Pages

Senin, April 15, 2013

Panglima TNI: Mei Sudah Ada KSAD Baru

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menyatakan pada akhir Mei 2013 sudah ada Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) yang baru mengganti KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo yang memasuki masa pensiun pada Mei 2013 nanti.

"KSAD pada 5 Mei 2013 Ultah. Akhir Mei sebelum berakhir masa jabatannya sudah harus ada penggantinya," kata Panglima TNI usai membuka Latihan Gabungan TNI 2013 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin.

Begitu pun dengan dirinya yang akan memasuki masa pensiun pada Agustus 2013, namun hingga saat ini belum diketahui siapa penggantinya.

"Saya juga sebelum Agustus 2013 sudah harus ada penggantinya," katanya.

Pemilihan Panglima TNI yang baru, kata dia, harus menunggu pengganti KSAD yang baru menggantikan Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, dimana sesuai dengan pilihan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Setelah ada KSAD yang baru, kemudian kita ajukan tiga kepala staf untuk menjadi panglima TNI kepada Presiden. Kemudian, Presiden akan mengajukan ke DPR untuk mendapat persetujuan," katanya.

Ketika ditanya apa kegiatannya di akhir masa jabatannya, sambil tertawa Agus menjawab, "Saya mau jadi wartawan saja".

Ia pun berharap Panglima TNI yang baru nanti akan punya banyak waktu untuk menyiapkan pengamanan menjelang Pemilu 2014 nanti. "Kalau tidak begitu, Panglima TNI yang baru tidak bisa menyiapkan, meskipun saat ini kita sudah siapkan," tuturnya.





Sumber : Antara

Latgab TNI 2013 Akan Uji Doktrin Baru

JAKARTA-(IDB) : TNI akan menggelar Latihan Gabungan Tingkat Divisi 2013 di Pantai Asembagus, Jawa Timur, dan area latihan militer Sangatta, Kalimantan Timur, pada 2-24 Mei nanti.

"Akan ada pengujian beberapa doktrin baru, terkait sistem persenjataan baru yang kami miliki," kata Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, di Jakarta, Senin.

Bersama Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Putu Dunia, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, dan Wakil Kepala Staf TNI AD, Letnan Jenderal TNI Moeldoko, di apron Skuadron Udara 2 TNI AU, Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta, dia meninjau persiapan akhir menuju latihan gabungan mandala yang dilaksanakan empat tahun sekali itu.

Latihan gabungan mandala ini akan melibatkan 16.745 personel TNI dari berbagai satuan dan matra. Kepala Staf Umum TNI, Marsekal Madya TNI Daryatmo, menjadi direktur latihan dengan Panglima Kostrad, Letnan Jenderal TNI Muhammad Munir, sebagai panglima komando dan staf gabungan latihan mandala itu. 

Selepas upacara pembukaan latihan ini, kontingen demi kontingen pasukan dari berbagai satuan dan matra TNI yang dilibatkan dalam latihan perang gabungan ini akan diberangkatkan. Tahun kemarin, latihan komposit dari masing-masing matra TNI telah dilakukan dan dievaluasi.

Menurut Suhartono, "Kehadiran sistem kesenjataan baru tentu mengubah sebagian atau keseluruhan doktrin tempur dan perang yang ada. Ini juga yang akan diketahui di lapangan secara persis dalam latihan gabungan ini."

Dia mencontohan, sebagian kapal-kapal pendarat pasukan dari TNI AL merupakan generasi baru. Kecepatannya bisa lebih tinggi ketimbang kapal pendarat tank (LST - Landing Ship Tank). "Jadi kapal pengangkut pasukan pendarat tidak usah lagi terlalu dekat ke pantai kawasan yang akan direbut dan diduduki karena bisa menambah resiko," kata Suhartono.
Dari sisi pertempuran udara, sekarang ada EMB-314 Super Tucano yang dipersenjatai. Kegunaannya hampir sama dengan OV-10F Bronco dari generasi sebelumnya, yang dia gantikan; sama-sama turboprop multi fungsi dengan salah satu fungsi pengintaian udara dan serbu udara-darat jarak dekat serta payung udara pasukan infantri.

"Tentang ini tidak terlalu banyak perubahan doktrin, karena kegunaannya mirip-mirip. TNI AU punya pengalaman baik tentang ini," katanya.

Menurut rencana, Presiden Susilo Yudhoyono dan sejumlah pejabat terkait serta anggota DPR akan melihat secara langsung pelaksanaan latihan itu. "Juga beberapa atase pertahanan negara sahabat yang kami undang," kata Suhartono. 
 
 
 
 
Sumber : Antara

Latgab TNI 2013 Resmi Dibuka Oleh Panglima TNI

JAKARTA-(IDB) : Latihan gabungan mandala tingkat divisi TNI 2013 kali ini akan melibatkan 16.745 personel dari berbagai satuan dan matra TNI. Lokasi latihan adalah di Pantai Asembagus, Jawa Timur, dan arena latihan militer Sangatta, Kalimantan Timur, pada 2-24 Mei nanti. 

Seluruh peserta latihan gabungan akbar empat tahunan ini akan melaksanakan skenario penyerbuan, perebutan, dan pendudukan wilayah Tanah Air yang diilustrasikan telah dikuasai kekuatan asing. Bukan itu saja, juga akan dilakukan skenario penarikan pasukan jika keadaan tidak menguntungkan, untuk meminimalisasi kerugian personel dan material.

Latihan Gabungan TNI 2013 dibuka secara resmi oleh Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, di apron Skuadron Udara 2 TNI AU, Pangkala Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin. Sejumlah pimpinan puncak dari seluruh matra TNI hadir, berikut para komandan dan panglima unsur.

Menurut Suhartono, selain belasan ribu personel TNI, latihan akbar gabungan ini juga akan melibatkan berbagai tipe dan jenis alat transportasi, tempur di laut, udara, dan darat, serta sistem lain kesenjataan lama dan baru TNI.

Dari unsur laut, akan dikerahkan 36 kapal perang berbagai jenis dan tipe, termasuk kapal selam tipe U-209 KRI Cakra/402. serta beberapa tipe lain kapal pendarat pasukan. Korps Marinir TNI AL sebagai unsur pendarat dan pendudukan wilayah, mengerahkan 17 tank BMP-3F, 33 arsenal BTR-50, enam kapal K-61, dua unit peluncur peluru kendali bergerak RP-70 Grad, tujuh unit LVT-7A1, dua unit BVP-2.

Masih didukung tiga pesawat transport ringan-intai udara NC-212 Aviocar, dan lima helikopter Bell B-412.

