Pages

Kamis, November 15, 2012

Masih pentingkah AWACS ...???

Apakah perang udara masa depan yang melibatkan pesawat generasi ke-5 seperti F-22, T-50 PAK FA, J-31 dan F-35 masih memerlukan kehadiran AWACS (radar terbang)?



ANGKASA-(IDB) : Dari berbagai sumber USAF diketahui bahwa dengan kecanggihan pesawat generasi kelima maka kebutuhan akan AWACS (Airborne Warning and Control System) lebih kecil. Apalagi sistem perang udara lawan juga dirancang untuk menghancurkan radar terbang lawan. Dalam latihan perang di Nellis AFB yang berlokasi di atas gurun Nevada ditemukan fakta bahwa pesawat AWACS yang ditempatkan ratusan mil di belakang garis pertempuran tidak bisa memberikan gambaran menyeluruh tentang ancaman pesawat lawan sebaik gambaran ancaman udara yang dihasilkan dari sensor pesawat F-22.

Bertempur dengan pesawat generasi keempat masih sangat membutuhkan kehadiran pesawat AWACS untuk mendapatkan informasi “Situation Awareness” (Kewaspadaan Situasi) di atas medan perang. Namun dengan kemajuan sensor pesawat generasi kelima seperti F-22 dan F-35 maka kebutuhan bantuan informasi tersebut sangat berkurang. Memang kehadiran AWACS masih tetap membantu meningkatkan kewaspadaan, namun dalam situasi dimana sistem lawan juga bertambah canggih maka AWACS terkadang tidak bisa tersedia karena terlalu berisiko.

Perbedaan antara bertempur dengan pesawat tempur generasi keempat dengan generasi kelima cukup signifikan. Perbedaan utama adalah pesawat tempur generasi keempat menggunakan sensor yang bermain pada spektrum RF yang berbeda. Penerbang harus berkomunikasi dengan kata (verbal) lewat radio untuk membangun gambaran tiga dimensi tentang situasi di depan pesawat. Selanjutnya penerbang membagi tanggung jawab pada ruang udara tertentu untuk menyaring lawan dan membagi tanggung jawab. Budaya kerja sama dan komunikasi di antara penerbang dan pengendali radar terbentuk disini.

Pesawat generasi keempat memiliki sensor radar warning receiver, jammer, komunikasi data, dan berbagai peralatan independen yang harus dikelola dengan baik dalam sebuah konsep sistem operasi yang membutuhkan kemampuan manajemen tempur penerbang.

Dengan pesawat generasi kelima, penggunaan radar aktif (AESA) dan berbagai sistem independen tersebut sudah menggabungkan semua data situasi udara dalam layar glass cockpit yang mudah dibaca. Penerbang tidak usah terlalu repot dengan manajemen sistem pesawat yang rumit, sistem pesawat sudah membantu menyajikan dalam data yang mudah digunakan.

Pesawat generasi kelima akan menyajikan informasi lengkap tentang kawan dan lawan layaknya tayangan “battle manager” dalam pesawat AWACS dari semua sensor yang ada dalam pesawat, dari pesawat kawan, dari radar bawah, dari radar terbang, dari satelit, dari kapal angkatan laut, dari pasukan darat, dan dari UAV (pesawat nirawak). Penerbang bisa mengatur ritme operasi dengan data yang dibutuhkan sesuai kebutuhan operasi. 





Sumber : Angkasa

Brasil Persiapkan Pelatihan Personel TNI

Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin saat memimpin delegasi Kemhan melakulan pertemuan dengan Kemhan Brasil yang dipimpin Kepala Staf Angkatan Bersenjata Brasil.Jenderal Jose Carlos de Nardi di Brasilia.
BRASILIA-(IDB) : Pimpinan tentara Brasil menyetujui untuk memberi pelatihan kepada personel TNI, terutama dalam meningkatkan kemampuan penggunaan senjata. Hal itu terkait antara lain dengam pembelian pesawat Super Tucano dan roket Astros buatan Brasil.


Kesediaan tukarantar prajurit itu disampaikan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Brasil, Jenderal Jose Carlos de Nardi, menanggapi permintaan Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, dalam pertemuan di Brasilia, Brasil, Senin (12/11/2012) lalu.

Wartawan Kompas, Subhan SD, melaporkan dari Brasil, sepekan ini Sjafrie melakukan kunjungan kerja ke Brasil, untuk membicarakan pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan Brasil.





Dalam pertemuan di Kementerian PertahananBrasil di ibu kota Brasilia, Sjafrie didampingi Kepala Staf AD Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo. Selain itu, Dubes RI untuk Brasil Sudaryomo Hartosudarmo, serta Kepala Badan Diklat Kemhan Mayjen TNI Suwarno, Kelapa Badan Sarana Pertahanan Mayjen TNI Ediwan Prabowo.


"Saat ini juga saya mengundang para perwira artileri TNI untuk belajar mengoperasikan (roket) Astros. Kirim dua orang ke sini, maka kami alan kirim dua orang ke sana (Indonesia)," kata Jenderal Jose Carlos de Nardi.




