Pages

Senin, Desember 02, 2013

Mencari Pengganti Sang Macan

ARC-(IDB) : Sebagai penempur, F-5E/F Tiger II TNI-AU sudah tak usah disangsikan lagi. Kiprahnya menjaga langit nusantara selalu menjadi yang terdepan sejak tahun 1980. Akan tetapi, usia tak bisa bohong. Meski sudah mengalami upgrade, masa purna tugasnya sudah didepan mata. Dan kini, akan terasa sangat sulit mencari pengganti yang sepadan.


Beberapa waktu lalu, Kepala Staf TNI-AU Marsekal Ida Bagus Putu Dunia telah mengungkapkan rencana penggantian F-5E/F. Namun saat itu KSAU belum membuka lebih jauh mengenai persayaratan dan spesifikasi teknis yang diminta TNI-AU. KSAU hanya memberikan isyarat,"harus lebih canggih dari yang sudah dimiliki". Karena itulah berbagai jenis penempur generasi 4++ lalu seolah berlomba menawarkan diri.

Dari Informasi yang ARC dapatkan, setidaknya ada 4 buah penempur canggih yang maju. Mereka adalah SAAB Gripen E/F, Rafale, Su-35BM, serta F-16 Blok 60. Ke-4 jenis pesawat itu tak usah diragukan lagi kecanggihannya. Semuanya mampu menjalani multi misi, daya jangkau mumpuni, avionik canggih dan lain sebagainya. 

Lalu bagaimana soal harga? Informasi yang ARC dapatkan menyebutkan, Su-35BM ditawarkan dengan kisaran harga 75 juta hingga 85 juta dollar tergantung spesifikasi. Harga ini bersaing ketat dengan F-16 Blok 60 yang juga ditawar senilai 85 juta dollar perbuah. Sementara Gripen E/F bisa didapatkan dengan harga 110 juta dollar. 

Juara untuk harga, tak lain tak bukan adalah Rafale dengan penawaran 125 juta dollar. Namun tentu saja harga-harga diatas hanyalah harga pembukaan. Berapa nilai pastinya nanti tentu tergantung pula dengan paket yang dibeli. Ssstttt... ada pula gosip yang menyebutkan, SAAB menawarkan Gripen C/D eks Swedia dengan jumlah aduhai dan harga sangat miring.


Namun demikian, harga bukanlah pertimbangan satu-satunya. Biaya operasional juga menjadi penilaian. Dan seperti kita ketahui, Su-35BM cukup mahal biaya operasionalnya, yaitu sekitar 400 juta rupiah/jam. Sementara Gripen E/F selalu menjual jargon termurah biaya operasional dengan angka 47 juta rupiah/jam. 

F-16 blok 60 sendiri biaya operasionalnya 170 juta rupiah/jam.  Akan tetapi, bukan berarti lantas Gripen E/F melenggang begitu saja. Dari sisi Commonality/ penyederhanaan jenis tentu F-16 blok 60 dan Su-35BM pegang kartu. Terlebih lagi, seri F-16 sudah lama menjadi favorit pilot tempur TNI-AU. 

Dan seperti biasa, pembelian sistem senjata di Indonesia pastinya mensyaratkan Transfer Teknologi. Untuk ToT ini, konon Gripen E/F menawarkan lini perakitan di Indonesia. Sementara F-16 Blok 60 menawarkan Offset seperti halnya pembelian F-16 A/B terdahulu. Untuk Su-35BM dan Rafale, kami sendiri belum mendengar bocorannya.

Lalu manakah yang akan menggantikan sang macan? belum ada keputusan resmi. Semuanya masih diolah dan dinilai. Akan tetapi semoga saja pemilihannya tidak berjalan terlampau lama, sehingga para pengabdian Skuadron 14 tidak akan sempat terputus.



Sumber : ARC

TNI AL Bangun Mako Di Mamuju Sulbar

MAMUJU-(IDB) : TNI Angkatan Laut berencana membangun pangkalan di Kelurahan Rangas, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, pada 2014. Selama ini, laut Mamuju hanya dikawal satu perahu karet TNI AL.

"Akan dibangun di depan kantor Gubernur Sulbar, bersebelahan dengan Kantor Imigrasi akan berkekuatan 150 orang personel," kata Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) VI Makassar, Laksamana Pertama TNI Arie Soedewo, di Mamuju, Minggu (1/12/2013).

Kunjungan Arie ke Mamuju juga untuk berdialog dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat terkait pengamanan laut di wilayah itu dan melihat infrastruktur pelabuhan. Lahan pangkalan, sebut dia, akan seluas lima hektar dan telah disediakan pemerintah daerah.
"Selain Mako Pangkalan TNI AL, juga akan dibangun bersebelahan dermaga untuk TNI AL, serta tempat pengisian bahan bakar dan tempat rekreasi," kata Arie. Dia mengatakan rencana ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan pertahanan laut di wilayah itu.

Dengan luas mencapai 20.000 kilometer persegi, selama ini laut di Sulawesi Barat hanya dijaga kekuatan satu perahu karet TNI AL. "Tak akan lagi begitu," kata Gubernur Sulawesi Barat, Anwar Adnan Saleh saat menerima Arie.

