Pages

Selasa, Oktober 15, 2013

IMI Dan Balitbang Kemhan Kerjasama Kembangkan Pesawat Amphibi


Ilustrasi Flying Boat LAPAN
JAKARTA-(IDB) : Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Indonesia Maritime Institute (IMI) menandatangai kesepakatan bersama (MoU) pengembangan "Flying Boat" demi tercapainya pertahanan yang kuat.

"MoU tentang penelitian dan pengembangan "Flying Boat GEVER-OS" type khusus untuk kepentingan pertahanan aadalah sebuah inovasi baru agar bisa memberikan kontribusi bagi kepentingan pertahanan Indonesia," kata Direktur Eksekutif IMI, Y Paonganan, dalam peluncuran Flying Boat bertepatan HUT ke-3 IMI di Jakarta, Senin.

Paonganan mengatakan model "Flying Boat Gever-OS" yang merupakan semi prototype kendaraan alternatif yang diharapkan bisa bermanfaat bagi sebuah negara kepulauan.

Penandatangan MoU itu disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden RI Emil Salim, Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan Syarief Wijaya dan Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun dan KSAL Laksamana TNI Marsetio serta dewan pakar dan dewan pembina IMI.

Sementara itu, anggota Dewan Pakar IMI, Erid Rizki mengatakan, kapal (flying boat) tersebut dapat terbang dengan ketinggian 150 meter di atas permukaan laut. Kecepatannya pun cukup tinggi, bisa mencapai 400 km/jam.

"Flying boat dapat menempuh selama 3--4 jam dari Tanjung Priok ke Surabaya (Tanjung Perak), namun jangan lupa mampir di Tegal untuk isi bensin," ujar Erid.

Komponen perahu terbang ini berasal dari dalam negeri sebanyak 35 persen, sisanya mesin dari luar negeri. Bobot penuh dengan para penumpang maksimal 900 kilogram dan bahan bakar menggunakan Pertamax.

Rencananya, perahu terbang ini akan diluncurkan kembali pada bulan April 2014.

Dalam penawaran yang dilakukan IMI, tentang pemenat Flying Boat, maka salah satu peserta seminar, langsung angkat tangan, yaitu pengusaha bernama Budiyanto A. Ganidia langsung memesan kapal terbang seharga Rp1,5 miliar ini.

Menurut Budiyanto, selain untuk keperluan kantor, Flying Boat itu ini juga untuk jalan-jalan. "Saya akan gunakan untuk jalan-jalan," ujarnya sambil tertawa saat ditanya oleh pembawa acara.(*)

Tak mampu di mobil, Indonesia siap buat perahu terbang nasional

Perahu terbang buatan anak negeri melalui Indonesia Maritime Institute (IMI) disebut-sebut akan menjadi pelopor karya transportasi untuk menandingi Malaysia. Selama ini Indonesia tidak pernah punya merek alat transportasi buatan dalam negeri yang beroperasi di negeri sendiri.

Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan Sudirman Saad mengatakan selama ini Malaysia sudah mampu memproduksi merek alat transportasi sendiri yaitu Proton. Walaupun Indonesia tidak mampu produksi mobil nasional, setidaknya Indonesia mampu produksi perahu terbang.

"Malaysia saja mereka punya Proton. Proton ini dipakai mulai dari pejabatnya sampai ke masyarakat. Walaupun mereka tidak produksi 100 persen tapi mereka mampu mengeluarkan merek sendiri," kata Sudirman ketika ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Senin (14/10).

Menurut Sudirman, Indonesia selama ini hanya menjadi pasar dari produk luar negeri. Dari jutaan produk mobil dan motor yang beroperasi hanya bergantung pada barang impor.

"Sepeda motor jutaan dan mobil jutaan tidak ada buatan anak negeri. Ini kita harus bangga bisa memproduksi dalam negeri. Kita harus dukung," tutupnya.

Perahu terbang buatan anak bangsa Rp 1,5 M, di Korea Rp 15 M

http://1.bp.blogspot.com/-6oycczUzUmo/UV9rz1fG6nI/AAAAAAAAYgc/_3_yCvj3M6s/s400/Aron_3.jpg
Flying Boat Korea saat Ujicoba
Direktur Jenderal KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan Sudirman Saad membangga-banggakan perahu terbang buatan anak bangsa yang nantinya akan diluncurkan oleh Indonesia Maritime Institute (IMI). Dia mengklaim, sebagai alat transportasi yang bisa menjangkau daerah terpencil di Indonesia, harga Rp 1,5 miliar dinilai sangat murah.

Indonesia bukan negara pertama yang menghadirkan perahu terbang. Moda transportasi ini sudah dikembangkan di banyak negara. Salah satunya Korea. Namun harga satu perahu terbang di Korea jauh lebih mahal dibandingkan dengan Indonesia.