Sumber : Kompas

Indonesia Dituntut Miliki Kekuatan Udara Besar dan Handal

JAKARTA-(IDB) : Untuk melindungi seluruh wilayah Indonesia menuntut tersedianya kekuatan yang cukup besar dan handal, namun disisi kemampuan pemerintah serta prioritas pembangunan nasional belum memungkinkan untuk menyediakan tambahan anggaran.  

Hal tersebut dikatakan Komandan Skadron Udara 45 Lanud Halim Perdanakusuma Letkol Pnb Muzafar, S. Sos.,MM. pada acara HUT ke-1 Skadron Udara 45 lanud Halim Perdanakusuma baru-baru ini dalam suatu upacara militer di Hanggar Skadron Udara 45, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (13/11/2012).
 
Lebih lanjut dikatakan, dalam kenyataannya harus kita hayati secara sungguh-sungguh dan oleh karenanya program pembinaan dan pembangunan TNI AU akan terus dilanjutkan sesuai kemampuan, dengan tetap harus diupayakan agar dengan kekuatan yang terbatas dapat dihasilkan kesiapan operasional yang optimal.

Untuk itulah HUT Skadron Udara 45 kali ini hendaknya tidak hanya sekedar diperingati sebagai suatu tonggak sejarah, namun kita dapat menemukan makna dan hikmahnya yang selanjutnya akan melandasi kiprah pengabdian Skadron Udara 45 dalam menghadapi tugas-tugas dimasa depan.

Upacara tersebut diikuti seluruh anggota Skadron Udara 45 dan sebagai acara tambahan diresmikan Mushalla Skadron Udara 45 yang ditandai dengan pemotongan pita.

Keterangan gambar: Komandan Skadron Udara 45 Letkol Pnb Muzafar, S. Sos.,MM. Saat memberikan piagam penghargaan kepada prajurit yang berprestasi pada HUT Skadron Udara 45 yang ke-1 di hangar Skadron Udara 45 Lanud Halim, Jakarta.




Sumber : Potret

Rudal Starstreak Indonesia

Rudal Starstreak Monopod
JKGR-(IDB) : Salah satu alutsista yang menarik perhatian di Indo Defence 2012, adalah peluru kendali anti pesawat Starstreak buatan Inggris. 

Rudal ini dipamerkan di satu booth bersama dengan rudal anti tank NLAW yang juga dibeli Indonesia.  Selama ini diperkirakan NLAW dibeli dari Swedia. Namun rudal Nlaw  merupakan joint production antara Swedia dan Inggris.

Menurut Officer Inggris yang menjaga stand itu, Indonesia membeli sekitar 100 rudal Starstreak lengkap dengan peralatan pendukungnya.  Itu artinya rudal starstreak yang dibeli Indonesia lumayan cukup untuk melindungi instansi-instansi penting atau obyek vital negara.

Di Inggris sendiri, rudal Starstreak dipasang  juga  di atas tank Stormer yang juga buatan Inggris. 

Namun menurut officer itu Indonesia tidak membeli rudal starstreak yang dipasang di tank stormer,  meskipun Indonesia juga memiliki Stormer.  Menurutnya, rudal Starstreak Indonesia sebagian menggunakan modul  monopod  sebagian lagi dipasang di kendaraan taktis.

Saya menebak, kendaraan taktis pengangkut rudal starstreak adalah Sherpa lisensi Perancis atau Komodo.  Namun menurutnya, sebagian rudal Starstreak Indonesia dipasang di kendaraan taktis buatan Spanyol.

Apakah Indonesia memiliki rantis buatan Spanyol ?. Atau membeli  baru ?.  Saya tidak tahu.

Yang jelas Spanyol memang memiliki rantis yang cukup terkenal yakni: Uro Vamtac dan telah mengusung Rudal Starstreak  seperti gambar di bawah ini:

Rantis Uro Vamtac membawa rudal Starstreak
Selain mengangkut rudal starstreak, Spanyol juga memasang rudal Mistral, sistem senjata lainnya bahkan hingga radar di Rantis Uro Vamtac. 

Seharusnya penggunaan rantis Uro Vamtac yang dilakukan militer Spanyol bisa juga dilakukan oleh militer Indonesia dengan Rantis Sherpa atau Komodo-nya.

Rantis Uro Vamtac dengan Rudal Mistral
Uro Vamtac S3
Kembali ke rantis Uro Vamtac Spanyol. Indonesia memang memiliki kerjasama militer dengan Spanyol, antara lain pembuatan pesawat angkut C-295. Apakah Pembelian rantis Uro Vamtac ini bersamaan dengan kontrak pembelian 9 C-295 ?. Tidak tahu.

Yang jelas menurut officer Inggris itu, Indonesia membeli sekitar 100 rudal starstreak beserta peralatan pendukungnya dan sebagian bersifat mobile.

Dengan demikian, selain rudal Starstreak, Indonesia juga memiliki rudal Mistral yang dipasang di kendaraan Taktis Komodo.

Rantis Komodo dengan Rudal Mistral
Tampaknya rudal starstreak lebih diperuntukkan untuk pertahanan titik menggantikan rudal Rapier TNI-AD,  sementara rudal mistral akan embeded dengan pergerakan pasukan.

Rudal Starstreak antara lain telah ditempatkan di Yonarhanudse-10/1/F sebanyak satu baterai, Kodam Jaya. 





Sumber : JKGR