Pages

Jumat, Oktober 18, 2013

Rudal Pertahanan Udara Masuk Daftar Pembelian Renstra 2014-2019 Dan 2019-2024

HQ-9 China salah satu kandidat bagi Arhanud RI
JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Udara siap mendatangkan 102 pesawat tempur baru. Langkah itu sudah sesuai dengan pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono guna tercapainya minimum essential force.

"Itu sudah ada di rencana strategi di 2014, 2019 sampai 2024. Seperti yang diketahui kita akan menambah kekuatan dengan berbasis minimum essential force, ada penambahan kurang lebih sekitar 102 pesawat dengan berbagai macam," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI Hadi Tjahjanto di Jakarta Timur, Jumat (18/10/2013). 

Hadi menuturkan beberapa jenis yang ditambah, salah satunya Sukhoi. Ada pula F16, Hercules, dan Super Volcano. 

"F-16 jumlahnya 24, Super Volcano 16, dan akan ada penambahan Hercules dari Australia jumlahnya 2," jelas Hadi di sela pisah-sambut Kadispenau ini. 

Selain pesawat, untuk melindungi dari serangan udara, TNI AU akan membeli rudal dari negeri China. Pembelian rudal tersebut pun sudah tercantum dalam Renstra 2014-2019 dan 2019-2024. 

"Untuk rudal sudah ada dalam rencana strategis, tentunya itu akan kita realisasikan yang jelas penambahan alutsista itu sudah ada di renstra," paparnya. Untuk TNI AU, lanjut Hadi, rudal yang dibeli adalah rudal dari darat ke udara. 





Sumber : SCTV

Berita Foto : Tucano Latihan ‘Air to Ground’

Tucano Membawa Bom-n

LUMAJANG-(IDB) :  Sejak kedatangannya satu tahun yang lalu, pesawat Tempur Super Tucano telah melakukan uji coba dalam latihan air to ground yang pertama pada bulan Februari 2013 lalu, dan hari ini Jum’at (18/10) Pesawat Super Tucano kembali melakukan latihan penembakan Air To Ground di AWR Pandan Wangi Lumajang, Jawa Timur.


Tucano Membawa Bom-330
Pesawat Super Tucano membawa bom


Penembakan hari ini melibatkan 2 pesawat Super Tucano dan secara bergantian pesawat buatan Brasil yang masing-masing membawa 3 bom menggunakan Bom Latih Asap (BLA) seberat 250 kg, menembakan bom dari ketinggian 4000 kaki dalam 3 sortie penerbangan.


Menurut Kepala Pentak,  Sutrisno, S.Pd, M.Si., latihan ini dimaksudkan sebagai ajang uji kemampuan dan mengasah ketrampilan para penerbang-penerbang pesawat tempur Super Tucano dalam melakukan operasi-operasi udara yang dibutuhkan utamanya kemampuan dalam ketepatan menembak atau menghancurkan sasaran sekaligus untuk meningkatkan kemampuan tempur yang handal dan profesional.


Tucano Membawa Bom-475
Dua Pesawat Super Tucano dari Brasil latihan penembakan Air To Ground

Dengan pelaksanaan latihan ini diharapkan akan semakin meningkatkan profesionalisme dalam menembak dari udara ke darat yaitu dapat menembak sasaran dengan tepat, sehingga jika dibutuhkan setiap saat para Penerbang Super Tucano telah siap bertugas.

Oleh karenanya, kata Sutrisno,  latihan ini akan berjalan selama satu minggu ke depan, dengan take off dan landing langsung dari landasan pacu Lanud Abd Saleh, agar kemampuan yang diharapkan dapat terwujud sebagaiman yang direncanakan. 





