Pages

Selasa, Januari 22, 2013

Takut Dibajak Iran, Israel Turunkan UAV Hermes Di Azerbaijan

TEL AVIV-(IDB) : Rezim Zionis Israel mendaratkan pesawat tanpa awaknya di Azerbaijan menyusul kesuksesan Iran mengangkat dua pesawat mata-mata Amerika Serikat.
 
Pesawat intai tanpa awak Israel, Hermes 450, menghentikan penerbangannya setelah para pakar di Kementerian Pertahanan Azerbaijan menyatakan kekhawatirannya kepada Israel terkait kemungkinan penangkapan drone tersebut oleh Republik Islam. Press TV melaporkan pada Senin (21/1).
 
Para pejabat Israel yakin bahwa Iran sedang berusaha untuk menangkap drone mereka, yang saat ini berada di bawah kendali Azerbaijan.
 
Para ahli militer Iran mampu mengganggu sistem navigasi pesawat intai Israel bahkan sebelum lepas landas dan ketika diparkir di hanggar. Realita ini sontak membuat Israel berang.
 
Pesawat berbadan mirip tabung ini memiliki bobot seberat 150 kilogram dan sayap terbentang horizontal sepanjang 10,5 meter serta ekor berbentuk seperti huruf "V" tegak. Hermes 450 mampu terbang hingga ketinggian 18 ribu kaki selama 20 jam. Jangkauan terbangnya mencapai jarak 60-100 kilometer.
 
Karena ukurannya yang relatif besar, Hermes 450 menggunakan satu roda di bagian depan dan dua roda di belakang, sehingga memerlukan landasan untuk penerbangan dan pendaratannya.
 
Adapun kamera pengintai terpasang di bagian tengah-bawah badan pesawat, di antara roda depan dan belakang. Kamera yang terpasang di dalam selubung berbentuk setengah bola itu siap mengawasi sasarannya.
 
Awal bulan ini, Divisi Pertahanan Udara Angkatan Laut Iran mengumumkan telah menangkap dua drone AS RQ-11 dalam dua tahun terakhir. Drone itu masing-masing ditangkap pada bulan Agustus 2011 dan Oktober 2012.
 
Pada Desember 2012, Komandan Angkatan Laut Pasdaran Laksamana Ali Fadavi mengumumkan bahwa pesawat tanpa awak AS, ScanEagle telah ditangkap setelah memasuki wilayah udara negara itu di Teluk Persia. 





Sumber : Irib

Indonesia Ukraina Tingkatkan Kerjasama Industri Pertahanan

JAKARTA-(IDB) : Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Y Thohari, mengatakan Republik Indonesia (RI) dan Ukraina akan meningkatkan kerja sama di bidang industri pertahanan. Kerja sama tersebut layak dikembangkan mengingat Ukraina merupakan salah satu negara dengan industri pertahanan yang maju, terutama untuk angkutan militer udara dan laut yang diproduksi oleh Antonov.

"Kami mendapat kunjungan kehormatan dari Duta Besar Ukraina yang baru. Pada kesempatan ini, Dubes meminta dukungan MPR untuk dapat mengembangkan kerja sama di bidang industri pertahanan," kata Hajriyanto seusai pertemuan dengan Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Volodymyr Pakhil, di Gedung Nusantara III MPR-DPR, Jakarta, Senin (21/1).

Sekarang ini, tambah dia, Antonov sudah memproduksi pesawat dan kapal laut bukan hanya untuk keperluan militer, tapi juga untuk keperluan kargo dan sipil. Dubes Volodymyr Pakhil telah menyatakan kesiapan dan kesediaan Pemerintah Ukraina untuk mendirikan pabrik pesawat Antonov di Indonesia dengan cara menjalin kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia.




Sumber : KoranJakarta

Koarmatim Akan Laksanakan Kompetisi Artileri

SURABAYA-(IDB) : Kapal Perang Republik Indonesia (KRI)  jajaran Koarmatim akan melaksanakan kompetisi artileri di sekitar perairan Laut Jawa. Sebanyak empat belas KRI yang terlibat dalam gladi tempur laut itu, berangkat dari Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya, Senin, (21/01). Rencananya gladi tempur laut dilaksanakan selama kurang lebih tiga hari, mulai tanggal 21 sampai dengan 23 Januari 2013. Medan latihan meliputi, Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) , daerah latihan TNI AL yang berada Laut Jawa.

Unsur-unsur yang terlibat dalam kompetisi penembakan senjata artileri tersebut di antaranya delapan KRI dari jajaran Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim, tiga KRI jenis Kapal Cepat Rudal (KCR), satu KRI  jenis Landing Platform Dock (LPD), dua kapal patroli jenis Fast Patrol Boat (FPB), dua Pesawat Udara (Pesud) Cassa dan dua Helikopter jenis Bolcow (BO-105).

Tujuan latihan ini adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan unsur operasional Koarmatim, mengukur hasil pembinaan latihan dan memberikan rasa kebanggaan serta semangat bersaing secara positif. Sedangkan sasaran latihan meliputi dua aspek yakni pertama, aspek operasional agar terciptanya kemampuan dalam mengaplikasikan dan menerapkan prosedur penembakan senjata artileri dalam rangka mewujudkan kesiapsiagaan satuan operasional TNI AL. Yang kedua adalah aspek psikologis, untuk memberikan rasa bangga serta semangat bersaing secara positif antar unsur-unsur peserta latihan serta meningkatkan naluri tempur prajurit TNI AL.

