Pages

Sabtu, Oktober 19, 2013

Skuadron Tucano Akan Kawal Papua

SENTANI-(IDB) : Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II (Pangkoopsau II) Marsekal Muda Agus Supriatna, memberikan perhatian khusus kepada Papua yang berada di perbatasan negara. Perhatian tersebut, dengan mendatangkan pesawat tempur taktis ke Papua untuk memperketat penjagaan terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah Papua. "Kita bersyukur karena pemerintah telah mempercayakan kepada kami, khususnya TNI AU hinga akhirnya bisa membeli pesawat tempur taktis seperti Tucano dari Brazil, yang akan di standby-kan di wilayah Papua," ungkapnya kepada wartawan Kamis (18/10) kemarin.

Menurutnya, pesawat tempur yang akan diletakkan di Papua merupakan rencana strategis, mengingat Papua merupakan daerah perbatasan. Dengan adanya pesawat tempur taktis itu, Agus berharap akan bisa memantau keadaan dan situasi di Papua secara keseluruhan. "Itu sangat strategis kalau kita standby-kan di sini nantinya. Namun karena pesawatnya belum lengkap 16 unit, maka memang belum kita gerakkan, namun suatu saat nanti akan kita standby-kan di sini," sambungnya.

Disinggung mengenai pesawat asing yang beberapa kali "mampir" ke wilayah Papua tanpa ijin, Agus membenarkan adanya hal itu. Dan dalam rangka itulah pihaknya akan mendatangkan pesawat tempur taktis tersebut ke Papua. Namun menurut Agus, menyikapi adanya pesawat asing yang masuk ke wilayah RI, pihak TNI AU, khususnya Pangkalan Udara yang ada di Papua, selalu menindak tegas terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah Papua.

"Makanya kita simpan radar di Biak dan di Merauke juga. Radar itu nantinya untuk pengawasan itu, jadi setiap ada pesawat-pesawat yang unschedule (di luar jadwal izin "red) maka kita pasti amankan. Kalau mereka tidak ada ijin, maka kita tidak akan keluarkan pesawat tersebut hingga mereka mengurus perizinannya,"jelasnya.

Bukan hanya itu saja, Marsekal TNI Agus juga mengklaim beberapa kali telah menangkap pesawat yang datang dari Australia maupun PNG ketika berada di Merauke dan beberapa tempat yang ada di Papua. Jika ditemukan benda-benda yang tidak sesuai dengan izin, maka akan disita.

"Jadi kalau ada kamera, video, dan lain sebagainya akan kita ambil. Jangan-jangan mereka ingin mendokumentasikan sesuatu. Pokoknya harus ada izin dahulu. Kalau tidak ada ijin, kita akan rampas, dan mereka harus bertanggungjawab," tegasnya. 




Sumber : JPNN

AU Singapura Rencana Akuisisi F-35B



SINGAPURA-(IDB) : Dalam sebuah wawancara panjang dengan Defense Writer Group pada Juli lalu, Komandan Angkatan Udara Amerika Serikat wilayah Pasifik, Jenderal Herbert J. "Hawk" Carlisle ditanya mengenai minat Singapura untuk pesawat tempur F-35. Carlisle mengatakan:


"Saya sudah berbicara dengan CDF mereka (Chief of Defence Force Singapura, Letnan jenderal Ng Chee Meng). Saya berada di Singapura. Singapura memutuskan untuk membeli model B (F-35B) varian STOVL. Tapi saya tidak tahu mereka akan menganggarkannya darimana. Saya tahu keputusan itu telah dibuat dan itulah sebabnya mereka menjadi bagian dari program (program F-35) ini, tapi saya tidak tahu darimana mereka akan menganggarkannya."

Bagian dari wawancara itu sebagian besar luput dari perhatian media yang meliput acara tersebut sebagai cakupan pemusatan perhatian pada rencana Angkatan Udara AS untuk poros Pasifik. Jika Jenderal Carlisle benar, berarti Singapura akan menjadi pengguna keempat F-35B, setelah Korps Marinir Amerika Serikat, Inggris, dan Italia. F-35B adalah sebutan untuk F-35 yang memiliki kemampuan short take-off and vertical-landing (STOVL) atau lepas landas pendek dan mendarat secara vertikal.