"Kita harga Rp 1,5 miliar cukup terjangkau, padahal kapal seperti ini di Korea dijual Rp 15 miliar tapi dengan spek-spek berbeda," kata Sudirman saat ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Senin (14/10).

Prototype atau contoh perahu terbang ini direncanakan selesai dibuat dalam waktu 6 bulan ke depan. Setelah itu, pihaknya akan meminta izin kelaikan pada Kementerian Perhubungan. Sudirman mengaku akan terus memberi dukungan untuk pembuatan perahu terbang. Namun, dukungannya menunggu proses sertifikasi terlebih dahulu.

"Dukungannya nanti kalau sudah sertifikasi, memenuhi syarat keamanan dan kelaikan," katanya.

Kapal ini, menurut Sudirman, sangat cocok untuk moda transportasi di Indonesia karena kondisi geografisnya yang kepulauan. Moda transportasi ini bisa menyatukan pulau-pulau terluar dan terpencil di seluruh Indonesia.

"Kapal ini bagus dan saya sangat terinspirasi. Kita harus mendukung pengembangan kelautan. Karya anak bangsa ini bisa penyokong pembangunan daerah terpencil karena kita tidak ingin pembangunan terjadi di darat saja," katanya.

Spesifikasi perahu terbang buatan anak negeri

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/04/1365209076974101352.jpg

Indonesia Maritime Institute (IMI) meluncurkan perahu terbang pertama di Indonesia seharga Rp 1,5 miliar. Kendaraan buatan anak negeri itu bisa digunakan sebagai alat transportasi antarpulau terpencil di Tanah Air.

Dewan Pakar IMI Erid Rizky mengatakan pihaknya tengah mengurus izin kendaraan yang bisa melayang setinggi 150 meter diatas permukaan laut itu di Kementerian Perhubungan.


Perahu terbang ini menggunakan teknologi ground effect vehicles OS, sehingga bisa terbang selama empat jam nonstop.


"Ini harus dibuat prototipe dahulu, itu yang penting. Kemudian diuji dalam rentang 300 kilometer, selama 50 jam. Jadi dengan ini bisa sampai ke Singapura," katanya saat peluncuran perahu terbang, di Jakarta, Senin (14/10).


Menurutnya, komponen kendaraan itu sekitar 35 persen berasal dari dalam negeri. Sisanya, 65 persen dipasok dari luar negeri, termasuk didalamnya mesin.


"Bisa mengangkut bobot penuh hingga 950 kilogram, mengangkut empat orang. Daya jelajah 300 km dengan kecepatan 800 mil per jam," kata Rizky.


Dia melanjutkan, "Untuk sayap-sayapnya menggunakan dehidral 4 derajat dan secara otomatis akan bisa terbang. Bahan bakar bisa menggunakan bio ethanol, premium dan pertamax."




Sumber : Antara

Paparan Kemhan Seputar Kontral Pembelian Senjata Kepada Hadapan Pemimpin Media

JAKARTA-(IDB) : Dalam penjelasannya, sejak 2010 telah dilakukan 24 kegiatan pengadaan besar. Dimana 19 kegiatan diantaranya telah memasuki fase kontrak, dan 5 lainnya dalam proses kontrak. Dari kontrak sebanyak itu 7 diantaranya sudah dalam proses produksi di negara produsen. 

Namun demikian, ARC memiliki informasi terbaru, bahwa meriam 155 howitser Caesar yang dalam presentasi masih dalam proses aktivasi, saat ini sudah kontrak efektif. Jika tidak ada aral melintang, meriam canggih asal Prancis itu akan tiba pada pertengahan 2014. Untuk lebih jelasnya, simak copy presentasi sederhana dari Wamenhan.

Perlu diketahui, dalam proses pengadaan ini, dilakukan dengan banyak skema. Mulai dari skema pembiayaan dalam negeri, pembiayaan luar negeri dan rupiah murni.

● Pembiayaan Luar Negeri





● Pembiayaan Dalam Negeri


● Rupiah Murni



Jika dilihat secara utuh, memang pengadaan kali ini bisa dinilai luar biasa. Hanya dalam jangka waktu kurang lebih 4 tahun, Indonesia berhasil membangun kekuatan. Karenanya kini diperlukan konsistensi dari pemerintahan selanjutnya untuk melanjutkan program pembangunan kekuatan. Semoga saja.





Sumber : ARC

Wawancara Dengan Koran Pikiran Rakyat Bandung Tentang Senjata Kimia

PR-(IDB) : Sehubungan dengan tema Senjata Kimia yang saat ini menjadi fokus perhatian dunia internasional, wartawan Pikiran Rakyat Bandung Feby Syarifah melakukan wawancara dengan pemerhati pertahanan dan alutsista TNI Jagarin Pane. Berikut petikannya:



Bagaimana sebenarnya peraturan internasional mengenai kepemilikan senjata kimia? Apakah peraturannya seketat peraturan mengenai kepemilikan nuklir?