Sedangkan TNI AU mengerahkan lima Sukhoi Su-27/30 Flanker, 10 Hawk 109 dan 209, lima F-16 Fighting Falcon, 11 pesawat transport berat C-130 Hercules, dua pesawat intai/peringatan dini/pengendali operasi Boeing B-737 RC, dua pesawat transport ringan NC-212 Aviocar, dua pesawat transport sedang CN-235, satu CN-235 MPA, dua helikopter NAS-330 dan AS-330 dan empat helikopter EC-120 Colibri.

Peralatan tempur TNI AD meliputi 14 unit tank Scorpion, lima panser tempur Stormer Armoured Personnel Carrier, dua tank Stormer Commando, 13 tank AMX-13, 21 pucuk meriam lapangan meliputi howitzer CAESAR, 12 helikopter Mil Mi-17, 12 helikopter Bell-412, dan tiga helikopter Bolcow-Blohm NBO-105
Tujuan Latihan Gabungan TNI 2013 ini mengukur dan menguji latihan satuan yang dilaksanakan serta mewujudkan kesiapsiagaan interoperabilitas komando gabungan TNI dalam rangka mencegah, menangkal, dan menghadapi setiap bentuk ancaman yang timbul di seluruh wilayah Indonesia.

"Kemampuan interoperabilitas dalam operasi gabungan sebagai pengembangan pemikiran strategi militer modern, telah menjadi salah satu kata kunci guna memperbesar momentum suatu operasi TNI. Baik pada perspektif strategis operasional maupun taktis," ucap Suhartono.





Sumber : Antara

Dirut PT. DI : Kami Seperti Lahir Kembali, Konsumen Mulai Datang

Dirut PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso.
BANDUNG-(IDB) : Aktivitas di hanggar PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kembali bergairah. Kolaborasi antara generasi muda dengan orang-orang berpengalaman di PTDI terlihat sinergis membuat berbagai komponen pesawat.

Pemandangan itu berbeda saat 2007 lalu, di mana PTDI terseok-seok dan harus memproduksi panci untuk bertahan hidup.

Perlahan tapi pasti, PTDI terus berbenah. Di bawah pimpinan Budi Santoso, program restrukturisasi yang diluncurkan pada 2010 lalu mulai membuahkan hasil. PTDI mulai meraup laba operasi pada 2012 lalu. PTDI berhasil keluar dari beban masa lalu dan mencoba bangkit kembali.

Budi Santoso bukanlah orang lama di PTDI. Ia bergabung sejak 1987, saat masih bernama IPTN. Pada 1998 lalu, ia pindah menjadi Direktur Utama PT Pindad dan berhasil. Pada 2007 lalu, doktor Robotika Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, ini diminta pemerintah untuk membenahi PTDI. 

Berikut wawancara langsung dengan Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, di kantornya, Bandung 8 April 2013. Ditemani oleh Direktur Niaga dan Restrukturisasi, Budiman Saleh, Budi Santoso memaparkan kinerja dan kondisi PTDI. 

Berikut petikannya:

Bisa Anda jelaskan bagaimana kondisi PTDI terkini ?
Secara bisnis, sebetulnya PTDI ini baru belajar lagi. Sewaktu masih bernama IPTN, kami didesain untuk mengembangkan berbagai macam yang ada kaitannya dengan pesawat.

Namun, secara nilai bisnis itu tidak masuk atau tidak ekonomis. IPTN tidak bisa seterusnya seperti ini, jadi apapun perusahaan itu pasti baliknya market oriented. IPTN waktu itu menguasai teknologi, sebagai bagian dari cara kami untuk menjual produk. Sedangkan, bagian lain seperti menguasai pasar, kami tidak pernah pelajari hal tersebut.

Sasaran IPTN waktu itu lebih banyak menjual produk ke pemerintah, baik dalam dan luar negeri. Sedangkan kami menyadari bahwa industri pesawat terbang itu adalah pasar penerbangan komersial. Untuk itu, kami mempelajari penumpang pesawat. Karena kami melihat di pasar pesawat penumpang itulah yang menghasilkan cash flow bagi perusahaan penerbangan.

Ini yang dulu kami tidak pernah belajar. Sebagian besar orang-orang di PTDI ini dahulu adalah engineer yang kebanyakan berpikir kalau teknologi bagus pasti jalan. Ternyata, hal itu tidak cukup. PTDI saat ini sedang dalam kondisi pemulihan setelah mengalami kesulitan keuangan pada beberapa tahun terakhir, dan puncaknya terjadi pada tahun 2011 lalu.

Bagaimana dengan kondisi keuangan PTDI saat ini?
Baru-baru ini PTDI secara korporat memenuhi syarat sebagai perusahaan. Mulai tahun lalu, saat tutup buku, ekuitas kami positif, operasional sudah untung lagi. Ini akan membuat kepercayaan dunia usaha, perbankan dan lain-lain lebih baik. Bagaimanapun juga modal kerja PTDI masih sangat tergantung dari perbankan.

PTDI pada 2012 lalu sudah berhasil meraup laba bersih, namun besarannya berapa masih diaudit. Target akhir bulan April ini baru diumumkan. Namun, kisaran laba sekitar Rp40 miliar.  Akhir bulan baru dipastikan.

PTDI tahun lalu memperoleh kontrak apa saja?

Sepanjang 2012 lalu PTDI mendapatkan kontrak penjualan pesawat sayap tetap dan helikopter, yang meliputi 9 unit CN 295, 1 unit NC 212–200, 25 unit  Bell 412 EP, 6 unit EC 725 dan 2 unit AS 365 N3.

Sedangkan penjualan yang meliputi customer support, aircraft services, komponen, dan jasa engineering dengan total nilai kontrak yang telah dibukukan sebesar Rp7,79 triliun. Berdasarkan nilai kontrak tersebut menghasilkan pendapatan PTDI sebesar Rp2,98 triliun (draft audit).

Pembuatan Pesawat di PT Dirgantara IndonesiaBagaimana cara anda mengubah PTDI dari perusahaan merugi menjadi perusahaan yang kembali bangkit?
Pada saat 2007 kami masuk menjadi direksi, ternyata sepanjang 2003 hingga 2007 tidak pernah tutup buku. Sehingga kami harus mulai tutup buku 2003-2007.

Ketika masuk 2008 ada lagi data-data yang aneh, mulai dari pajak belum dibayar, data-data hutang 1990an dan lain-lain. Waktu itu juga mulai ramai demonstrasi juga dari internal perusahaan.