Sebuah negara kecil padat penduduk yang terletak di ujung selatan Semenanjung Malaya, Singapura berada di choke point bersama dengan Malaysia dan Indonesia di sepanjang jalur laut penting dunia. Pelabuhan lautnya menjadi sumber booming-nya ekonomi Singapura, sedangkan Bandara Internasional Changi sudah terkenal fungsinya di dunia sebagai penghubung penting bagi wisatawan Asia ke seluruh dunia dan sebaliknya. Dengan luas total hanya 710.2 km persegi, namun Singapura mampu membangun militer yang kuat, bahkan dianggap sebagai salah satu yang terbaik di Asia.

Singapura bergabung dengan program JSF (F-35) pada bulan Februari 2003 sebagai Security Cooperative Participant (SCP). Sebagai SCP, Singapura diyakini mampu mengeksplor F-35 untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sekaligus membentuk kantor programnya sendiri. Meski demikian, awal ketertarikan Singapura pada varian STOVL F-35 baru muncul pada 2011, ketika Rolls-Royce mengungkapkan bahwa Singapura meluncurkan studi yang bertujuan untuk mempertimbangkan akuisisi F-35B.

Amerika Serikat dan Australia memiliki hubungan pertahanan yang erat dengan Singapura, tidak mengherankan jika Singapura akan mengikuti jejak mereka untuk mengoperasikan F-35 bersama dengan Jepang (dan mungkin juga Korea Selatan). Pesawat ini dilengkapi network-enabled capability dan integrated sensor suite, yang pastinya akan memudahkan operasi gabungan dengan sekutu-sekutu pengguna F-35 di wilayah manapun.

Terkenal tertutup dalam masalah militer, pejabat pertahanan di Singapura telah membantah rumor tentang minat mereka pada F-35B. Namun, Menteri Pertahan Ng Eng Hen sebelumnya beberapa kali mencatatkan bahwa Singapura tengah mengevaluasi F-35 untuk dijadikan pesawat tempur berikutnya bagi Angkatan Udara (RSAF), namun belum ada keputusan yang dibuat.

Tentu saja F-35B bagi Singapura akan menjadi pilihan yang sangat patut dipertimbangkan. Pesawat yang mudah digunakan dan mampu lepas landas dari landasan pacu 168 m akan memastikan RSAF mampu melakukan operasi udara dengan cepat dan cepat dalam merespon serangan pertama musuh. Kemampuan seperti ini tentu akan membuat sulit perhitungan musuh untuk melakukan serangan pertama pada Singapura.

Dengan munculnya pengumuman baru oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong yang menyatakan bahwa dalam waktu dekat Singapura akan menutup tiga basis tempur taktis untuk digunakan sebagai perumahan dan industri (akibat minimnya tanah), berarti hanya tinggal Pangkalan Udara Tengah di barat dan Pangkalan Udara Changi di timur, sebelah bandara internasional Singapura di timur Singapura, sebagai rumah bagi pesawat-pesawat tempur RSAF. Kedua pangkalan udara itu rencanaya akan diperluas dan di upgrade agar bisa menampung relokasi pesawat-pesawat RSAF dan unit yang saat ini berbasis di Paya Lebar.

Dengan berkurangnya jumlah landasan pacu di Singapura, memiliki aset tempur udara seperti F-35B STOVL tentu akan menjadi solusi yang bijak bagi pemikiran perencana pertahanan Singapura. Ini akan menjadi salah satu faktor yang pastinya akan dipertimbangkan. Dan upgrade kedua basis tempur diatas kemungkinan akan mencakup pembangunan lapisan termal "lilypads" yang akan memungkinkan F-35B mendarat secara vertikal tanpa gas buang panas dari knalpotnya merusak aspal (landasan).

