timur (Operasi Seroja).

Pesawat Twin Otter yang membawa 18 orang dewasa dan 2 anak-anak bertolak dari landasan udara di Palu pukul 11.56 WIT menuju Toli-Toli. Pesawat kemudian dinyatakan kecelakaan karena kehabisan bakar pada pukul 18.00 WIT dan Badan SAR Nasional (Basarnas) memerintahkan operasi pencarian dengan melibatkan semua unsur terkait. Instansi yang dilibatkan dalam operasi SAR terdiri dari 40 prajurit para komando Paskhas, 18 penerbang, ratusan pasukan TNI AD, sukarelawan dari masyarakat yang jumlahnya ribuan , dan lainnya. Sedangkan pesawat yang dikerahkan terdiri dari  Twin Otter, Fokker-27, SC-7 Skyvan, Allouette III, dan lainnya. Tapi setelah dilakukan operasi pencarian hingga hari ke 9, pesawat Twin Otter yang jatuh belum ditemukan.




Sumber : Angkasa

N219, Akankah Terkendala Pemilu 2014

2014  akan jadi tahun penentuan bagi realisasi pesawat komuter N219.  Anggaran sudah diteken pemerintah. Tapi, tak sedikit pihak risau oleh karena adanya hajatan nasional Pemilu dan pergantian pemerintahan.



ANGKASA-(IDB) : Di atas kertas, praktis tak ada lagi yang meragukan desain atau rancang  bangun pesawat transpor dua mesin 19 penumpang ini. Baik pimpinan PT Dirgantara Indonesia selaku pelaksana proyek pembuatan maupun Lapan sebagai pemilik proyek, yakin N219 feasible untuk diterbangkan. Terlebih karena  dari segi teknologi tak ada yang perlu dikaji lebih lanjut.



Dari segi kelangsungan produksi juga praktis tak ada sentimen negatif. Sejumlah operator penerbangan telah menyatakan siap membeli. Pesawat ini termasuk yang ditunggu-tunggu untuk dijadikan kuda beban di ratusan rute pengumpan. Namun, hajatan Pemilihan Umum di pertengahan tahun ini dan ketepatan penggunaan anggaran yang sudah siap diturunkan pada 2014 memang masih menyisakan pertanyaan.



Akankah pertarungan antarkekuatan politik di dalam negeri masih memberi ruang yang kondusif bagi pembuatan pesawat ini?



Pertanyaan tersebut tak ayal diajukan wartawan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bapennas Prof Dr Armida S. Alisjahbana saat berkunjung ke Pusat Teknologi Penerbangan Lapan, Rumpin, Banten, akhir November 2013. “Ini harus jalan karena pesawat ini diperlukan untuk konektivitas daerah-daerah terpencil. Program N219 juga dinilai penting untuk mendorong program pengembangan industri strategis dan penguasaan bangsa ini atas iptek dan inovasinya. Jadi sebagai program yang multiple objectives, positioningnya sudah amat kuat,” ujarnya kepada Angkasa.



Menteri Armida tak saja mendapat penjelasan rinci di seputar program pengembangan N219, tetapi juga tentang program pengembangan roket, satelit serta sistem penginderaan jauh yang telah maupun akan dilakukan enjinir-enjinir Lapan. Hadir dalam acara tersebut Dirut DI Budi Santoso, Kepala Lapan Bambang S. Tejasukmana, Direktur Teknologi dan Pengembangan DI Dr Andi Alisjahbana, Deputi Teknologi Dirgantara Lapan Prof Dr Soewarto Hardhienata, Kepala Pustekbang Dr Gunawan Prabowo, para deputi Bappenas, dan Tim Program N219.



Sejumlah pihak menyatakan, kunjungan Menteri PPN/Kepala Bappenas bisa diterjemahkan sebagai sinyal keseriusan Pemerintah terhadap proyek yang yang nantinya akan jadi portopolio pertama penggarapan pesawat terbang di Tanah Air. Dikatakan baru untuk pertama kali, karena memang baru kali inilah Indonesia menyiapkan seutuhnya sebuah pesawat terbang transpor, mulai dari struktur fisik sampai ke urusan dokumen kelengkapannya.



Dokumen kelengkapan tersebut -- di antaranya berupa type certificate application dan flight permit – selanjutnya akan diurus oleh DI ke Direktorat Kelaikan Udara Pengoperasian Pesawat Udara, Kementerian Perhubungan.  “Kedua pihak selanjutnya akan memastikan detail spesifikasi yang tepat untuk keperluan comformity approval. Dalam pembuatan NC-212 dan CN235, tahapan ini tidak ada karena semua sudah diselesaikan pihak CASA,” ungkap Bambang Tejasukmana.



“Ini artinya, jika semua bisa dikerjakan dan berhasil, Indonesia bisa baru bisa dikatakan mampu mengerjakan pesawat secara seutuhnya dan ini prestasi buat kita semua,” tergasnya.