Kita bereskan semua di 2009. Kami minta audit oleh BPK, instansi pajak, semua lembaga. Selain itu, kami selesaikan seluruh utang ke pemerintah. Kami minta utang kepada pemerintah dikonversi menjadi modal. Duitnya sih tidak ada, hanya di atas kertas namun tidak menjadi beban keuangan PTDI.

Pada Desember 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan PP untuk selamatkan PTDI. Pada tahun itu juga kami mendapatkan kucuran dana PMN yang digunakan untuk membeli mesin-mesin dan retraining sumber daya manusia (SDM). Jadi, sejak 2012 PTDI seperti baru lahir kembali, ekuitas sudah positif, modal kerja walaupun tidak banyak tetapi ada dan bisa kami gunakan untuk meminjam kredit bank.

Kemudian yang penting lagi, PTDI mendapatkan pekerjaan yang banyak setelah PMN mengalir. Ini seperti efek bola salju, konsumen melihat PTDI mulai bangkit dan mereka langsung datang ke sini untuk mengajak kerjasama yang mungkin pada lima tahun lalu saat saya pertama kali menjadi direktur utama PTDI tidak terbayangkan.

Apa kesulitan PTDI saat ini?

PTDI dalam 2 tahun terakhir ini terus melakukan revitalisasi dan restrukturisasi, yang menyangkut peremajaan dan pembelian fasilitas permesinan, perekrutan dan resdiposisi sumber daya manusia, modernisasi sistem informasi teknologi (IT), proses perampingan bisnis, serta pengembangan produk pesawat terbang agar tetap kompetitif di pasar.

Karena baru bisa normal berbisnis maka kesulitan PTDI adalah membuat kontrak jangka panjang untuk pesawat terbang di Asia Pasifik agar PTDI survive sampai 10 tahun ke depan dan dalam waktu dekat akan banyak karyawan yang akan pensiun sedangkan perekrutan baru dilaksanakan pada tahun 2011.

Kalau kami lihat, SDM di PTDI itu sudah relatif sudah tua semua di tingkat engineer. Penerimaan pegawai PTDI itu pada periode 1982-1986, puncaknya 1984-1985. Itu sudah hampir 30 tahun, sudah mendekati usia pensiun semua. Sedangkan untuk mendidik engineer itu tidak cukup mengambil lulusan dari universitas, karena mereka tidak mempunyai pengalaman untuk membuat pesawat.

Di PTDI saat ini ada semacam lost generation, karena sekitar 45 persen pegawai saat ini mulai memasuki masa pensiun. Pada 2010 PTDI mulai merekrut pegawai baru secara bertahap. Sedangkan yang pensiun, kami pertahankan 1-2 orang sebagai pelatih engineer baru. Kami sampai 2014 akan tetap membuka penerimaan pegawai baru.

Kalau untuk operator mesin, kami training 3-6 bulan sudah bisa, anak-anak STM sudah ada pelajaran dasar. Sedangkan untuk engineer ini agak susah, mereka hanya mempunyai pengalaman dasar dan harus kami didik lagi. Untuk mendidik engineer, membutuhkan waktu 4-5 tahun lagi untuk cukup mereka bekerja di bidang penerbangan.

Untuk menyiapkan mereka, maka membutuhkan pekerjaan yang nyata. Jadi harus ada pekerjaan membangun pesawat. Target kami membuat pesawat N 219. Kalau dibilang pesawat sederhana ya memang bisa dibilang sangat-sangat sederhana. Kenapa tidak secanggih N-250? Ini adalah yang termurah buat kami, ada target market-nya dan bisa digunakan sebagai wahana pendidikan para engineer baru agar tahu bagaimana membuat pesawat terbang dalam satu siklus. Dari nol sampai terbang. Dari situ kami kembangkan ke produk-produk lain seperti CN-235.

CN-235 pun kami inovasi sendiri dengan gunakan wing-tips agar performance lebih baik. NC-212 kami harapkan seperti itu. Waktu kami kerjasama dengan CASA, bukan nama CASA yang kami cari, tapi Airbusnya, karena mereka bagian dari Airbus. Dengan nama Airbus ini, image orang akan berbeda melihat PTDI.

Pembuatan Pesawat di PT Dirgantara IndonesiaKalau kita lihat di PTDI sekarang ini bukan saja orangnya yang sudah kedaluwarsa, tapi mesinnya juga sudah tua. Mesin yang tua ini membuat produktivitas menurun.

Mesin tua ini mengkonsumsi energi lebih mahal, jam kerja lebih banyak dan reability menurun. Contoh, kami diberikan tugas untuk selesaikan berbagai komponen dalam satu minggu, tapi karena sering ngadat, sudah tua bisa molor. 

Ditambah suku cadang mesin kami sudah tidak ada lagi, terutama mesin-mesin yang elektronik sudah banyak yang harus diganti karena sudah ketinggalan zaman.

Jadi titik balik kebangkitan PTDI ini adalah pengucuran dana PMN?
Sebetulnya titik balik PTDI dua tiga tahun terakhir adalah dukungan pemerintah untuk membereskan masa lalu PTDI. PP itu hanya salah satu alat, karena ada yang lain seperti Kementerian Pertahanan yang memberikan pekerjaan selama 3-4 tahun.

Setelah itu, mereka meminta PTDI untuk siapkan diri untuk mandiri. Kami dapat pekerjaan dari Kementerian Pertahanan itu hampir 8 tahun. Apapun kami kerjakan, walaupun hanya ditugaskan mengelap kaca pesawat.

Kami perlu hidup. Bisnis pesawat terbang bukan sesuatu yang instan. Kalau mau menciptakan suatu produk sekarang, 3-4 tahun kemudian baru kelihatan hasilnya. Jadi, kami diberikan nyawa lagi hingga 3-4 tahun yang akan datang.

PTDI telah menjadi salah satu pemasok utama Airbus. Sejauh mana kerjasama tersebut berdampak terhadap PTDI ?
Salah satu alasan PTDI menggandeng Airbus atau grupnya, EADS, adalah untuk membuat persepsi pasar terhadap PTDI ini membaik. Kalau kami belum bisa membuat kepercayaan pasar, maka kami harus menggandeng perusahaan lain sampai dapat imbas image itu.

Di dunia ini, ada dua perusahaan yang menguasai industri penerbangan komersial, yaitu Airbus dan Boeing. Tinggal pilih, mau ikut Airbus dengan grupnya atau Boeing? Dalam perjalanan, dua-duanya kami jajaki. Namun, yang terdekat dengan kami adalah EADS dan grupnya. Secara sejarah, kwmi juga lebih dekat walaupun dulu kita pernah punya hubungan dengan Boeing.