Singapura biasanya tidak mentok pada pembelian pertama, akan ada batch-batch pembelian tambahan

Meskipun telah menyebut F-35 sebagai pesawat yang cocok untuk modernisasi armada tempur udara RSAF, namun Ng juga mengatakan bahwa Singapura tidak terburu-buru mengambil keputusan. Dengan armada yang tempur udara yang relatif muda dan canggih seperti F-15 dan F-16 saat ini, Departemen Pertahanan Singapura akan lebih cenderung melihat beberapa aspek kematangan dari program JSF sebelum melakukan sesuatu yang disebut sebagai pembelian termahal dalam sejarah pertahanan Singapura.
RSAF saat ini mengoperasikan 60 Lockheed MArtin F-16C/D Fightng Falcon bersama dengan 24 Beoing F-15SG Eagles. Telah dilaporkan juga di beberapa media dan diperkuat foto-foto dari latihan tempur Maple Flag baru-baru ini di Kanada bahwa Singapura sudah menerima tambahan F-15SG yang belum/tidak diumumkan. Kemungkinan pesawat-pesawat ini akan menggantikan pesawat pencegat Northrop F - 5S/T Tiger II yang satu atau dua tahun kedepan akan pensiun.

Beberapa waktu lalu Singapura juga mengumumkan bahwa F-16 RSAF akan menjalani upgrade Mid-Life, yang setidaknya akan menjaga umurnya hingga 2020. Jangka waktu yang cukup bagi RSAF untuk memperkenalkan F-35 dalam layanannya. Dan lagi untuk urusan alat pertahanan, Singapura biasanya tidak mentok pada pembelian pertama, akan ada batch-batch pembelian tambahan dan analis meyakini jika memang Singapura jadi membeli F-35 maka kemungkinan pembelian itu bukan menjadi pembelian yang terakhir. Dan jika perencana pertahanan Singapura menilai F-35B memiliki keterbatasan payload (muatan), manuver dan lainnya karena untuk mempertahankan kemampuan STOVL-nya, maka tidak salah berspekulasi bahwa Singapura akhirnya akan memilih F-35A CTOL (lepas dan landas dan mendarat biasa/konvensional).




Sumber : Artileri

Analisis : Menimbang Lampung

ANALISIS-(IDB) : Dinamika kawasan Asia Pasifik khususnya Laut Cina Selatan (LCS) setahun terakhir ini sangat mudah berganti warna. Pagi kelihatannya cerah, tiba-tiba tengah hari mendung dan suram, atau sebaliknya.  PM Cina Li Keqiang dalam pertemuan ASEAN di Brunai tanggal 10 Oktober 2013 yang lalu,misalnya, meminta sengketa LCS diselesaikan secara damai dan bersahabat. Padahal pernyataan dan kenyataan di medan air LCS berbeda tajam. Pernyataan adalah diplomasi, belum tentu kalimat ucap sama dengan kalimat hati.  Gerakan militer Cina yang berbaju kapal nelayan berteknologi selalu memantau situasi LCS setiap hari, termasuk gerakan kapal selamnya.



Dalam terminologi militer pesan “cuaca” yang mudah berganti itu harus disikapi dengan cara pandang kewaspadaan dan pantauan terus menerus.  Termasuk juga tiga tahun lalu belum ada pemikiran menoleh serius ke pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatera.  Tetapi sejak Darwin, pulau Natal dan Cocos ada optimasi bertahap pengumpulan satuan militer dan persenjataan negara adidaya, maka mau tak mau kita harus menoleh dan mengantisipasi untuk berkalkulasi pertahanan diri. Salah satunya adalah membangun pangkalan militer setara Surabaya dan penempatan 1 skuadron Sukhoi generasi terbaru di lingkaran itu.

Tidak lagi harus terpusat di Surabaya


Pangkalan utama angkatan laut di selat Sunda tepatnya di teluk Lampung bisa menjadi pilihan strategis karena berada di mulut ALKI I. Jangkauan operasi kapal perang yang berpangkalan di teluk Lampung bisa menjangkau seluruh pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera dan LCS.  
Sementara untuk penempatan 1 skuadron Sukhoi salah satu pilihan bagus bisa ditempatkan di Lanud Radin Inten, Bandar Lampung.  Sama seperti pangkalan AL di Lampung, kehadiran Sukhoi di Bandar lampung bisa memberikan kawalan terhadap seluruh ALKI I, pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera, selat Malaka dan LCS. Lebih dari itu memberi kepastian reaksi cepat mengawal ibukota dari ancaman jet tempur asing.