Sumber : Poskota

Menhan : Industri Pertahanan Indonesia Mati Suri Sejak 1998 Hingga 2009

BANTEN-(IDB) : Industri pertahanan atau alat utama sistem persenjataan (Alutsista) di dalam negeri kini mulai berkembang pesat. Padahal, bertahun-tahun industri ini sempat mati pasca krisis 1998.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro di acara Rakernas Kamar Dagang dan Industri Perikanan dan Kelautan BUMN dan Industri Pertahanan, di Sheraton Hotel Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Jumat (18/10/2013).

"Industri kita itu kolaps tahun 1998 karena krisis, sampai kira-kira tahun 2009 kita melakukan restrukturisasi. Kolaps seiring dengan krisis," kata Purnomo.

Banyak langkah untuk kembali membangkitkan industri yang dahulu disebut industri strategis ini. Purnomo berkisah, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan termasuk para pelaku usaha untuk membentuk sebuah forum yang dinamakan KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan).

"Kita ajak, kita buat apa yang dinamakan KKIP. Yang kita lakukan pertama di sektor kita itu on government balancing, artinya sektor bisa berkembang kalau didukung pemerintah," katanya.

Seiring waktu berjalan, Purnomo mengatakan, industri ini kembali hidup. Bahkan industri pertahanan Indonesia mampu merambah pasar ekspor seperti ke Filipina, Timor Leste, dan negara-negara lainnya.

"Kita bangun industri pertahanan itu. Pertama kita beri order, yang tadinya impor kebanyakan, jadi subtitusi. Setelah itu kita coba mengekspor, tekstil, pakaian seragam, makanan untuk prajurit, semua kita bisa lakukan ekspor, kita juga ekspor ke Timor Leste, Filipina," jelasnya.

Ia juga mengatakan, pemerintah pun menyelamatkan beberapa BUMN yang bergerak di bidang industri pertahanan melalui Penyertaan Modal Negara (PMN). "Setelah itu kita bikin PMN. Kita berikan, kita selamatkan yang bermasalah terutama yang BUMN. PT DI, Pindad dan PAL," katanya.





Sumber : Detik

Irak Mulai Menerima Kiriman Senjata Dari Rusia

BAGHDAD-(IDB) : Rusia mulai mengirim senjata ke Irak dalam sebuah kontrak bersejarah senilai milyaran dolar yang ditandatangani antara Baghdad dan Moskow tahun lalu.
 

Ali Al-Musawi, penasehat media Perdana Menteri Irak Nouri Al-Maliki, kepada Russia Today, Kamis (17/10) mengatakan bahwa kesepakatan tersebut mencakup pengiriman senjata-senjata dalam memerangi terorisme.

 

Baghdad dan Moskow menandatangani kesepakatan senilai 4,3 miliar USD pada Oktober 2012. Dengan demikian, Rusia menjadi penyuplai senjata terbesar kepada Irak setelah Amerika Serikat, akan tetapi para pejabat Irak bulan lalu menyatakan bahwa kesepakatan tersebut ditangguhkan menyusul kekhawatiran Maliki tentang "korupsi" dalam timnya.

 

Akan tetapi, Anatoly Isaykin, direktur jenderal perusahaan senjata Rusia Rosoboronexport pada bulan Februari menyatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak ditangguhkan hanya saja belum efektif.

 

Musawi menjelaskan, "Kami memang memiliki kecurigaan terhadap kontrak ini. Akan tetapi pada akhirnya kesepakatan itu ditandatangani. Kami saat ini sedang memulai proses implementasi salah satu dari tahap dari kontrak tersebut."

 
Menurut sejumlah sumber, Irak membeli 10 unit helikopter Mi-28 dan 42 unit sistem rudal tipe dari darat ke udara Pantsir-S1.





Sumber : Irib

Menhan Yakin Pencairan Dana Alutsista Maksimal

JAKARTA-(IDB) : DPR berkomitmen mendukung pencairan dana on top (dana yang tak diambil dari APBN, tapi langsung dianggarkan Bappenas) untuk penguatan alat utama sistem senjata (alutsista). Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengajukan dana on top pada 2013 sebesar 18,3 triliun rupiah.