Itulah target kami ke depan dengan menggandeng Airbus. Kami ingin membuat pesawat namun dengan image yang bisa dikaitkan dengan brand yang bagus.

Jadi, katakanlah kami membuat pesawat dengan produksi standar Airbus, maka orang lebih percaya daripada bilang buatan saya sendiri. Saya tidak bilang engineer Indonesia ini jelek, tapi persepsi pasar terhadap PTDI saat ini masih kurang bagus.

Kami lakukan restrukturisasi. Cari partner yang benar-benar perusahaan pesawat terbang. Kami diajak dengan Airbus Military, dulu CASA, tapi sekarang Airbus. Cara kami membuat pesawat, belajar secara administrasi kepada Airbus. Kami dibantu oleh Airbus Military. Dari sini, kita Alhamdulillah belum pernah gagal memenuhi permintaan Airbus.

Sedangkan kerjasama dengan Airbus untuk pesawat komersial, kami membuat komponen sayap A320 dan A380. Untuk A380 itu untuk 10 tahun, sedangkan 320 itu telah diperpanjang kontraknya pada 2009 lalu menjadi lifetime kontrak.
Per tahun kami bisa mendapatkan Rp180-200 miliar. Kami masuk ke suatu program tapi tidak menyeluruh, tapi mencari yang demand-nya tinggi untuk menurunkan biaya produksi.

Untuk A320 sampai bulan Maret lalu kami sudah kirimkan 3.000 komponen. Mereka minta 400 per tahun untuk dikirim. Maka, kalau ada yang bilang kami menganggur, itu salah. Dengan modernisasi saat ini, PTDI 2-3 kali lebih produktif dari yang lama. Kami tidak berani mengambil kerjaan lagi saat ini karena kapasitas produksi kami sudah full.

Sekarang kami mau kemana? Kalau untuk dalam negeri mungkin PTDI satu-satunya. Sedangkan di tingkat internasional? PTDI harus menggunakan branding siapa saja, karena itu yang akan membuat pasarnya. Daripada  menciptakan pasar baru, itu bisa proses puluhan tahun dan itu tidak mungkin, keburu mati. Membuat citra atau persepsi pasar itu tidak instan, butuh waktu.

Kita bisa mencontoh Lenovo. Dahulu menggunakan merek IBM dan akhirnya orang-orang sadar IBM itu adalah Lenovo. Sekarang, Lenovo tidak menggunakan IBM, dan sekarang tetap laku juga. Itulah fase-fase yang dapat ditiru semua orang.

Selain dengan Airbus, apakah PTDI juga memperoleh pesanan komponen dari produsen pesawat lain ?
Ada. Kami juga menjalin kerjasama dengan Eurocopter Family yang juga dibawah EADS untuk membuat body helikopter MK II, yaitu tailboom dan fuselage senilai Rp5 miliar. Selain itu PTDI juga menjadi subkontrak CTRM dan Korean Air senilai Rp10 miliar.

teknisi PT Dirgantara Indonesia rakit Helikopter Super Puma NAS 332Sebenarnya banyak orang di Amerika Serikat dan Eropa itu menghargai kemampuan orang Indonesia di sisi engineering. Kalau urusan IT dan matematika orang India lebih jago dari Indonesia, tetapi untuk aeronautical Engineering itu Indonesia jago-jago. Itu seperti bakat orang Indonesia.

Orang-orang di Eropa mulai banyak yang tidak tertarik aeronautical engineering sehingga masa depan SDM itu ada di Indonesia. Orang-orang Indonesia saat ini tersebar di beberapa produsen pesawat dunia, namun seenak-enaknya orang kerja itu paling enak kerja di negeri sendiri.

Tadi Anda sempat menyinggung proyek N-219, bagaimana nasib proyek tersebut saat ini?
Kelanjutan proyek N-219 masih menunggu dengan beberapa kementerian dan lembaga terkait, seperti LAPAN, BPPT, Kementerian Perindustrian, Kementerian Riset dan Teknologi serta Kementerian Perhubungan. PTDI sendiri saat ini telah membuat desain N-219 dan mempersiapkan sub kontraktor. PTDI saat ini sedang menunggu kepastian dari sisi pendanaan dari Konsorsium Kementerian.

PTDI menghitung untuk membuat prototype N-219 ini membutuhkan dana Rp600 miliar. PTDI sendiri telah habis Rp100 miliar untuk mendesain dan menyiapkan segalanya. Kami juga telah menyiapkan sekitar Rp100 miliar lagi agar proyek ini jalan. Namun, kami kan harus hati-hati. Jika Rp100 miliar ini sudah kami kucurkan dan ternyata dari Konsorsium Kementerian tidak mendukung maka proyek ini dapat gagal lagi seperti N-250.

Sebenarnya, program ini sangat potensial mengganti pesawat Twin Otter. Seperti kita tahu Twin Otter sudah tidak diproduksi lagi namun masih digunakan di Indonesia. Kalau dibilang sederhana, memang sederhana, tapi menjadi wadah bagi engineer pemula sebagai tempat pendidikan.
Pesawat N-219, pesawat turboprop bermesin dua dengan kapasitas penumpang 19 orang. N-219 sangat cocok beroperasi di daerah-daerah terpencil dan pegunungan Indonesia.

N-219 ini harapan kami menjadi wahana bagi Indonesia untuk sertifikasi juga. Kami harapkan Kementerian Perhubungan ini bisa mendukung. Kementerian Perhubungan bisa menjadi regulator agar diakui oleh regulator dunia yang tinggal dua, EASA dan FAA. Kalau salah satu masuk, maka sama saja.

Kalau Kementerian Perhubungan bisa approve dengan EASA, itu adalah satu kelebihan Indonesia dibandingkan negara-negara lain. Untuk sertifikasi pesawat harus ada regulator. Seperti Korea Selatan, dua tahun yang lalu membuat pesawat kecil empat penumpang , tetapi itu menjadi wahana dia untuk sertifikasi Korea mendapat approval dari FAA. Kalau ingin Indonesia diakui oleh EASA maka harus menggunakan wahana N-219.

Kami ingin Indonesia bukan hanya sebagai kepanjangan tangan EASA. Jika ada pesawat EASA yang datang ke sini, kita bukan hanya mencap persetujuan, tetapi ingin menjadi mitra seimbang. Di Asia Tenggara belum ada. Di Asia, China, sertifikasinya pun belum diakui.