Kerja Antar Departemen


Angkasa mencatat, sejauh ini program N219 masih bergulir sesuai jadwal. Dua prototipe ditargetkan selesai akhir 2014 dan menjalani uji terbang setahun kemudian. Mengutip keterangan Pustekbang, sampai dengan akhir 2013, Tim Program N219 sudah merampungkan tahapan Preliminary-Design. Dalam tahapan yang telah berlangsung sejak pertengahan 2012 itu, mereka di antaranya telah menuntaskan seluruh rangkaian Power On Wind Tunnel Test pesawat  di fasilitas terowongan angin Pustekbang.



Di terowongan angin subsonik tersebut, model N219 skala kecil diberi hembusan asap untuk memastikan kualitas desain aerodinamisnya. Setelah ini, memasuki 2014, kedua pihak akan bahu membahu menggarap Detail Design, Fabrication & Assembly, lalu Ground Test serta Flight Test & Certification. Oleh karena keempat tahapan butuh waktu cukup panjang, penuntasannya akan berlanjut hingga 2015 bahkan 2016. Selain di Pustekbang, Rumpin, pengerjaan program juga dilakukan di fasilitas DI di Bandung, Jawa Barat.



Kepada Angkasa, Menteri Armida mengatakan, pemerintah menginginkan program ini tuntas karena pesawat yang akan dihasilkan bisa digunakan untuk ikut mendukung pembangunan perekonomian di banyak daerah terpencil. “Indonesia memang bisa membeli pesawat sekelas ini dari luar. Namun kalau bisa membuat sendiri, kenapa tidak dilakukan? Kalau pun ada yang harus dicermati, itu adalah tentang sistem kerja antardepartemen, proses produksi dan soal standarisasi komponen. Namun itu semua juga bisa kita kerjakan,” terangnya.



Kepala Lapan Bambang Tejasukmana mengungkap, untuk program N219, Pemerintah telah sepakat menggelontorkan dana Rp310 miliar pada tahun anggaran 2014 dan Rp90 miliar pada 2015. Sementara untuk pengerjaan di tahun 2016, akan dipastikan lebih lanjut setelah pemerintahan baru hasil Pemilu 2014 bekerja. Baginya, anggaran 2016 masih terbilang krusial karena akan digunakan untuk membiayai type certificate. Tanpa ini, pesawat tidak bisa diterbangkan dan belum boleh diproduksi.



N219 sendiri bukanlah satu-satunya program yang tengah digarap Pustekbang. Menyusul keberhasilan dalam rekayasa teknologi kendali penerbangan pada pesawat nirawak LSU-02 yang beberapa bulan terbang autonomous sejauh 200 kilometer di Pantai Selatan Jawa Barat, mereka telah menyiapakan proyek riset selanjutnya, yakni pembuatan Lapan Survelillance Aircfrat. Pesawat bermesin tunggal bodi ramping mirip glider ini sejatinya adalah pesawat STEMME 15 buatan Jerman.



“Di tengah segala keterbatasan dan usia unit yang masih tergolong muda ini, kami memang harus  berfikir strategis. Sementara sebagian SDM fokus pada  N219, sebagian lagi kami kirim ke Jerman untuk menguasai reverse-engineering glider yang biasa dipakai untuk misi surveillance,” kata Kepala Pustekbang Gunawan Prabowo seraya menambahkan bahwa tugas belajar itu dilakukan di STEMME, pabrik pesawat terbang ringan di Strausberg/Berlin.



Selain untuk misi surveillance, pesawat terbang ringan unik untuk dua awak tersebut juga akan diaplikasikan sebagai pesawat riset pemula. Sebagai pesawat surveillance yang unik dan dilengkapi berbagai peralatan elektronik, STEMME 15 juga akan dimanfaatkan untuk melakukan verifikasi dan validasi citra satelit, pemotretan foto udara, monitoring dan pemetaan daerah banjir, pemantauan titik panas kebakaran hutan, SAR dan misi riset Lapan lainnya.



STEMME 15 memiliki panjang badan 8,52 meter, rentang sayap 18 meter, maximum take-off weight 1.100 kilogram dan mampu terbang dengan kecepatan maksimum 314 km/jam dengan mesin tunggal Rotax 914 F2/S1. Sebagai glider sendiri, pesawat ini mampu terbang hingga ketinggian 7.620 meter di atas permukaan laut dan jarak jelajah (dalam moda jarak jauh) sampai 2.500 kilometer. 

                ------------

Data Spesifikasi N219

-          Kecepatan jelajah maksimum                        :   210 knot

-          Jangkauan maksimum dengan muatan         :   831 mil-laut

-          Stall-speed                                                        :     59 knot

-          Jarak lepas-landas  (MTOW, ISA, SL)           :   426 meter

-          Jarak pendaratan (MLW, ISA, SL)                  :   484 meter

-          Berat maksimum lepas-landas                        :  7.030 kg

-          Muatan maksimum                                            :  2.318 kg

-          Kapasitas bahan bakar maksimum                :  1.588 kg

-          Ketinggian jelajah maksimum                          :  24.000 kaki

-          Mesin                                                                  :  2 x PT6A-42, 4 blades

-          Tenaga lepas landas                                         :  2 x 850 SHP




Sumber : Angkasa