"Asalkan untuk kepentingan alutsista, kami prinsipnya no problem. Apalagi itu sudah diprogram hingga 2014 mendatang," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, di Jakarta, Senin (8/10). Permintaan pengajuan dana itu masih dibahas di Badan Anggaran DPR. "Kami di Komisi I tinggal memastikan, kalau ada penyesuaian dana on top dari Banggar, penyesuaiannya berapa?" kata Tubagus.

Total dana on top alutsista yang dianggarkan pemerintah dari 2010 hingga 2014 sebesar 57 triliun rupiah. Dana itu sebagai tambahan untuk memenuhi kekuatan pokok minimal (minimum essential forces) untuk periode lima tahun itu sebesar 156 triliun rupiah. Dana itu terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 sebesar 99 triliun rupiah dan dana on top sebesar 57 triliun rupiah.

Kemhan menargetkan bisa mengadakan 45 jenis alutsista dari anggaran tersebut untuk Mabes TNI, TNI AD, TNI AU, dan TNI AL. Jumlah itu setara dengan 30 persen kekuatan MEF. Adapun MEF sendiri ditarget tercapai pada 2024 mendatang. Sebanyak 14 jenis alutsista di antaranya diperuntukkan bagi TNI AU, yang terdiri dari lima jenis pesawat tempur, tiga jenis pesawat angkut, dua jenis helikopter, dua jenis pesawat latih, serta beberapa jenis pesawat tanpa awak dan alutsista udara lain di luar radar.

Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, justru sedikit pesimistis semua dana on top bisa cair pada 2014. "Kementerian Pertahanan seharusnya mengajukan dana on top pada 2013 lebih besar lagi karena dana tersisa masih besar. Minimal diajukan 22 triliun rupiah agar bisa terserap maksimal," kata Mahfudz.

Menanggapi hal itu, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, optimistis dana on top bisa maksimal dipergunakan hingga 2014 mendatang. "Hingga 2013 sudah cair 29 triliun rupiah. Sisanya saya optimistis bisa dicairkan pada 2014 mendatang," kata Purnomo.

Adapun rincian dana on top yang sudah cair, antara lain hingga 2012 ini keluar sebesar 17 triliun rupiah, lalu pada 2013 diajukan sebanyak dua kali masing-masing sebesar 6 trilun rupiah. Sisanya sebesar 28 triliun rupiah akan dicairkan pada 2014. "Kita upayakan untuk bisa cair semua," ujar Purnomo.

Dengan demikian, target men capai 30 persen kekuatan MEF pada 2014 bisa tercapai. Menhan bahkan optimistis bisa melampaui target MEF hingga 40 persen di masa akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Ini karena kita banyak ditawarkan alutsista hibah dari negara lain," kata dia. Hibah 24 pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat dinilai sangat signifikan menggenjot target pemenuhan MEF. 




Sumber : KoranJakarta

Kapal Frigate AL India Akan Ke Surabaya

SURABAYA-(IDB) : Kapal perang jenis Frigate INS SAHYADRI-F.49 dari jajaran Angkatan Laut India dalam waktu dekat ini, tanggal 24 hingga 27 Oktober akan tiba di Pelabuhan Umum Tanjung Perak Surabaya. Rencana kedatangan kapal perang tersebut, disampaikan oleh Tim Aju AL India Kolonel Karfik Murfhy yang hari ini, Rabu (16/10) berkunjung  ke Koarmatim.
 
Kedatangan Tim Aju yang didampingi satu orang perwira stafnya tersebut, diterima Komandan Guskamlatim Laksamana Pertama TNI  Wuspo Lukito, SE dengan didampingi beberapa Asisten Pangarmatim, yang diterima di Gedung Candrasa Koarmatim Ujung Surabaya.