Apa rencana jangka panjang PTDI?
Kami melihat PTDI ini bukan perusahaan teknologi, bukan badan riset, tapi apapun harus dilihat secara bisnis. Jangan bangga bikin sesuatu tapi tidak jadi apa-apa, hasil nyatanya tidak ada. Yang penting jangan sampai SDM kami, anak-anak yang masuk ke PTDI, merasa tertipu tanpa masa depan. Masa depan PTDI harus panjang, kalau kami rekrut orang, kalau bisa hingga pensiun, kembangkan kemampuan di PTDI.

PTDI pada tahun ini terus menggenjot pemasaran dan penjualan baik produk maupun jasa. Kontrak yang diincar sebagian sudah terealisasi seperti penambahan CN 235 TNI AL dan sebagian lagi baik dari dalam maupun luar negeri sedang dalam proses.

Pembuatan Pesawat di PT Dirgantara IndonesiaPTDI secara potensial masih bisa mengembangkan CN-235 menjadi CN-235 Next Generation, karena PTDI diberikan keleluasaan untuk memberikan inovasi kepada CN 235, kami telah menambahkan wing tips untuk menambah kestabilan pesawat. 

Selain itu, C-212 versi improvement yang disempurnakan agar lebih efisien, harganya lebih murah, dan kapasitasnya naik. Kami juga mentargetkan pusat perawatan PTDI dapat merawat Airbus A320 di Indonesia, selain ke depan dapat memproduksi N-219 yang telah kami jabarkan tadi.

Keluarga Habibie akan mengembangkan industri pesawat juga, sejauh mana PTDI terlibat ?
Sebenarnya proyek ini, saya dan pak Habibie telah bicara 4-5 tahun yang lalu. Kompetensi teman-teman engineering tidak usah ditanyakan. Saya sudah siapkan orang, engineer.

Untuk pertahankan mereka di sini, PTDI mengeluarkan biaya hingga Rp90 miliar. Itu sudah berlangsung cukup lama karena saya harus memberikan mereka pekerjaan di PTDI dan menggaji mereka.
Saya berharap agar proyek ini untuk cepat terealisasi sehingga saya tidak berpikir lagi untuk membayar engineer. Untuk menggaji engineer ini, saya harus mencari pekerjaan di tempat lain. Mereka menghasilkan uang untuk perusahaan, namun tidak cukup untuk menutup gaji mereka.

Selain itu, PTDI mempunyai keterbatasan waktu dan tempat fasilitas produksi. Kalau ada orang kasih pekerjaan tentu akan kita kerjakan itu terlebih dahulu. Hingga saat ini, kami belum menerima timeframe dari pak Habibie, kapan mau dibangun dan apa saja yang mau dikerjakan. Mudah-mudahan kalau dapat cepat, kita bisa kerjakan.

Tapi kalau lama, saya mau tidak mau cari kerjaan di tempat lain. Saat saya mendapatkan pekerjaan dari orang lain dan saat itu tiba-tiba mendapat pekerjaan dari pak Habibie, ini kan dilematis juga.

Kalau saya tidak pikirkan gaji karyawan, saya enak-enak saja bisa bilang dukung seratus persen, bahkan seribu persen pun tidak apa-apa. Namun, sebulan kami bisa mengeluarkan Rp20-30 miliar untuk menggaji karyawan dan operasional.

Setiap hari saya bangun, saya harus pikirkan bagaimana mendapatkan uang Rp1 miliar untuk menggaji karyawan dan biaya overhead.  PTDI tetap dukung proyek pak Habibie, tapi kami ini industri pesawat.  Di negara lain, para engineer ini dibiayai negara, digaji oleh negara seperti Korea Selatan. Sehingga, jika ada perusahaan mau riset itu tinggal ambil tanpa harus pikirkan gaji engineer. Nah, di kami mau taruh di mana? Mau taruh di BPPT, LAPAN, mereka tidak sanggup sehingga mau tidak mau harus ditahan di PTDI.

Dengan programnya pak Habibie, harapannya bisa secepatnya terealisasi sehingga biaya menunggunya sekecil mungkin.

Engineer semua telah siap, PTDI siap. Sekarang saya tidak bisa alokasikan fasilitas produksi untuk program ini, karena masih belum ada bayangan program ini ke depan seperti apa. Sehingga saat ini fasilitas produksi saya kerahkan semua untuk mengerjakan kontrak yang sudah ada, yang sudah ada hasilnya di depan mata.

Mungkin, suatu saat jika program ini jalan hambatannya adalah fasilitas produksi PTDI sudah penuh. Saya harus mengutamakan proyek yang telah membayar karyawan saya. Kalau tidak, karyawan saya mau mencari makan dari mana?

Sekarang ini kami sudah full, mesin ini hampir dibilang, jalan dua shift. Kalau mesin dipaksakan tiga shift,  kalau ada kerusakan maka tidak bisa recover. Jadi mesin kami telah berjalan dua shift lebih sedikit. Shift ketiga dijalankan untuk recover kalau ada break down.

Kami minta pak Habibie secepatnya berikan kepastian sehingga saya bisa rencanakan dengan baik.





Sumber : Vivanews

Analisis : Memahami Karakter Tentara

ANALISIS-(IDB) : Tentara di manapun di muka bumi ini adalah salah satu lambang keperkasaan negara, simbol dari eksistensi kewibawaan untuk melanjutkan dan melangkah dalam etika pergaulan antar bangsa. Tentara adalah nadi yang mengalirkan darah negara untuk mampu bercita-cita dengan mengawal perjalanannya dari segala bentuk ancaman dan gangguan eksistensi.

Tentara Indonesia lahir dari rahim Ibu Pertiwi yang secara gagah berani memproklamirkan kemerdekaan jamrud Sabang Merauke.  Tanggal 17 Agustus 1945 diumumkan kemerdekaan Republik Indonesia ke seluruh dunia.  Tentu saja sang Penjajah tak terima maka dikirimlah pasukan gabungan sekutu pemenang perang dunia II yang didalamnya ada tentara Belanda.  Maka selama lima tahun berikutnya terjadilah perang kemerdekaan di seluruh tanah air.  Kegigihan militer Indonesia yang didukung penuh rakyat membuat Belanda letih bertempur dan akhirnya mengakui kedaulatan RI akhir Desember 1949.
Pasukan Kostrad dalam sebuah Defile
Inilah cikal bakal nilai kejuangan tentara Indonesia yang bersama rakyat bahu membahu menegakkan NKRI.  Nilai kejuangan ini bentuknya adalah militansi, heroik dan nasionalis memberikan warna dalam langkah sejarah perjalanan bangsa selanjutnya. Militernya heroik, rakyatnya nasionalis, itulah keistimewaan Republik Indonesia.