Sebenarnya regulasi universal tentang kepemilikan senjata kimia sama ketatnya dengan kepemilikan senjata nuklir.  Protokol Jenewa tahun 1925 jelas menyatakan melarang penggunaan senjata kimia. Protokol ini lahir sebagai akibat penggunaan senjata kimia dalam Perang Dunia I yang menewaskan puluhan ribu tentara. Hanya karena proses membuat senjata kimia itu lebih mudah dibanding dengan senjata nuklir, maka kontrol untuk kepemilikan senjata kimia lebih sulit terdeteksi.  Semua negara di dunia ini punya potensi untuk membuat senjata kimia yang dikenal dengan senjata pemusnah massal.



Apakah setiap negara berhak mengembangkan industri kimia dasarnya sebebas-bebasnya?


Setiap negara didunia ini bebas membuat dan mengembangkan industri kimianya.  Bebas tapi juga mestinya bertanggung jawab. Kita punya industri kimia berskala besar, Petrokimia Gresik, Pupuk Iskandar Muda, Pupuk Sriwijaya, Pupuk Kujang dll itukan semuanya industri kimia untuk keperluan perdagangan dan pertanian.  Nah untuk memastikan bahwa industri kimia itu adalah utuk tujuan damai dan tidak disalahgunakan, maka harus ada regulasi yang mengatur berupa Undang-Undang.


Kapan sebuah zat kimia bisa dikatakan senjata kimia? 


Zat kimia bisa disebut sebagai senjata kimia diawali dengan nawaitunya, alias niatnya. Sama dengan Narkoba kalau untuk keperluan dunia kedokteran dalam dosis yang terukur untuk pengobatan dan penyembuhan, ya tidak ada masalah.  Tetapi jika sudah disalahgunakan akan menyentuh wilayah hukum, makanya disebut penyalahgunaan narkoba.  Contohnya, air aki (asam sulfat)  H2SO4 jelas salah satu penggunaannya untuk battery power penggerak, tapi jika disiramkan ke wajah jelas salah besar, tidak sesuai peruntukannya.



Dalam sejarah perang, zat kimia apa yang paling membahayakan dan memiliki keampuhan paling tinggi sebagai senjata pembunuh massal?


Dalam sejarahnya PD I menjadi saksi sejarah perang modern betapa kejamnya penggunaan senjata kimia. Jerman menggunakan gas klorin di Belgia yang menewaskan 15 ribu tentara lawan, kemudian pihak Inggris dan sekutunya melakukan pembalasan dengan menggunakan gas Sulfur Mustard.  Inilah cikal bakal lahirnya Protokol Jenewa tahun 1925.


Perang dimana yang tercatat paling buruk dalam sejarah karena menggunakan senjata kimia?


Perang Vietnam tahun 1961 sd 1975 merupakan salah satu perang tanpa etika karena penggunaan senjata kimia. AS membombardir dengan menggunakan senjata kimia, salah satunya dikenal dengan nama Agent Orange. Setidaknya 20 juta gallon disebar dari udara di bumi Vietnam termasuk Agent Orange. Versi Pemerintah Vietnam menyebut 400 ribu orang Vietnam tewas atau cacat berat, 500 ribu bayi lahir cacat dan 2 juta warga Vietnam terkena kanker dan penyakit lain sebagai dampak lanjutan penggunaan senjata kimia itu.



Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia memiliki kekuatan untuk bisa mengembangkan industri kimianya sebagai senjata kimia?


Indonesia punya potensi dan kemampuan untuk mengembangkan industri kimia menjadi senjata kimia. Senjata kimia itu mudah untuk diproduksi sehingga untuk pengawasannya perlu payung hukum untuk tidak menggunakan senyawa kimia itu sebagai senjata kimia.



Adakah peraturan di Indonesia yang mengatur mengenai pengembangan kimia dan sampai mana batas pengembangan yang bisa dilakukan?


Regulasi nasional tentang penggunaan bahan kimia dan larangan penggunaan bahan kimia sebagai senjata kimia ada dalam UU No 9 Tahun 2008.  Sebenarnya dunia pun sudah menyetujui adanya perjanjian larangan penggunaan senjata kimia yang diikrarkan 188 negara April tahun 1997.  Israel dan Korut tidak ikut tandatangan. Setahun kemudian Indonesia meratifikasinya melalui UU No 6 tahun 1998.



Adakah larangan yang jelas di Indonesia terkait pengembangan kimia sebagai senjata?


Jelas ada. Sebagai negara berdaulat, hak konstitusi sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945, menjaga ketertiban dan perdamaian dunia, salah satu kontribusinya adalah memenuhi kewajiban dalam melaksanakan Konvensi Senjata Kimia yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang No. 6 Tahun 1998.  Kemudian dalam Undang-Undang No 9 Tahun 2008 semakin dipertegas lagi substansinya.