Program MEF(Minimum Essential Force) kedua diprediksi akan ada penambahan minimal 2 skuadron jet tempur diluar penggantian jet tempur F5E. Boleh jadi penggantian F5E dari F16 upgrade batch 2 sebagaimana yang pernah ditawarkan Obama setelah 24 F16 batch 1 tiba.  Sangat terbuka kemungkinan isian penambahan 2 skuadron itu dari Sukhoi Family.  Alokasi strategis penempatan 1 skuadron Sukhoi di wilayah Barat menurut pandangan kita sangat tepat berada di jalur ALKI I Selat Sunda yaitu di Lanud Radin Inten.  Sementara 1 skuadron yang lain bisa ditempatkan di timur Indonesia yaitu Biak. Jadi gambaran jelasnya ada 3 skuadron Sukhoi yaitu di Lampung, Makassar, Biak. Sebagai jet tempur kelas berat jelajah jangkau Sukhoi dari titik Lampung  akan mampu mengcover seluruh ALKI I yang meliputi Selat Sunda, Selat Malaka sampai Natuna. Termasuk mengawal Jawa dan Sumatera.  Yang paling penting dari semua pemikiran strategis itu adalah untuk mengawal ibukota.



Angkatan laut juga diharapkan tidak lagi menumpuk kapal perang di Surabaya.  Sebagaimana dikatakan Jendral Kiki Syahnakri di acara Sugeng Sarjadi TVRI dalam rangka menyambut HUT TNI 5 Oktober lalu.  Sudah saatnya pangkalan TNI AL tidak lagi dipusatkan di Surabaya.  Maka salah satu pilihan tentu saja pangkalan TNI AL di Teluk Lampung yang dulu sempat bergema kuat di era Pak Harto ketika heboh pembelian 39 kapal perang eks  Jerman Timur.  Bukankah di Piabung sudah ada satuan tempur Marinir setingkat brigade.  Benar pemikiran mantan KSAL Laksamana Slamet Subiyanto bahwa TNI AL jangan hanya memikirkan halaman dalam NKRI, tapi juga perlu kehadiran di halaman luar seperti pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatera. Kehadiran pangkalan utama TNI AL di kawasan selat Sunda merupakan basis perkuatan untuk mengawal ALKI I di mulut botolnya langsung.

Jet Tempur Sukhoi, 3 skuadron mampu mengcover seluruh NKRI


MEF tahap 2 tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 adalah kunci geliat perkuatan seluruh matra TNI.  Sebagai satuan pemukul NKRI dari ancaman asing, modernisasi persenjataan TNI di MEF 2 adalah keniscayaan yang harus dipertaruhkan dalam istiqomahisasi kebijakan meskipun struktur pemerintahan,  konspirasi kabinet dan parlemen sudah berbeda figur.  Sudah tentu menu utama dari adanya persebaran pangkalan AL dan skuadron jet tempur adalah pemenuhan dan penambahan jenis kapal perang berkualifikasi destroyer, fregat, kapal selam dan jet tempur berteknologi setara dengan ancaman yang datang dari selatan Jawa atau LCS. Khusus kapal selam selayaknya Indonesia harus memiliki minimal 12 kapal selam untuk mengawal jelajah perairan NKRI. Oleh sebab itu disamping 3 Changbogo yang sedang dalam proses pembangunan, opsi mengambil kapal selam dari Rusia sangat pantas dilakukan sebagai upaya percepatan kehadiran kapal selam yang merupakan alutsista strategis.



Menimbang Lampung adalah kalkulasi sederhana, masih dalam konteks mengawal Jawa sebagai jantung Indonesia dan sekaligus membuka kawalan baru sebagai akibat munculnya perkuatan militer di selatan Jawa dan barat Sumatera.  Hitung cepatnya, memperpendek jarak jelajah KRI dan memastikan ruang udara Sumatera Jawa ada dalam genggaman Sukhoi.  Meski katanya Cocos dan Darwin untuk menghadapi militer China tetapi tetap saja akan melewati teritori NKRI, tetap saja akan mengacak-acak ruang udara NKRI.  Kehadiran Skuadron Sukhoi dan pangkalan besar KRI di Lampung setidaknya akan memberikan langkah hati-hati bagi pihak manapun untuk tidak sembarangan melanggar kedaulatan teritori Indonesia.
Sumber : Analisis

Satgaslat TPR II/2013 Hancurkan Ranjau Sisa PD II

KOTA BARU-(IDB) : Komandan Satuan Kapal Ranjau Koarmatim Kolonel Laut (P) Eko Wahyono S.E. selaku Dansatgaslat Tindakan Perlawanan Ranjau II Tahun 2013 (TPR II / 2013) memimpin netralisasi area yang diperkirakan terdapat ranjau peninggalan Perang Dunia II di perairan Tarjun, Kotabaru,  Kalimantan Selatan, Kamis (17/10). Dua bom laut telah terpasang di dasar laut siap diledakkan untuk menghancurkan sisa-sisa ranjau Perang Dunia II tersebut.