Pasukan khusus Indonesia dari satuan angkatan darat, Kopassus sudah jauh hari memberikan nilai kebanggaan dan martabat bernegara.  Keberhasilan Kopassus dalam membebaskan jet DC-10 Garuda dan penumpangnya yang dibajak dalam perjalanan Jakarta-Medan di Bandara Don Muang Bangkok tanggal 28 Maret 1981 merupakan nilai cum laude yang berhasil mengangkat harkat satuan elite ini di mata dunia.  Masih banyak prestasi lain yang dilakukan pasukan loreng darah ini sepanjang sejarahnya mengawal NKRI.

Garis hidup seorang prajurit adalah bersiap diri untuk setiap saat maju ke medan penugasan apakah itu dalam bentuk operasi militer, operasi intelijen atau operasi kemanusiaan.  Negara nomor satu, keluarga nomor dua.  Bentuk kesiapan itu adalah untuk seluruh organ yang dia miliki termasuk nyawa yang memang sudah ada dalam perjanjian mencetak karakter prajurit.  Karakter yang dibentuk melalui pendidikan dan latihan militer TNI sebenarnya untuk melahirkan kembali isian benak, isian hati, isian naluri untuk disatukan pada ikatan yang bernama mati untuk negara demi kehormatan  dan sebuah harga diri bangsa.

Dalam bingkai tertib sipil, tentara sejatinya tidak pernah memulai sebuah sebab karena memang tak ingin memberikan akibat.  Tetapi jika tentara dilukai dan dibunuh secara keji oleh preman sebagaimana yang terjadi di Yogya baru-baru ini maka naluri tempur yang dididihkan melalui semangat patriotik membela NKRI dan korps akan memberikan letusan lahar dan semangat hukum qisas.  Nyawa dibayar nyawa karena itu adalah adrenalin yang disumpahkan dan disusupkan dalam diri seorang tentara.   Itulah yang mestinya dipahami oleh kita karena karakter tentara adalah kehormatan dan martabat sebagaimana dia menjaga kehormatan bangsa dan negaranya.
Pasukan Marinir menyemut dan menyengat
Semangat untuk menyeimbangkan harkat tentu sangat kita hormati karena pada dasarnya kita adalah manusia yang menghargai harkat dan martabat.  Tetapi ketika hendak disandingkan terhadap dua sebab kematian yang tidak diingini maka menjadi tidak seimbang ketika kematian tentara yang nota bene asset penting NKRI tidak disebut pelanggaran HAM sedangkan kematian 4 preman yang menjadi pemicu disanjung-sanjung sebagai pelanggaran HAM.  Itu sama saja kita mengamini sebuah terminologi preman lebih berharga dari tentara.

Okelah, pertanggungjawaban ke 11 prajurit itu di mata hukum sedang dalam proses.  Kita hanya ingin menyampaikan pesan kepada anak negeri bahwa meski secara hukum mereka salah tetapi jika kita mampu memahami bangunan karakter tentara tentu kita bisa memahami mengapa serangan balasan itu bisa terjadi.  Sangat ironi tentara dibunuh oleh kelompok preman.  Lebih ironi lagi ketika perjalanan proses menuju peradilan militer, ada upaya untuk mengangkat harkat untuk tidak disebut preman dan sekan-akan hendak menjadikannya sebagai pahlawan.

Sebagaimana yang disampaikan Letnan Jendral (Purn) Luhut Panjaitan, jika saja masyarakat tahu “proses” pembunuhan keji anggota Kopassus di Yogya melalui CCTV maka tentu saja orang akan memaklumi tindakan balas dendam itu.  Sayangnya reportase pemberitaan media kita lebih sering mengedepankan drama, bukan fakta.  Drama pemberitaan keluarga 4 preman diberitakan sebagai kaum yang dizalimi sementara keluarga tentara yang dibunuh dan sedang hamil berat “ditelantarkan”.  Model media drama seperti ini ditambah ketidakseimbangan peran Komnas HAM dan LSM lain memberikan kesan menggiring cara pandang untuk memojokkan institusi tentara.

Meski demikian, suara hati sebagian rakyat Indonesia sesungguhnya ada disamping tentaranya.  Simak saja suara itu di hampir semua media on line dan cetak.  Rakyat sudah makin cerdas memilah dan mencerna.  Tindakan shock terapy tentara di Cebongan sesungguhnya mewakili suara rakyat cerdas yang sudah muak melihat ulah preman dan kriminalitas di sekelilingnya.  Meski secara hukum salah tetapi dalam rangka memberi efek kejut yang mampu menciutkan nyali preman atau siapa saja pelaku kejahatan yang menantang tentara, tindakan itu perlu dan pantas.  Pesannya sangat jelas dan itu adalah karakter sejati tentara, kehormatan dan harga diri korps sebagaimana tugas utamanya menjaga kehormatan dan harga diri NKRI.
 
 
 
 
Sumber : Analisis

Menanti Nasib Proyek Pesawat N-219 PTDI

 Dirut PT DI, Budi S
BANDUNG-(IDB) : Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, menyatakan, kelanjutan proyek pesawat N-219 masih menunggu lampu hijau pendanaan dari konsorsium kementerian dan lembaga terkait. Kementerian dan lembaga itu adalah Lapan, BPPT, Kementerian Perindustrian, Kementerian Riset dan Teknologi serta Kementerian Perhubungan.

Budi menjelaskan, untuk membuat N-219 dari nol hingga prototipe membutuhkan dana hingga Rp 600 miliar. PTDI telah mengucurkan dana hingga Rp 100 miliar untuk membuat desain N-219 dan mempersiapkan subkontraktor.

"Saat ini, kami sedang menunggu kepastian pendanaan dari konsorsium kementerian," kata Budi Santoso saat ditemui VIVAnews di kantornya, Bandung, pekan lalu.

Rencananya, sisa anggaran tersebut akan disokong oleh konsorsium kementerian. Ia menjelaskan, PTDI juga telah menganggarkan Rp100 miliar untuk pengembangan proyek ini. Namun, perseroan harus berhati-hati, mengingat anggaran PTDI terbatas.

"Jika dana ini sudah kami kucurkan dan konsorsium kementerian tidak mendukung, proyek ini dapat gagal lagi seperti N-250," katanya.