Tanpa senjata kimia dan nuklir, bagaimanakah posisi kekuatan Indonesia dilihat dari alutsistanya? Apakah masih termasuk kuat?


Untuk Indonesia, sebagai bagian dari upaya pertahanan NKRI, fokus utamanya adalah memenuhinya dengan alutsista konvensional tanpa harus memaksa diri untuk memiliki senjata kimia atau senjata nuklir.  Sejatinya negara “Gentleman” adalah negara yang mampu menata pertahanan diri dengan persenjataan konvensional semata tanpa harus memenuhi nafsu bunuh maksimalnya dalam menangani perselisihan antar negara dengan menggunakan senjata kimia apalagi nuklir. Yang perlu dicatat proses kematian dengan senjata konvensional adalah langsung mati atau luka tembak karena daya ledak, selesai. Tapi proses kematian akibat senjata kimia bukan karena daya ledaknya tetapi proses “sengatannya” ke tubuh kita sangat dramatis, memilukan, menyayat hati. Ada yang mati pelan-pelan, cacat seumur hidup dan dampaknya sampai ke generasi berikutnya. Makanya negara yang menggunakan senjata kimia bisa disebut sebagai negara pengecut, tak berperikemanusiaan dan tak bermoral.



Sisi mana dari ketersediaan alutsista Indonesia yang harus lebih diperkuat?


Terkait dengan ketersediaan alutsista Indonesia yang saat ini sedang giat-giatnya memodernisasi tentaranya, semua matra perlu diperkuat.  Kita sudah punya 1 skuadron Sukhoi di Makassar, dalam MEF (minimum essential force) tahap 2 nanti masih sangat dibutuhkan minimal penambahan 1 skuadron lagi yang penempatannya berdekatan dengan ALKI I atau menjaga ibukota.  Angkatan Laut juga masih perlu perkuatan dengan kehadiran fregat, korvet dan destroyer.  Termasuk kapal selam tentunya sebagai senjata strategis pemukul yang paling disegani.  Matra darat masih sangat membutuhkan alutsista kavaleri seperti tank, panser. Juga rudal darat ke darat, roket dan artileri.  Kita yakin tahun 2019 nanti apa yang kita inginkan itu dapat tercapai.  Tak perlu memaksa diri dengan kepemilikan senjata kimia meski kita sanggup memproduksinya. Dengan alutsista konvensional, pemenuhan untuk segala matra dicukupi, negara ini akan disegani sekaligus gentleman.






Sumber : Analisis

Panser Anoa Pindad Di Kancah Global

PT Pindad Kembangkan Panser Anoa berkemampuan Amphibi
JKGR-(IDB) : PT Pindad sedang mengembangkan Panser Anoa berkemampuan Amphibi yang bisa beroperasi di perairan, seperti: sungai, danau dan laut. Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo mengatakan panser Anoa amphibi yang dikembangkan saat ini baru memiliki kemampuan berjalan di danau dan di sungai. Program pengembangan Anoa Amphibi yang bisa berjalan di danau dan sungai, akan dilakukan hingga 2014. Setelah hal itu tercapai, PT Pindad akan mengembangkan Panser Anoa yang bisa beroperasi di laut pada tahun 2015.


“Tahun 2015, panser anoa akan bisa beroperasi di laut dengan teknologi hydrojet,”ujar Wahyu Utomo. Untuk mendapatkan kemampuan itu, PT Pindad bekerjasama dengan Italia dan Korea Selatan.


Pada tahun 2014, Panser Anoa amphibi akan melakukan uji dinamis, untuk mengarungi danau dan sungai dan diharapkan bisa diserahkan kepada TNI pada tahun 2015. Di tahun yang sama, PT Pindad akan mendorong kemampuan Anoa amphibi agar bisa beroperasi di laut. “Ada senjatanya juga, ada recovery, ada logistik,” ujar Wahyu Utomo.


“Teknologi yang dikembangkan meliputi kemampuan Anoa untuk bermanuver tidak saja di darat, tapi juga bisa bergerak dinamis menghadapi gelombang laut,” tambah Marketing Manajer Pindad, Sena Maulana.


Perkembangan Panser 8×8
 
Ada sedikit anomali terkait dengan pengembangan APC Anoa 6×6 buatan PT Pindad ini. Ketika negara-negara lain mulai membangun APC/IFV 8×8, Indonesia justru terpaku dengan APC 6×6.


Jepang saja yang telah maju dalam industri pertahanan mulai memikirkan betapa pentingnya kendaraan tempur roda 8×8. Untuk itu mereka mulai membangun Panser MCV yang akan diproduksi massal pada tahun 2016. 

Panser berbobot 26 ton ini dinilai lebih lincah daripada kendaraan tempur Jepang yang menggunakan rantai (tracked). Berat Panser ini pun cocok dengan minimum payload dari pesawat taktikal transport baru Jepang Kawasaki C-2 yang sedang dikembangkan.