Hal tersebut merupakan rangkaian puncak dalam Satgaslat TPR II/2013 yang diawali dengan perakitan bom laut. Tepat pukul 07.00 setempat, prajurit yang mengemban Satgaslat TPR II / 2013 mulai begeser kesasaran titik peledakan.  Tim Satgaslat terbagi menjadi 5 tim, yaitu KRI Pulau Rengat – 711 sebagai kapal buru ranjau Satban Koarmatim dijadikan tempat perakitan bom laut serta 4 perahu karet diawaki prajurit Pasukan Katak dan Prajurit Dislambair.

Rangkaian bom laut dari KRI Pulau Rengat – 711 dirakit oleh prajurit Labinsen, selanjutnya bom laut dibawa prajurit menuju titik sasaran peledakan. Setelah bom laut diturunkan kedasar laut, dua prajurit Dislambair melaksanakan penyelaman guna memastikan apakah bom laut sudah tepat pada titik sasaran yang sudah ditentukan.

Kemudian prajurit Pasukan Katak yang telah siap untuk demolisi menyambung rangkaian bom laut tersebut, tidak lupa tim perahu karet yang bertugas sebagai SAR mengamankan area yang akan menjadi peledakan bom laut.

Setelah semua area peledakan dinyatakan aman, Dansatgaslat TPR II/2013 memerintahkan tim eksekutor untuk meledakkan bom laut. Bllaaarrrrr.....sesaat kemudian terdengar suara menggelegar dan nampak air laut semburat keatas menandakan bom telah meledak dibarengi dengan hancurnya sisa-sisa ranjau yang masih ada di perairan tersebut. Dengan adanya kegiatan penghancuran ranjau sisa Perang Dunia II ini, pelayaran kapal-kapal nelayan maupun kapal niaga di perairan Tarjun, Kotabaru lebih aman dari keberadaan ranjau laut.




Sumber : Koarmatim

Panser Amphibi Pindad Dan Iveco Superav

Iveco Superav 8x8. Kendaraan Tempur Amphibi buatan Italia
Iveco Superav 8×8. Kendaraan Tempur Amphibi buatan Italia

JKGR-(IDB) : Ada keterangan menarik yang disampaikan Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo, terkait pengembangan Panser Anoa Amphibi, saat pameran Alutsista TNI di Monas Jakarta, awal Oktober 2013. Wahyu utomo mengatakan panser yang akan mereka buat tahun 2015, mampu mengarungi: sungai laut dan udara. 

Panser tersebut akan melibatkan kerjasama dengan Italia dan Korea Selatan: “Tahun 2015, panser anoa akan bisa beroperasi di laut dengan teknologi hydrojet. Untuk mendapatkan kemampuan itu, PT Pindad bekerjasama dengan Italia dan Korea Selatan”, ujar Wahyu Utomo.


Jika bekerjasama dengan Italia untuk membuat panser amphibi, kira-kira bentuk Panser Pindad nanti seperti apa ?. Salah satu APC produk Italia yang sedang naik daun adalah Superav 8×8 buatan Iveco Defence Vehicles.


Superav 8×8 dibuat Iveco Defence Vehicles untuk menggantikan 600 unit kendaraan tempur amphibi M113 dari Pasukan Pendarat Angkatan Darat Italia, pada tahun 2010.