Satu regu berperahu karet TNI AL, kata Anwar, selama ini harus mengamankan 700 kilometer garis pantai provinsi dengan enam kabupaten itu. "Tentu saja tak efektif," ujar dia. Karenanya, rencana pembangunan pangkalan tersebut akan meningkatkan sistem keamanan laut di wilayahnya. Apalagi, ujar dia, kekayaan laut Sulawesi Barat seharusnya dijaga laiknya aset ekonomi bangsa.




Sumber : Kompas

BIN Dan Operator Jalin Kerjasama Antisipasi Penyadapan

JAKARTA-(IDB) : Australia telah melakukan penyadapan terhadap pejabat Indonesia. Untuk mencegah terulangnya masalah tersebut, Badan Intelijen Negara (BIN) dan operator telekomunikasi didesak untuk memperkuat kerja sama.

“Selama ini kerjasama yang terjadi belum optimal, jadi sudah saatnya untuk ditingkatkan” ujar anggota Komisi I DPR, Helmy Fauzi Senin (2/12/2013).

Menurutnya, praktik penyadapan selalu erat kaitannya dengan perkembangan teknologi. Jika pengamanan saluran komunikasi hanya dilakukan sepihak oleh pemerintah maka diprediksi akan mudah untuk diretas. “Tanpa dukungan dari operator tentu penyadapan akan makin sulit dideteksi dan dihadang,” cetus dia.

Lebih lanjut, Helmy mengatakan, kerja sama yang dibangun antara operator dan BIN ini juga untuk menepis kecurigaan adanya ‘fasilitas’ yang diberikan operator kepada negara asing untuk melakukan penyadapan. Alasannya, sejumlah saham operator di Indonesia dimiliki oleh pebisnis dari luar negeri.

“Kalau sudah ada kerja sama, tuduhan adanya main mata operator dengan intelijen asing kan mudah untuk ditepis,” bebernya.

Anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini berharap, pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendukung penuh kerja sama operator telekomunikasi dan BIN. Hal ini penting untuk mempercepat kerja sama BIN dan operator terealisasi.

Oleh karena itu, sikap proaktif Menkominfo Tifatul Sembiring, dibutuhkan untuk bantu pengamanan saluran komunikasi. “Kalau memang pemerintah ingin mengatasi penyadapan, mau tidak mau harus satu suara. Menkominfo proaktif dong. Badan intelijen kita saat ini memang butuh dukungan kerja sama dari semua operator telekomunikasi yang ada di Indonesia,” kata Helmy.

Sebelumnya ramai diwartakan intelijen Australia melakukan penyadapan terhadap para pejabat tinggi termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta Ibu Negara Ani Yudhoyono.Aksi penyadapan Australia diduga dilakukan setidaknya sepanjang 15 hari pada tahun 2009, menurut sejumlah media di Australia dan Inggris.

Puncaknya, Indonesia bereaksi keras dengan memanggil pulang Duta Besar Nadjib Riphat dari Canberra, sementara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga meluapkan kejengkelan di twitter.Presiden SBY mengatakan, Indonesia mengkaji ulang hubungan kerja sama dengan Australia setelah muncul insiden ini.

Kegiatan kerja sama militer Indonesia-Australia yang dihentikan sementara antara lainpertukaran informasi intelijen terkait pencegahan aksi terorisme. Indonesia juga menghentikan kerja sama militer berupa patroli laut bersama di wilayah selatan Indonesia untuk menangani pencari suaka.




Sumber : Sindo

The Jupiter Tiba Di Brunei

BRUNEI-(IDB) : Tim aerobatik TNI AU The Jupiters tiba di Pangkalan Tentera Udara Diraja Brunei (TUDB), Sabtu (30/11), setelah menempuh perjalanan panjang dari home base-nya di Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta.


Duta Indonesia dalam event “THE 4th Brunei Darussalam International Defence Exhibition” (BRIDEX 2013) tentang Invitation to participate the 4th BRIDEX 2013 Air Demonstration di Brunei Darussalam dipimpin oleh Danlanud Adi Sutjipto Marsma TNI Agus Munandar.


The Jupiters berangkat dari Yagyakarta pada tanggal 28 November melalui Surabaya, Lanud Samsudin Noor (Ron), 29 November Lanud Samsudin Noor- Balikpapan-Tarakan (Ron), 30 November darin Tarakan langsung menuju Brunei.


The Jupiters diawaki oleh para Instuktur Penerbang TNI AU Skadron Pendidikan 102 Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta menggunakan pesawat KT-1 Woong Bee buatan Korea Selatan, sehari-hari digunakan untuk melatih siswa penerbang.


The Jupiters akan tampil dengan melakukan 15 manuver hight show formasi aerobatik secara Vertikal terdiri seperti Jupiter Roll, Loop, Clover Leaf, Vulcan and cross Over Benefit, Loop and Cross Over Break, Jupiter Wheel, Tango to Diamond, Mirror, Screw Roll, Heart, Roll Slide, Solo Spin, Five Card Loop, Jupiter Roll Back, dan Loop and Boom Burst.


The jupiters dalam perjalanan didukung dengan dua C-130 Hercules Skadron Udara 32 Lanud Abdurachman Saleh Malang, A-1308 dan A-1316 dengan membawa ground crew dan pendukung lainnya.




Sumber : TNI AU