Materi yang dikembangkan meliputi  kemampuan mengaplikasikan dan mengembangkan doktrin, taktik serta prosedur dalam operasi laut sesuai referensi yang telah ditetapkan, mengasah kemampuan dasar kepelautan bagi seluruh prajurit secara professional, sebagai aplikasi operasi tempur laut dalam kegiatan peperangan anti kapal permukaan, anti kapal selam, dan pertahanan udara dan melatih kerja sama taktis dan teknis antar unsur TNI AL dalam melaksanakan latihan. 





Sumber : Koarmatim

Rudal Baru Rusia Jawaban Dari System Pertahanan Rudal AS

MOSCOW-(IDB) : Sementara Amerika Serikat terus membangun sistem pertahanan rudal globalnya, Rusia sedang mempersiapkan pembaharuan radikal rudal strategis nuklirnya.

Sepertinya militer dan industri militer Rusia telah secara serius mempersiapkan rudal strategis untuk mengatasi sistem pertahanan rudal Amerika. Dua rudal strategis dari kelas berbeda saat ini sedang dikerjakan Rusia dalam waktu yang bersamaan.

Menurut Sergei Karakaev, komandan Pasukan Rudal Strategis (SMF) Rusia, rudal ini berbobot 100 ton, merupakan rudal balistik antar benua (ICBM) berbahan bakar cair yang akan mengungguli rudal terkuat di dunia saat ini R-36M2 Voevoda (NATO: SS-18 Satan), dan ICBM berbahan bakar padat yang direncanakan untuk menggantikan sistem Yars (RS-24 dan Topol-M) generasi kelima.

"Karena potensi ICBM bahan bakar padat tidak cukup untuk mengatasi sistem pertahanan rudal Amerika, ICBM bahan bakar cair berat diperlukan untuk melakukan tugas ini. Seperti ICBM yang memungkinkan penciptaan non-nuklir, presisi tinggi, senjata strategis dengan jangkauan global praktis, kecuali bila Amerika Serikat menghentikan programnya, "kata Karakaev.

Ini adalah pertama kalinya Rusia mengungkapkan tentang menciptakan rudal berbahan bakar padat baru. Menurut Jenderal Karakaev, peluncuran beberapa prototipe rudal ini telah dilakukan pada tahun 2012 - yang terakhir pada 24 Oktober 2012. Hal ini mengakhiri spekulasi tentang apakah Pasukan Rudal Strategis Rusia membutuhkan rudal berbahan bakar cair kelas berat atau tidak.

Rusia melakukan modernisasi besar-besaran terhadap keluarga Topol pada era 1990-an dan mengadopsi Topol-M Silo (NATO : SS-27) pada tahun 2000, diikuti oleh Topol-M2 mobile tahun lalu. Ini adalah Topol baru dan yang baru diadopsi adalah Yars RS-24 yang akan secara bertahap menggantikan dan menonaktifkan generasi pertama Topol/Yars

Namun rudal berbahan bakar cair masih menjadi tulang punggung satuan penangkal rudal strategis Rusia; UR-100N (NATO: SS-19 Stiletto) dan Р-36M (US Department of Defense dan NATO: SS-18 Satan). Namun, bagaimanapun, rudal ini sudah usang dan harus dipensiunkan selama beberapa tahun ke depan.

Menurut perkiraan oleh Leonid Kalashnikov, wakil ketua Komite Pertahanan Negara, Rusia akan menerima 100-105 ICBM baru pada tahun 2015. Artinya, topol-M hulu ledak tunggal dan Yars -24 tiga hulu ledak akan mampu membawa total 110-115 hulu ledak. Pada saat yang sama, Amerika Serikat juga berencana untuk menggelar 900 pencegat rudal balistik di seluruh dunia pada tahun 2015.

Amerika Serikat menarik diri dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik 1972 pada tahun 2001 dan tidak lagi dibatasi oleh pembatasan unutk membangun kuantitas dan kualitas sarana tersebut. Menurut Karakaev, sangat mungkin bagi Amerika untuk menyebarkan sistem pertahanan anti-rudal di ruang angkasa.

Pemimpin militer dan politik Rusia mengandalkan negosiasi yang sukses dengan Amerika Serikat mengenai pertahanan rudal. Namun, negosiasi berakhir dengan kebuntuan, penyebaran yang gigih Washington untuk sistem  pertahanan anti-rudal berbasis pemukaan darat dan laut, ditambah dengan rusaknya hubungan bilateral kedua negara, telah memaksa pemimpin Rusia untuk mempertimbangkan tindakan lebih tegas.

Di sinilah salah satu akibat munculnya gagasan rudal dahsyat jarak jauh ini dari Rusia. Sebenarnya saat ini Rusia sudah memiliki rudal tersebut - yang disebutkan di atas berbahan bakar cair- yaitu UR-100N dan R-36M. Namun, rudal tersebut telah bertugas sejak akhir 1980-an, dan umur mereka sudah mendekati masa pensiun.

Pada tahun 1990-an pengembangan rudal baru Rusia ditunda, ketika Pasukan Rudal Strategis dikonversi sepenuhnya untuk menggunakan kompleks rudal ringan berbahan bakar padat. Namun, rudal ringan belum mampu menjadi pengganti penuh untuk rudal berbahan bakar cair raksasa.

Menurut Yuri Zaitsev, seorang ahli di Academy of Engineering Sciences, "tidak mungkin rudal Topol-M dan Bulava difungsikan sebagai pengganti yang layak bagi rudal yang akan dinonaktifkan."

Meskipun demikian, Rusia tidak berencana untuk meninggalkan teknologi rudal berbahan bakar padat. Rudal berbahan bakar padat adalah yang paling cocok untuk sistem rudal yang mobile salah satunya karena waktu peluncurannya yang cepat. Ini berarti bahwa Rusia akan terus mengembangkan pengganti untuk kedua jenis rudal aktifnya, bahan bakar air dan padat.





Sumber : Artileri