Ujicoba di Perairan, Bae-Iveco Superav  8x8 selama 12 hari, untuk MPC US Marine, Mei 2013 (photo: BAE)
Ujicoba di Perairan, Bae-Iveco Superav  8x8 selama 12 hari, untuk MPC US Marine, Mei 2013 (photo: BAE)
Ujicoba Bae-Iveco Superav 8×8 di air selama 12 hari, untuk MPC US Marine, Mei 2013
superav3
superav4
Ujicoba di Perairan, Bae-Iveco Superav  8x8 selama 12 hari, untuk MPC US Marine, Mei 2013 (photo: BAE)
Ujicoba Bae-Iveco Superav 8×8 di Air selama 12 hari, untuk MPC US Marine, Mei 2013

Superav 8×8 ini menarik perhatian negara lain karena dianggap memiliki mobilitas tinggi dan proteksi superior bagi operasi pasukan militer di medan pertempuran. Kemampuan amphibi Superav 8×8 didukung sistem propulsi waterjet, mampu bergerak 5 km/jam di air di laut hingga level sea II atau dengan ketinggian ombak maksimum 1/2 meter. Superav bisa dilepas, jauh dari garis pantai oleh kapal pengangkut dalam melakukan penyerbuan.


Dengan kecepatan maksimum 105km/jam, kendaraan ini dapat beroperasi sejauh 800 km di daratan atau 64 km di air serta bisa diangkut pesawat transport C-130 Hercules.


Pada Agustus 2011, Iveco Defence Vehicles dan BAE Systems bergabung untuk menawarkan kendaraan platform amphibi bagi US Marine Personnel Carrier (MPC). Dalam kesepakatan itu, Iveco dan BAE Systems mengembangkan kendaraan baru berbasis Iveco Superav 8×8. Kendaraan BAE – IVECO SuperAV 8×8 Marine Personnel Carrier (MPC) itu kini sedang menjalani uji coba di air.


Varian Superav
 
Fleksibilitas dari disain Superav membuat kendaraan tempur ini dapat dirakit menjadi berbagai varian dari platform yang sama. Hal serupa sebenarnya terjadi juga dengan Patria AMV 8X8 Finlandia, sehingga banyak pihak asing tertarik membeli jenis kendaraan tempur tersebut.


Superav dapat digunakan sebagai: Kendaraan tempur pengangkut pasukan, Kendaraan Anti-Tank, Mortar carrier, Kendaraan Pos Komando, Engineer/ recovery vehicle, serta Ambulans. Dengan mengusung sistem monocoque Superav memiliki dua varian lebar body, yakni 2.7 m serta 3 meter. APC ini mampu menampung 13 pasukan, termasuk supir dan 12 anggota pasukan. Untuk keluar masuk pasukan, tersedia pintu di bagian atas serta bagian belakang APC.


Dengan bobot tempur 24 ton, Superav 8×8 memiliki konfigurasi panjang 7,92 meter, lebar maksimum 3 meter serta tinggi 2,3 meter, dilengkapi peralatan standar: air conditioning system, NBC (nuklir, biologi, kimia) system, pendeteksi api dan kebakaran, suppression system serta central tyre inflation system.

Iveco Superav 8x8
Iveco Superav 8×8
Superav mengusung persenjataan hingga kaliber 40 mm, serta sistem turret/canon, dilengkapi 8 peluncur granat asap. Chasis dan hull-nya dilengkapi sistem proteksi pasif dan aktif untuk menyediakan perlindungan level tinggi terhadap serangan senjata mesin, artileri, ranjau atau pun perangkat peledak buatan IED attacks. Kendaraan ini bisa dipasang lapisan pengaman tambahan (add-on armour kits) untuk meningkatkan proteksi. Kemampuan survival ditingkatkan dengan adanya sistem pemadam api dan anti-ledakan.


Kendaraan ini digerakkan double turbocharged multifuel diesel engine yang menghasilkan tenaga 500-560 hp, dengan gearbox 7 transmisi untuk maju dan 1 untuk mundur. Mesin dan sistem kemudi APC Superav 8×8 turunan dari kendaraan tempur Italia Centauro yang sudah combat proven.


Iveco Guarani 6×6
 
Iveco Defence Vehicles memiliki varian Kendaraan tempur roda 6×6. Pada tahun 2009, Iveco menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Brasil, untuk memproduksi VBTP-MR (Viatura blindada de transporte de pessoal-médio de rodas) Guarani 6×6 bagi kebutuhan Angkatan Darat Brasil
.

VBTP-MR Guarani 6x6 Brasil
VBTP-MR Guarani 6×6 Brasil

Kontrak pertama senilai 119 juta USD ditujukan untuk pengadaan 86 APC Iveco Guarani 6×6. Kontrak ini bagian dari rencana Brasil yang memesan 2044 unit Iveco dalam 20 tahun ke depan dengan nilai kontrak 2,5 miliar Euro. Angkatan darat Brasil membutuhkan sekitar 2000 Iveco Guarani sebagai bagian restrukturisasi Pasukan Mekanis Brasil.