Kapal perang jenis Frigate INS SAHYADRI-F.49 yang dikomandani Capten Sanjay Vatsayan ini, saat tiba di Surabaya nanti komandan beserta ABK nya akan melakukan kunjungan ke beberapa Kotama TNI AL yang ada di Surabaya, yaitu ke Koarmatim, Kobangdikal, Akademi Angkatan Laut (AAL) dan Lantamal V Surabaya.Kunjungan tim aju ini, diakhiri dengan saling menukar cindera mata. 





Sumber : Koarmatim

Panglima TNI Tertarik Kapal Selam Bekas Dari Rusia

Kita sudah berpengalaman membeli alat perang bekas. Karena itu, ada baiknya ditimbang matang-matang saat mendapat tawaran alat perang bekas lagi.


JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku tertarik untuk mendalami dan mengkaji tawaran 10 kapal selam eks angkatan laut Rusia. Kata Moeldoko, kondisi kapal selam tersebut masih memadai. 



Namun demikian, Moeldoko menegaskan, meski TNI tertarik untuk membeli kapal selam bekas tersebut, pihaknya tetap akan melakukan verifikasi secara mendalam dulu.



"Saya kira kita tertarik dengan itu. Sampai saat ini masih dilakukan kajian dan pendalaman. Dan kalau bisa, itu akan lebih bagus, ya," ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko di sela-sela raker dengan Komisi I DPR RI, Kamis (17/10).



Moeldoko pengatakan, pihaknya merespons sangat baik atas tawaran 10 kapal selam dari Rusia itu, karena memiliki efek gentar yang cukup baik. Apalagi kapal selam yang ditawarkan ke Pemerintah Indonesia cocok dengan kondisi Tanah Air, yakni jenis dan tipe kapal selam kelas menengah. 



Sebelumnya Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, pemerintah mendapat tawaran untuk membeli sekitar 10 unit kapal selam dari Rusia. Jumlah ini di luar rencana pembelian tiga unit kapal selam dari Korea Selatan yang akan datang pada 2014.



"Kapal selam dari Rusia sudah ada. Mereka membuka kesempatan karena kedekatan dengan kita," ujar Purnomo beberapa waktu lalu.



Saat itu Purnomo menyatakan, pemerintah belum bulat untuk menerima tawaran Rusia karena masih harus mempertimbangkan dan menghitung biaya.

Selain harga kapal selam per unit, pemerintah juga harus mempertimbangkan besarnya biaya perawatan, pemeliharaan, perbaikan, dan kesiapan infrastruktur. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah usia atau masa guna kapal selam tersebut. "Kita sedang survei pangkalan kapal selam, salah satunya di Palu,"ujarnya.



Pada 2024 meski belum memastikan sebagai negara terkuat, menurut Purnomo, Indonesia akan berada pada empat negara kuat di kawasan Asia Tenggara bersama Singapura, Malaysia, dan Thailand. Bersama tiga negara ini, Indonesia akan membentuk ASEAN Defense Ministerial Meeting yang kuat dari ancaman kawasan luar.




Sumber : Jurnamen

Mematangkan Rencana Pembentukan Kogabwilhan

SURABAYA-(IDB) : Rencana pembentukan Komando gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) terus dimatangkan, hal tersebut terlihat pada kunjungan Assiten Deputi Kekuatan, Kemampuan Pertahanan dan Kermahan pada Deputi IV Pertahanan Negara Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Kemenpolhukam) ke Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksda TNI Agung Pramono SH. M. Hum. Rabu (16/10) di ruang VVIP Room Markas Panglima Koarmatim, Ujung, Surabaya.
 
Kedatangan pejabat dari Kemenpolhukam yang dipimpin oleh Laksmd TNI  H Sipahutar beserta 3 stafnya dari TNI Angkatan Laut dan Angkatan Darat itu diterima oleh Pangarmatim di ruang VVIP Room dengan didampingi oleh beberapa pejabat teras di lingkungan Koarmatim.
Maksud dari kunjungan itu adalah untuk mematangkan dan membahas tentang kekuatan dan kemampuan serta kerjasama pertahanan, terkait dengan rencana pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan atau (Kogabwilhan). 