Prototype Panser Canon 105 mm Jepang yang juga mengusung double senjata mesin 7,62mm co-axial yang dikendalikan oleh komputer (photo: Kyodo/PA)
Prototype Panser Canon 105 mm Jepang yang juga mengusung double senjata mesin 7,62mm co-axial yang dikendalikan oleh komputer.

M1126 Stryker
 
Amerika Serikat pun belum terlalu lama mengembangkan Infantry Carrier Vehicle (ICV) M1126 Stryker 8×8 yang dimulai pada tahun 2002. AS memilih menggunakan M1126 Stryker agar militer mereka memiliki kemampuan mengirim pasukan sebanyak 1 brigade ke berbagai tempat di dunia dalam waktu 96 jam, atau mengirim 1 divisi dalam waktu 120 jam.

M1126 Stryker dianggap cocok sebagai kendaraan tempur yang memiliki mobilitas tinggi didukung oleh persenjataan canggih. Infantry Carrier Vehicle Stryker M1126 mampu mengangkut 9 tentara ditambah 2 kru ICV Stryker.
M1126 Stryker Amerika Serikat mulai diproduksi tahun 2002
M1126 Stryker Amerika Serikat mulai diproduksi tahun 2002

Dari M1126-ICV Stryker ini, AS mengembangkannya ke dalam berbagai varian:


M1134-ATGM: Kendaraan tempur Anti-Tank Guided Missile dipersenjatai rudal TOW untuk memperkuat brigade infanteri dan pengintaian, serta menyediakan tembakan anti-tank jarak jauh, di luar jangkauan efektif pesenjataan lapis baja lawan.


M1127-RV: Kendaraan pengintai digunakan oleh batalyon RSTA (Reconnaissance, Surveillance, and Target Acquisition), untuk bergerak di sepanjang medan perang demi mengumpulkan dan mengirim data intelijen yang real-time untuk awareness pasukan.


Varian lainnya dari Stryker adalah: M1128-MGS Mobile Gun System mengusung Canon 105 mm M68A1; M1129-MC Mortar Carrier yang mengusung Soltam 120 mm (HE, illumination, IR illumination, smoke, precision guided, dan DPICM cluster bombs); M1130-CV Command Vehicle; M1131-FSV Fire Support Vehicle; serta beberapa varian lainnya.

Kendaraan Tempur Roda  8x8 M1126 Stryker, AS
Kendaraan Tempur Roda 8×8 M1126 Stryker, AS
Patria AMV
 
Kendaraan tempur 8×8 lainnya yang sedang naik daun adalah Patria AMV buatan Finlandia yang mulai diproduksi tahun 2006 oleh Finish Defense Force. APC ini telah diekspor ke berbagai negara antara lain: Kroasia, Polandia dan Slovenia.


Patria AMV banya disebut pengamat militer sebagai salah satu APC terbaik karena memiliki perlindungan yang maksimal yang tahan terhadap tembakan senjata 30-mm serta memiliki proteksi ranjau yang top-class, yakni mampu menahan ledakan sebesar kekuatan 10 kg TNT. Dua unit Patria AMV milik Angkatan Darat Polandia sempat tertembak oleh roket RPG-7, namun tembakan itu tidak menembus badan Patria AMV dan APC/IFV itu dapat kembali ke pangkalan.

Patria AMV Finlandia (photo: vecernji.hr)
Patria AMV Finlandia.

Patria AMV dilengkapi senjata mesin otomatis 12,7 mm serta peluncur granat otomatis 40-mm. Didorong oleh mesin 490 atau 540 tenaga kuda, APC/IFV ini sangat bertenaga dan berkemampuan penuh amphibi (sungai, danau dan laut).

Patria AMV dengan twin-barreled AMOS 120mm mortar turret
Patria AMV dengan twin-barreled AMOS 120mm mortar turret

Sama dengan M1126-ICV Stryker, APC/IFV Patria AMV juga memiiki berbagai varian yang bisa difungsikan sebagai: Tank Killer, IFV, Ambulans perang, Kendaraan pengintai, pusat komunikasi, platform untuk berbagai senjata berat dan sebagainya. 

Tak heran dengan kemampuan dan ketangguhannya itu, lapis baja Finlandia ini banyak diminati, termasuk oleh Afrika Selatan, Uni Emirat Arab dan Swedia. Bahkan Marinir AS dikabarkan tertarik dengan Patria AMV.