Ujicoba VBTP-MR Guarani 6x6 (photos: CAEx / CECOMSEX)
Ujicoba VBTP-MR Guarani 6×6.
Ujicoba VBTP-MR Guarani 6x6 (photos: CAEx / CECOMSEX)
Ujicoba VBTP-MR Guarani 6×6.
Guarani_04
Pabrik Iveco yang berada di Sete Lagoas Brasil telah mengirimkan 38 APC Gurani 6×6 untuk Infanteri dan Kavaleri Brazil. 

Sisa 48 APC Guarani untuk batch pertama akan dikirim bulan Juli 2014. “APC ini diinstal turret yang berbeda , senjata, sensor dan sistem komunikasi ke dalam hull yang sama”, ujar Menteri Pertahanan Brasil, Celso Amorim.


Guarani 6×6 merupakan hasil kerjasama Iveco dengan Angkatan Darat Brasil, untuk membuat kendaraan roda 6×6 amphibi, menggantikan kendaraan tempur Angkatan Darat Brasil (armoured fighting vehicles) EE-11 Urutu dan Cascavel pada tahun 2015.

Apakah Panser Amphibi PT Pindad yang dibangun tahun 2015, merujuk pada Superav 8×8 ,  Guarani 6×6 atau disain PT Pindad ?. Kita tunggu informasinya. 




Sumber : JKGR

Danpasmar-1 Sambut Satgasmar Ambalat XVI



SURABAYA-(IDB) : Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Siswoyo Hari Santoso menyambut kedatangan Satuan Tugas Marinir Ambalat XVI di Brigade Infanteri-1 Marinir, Gedangan, Sidoarjo, Kamis, (17/10/13).


Upacara penyambutan para prajurit Korps Marinir yang tergabung dalam Satuan Tugas Marinir Ambalat XVI dengan Komandan Satgas Kapten Marinir M. Ali Wardhana itu, juga dihadiri oleh, Wadan Brigif-1 Mar Letkol Marinir Suliono, para Komandan Satlak dan pejabat teras di jajaran Pasmar-1. 


Dalam amanatnya Komandan Pasmar-1 menyampaikan ucapan selamat datang dan selamat kembali bergabung dengan induk pasukan serta selamat bertemu dengan keluarga setelah kurang lebih enam bulan memenuhi tugas mulia menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI di wilayah perbatasan daerah Sebatik Kalimantan Timur. 


Lebih lanjut Komandan Pasmar-1 menyampaikan bahwa keberhasilan dalam melaksanakan tugas akan memiliki nilai kebahagiaan dan kepuasan tersendiri dalam kehidupan kita sehari-hari, apalagi jika diikuti dengan rasa ikhlas dan tulus sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT, kita akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Namun demikian janganlah keberhasilan tersebut membuat kita hanyut dalam pujian dan bergembira secara berlebihan, karena tugas lainnya sudah menunggu di depan kita. 



Pada kesempatan tersebut Komandan Pasmar-1 atas nama pribadi dan pimpinan Korps Marinir TNI AL mengucapkan terima kasih dan bangga atas tugas yang telah kalian torehkan dengan berhasil sangat baik tanpa kurang satu apapun, semoga pencapaian tersebut dapat menjadi bekal pengalaman dalam memikul penugasan-penugasan berikutnya.


Sebelum mengakhiri amanatnya Komandan Pasmar-1 menyampaikan beberapa penekanan kepada anggota Satgasmar Ambalat XVI yaitu segera menyesuaikan diri dan beradaptasi kembali dengan lingkungan di Satuan masing-masing, laksanakan tertib administrasi, khususnya pengembalian inventaris pinjaman termasuk senjata dan munisi serta dilaporkan secara berjenjang, manfaatkan waktu luang istiharat untuk recovery kesehatan sekaligus untuk membina keluarga kembali, dan sampaikan salam hormat dan ucapan terima kasih kepada segenap keluarga yang telah memberikan dukungan moril kepada suami untuk mengemban tugas sehingga dapat terlaksana dengan baik dan membanggakan.





Sumber : Kormar