Pages

Sabtu, Mei 17, 2014

UAV Tempur China Pun Kini Terbang Di Langit Arab Saudi

Wing Loong


ARTILERI-(IDB) : Tidak bisa mendapatkan UAV tempur Predator dari Amerika Serikat, Arab Saudi berpaling ke China dengan membeli sejumlah UAV Wing Loong. Jumlah pastinya tidak dipublikasikan namun masing-masing UAV dilengkapi dengan dua rudal BA-7 laser guided (mirip dengan rudal Hellfire) atau dua bom 60 kg GPS Guided (mirip bom SDB Amerika Serikat).
Sejak tahun 2008 korporasi industri penerbangan China AVIC telah memamerkan foto dan video dari prototipe Wing Loong yang dalam pengertian bahasa China adalah Pterodactyl, dinosaurus terbang pada zaman Jurassic. Wing Loong disebut-sebut sebagai tiruan dari UAV MQ-1 Predator Amerika Serikat.



Pada tahun 2012, untuk pertama kalinya media melihat UAV ini terbang, di wilayah Uzbekistan, yang mana bersama dengan Uni Emirat Arab (UEA) merupakan pelanggan ekspor pertama untuk UAV ini (dari laporan media). Pernyataan AVIC pada tahun lalu hanya menyatakan bahwa Wing Loong sudah dijual ke empat negara asing dan salah satunya negara di Asia Tengah tanpa menyebutkan namanya.



Wing Loong mulai dikembangkan pada tahun 2005, terbang perdana pada tahun 2007 dan Tentara Pembebasan Rakyat China baru memperolehnya pada tahun 2008 untuk pengujian lebih lanjut. Dari bentuknya, Wing Loong yang juga dikenal sebagai Yìlóng-1 ini mirip dengan UAV besar MQ-9 Reaper Amerika Serikat, namun dari ukurannya lebih identik dengan MQ-1 Predator 1,2 ton. Wing Loong berbobot 1,1 ton, panjang 9 meter dan rentang sayap kurang lebih 14 meter. Wing Loong mampu beroperasi di ketinggian 5.300 meter dan terbang selama 20 jam. Muatan yang bisa dibawanya sebesar 200 kg.



Wing Loong


Dari gambar-gambar promosinya, Wing Loong terlihat membawa dua rudal Blue Arrow (BA) 7. Sejak tahun 2012 China telah menawarkan rudal udara ke permukaan ini untuk ekspor. Rudal BA-7 sangat mirip dengan rudal Hellfire Amerika Serikat. 
Blue Arrow 7 berbobot 47 kg dan pada dasarnya adalah rudal anti tank laser guided dengan jangkauan maksimal 7.000 meter. Soal harga, China menawarkannya sepertiga lebih murah dari rudal Hellfire yang sebesar USD 70.000 dan harga masih bisa dinegosiasikan.  "Priced to sell".


Rudal AGM-114 (Hellfire II) menggunakan hulu ledak armor-piercing (penetrasi lapis baja) atau hulu ledak fragmentasi (untuk sasaran non lapis baja). Namun hulu ledak yang selama ini ditembakkan  adalah hulu ledak fragmentasi. Hellfire II berbobot 48,2 kg, dengan 9 kg hulu ledak, dan memiliki jangkauan 8.000 meter. Setidaknya Hellfire telah digunakan selama tiga dekade.



Wing Loong bukanlah satu-satunya UAV yang tersedia di pasar yang bisa dibeli Arab Saudi. Israel adalah pemimpin dalam hal mendesain UAV meskipun untuk urusan produksi masih kalah dari AS. Membeli peralatan militer dari Israel tidak dapat diterima secara politik bagi negara-negara di kawasan Teluk, apa kata dunia nantiya?. Yang pasti satu lagi negara di Teluk sudah percaya dan membeli Wing Loong dan yang lain mungkin akan menyusul.




Sumber : Artileri

4 komentar:

  1. sebentar lagi akan terdengar protes dari paman Sam karna cemburu dan tersaingi...... he he he... Panda dah menunjukan kuku di timur tengah

    BalasHapus
  2. salut untuk china,pengaruhnya bukan hanya di asia,tapi sudah bergeser ke timteng,karena kerja cerdasnya.semoga industri pertahanan indonesia,bisa lebih giat untuk dapat membuat UAV yang mempunyai kemampuan melebihi wing long/predator.semoga saja.

    BalasHapus
  3. Disinilah kalau mengembangkan budaya teknologi kemiliteran, akan memberikan ketakutan bagi lawan dan sekarang bgmn para pejabat NKRI apa belum sadar kalau budaya beli menjadikan nyali kecil termasuk akan merusak menghancurkan NKRI dr dalam. Spt inilah contoh Majapahit jatuh, mulai dr pejabat2nya menguntungkan diri sendiri baru gogrok kerajaan dan NKRI sdh mendekati. Camkan.................

    BalasHapus