Patria AMV Mengusung RCWS-30
Patria AMV Mengusung RCWS-30

The Piranha V
 
Lapis baja 8×8 lainnya adalah IFV Piranha V buatan Swiss tahun 2010. Dengan hull yang dicor dan diintegrasikan dengan add-on composite modular armor, IFV/APC ini mempu menahan tembakan kaliber 25mm. Double floor dari Piranha V mampu menahan ranjau berdaya ledak 10 Kg TNT. Persenjataanya dilengkapi senjata mesin 12,7 mm serta granat launcher 40-mm dan digerakkan oleh mesin bertenaga 580 hp.
Piranha V Swiss tahun 2010
Piranha V Swiss tahun 2010

Boxer, BTR-82, Pandur II
 
Negara lain yang mengembangkan lapis baja 8×8 di tahun 2000-an adalah Jerman dengan Boxer yang masuk produksi massal pada tahun 2004, BTR-4 Ukraina tahun 2009, BTR-82 Rusia yang masuk servis tahun 2011, Pandur II buatan Austria mulai beroperasi tahun 2007, ataupun KTO Rosomak Polandia yang dibuat tahun 2003 berdasarkan disain Patria AMV Finlandia.
Boxer 8x8 Jerman
Boxer 8×8 Jerman

Kanada adalah negara yang termasuk generasi awal dalam pengembangan lapis baja roda 8×8 modern dengan mengusung LAV III Kodiak pada tahun 1999. Disain LAV III Kanada ini lah yang digunakan AS untuk membangun M1126-ICV Stryker pada tahun 2002.
BTR 82 Rusia
BTR 82 Rusia
Pandur II tahun 2007
Pandur II tahun 2007

Lapis baja 8×8 Jiran
 
Tetangga kita Singapura juga telah mengembangkan IFV 8×8 yang diberinama Terrex dan mulai digunakan Angkatan Darat Singapura tahun 2006. Terrex mampu menahan serangan senjata kaliber 14,5 mm, memiliki double V-shaped hull, serta mampu menahan ledakan ranjau berkekuatan 12 kg TNT, agar Terrex tetap bisa berjalan.Terrex mengusung remotely-controlled 40-mm automatic grenade launcherserta senjata mesin 7.62-mm coaxial atau 12.7-mm. Lapis baja beroda ini didorong mesin 400 hp independent suspension system dan memiliki kemampuan amphibi.

Terrex Singapura
Terrex Singapura

Malaysia pada tahun 2013 mulai menggunakan lapis baja beroda 8×8 AV8 yang dikembangkan oleh FNSS Turki, sesuai kebutuhan Angkatan Darat Malaysia. AV8 bermesin 523 hp ini merupakan evolusi dari PARS Turki. 

 Bagian depan AV8 mampu menahan tembakan senjata mesin 14,5 mm. Sementara secara keseluruhan AV8 mampu menahan tembakan 7,62-mm. Dengan Hull yang V-shaped hull, AV8 mampu menahan ranjau berkekuatan 8kg TNT di bagian bawah roda serta 6kg TNT di bawah hull. Versi terbaru AV8 dilengkapi canon 30-mm serta senjata mesin 7,62-mm coaxial serta memiliki anti-tank guided missile launchers.

AV-8 Malaysia
AV-8 Malaysia

Bagaimana dengan Indonesia. PT Pindad sebenarnya sempat mengeluarkan disain Panser 8×8 namun kabar kelanjutannya tidak lagi terdengar.

Disain Anoa 8x8
Disain Anoa 8×8
Kendaraan tempur roda 8×8 dinilai tepat untuk militer modern. Dengan bobot yang relatif ringan sekitar 20-ton, lapis baja ini mampu bergerak lincah, cepat, mengangkut banyak pasukan dan mudah diangkut lewat darat, laut dan udara. 

Tambahan lagi dengan platform roda 8×8 kendaraan tempur ini dianggap stabil untuk mengusung berbagai jenis persenjataan militer modern termasuk canon 120mm ataupun rudal anti udara jarak menengah/jauh.




Sumber : JKGR

Dengan T50i GE Indonesia Menuju "World Class Air Force"

JAKARTA-(IDB) : 11 September lalu, dua T-50i Golden Eagle menjejakkan roda-roda pendaratnya di Pangkalan Udara TNI AU Balikpapan, sebagai bagian penerbangan ferry-nya dari manufakturnya di Korea Aerospace Industries, Sacheon, Korea Selatan, menuju Indonesia.

Itu pendaratan pertama Golden Eagle itu, dua pesawat lagi mendarat pada 26 September 2013 di Pangkalan Udara Utama Iswahyudi, "rumah" barunya. 

Bagi TNI AU, kehadiran Golden Eagle itu memiliki arti khusus karena akan mendekatkan cita-cita dan visi mereka pada predikat World Class Air Force, sejalan peta jalan pertahanan Indonesia melalui TNI yang menetapkan pada 2014 sudah berada pada status kekuatan minimum esensial arsenalnya.

Golden Eagle yang dibeli baru sebanyak 16 unit itu akan menggantikan peran seniornya, Hawk Mk-53 buatan Inggris, yang berdinas sejak 1970-an di Skuadron Udara 15 Pangkalan Udara Utama Iswahyudi, Jawa Timur.

Semula, ada lima kandidat yang dilirik Kementerian Pertahanan sesuai keperluan spesifikasi dari pengguna, TNI AU.