Sumber : Koarmatim

Korpaskhas Resmikan 15 Satuan Baru

SOREANG-(IDB) : Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) Angkatan Udara (AU) makin berkembang dengan peresmian 15 satuan baru. Peresmian dilakukan Kepala Staf AU Marsekal TNI IB Putu Dunia pada upacara peringatan ulang tahun ke-66 Korpaskhas di Lapangan Jingga Lanud Sulaiman, Kamis (17/10/2013). 

Validasi dan regrouping Korpaskhas sesuai dengan keputusan Kepala Staf AU No. 527/IX/2013 tertanggal 10 September 2013. Pengembangan Korpaskhas yakni Wing 3 Paskhas di Medan yang sebelumnya Wing 3 di Lanud Sulaiman khusus pendidikan. Korpaskhas juga membentuk batalyon 469 Medan, Detasemen 471, Detasemen 472, Detasemen 473, dan Detasemen 474.


Selain itu, Korpaskhas juga membentuk Detasemen Matra 1, Detasemen Matra 2, Satuan Pendidikan Pusdiklat di Lanud Sulaiman membawahkan Satdik Hanud, Satdik Khusus, Satdik Tempur Darat, dan Satdik Matra. Khusus pasukan anti teror yang sebelumnya bernama Detasemen Bravo 90 juga ditingkatkan menjadi Satuan Bravo 90. Satuan anti teror ini membawahkan Detasemen 901, Detasemen 902, dan Detasemen 903.

Menurut Putu Dunia, pengembangan Korpaskhas merupakan upaya mengantisipasi tantangan ke depan yang makin kompleks. "Korpaskhas harus mengambil keputusan cepat dan tindakan tepat baik dalam perang maupun non perang khususnya membantu masyarakat saat bencana," katanya.






Sumber : PR

Tinggal Di Negeri Jiran, Jiwa Tetap Merah Putih

SEBATIK-(IDB) : Warga di kawasan perbatasan tidak selamanya merana. Meski tanpa suplai kebutuhan hidup dan fasilitas dari pemerintah Indonesia, mereka tetap hidup bahagia.
 
Misalnya, yang dilakoni warga di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus "mengimpor" dari Tawau, Malaysia.
 
 Pulau Sebatik terletak di perbatasan dengan Malaysia. Posisinya cukup terpencil. Sebelah utara pulau itu menjadi wilayah negara bagian Sabah, Malaysia. Sebelah selatan menjadi bagian dari wilayah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).

Meski begitu, pulau tersebut lebih mudah dijangkau dari Tawau, Malaysia, jika dibanding dari Tarakan, ibu kota Kaltara.

Jalur laut menjadi satu-satunya akses ke pulau berpenduduk sekitar 14 ribu jiwa itu. Butuh waktu dua setengah jam berlayar dengan kapal patroli bea dan cukai berkecepatan rata-rata 18 knot dari Pulau Nunukan di sisi barat ke Pulau Sebatik. Jika berlayar dari Tarakan dengan kecepatan yang sama, butuh waktu 6"7 jam perjalanan. Bergantung kondisi cuaca.

Pulau tersebut memiliki satu perkampungan yang menjadi objek wisata, yakni perkampungan di pos perbatasan Aji Kuning. Ya, pulau seluas 414 kilometer persegi itu memang dibelah menjadi dua wilayah: Indonesia dan Malaysia.

Perkampungan warga di kawasan perbatasan Aji Kuning sekilas tampak sama dengan perkampungan lain di pulau tersebut. Rumah-rumah panggung dari kayu, jalanan kampung yang belum diaspal, ditambah sebuah pos jaga perbatasan yang berisi tiga tentara dari TNI-AD menjadi pemandangan keseharian.