Ia menjelaskan, program ini sangat potensial menggantikan DHC-6 Twin Otter yang telah beroperasi puluhan tahun di ujung timur Indonesia. Pesawat N-219 adalah pesawat turboprop bermesin dua dengan kapasitas penumpang 19 orang. N-219 sangat cocok beroperasi di daerah-daerah terpencil dan pegunungan Indonesia.

Selain menggantikan Twin Otter, ia berharap N-219 dapat dijadikan wadah bagi ahli pesawat Indonesia sebagai tempat pendidikan. N-219 merupakan pesawat dengan teknologi sederhana, murah, dan memiliki pangsa pasar tinggi.

"N-219 dapat digunakan engineer untuk mengetahui cara membuat pesawat terbang dari satu siklus, dari nol hingga terbang. Setelah itu, kami kembangkan ke produk-produk lain seperti CN-235," katanya.

Ia juga meminta Kementerian Perhubungan mendukung proyek ini dan menjadikan N-219 bisa tersertifikasi dan diakui oleh regulator dunia, yaitu EASA dan FAA. "Kalau Kementerian Perhubungan bisa approve dengan EASA, itu salah satu kelebihan Indonesia dibandingkan negara-negara lain," katanya.(art)

Pemerintah Siapkan Anggaran
Hingga Rp 310 Miliar Untuk Pengembangan Pesawat N-219 
 
Pengembangan pesawat N-219 yang merupakan produk PT Dirgantara Indonesia masuk dalam prioritas Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014. Empat prototipe pesawat tersebut akan dibuat tahun depan.

Dalam draf rancangan awal RKP dan rincian pagu indikatif 2014 yang dikeluarkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), pemerintah telah mengalokasikan anggaran pengembangan pesawat N-219 itu sebesar Rp 310 miliar.

Dana itu masuk dalam pos anggaran Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang menugaskan PT DI sebagai pelaksana proyek prototipe pesawat.

"Dua prototipe untuk uji statistik dan dua prototipe untuk uji terbang," demikian kutipan draf tersebut.

Anggaran itu mencakup pembuatan desain pesawat dan pengembangannya, termasuk perakitan prototipe hingga pesawat itu siap diuji coba.

Selain itu, pemerintah menyiapkan dana yang bisa digunakan untuk empat kali uji coba meliputi ground test structure, test ditching, test engineering, dan flight simulator/flight test demi memastikan pesawat itu siap dioperasikan.

Hingga kini, RKP dan pagu indikatif 2014 masih dalam pembahasan pemerintah. Dengan demikian, anggaran pengembangan model pesawat N-219 masih mungkin berubah hingga ditetapkan pada akhir tahun ini dengan DPR menjadi APBN 2014.

Baca juga wawancara dengan Dirut PT DI, Budi Santoso: "Kami Seperti Lahir Kembali, Konsumen Mulai Datang."





Sumber : Vivanews

Rencana Program Kerja Lapan 2013


BANDUNG-(IDB) : LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Indonesia mempunyai 4 pilar yaitu : Penginderaan jauh ; Teknologi Dirgantara ; Sains Antariksa ; Iklim dan Atmosfir ; serta Kebijakan Kedirgantaraan telah membuat Sasaran Kegiatan 2013. Dua link di bawah dapat diakses untuk membaca secara penuh, sementara hal yang menyangkut penerbangan dan pertahanan disarikan di bawah ini.

Pengideraan Jauh

Penyelesaian upgrading sistem akuisisi data Landsat Data Continuity Mission (LDCM) di Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Parepare.
Penyelesaian upgrading sistem akuisisi data SPOT-5 dan SPOT- 6 di Stasiun Bumi Penginderaan Jaug Parepare.
Akuisisi data satelit penginderaan jauh lingkungan dan cuaca serta sumberdaya alam (MTSAT, NOAA, Terra/Aqua, NPP, Feng Yung, Landsat-7, LDCM/Landsat-8, SPOT-5, dan SPOT-6).


.
Satelit

Mengirim Satelit Lapan-A2 ke SDSC (Satish Dawan Space Center), Shriharikota, India. Menempatkan sejumlah engineer untuk mengawasi dan memantau kondisi Satelit Lapan-A2, serta menyiapkan dan membangun sistem remote monitoring untuk memantau satelit dari Indonesia hingga hari peluncuran, yang direncanakan pada kuartal pertama 2014.

Menyiapkan clean-room dan sarana-uji sistem lensa/fokus kamera untuk melihat jarak jauh, bagi pelaksanaan AIT (Assembly, Integration and Test) Satelit Lapan-A3. Clean-room kelas 100.000 berukuran 10x5m adalah primer untuk integrasi komponen high rate X-band transmitter, dan lensa/detektor optis pada sistem pencitra push-broom Imager 4 kanal. Target AIT adalah dihasilkannya Flight Model (FM) satelit Lapan-A3 dengan capaian 70%. Pelaksanaan AIT satelit masih membutuhkan supervisi, konsultasi dan peningkatan
kualitas SDM Lapan. Mengadakan sejumlah alat-ukur untuk melengkapi fasilitas uji RF di dalam negeri, untuk memenuhi persyaratan uji EMI/EMC satelit, baik untuk downlink data misi pada frekuensi 8.0 s/d 8.4 GHz, maupun TT&C satelit pada pita VHF/UHF.

Menyiapkan konsep awal rancangan satelit Lapan-A4. Satelit Lapan- A4 merupakan pengembangan lanjut dari Satelit Lapan-A3, dimana imagernya akan ditingkatkan dengan pencitra inframerah dekat (Near Infra red, NIR). Prosesnya dimulai dengan kajian komprehensif mengenai sub-sistem satelit dan komponen ruas-bumi untuk imager visible s/d inframerah dekat, pembelajaran teknologi sensor inframerah-dekat tanpa cooler (bolometer) serta identifikasi kebutuhan koreksi data imager infra-merah dekat. Target kegiatan Lapan-A4 meliputi pembuatan dokumen PDR (Preliminary Design Review), peningkatan kemampuan SDM tentang sensor Bolometer dan pengadaan komponen dasar satelit.

Roket

Kegiatan utama peroketan Lapan tahun 2013 adalah Ekspedisi Morotai, yaitu melaksanakan kegiatan peluncuran roket RX-122, RX-200, RX-320, RX-450 dan RX-550 di Morotai. Kegiatan peluncuran roket tersebut dilaksanakan setelah uji statik setiap roket berhasil dilaksanakan. 
 
Disamping pencapaian sasaran di atas, fasilitas yang dikembangkan di Lapan di bidang peroketan juga dimaksudkan untuk menunjang pelaksanaan program roket nasional (konsorsium) untuk penggunaan di bidang pertahanan dan pemanfaatan lainnya. 
 