Mereka semua ada di kelas dan spesifikasi kurang lebih sama, yaitu di kelas advanced training jets/lead-in fighter trainer; T-50i Golden Eagle, Yakovlev Yak-130 Mitten, Aermacchi M-346, L-159 buatan Ceko, dan Guizhou JL-9 Shanying alias FTC-2000. 

Dengan L-159, TNI AU pernah punya pengalaman pemakaian, yaitu pada seniornya, L-29 Dolphin saat pabrikannya masih bernaung dalam Republik Cekoslovakia.

Yak-130 Mitten dan M-346 memiliki penampilan identik hanya beda mesin, beberapa feature avionika/sistem penjejak musuh-peluru kendali, dan kelengkapan sistem pendukung saja; Mitten dengan basis Rusia-nya, dan M-346 dengan pilihan sistem pendukung lebih luas dari Barat.

Satu yang baru adalah Guizhou JL-9 Shanying alias FTC-2000, yang jujur saja, belum teruji di manapun di dunia ini kecuali di negeri asalnya, China. Bicara tentang China, negeri ini sangat ambisius mengembangkan industri penerbangan sipil dan militernya, dan sangat gencar berpromosi. 

Beberapa persyaratan yang diinginkan pengguna adalah advanced jet trainer yang baru harus mampu mengantarkan pilot-pilot tempur TNI AU mengawaki pesawat-pesawat tempur baru secara lebih mudah dan canggih.

Skuadron Udara 3 memiliki F-16 Fighting Falcon Blok 15/25, Skuadron Udara 11 menjadi rumah bagi Sukhoi Su-27 Flankers (Su-27SKM dan Su-30Mk2) yang jumlahnya genap 16 unit plus sistem kesenjataannya. 

Mencetak pilot-pilot tempur untuk mengawaki semua pesawat tempur itu jelas bukan urusan mudah dan cepat. Belum lagi jika nanti 24 unit F-16 Fighting Falcon Blok 32+ eks Angkatan Udara Pengawal Pantai Amerika Serikat tiba, yang akan ditempatkan di Skuadron Udara 16. 

Sebagai negara pertama pemakai T-50i Golden Eagle di luar Angkatan Udara Korea Selatan, TNI AU akan menempatkan Elang-elang Emas ini bukan cuma sebagai pesawat latih semata. Designasi di ekor tegaknya diberi huruf dan angka TT5001 dan seterusnya, pertanda dia adalah pesawat tempur taktis.

Belajar dari peristiwa Bawean pada 3 Juli 2003 --sebagai misal-- saat F-16 TNI AU "dikunci" pesawat tempur asing di wilayah udara kedaulatan sendiri jelas bukan hal menyenangkan untuk dialami pilot tempur TNI AU; dan Golden Eagle diharapkan bisa memberi pelajaran lebih nyata tentang itu. 

Dari luar, tampilan samping dan tampak atas/bawah T-50i Golden Eagle ini sangat mirip dengan F-16 Fighting Falcon; yang lumrah mengingat KAI mengembangkan Elang-elang Emas ini dengan terobosan bekerja sama dengan pabrikan barunya, Lockheed Martin dari Amerika Serikat. Dalam hal rekayasa rancangan, kerja sama ini sangat menguntungkan KAI. 

Dari Lockheed Martin, Elang-elang Emas ini disuplai sistem penginderaan musuh radar AN/PG-67(v)4 dan mesin jet tunggal General Electric GE F404, yang cukup mampu menerbangkan dia pada kecepatan 1,5 Mach sangat mudah dalam keadaan full gear pada bobot maksimal 27.322 pound menuju ketinggian maksimal 55.000 kaki dari permukaan laut. 

Juga dikenal (para edisi awal 1992), Elang-elang Emas para generasi terkini --yang dibeli Indonesia-- ini juga ditanami radar aktif (AESA/active electronically scanned array radar) Israeli EL/M-2032 pulse-Doppler.

Data pabrikan KAI menyatakan, radar ini 66 persen lebih besar dan memiliki sistem tautan data lebih canggih ketimbang radar semula yang dipasang di TA-50.

Radar AESA EL/M-2032 sejak awal diunggulkan ketimbang AN/APG-67(V)4 and SELEX Vixen 500E AESA radar, yang dipilih Lockheed Martin. Pilihan lain adalah Raytheon Advanced Combat Radar dan Northrop Grumman's Scalable Agile Beam Radar, bagi produksi-produki mendatang. 

Yang unik, sistem data yang dibangun pada piranti dan sistem radar ini memungkinkan T-50i Angkatan Udara Korea Selatan dan F-16 Fighting Falcon Angkatan Udara Amerika Serikat saling berkomunikasi.

Bicara hal unik ini, jelas telah memasuki ranah politis mengingat Korea Selatan sekutu dekat Amerika Serikat sebagaimana Jepang di Asia Timur. 