Di kampung tersebut terdapat sungai kecil yang secara alamiah merupakan batas antara Indonesia dan Malaysia. Dengan lebar yang hanya sekitar 6 meter, di tepi sungai yang airnya makin dangkal itu tampak beberapa sampan milik warga setempat. Keberadaan sampan tersebut menunjukkan bahwa kehidupan di Pulau Sebatik tidak lepas dari hutan dan sungai.

Memang, tidak banyak warga yang menggunakan sampan untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain. Sebagian besar beralih ke transportasi darat. Terlebih, jalan raya di Pulau Sebatik, meski tidak terlalu lebar, terbilang mulus.

"Di pulau ini ada tiga pabrik aspal. Tapi, batu kerikilnya harus mengambil dari Tawau," terang Rudi, sopir yang mengantar Jawa Pos menuju Aji Kuning. Tawau merupakan kota di negara bagian Sabah, Malaysia, yang terletak di ujung timur laut Pulau Kalimantan.

Prajurit Kepala Yopi, salah seorang tentara penjaga di pos perbatasan Sebatik, menunjukkan kepada Jawa Pos patok batas negara yang berada sekitar 10 meter dari bibir sungai. Patok tersebut kini nyaris rata dengan tanah. Terbuat dari beton berukuran 30 x 30 sentimeter, patok nomor tiga di antara total 28 patok perbatasan di Sebatik tersebut hanya muncul 2 sentimeter dari tanah yang sudah mengering.

Lima meter di samping patok tersebut, didirikan patok baru yang sekaligus menjadi alas tiang bendera di pos penjagaan. Di tiang setinggi 3 meter itulah bendera Merah Putih berkibar mengikuti tiupan angin.

"Garis batas Indonesia dan Malaysia di pulau ini berbentuk garis lurus yang ditandai patok-patok ini," jelasnya sambil menunjukkan patok-patok tersebut. Jarak antarpatok perbatasan sekitar 2 kilometer.

Pemandangan yang tidak biasa bagi sebagian masyarakat Indonesia tampak di belakang pos penjaga perbatasan. Di lahan yang seharusnya sudah masuk wilayah Malaysia itu, tampak deretan rumah panggung yang ditinggali warga Indonesia. Sejumlah rumah lainnya berdiri di seberang sungai kecil yang sudah masuk wilayah Malaysia. Rumah-rumah tersebut juga ditinggali warga Indonesia.

"Ada 15 kepala keluarga di kampung ini yang tinggal di wilayah Malaysia," ujar Anwar, salah seorang warga yang tinggal tepat di belakang pos penjaga perbatasan itu.

Mereka tinggal menyebar hingga radius beberapa puluh meter dari patok perbatasan. Puluhan tahun lamanya mereka bermukim di negeri jiran tanpa gangguan keamanan maupun administrasi keimigrasian. Tentara Diraja Malaysia tidak pernah mempermasalahkan keberadaan warga Indonesia di wilayah mereka.

"Saya sudah 27 tahun tinggal di sini. Tidak pernah sekalipun ditegur, apalagi diusir tentara Diraja Malaysia. Mereka baik-baik," tutur Anwar.

"Kalau mereka berkunjung ke rumah, sering. Tapi biasa saja. Paling cuma mau ngecek patok," tambahnya.

Selebihnya, tentara penjaga perbatasan itu hanya mengajak ngobrol ngalor-ngidul untuk mengusir rasa bosan. Maklum, tidak banyak warga Malaysia yang tinggal di Sebatik. Salah seorang tentara perbatasan menyebutkan, hanya ada dua keluarga sipil Malaysia yang tinggal di Sebatik. Selebihnya adalah tentara Malaysia dan warga Indonesia.

Anwar menyatakan, meski tinggal di wilayah Malaysia, tidak sekalipun dirinya ingin menjadi warga negara tersebut. "Ini negara (Indonesia) tumpah darah saya," tegasnya.

Lagi pula, 12 anak dari lima istrinya juga tinggal di Indonesia. Sudah banyak anaknya yang mentas dan bekerja di provinsi lain di wilayah Indonesia.