Untuk tahun 2013 program roket konversi mempunyai sasaran empat prototip, yaitu RX-122 dengan jangkauan 23 Km, RX-200 dengan jangkauan 40 Km, RX-320 dengan jangkauan 70 Km dan RX-450 dengan jangkauan diatas 100 Km (roket 3 digit)

Roket Kendali

Pengembangan Roket Kendali pada tahun 2013 mempunyai sasaran prototipe roket kendali dengan sistem propulsi roket padat (booster), Electrical Ducted Fan (RKX-200EDF) dan Turbo Jet (RKX-200TJ) berkecepatan 250 km/jam, terbang secara AutoPilot, dengan menitik beratkan pada Uji Darat (simulasi HILS, Wind Tunnel dan Captive Test) sebelum akhirnya dilakukan Flight Test. Serta peningkatan performance RKX-200 khususnya pada bagian Separasi, Booster dan Aktuator.

Pesawat Terbang

Akan dihasilkan beberapa optimasi subsistem pesawat N219 seperti High Lift Device dan Airfoil. Dalam program ini akan dihasilkan data uji terowongan angin dan data hasil simulasi numerik CFD untuk optimasi Advance High Lift device, Airfoil design dan winglet pesawat N219. 
 
Adapun validasi hasilnya akan dilakuka noleh NLR Belanda. Disamping kegiatan penelitian di atas, jika di tahun 2013 ini program N219 mendapatkan dukungan dana dari pemerintah untuk pembuatan prototipe, Lapan akan ikut berpartisipasi dalam pembuatan prototype pesawat N219 tersebut.


Pesawat Tanpa Awak

Akan dihasilkan sebuah pesawat tanpa awak dengan kemampuan membawa payload misi 10 Kg (LSU-03) yang mampu terbang secara autonomous dengan jarak jangkau 150 Km dan lama terbang 2 jam. 
 
Dalam program ini akan dilakukan pengembangan desain dan manufaktur LSU-03 dalam hal: Optimalisasi desain agar lebih aerodinamis dengan analisis, simulasi dan pengujian, optimalisasi perhitungan beban dan kekuatan struktur, serta optimalisasi pemilihan bahan. Beberapa prototype akan dibuat dan diuji terbang. 
 
Disamping itu akan dilakukan optimalisasi LSU-02 sehingga dapat11 mencapai jarak jangkau 150 km dan lama terbang 4 jam (pemecahan rekor MURI). Sedangkan aplikasi LSU ini akan diperluas pada bidang mitigasi bencana, pertanian, kehutaan, dan pertahanan.

Pesawat Ringan untuk Surveillance
Di tahun 2013 akan dihasilkan sebuah pesawat ringan dua penumpang berbasiskan S15 dengan modifikasi sistem surveillance untuk kebutuhan pemetaan dan pemantauan (LSA-01). 

Dalam program ini, akan di laksanakan training 6 orang engineer di Technische Universitat Berlin (TU Berlin) dan di Stemme (sebuah perusahaan UKM Jerman) untuk melakukan reverse engineering terhadap pesawat S15. 

Pembuatan prototype LSA-01 akan dilakukan di Jerman, sedangkan integrasi akhir akan dilakukan di Indonesia. Untuk menguji kinerja LSA-01 ini, pengujian terbang akan dilakukan di akhir tahun 2013. 

Dari program ini akan dihasilkan juga sebuah desain konsep pesawat ringan hybrid untuk pemantauan, yang merupakan kelanjutan dari pengembangan LSA-01. Disamping itu, beberapa engineer akan ikut serta dalam pengujian pesawat LSA unmanned yang tengah dikembangkan TU Berlin bekerjasama dengan Stemme.





Sumber : Lapan

Jajaki Kerja Sama Pertahanan, Komisi I Bertolak ke Ukraina

Alasan kunjungan kerja ini ke Ukraina adalah karena negara pecahan Uni Soviet tersebu memiiiki keunggulan persenjataan. Mereka punya misil balistik berdaya jangkau antar benua.

JAKARTA-(IDB) Sejumlah anggota Komisi I DPR mulai mengisi masa reses dengan kunjungan kerja ke dalam dan luar negeri. Ukraina, negara inilah yang dituju Komisi I untuk dikunjungi pada 14-18 April 2013.


Sedikitnya 11 anggota Dewan akan bergabung dalam rombongan ke Ukraina. Dipimpin Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq (PKS), rombongan ini terdiri dari Agus Gumiwang Kartasasmita, Nurul Arifin, Tantowi Yahya (Golkar), Hari Kartana, Lucy Kurniasari, Nani Sulistyani Herawati (Demokrat), Heri Akhmadi (PDIP), Mardani Ali Sera (PKS), Husnan Bey Fananie (PPP), dan Andi Muawiyah Ramli (PKB). Turut pula dalam rombongan ini, Marsekal Muda Tanto Suryanto dari Kementerian Pertahanan, Suprihartini dan Warsi (Sekretariat), dan Begi Hersutanto (staf ahli delegasi).

Husnan Bey Fananie, salah satu anggota delegasi, mengatakan, rombongan bertolak dari Tanah Air pada Sabtu (13/4) malam.

"Kunjungan ke Ukraina ini pada dasarnya untuk meningkatkan kerja sama industri pertahanan dengan negara tersebut. Ini dalam rangka memodernisasi alutsista TNI," ujar Husnan Bey Fananie kepada JurnalParlemen, Minggu (14/4).

Alasannya, Ukraina adalah negara pecahan Uni Soviet yang memiliki keunggulan persenjataan. Negara ini memiliki misil balistik yang berdaya jangkau antarbenua, salah satu senjata yang menggentarkan Amerika Serikat.

"Kita ingin menjajaki kerja sama pertahanan. Kita harapkan Ukraina dapat melakukan transfer teknologi. Sebab, kita baru tahap pengembangan roket berjangkauan 100 km. Kalau kita bisa menguasai teknologi seperti mereka, setidaknya kita bisa mengembangkan kemampuan daya jelajah roket agar lebih jauh," ujarnya.

Selain akan menggelar rapat dengan Duta Besar RI untuk Republik Ukraina, rombongan Komisi I akan berdialog dengan Komisi Pertahanan dan Komisi Luar Negeri di parlemen negara tersebut. Selanjutnya, mengunjungi industri pertahanan Armor Repair Plant di Boryspilksa di Kiev.







Sumber : Jurnamen