Di Tanah Air, Elang-elang Emas ini akan diutilisasi semaksimal mungkin, layaknya dinyatakan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, pengirimannya selesai sepenuhnya pada 2014.

"Pesawat ini yang kita beli, sangat bertenaga," kata dia, saat menerima delegasi KAI di Jakarta, September 2011.

Berbagai misi akan bisa diemban Elang Emas, mulai dari melatih pilot muda dan profisiensi lain, patroli udara, tim aerobatik (sesuai warna biru-aksen kuning enam Golden Eagle pertama yang hadir), hingga pertahanan udara. 

Omong-omong, rasio antara jumlah pesawat terbang dan pilot pengawaknya lazim dipahami satu banding dua atau tiga; dengan begitu maka paling tidak 32 (kalau bukan 48) pilot Elang Emas harus bisa dicetak pada 2014 nanti.



Sumber : Antara

Prototype Panser Canon 105 mm Jepang

Prototype Panser Canon 105 mm Jepang yang juga mengusung double senjata mesin 7,62mm co-axial yang dikendalikan oleh komputer (photo: Kyodo/PA)
Prototype Panser Canon 105 mm Jepang yang juga mengusung senjata mesin 7,62mm co-axial yang dikendalikan oleh komputer .

TOKYO-(IDB) : Lembaga riset dan pembangunan Jepang (TRDI) meluncurkan prototype panser kanon 105mm lightweight yang disebut Maneuver Combat Vehicle (MCV).


Kendaraan tempur ini dibangun dengan biaya $183 juta berdasarkan disain ICV  Stryker Angkatan Darat AS.


Panser kanon 8×8 ini dibuat oleh TRDI yang bermarkas di Sagamihara- Kanagawa, untuk memenuhi kebutuhan kendaraan perang dengan kemampuan mobile dan persenjataan yang tinggi, yang secara cepat dapat dikirim melalui udara, darat dan laut.


Media lokal Jepang menyatakan Panser MCV akan diproduksi oleh Mitsubishi Heavy Industries dan unit pertama ditargetkan bisa digunakan Angkatan Darat Jepang / Japan Ground Self-Defence Force (JGSDF) pada tahun 2016.


Angkatan Darat Jepang saat ini menggunakan self-propelled howitzer tipe 74 (tracked) 105mm, tipe 90 120mm serta tipe 10 main battle tank yang berbobot di atas 40 ton. Alutsista itu dinilai tidak bisa digunakan di segala medan dan hanya bisa diangkut oleh angkutan militer kelas berat. Selain itu MBT tipe 10 Jepang yang bergerak menggunakan rantai (tracked), hanya memiliki kecepatan maksimal 70km/jam. Kini dengan adanya MCV 105mm yang bergerak dengan roda 8×8, laju dari kendaraan tempur tersebut bisa ditingkatkan menjadi 100km/jam.

Jepang Luncurkan Tank Ringan berpenggerak roda 8x8  (photo: Fumiaki Sonoyama)
Jepang Luncurkan Tank Ringan berpenggerak roda 8×8

Panser MCV Jepang, memiliki kecepatan maksimum 100km/jam dengan berat (combat weight) 26 ton, sehingga dinilai lebih lincah daripada kendaraan tempur yang menggunakan rantai (tracked). Berat Panser ini pun cocok dengan minimum payload dari pesawat taktikal transport baru Jepang Kawasaki C-2 yang sedang dikembangkan.


Turet dari panser kanon terletak di bagian belakang hull, yang mengusung kanon 105mm. Senjata panser ini dibimbing oleh fire control system dalam membidik sasaran, termasuk penglihatan untuk siang dan malam bagi petembak maupun komandan.


Sang Komandan memiliki sudut pandang yang luas (panoramic) di bagian depan panser, untuk ikut memonitor pertempuran atau target yang disasar. Senjata mesin kaliber 7.62mm dipasang co-aksial dengan senjata utama (canon 105mm).

Prototype Maneuver Combat Vehicle (MCV) Jepang
Prototype Maneuver Combat Vehicle (MCV) Jepang

Badan panser (hull) yang dibentuk dengan cara dicor serta turret yang menggunakan komposit armor, dibentuk dari awal dengan menggunakan detektor laser, untuk memastikan kerangka hull dan turret tidak memiliki cacat, demi keamanan kru saat pertempuran.


Secara konsep Panser MCV ini sejenis dengan Panser 105mm Centauro Italia, yang mana 400 unit telah digunakan oleh Angkatan Darat Italia dan 84 unit digunakan oleh AD Spanyol. Kini Italia sedang mengembangkan Armoured Infantery Fighting Vehicle (AIFV) Freccia, yang rujukannya mengacu ke Panser Centauro.

Ada kemungkinan Jepang juga akan menggunakan basis Panser MCV untuk pengembangan panser canon 120mm di masa depan. 




Sumber : JKGR