Menurut pria 60 tahun itu, hidup di Sebatik tidaklah begitu sulit seperti yang dibayangkan orang. Meskipun, perhatian pemerintah Indonesia sangat minim terhadap warganya di pulau perbatasan tersebut. Kalaupun ada satu hal yang sulit, itu adalah minimnya fasilitas kesehatan di pulau tersebut. Hanya ada dua puskesmas dan beberapa klinik sederhana.

Karena itu, jika ada warga yang sakit parah dan harus berobat ke luar negeri, mereka mesti dibawa ke Tawau, Malaysia. Jaraknya hanya 8 kilometer dan bisa ditempuh dalam waktu sejam pelayaran.

Warga Sebatik tidak pernah mengalami kesulitan untuk pergi ke Tawau. Mereka memiliki kartu pelintas batas yang memungkinkan WNI bepergian ke kota kecil itu kapan pun. Namun, sebatas di Tawau. Di luar itu, mereka harus menunjukkan paspor.

Tentara Diraja Malaysia pun cukup toleran. Jika ada pasien gawat darurat dari Indonesia dan harus dibawa ke Tawau, kartu pelintas batas tidak perlu ditunjukkan.

Warga Sebatik mengakui, layanan RS di Tawau sangat bagus dan biayanya murah. "Kalau di sini (Sebatik), obatnya tidak mempan," tutur Anwar. Tidak jarang anak-anak Pulau Sebatik lahir di RS Tawau, yang berarti mereka dilahirkan di Malaysia.

Di luar persoalan fasilitas kesehatan, tidak banyak hal yang dikeluhkan warga. Semua kebutuhan sehari-hari tercukupi dengan membelinya di Malaysia. Mulai gas elpiji, beras, minyak, dan komoditas-komoditas penting lainnya. Para pedagang menggunakan kartu pelintas batas untuk kulakan di Tawau.

Anwar sehari-hari bekerja sebagai petani. Buah-buahan yang dihasilkan di kebun dia jual ke Malaysia dan ditukar dengan barang kebutuhan pokok. "Kalau ada barang dari Indonesia, pasti sudah habis dulu di Tarakan," lanjutnya. Karena itu, dia sudah tidak berharap ada suplai dari Indonesia.

Bagi Anwar, dan juga warga Sebatik lainnya, yang terpenting jangan sampai suatu saat muncul larangan membeli kebutuhan pokok dari Malaysia seperti yang selama ini mereka lakukan. Kecuali, pemerintah bisa menjamin ketersediaan komoditas Indonesia di pulau itu.

Anwar berkisah, sekitar lima tahun lalu ada salah seorang pejabat dari Jakarta yang datang ke Sebatik. Lalu, pejabat tersebut mewacanakan larangan membeli barang dari Malaysia. Tentu saja wacana itu ditolak warga. Setelah dijelaskan, pejabat tersebut mencabut kata-katanya. "Kalau dilarang masuk, mau makan apa di sini" Semua dari sana," ucapnya.

Menurut dia, pemerintah tidak seharusnya melarang mereka berdagang dengan warga Tawau. Sebagian besar warga Tawau adalah orang Indonesia. Rata-rata berasal dari Sulawesi Selatan. Bahkan, pemimpin kota tersebut, ujar Anwar, merupakan keturunan Gowa, Sulsel.
"Pada zaman pemerintahan Soekarno dulu, Tawau merupakan bagian dari Indonesia. Sekarang sudah jadi wilayah Malaysia."

Anwar berharap pemerintah mau membantu memperbaiki rumah warga Sebatik yang kebanyakan semipermanen.

"Harapan kami tidak tinggi-tinggi. Kami hanya ingin pemerintah Indonesia lebih memperhatikan nasib warganya di perbatasan. Khususnya soal permukiman yang kurang layak ini," tegasnya.





Sumber : JPNN