Pages

Senin, April 18, 2011

Memotret Isue Perang Salib dan Kebangkitan Islam di Jalur Sutra

GLOBAL-(IDB) : Menarik mengamati Perang Libya antara pasukan pemberontak di satu sisi (dibantu koalisi berdalih menegakkan resolusi PBB) versus loyalis Moammar Gaddafi di sisi lain. Motif dan latar belakang perang tidak akan dibahas lagi, mengingat telah banyak tulisan serta analisis soal itu. Celoteh ini hanya ingin memotret aspek lain karena seperti ada (fenomena) terlewatkan -- lupa dibahas.

Dalam naluri tempur, seharusnya Gaddafi “menyerah” dalam hitungan hari sebab kalah dalam banyak hal, terutama kuantitas dan kualitas pasukan serta kecanggihan peralatan. Barangkali pendudukan Rusia di Georgia dalam seminggu pada dekade 2010-an lalu, merupakan contoh riil dari sebuah logika perang modern. Namun tampaknya, muncul beberapa fenomena tak lazim di Libya sehingga pertempuran berlarut tak kunjung usai.

Bahkan ketika catatan ini terbit, tampaknya loyalis Gaddafi berada di atas angin dibanding pasukan pemberontak. Aneh memang. Ini terpantau lewat pernyataan tiga tokoh penting, antara lain : (1) Panglima AS menyebut bahwa “oposisi tak akan mampu menggulingkan Gaddafi”; (2) kemudian pihak pemberontak menyatakan “oposisi sudah terpecah serta tak terorganisir dan NATO tidak sungguh-sungguh mendukung oposisi”; (3) dan terakhir statement Panglima Inggris yang mengeluhkan bahwa “Gaddafi menyewa tentara bayaran” dan seterusnya.

Dari ketiga fakta tadi dapat terbaca, situasi macam apa yang sebenarnya terjadi di Libya, dan kemungkinan besar ialah potret buram –kalau tidak dikatakan bubar — bagi Pemerintah Transisi Libya Timur bentukan kelompok oposisi dukungan asing, tetapi tak diekspos oleh media.

Secara geostrategi, selain Iran, Suriah, Uni Afrika dan jajaran negara Amerika Latin pro Libya – Gaddafi juga “didukung” Rusia, Cina, Brazil, India bahkan Jerman  –meski anggota NATO-- ternyata Jerman tak setuju Operasi Odyssey Dawn digelar. Inilah “modal”-nya bertahan di tengah gempuran pasukan koalisi dan oposisi. Artinya selain semangat juang melawan hegemoni Barat yang bermaksud mencabik-cabik kedaulatan negara dengan beragam dalih, kini ia merasa tak lagi sendirian, sebab tidak sedikit negara dan adidaya baru di belakangnya.

Tulisan tak ilmiah ini tak hendak menganalisa siapa menang atau mana kalah, dan tidak pula mengkaji tebaran fenomena yang muncul, tetapi mencoba menyorot satu hal yang mungkin –menurut bacaan penulis-- menjadi salah satu sebab mengapa serangan udara koalisi meredup, meski kecenderungan Odyssey Dawn diubah polanya menjadi “operasi darat” via oposisi, termasuk mencermati mundurnya Amerika Serikat (AS) dari Libya di satu sisi, namun pada sisi lain Robert Gates, Menhan AS justru berkunjung ke Saudi Arabia membahas tentang "bugdet". Lho?

Menyikapi Perang Libya, Perdana Menteri (PM) Vladimir Putin mengambil sikap keras, dimana ia membandingkan resolusi PBB itu dengan "seruan pada abad pertengahan untuk melakukan Perang Salib" (GFI/ANTARA/Reuters). Akibat pernyataan tadi ia ditegur oleh “adik asuh”-nya Dmtri Medvedev, Presiden Rusia, karena kurang pas dan dianggap dini. Akhirnya orang teringat kembali statement Presiden Bush Jr tatkala terjadi peristiwa World Trade Center (WTC) – 11 September (911) dikobarkan CRUSADE (Perang Salib) pada pidato awal Bush pasca kejadian – entah cuma dalih atau bermotif menebar semangat tentaranya -- pada akhirnya, Afghanistan pun menjadi “kambing hitam” bagi invasi militer AS dan sekutu melalui stigma Al Qaeda yang secara sepihak dituduhkan oleh Barat berada di balik serangan WTC/911.

Doeloe terbentuk opini bahwa Bush pantas mengucapkan itu -- karena serangan terhadap WTC di New York benar-benar melecehkan Doktrin Pertahanan AS -- yakni melakukan peperangan di luar wilayah (proxy war).  Ya, America Under Attack!  Dan bila diimplementasi pada Article 5 Piagam NATO – setiap serangan terhadap negara anggota dipandang sebagai serangan terhadap NATO secara keseluruhan. Tetapi entah kenapa sandi operasi dalam rangka invasinya ke Afghanistan berganti nama menjadi War on Terror (WoT). Lalu ucapan Bush tentang Perang Salib pun diralat dan dianggap slip of tounge alias terselip lidah. Sama seperti kasus Putin.

Pertanyaannya : mungkinkah politikus dan negarawan sekaliber Bush dan Putin terselip lidah; bagaimana performance sekaligus profesionalitas think thank menyiapkan materi menjelang pernyataan resmi negara? Retorika ini tidak butuh jawaban agar catatan dapat dilanjutkan.

Crusade memang masa lalu, tetapi mencermati benang merah berbagai Perang Salib (I – IX) sepanjang peradaban dengan varian seperti Perang Salib Jerman, Perang Salib 1101, Perang Salib Rakyat, Perang Salib Utara -- hakikinya ialah pertikaian antara para adidaya (penguasa) saat itu, terutama adidaya Barat dan Timur guna menguasai JALUR SUTRA yang tergelar sepanjang Cina dan perbatasan Rusia hingga ke Maroko (Jalur Selatan) dan via Suriah - Turki menuju Eropa (Jalur Utara). Inilah jalur ekonomi dan militer sejak Abad Ketiga SM pada persilangan (perdagangan) dunia yang melahirkan berbagai dogma militer di banyak negara karena letaknya strategis. 

Salah satu dogma melegenda Alfred Mahan, pakar kelautan Amerika yang menyamarkan urgensi jalur tersebut via doktrin di kalangan Angkatan Laut AS hingga sekarang, bahwa siapa menguasai Lautan Hindia bakal menjadi kunci percaturan dunia!

Motif perang agama yang digembar-gemborkan selama ini, misalnya antara Kristen vs Islam, Kristen vs Protestan, atau Kristen vs Yahudi dan lainnya, sesungguhnya cuma dalih dari sebuah hasrat dan nafsu segelintir orang namun dilembagakan dalam Perang Suci Agama. Itulah asumsi Perang Salib, kendati ia dapat gugur sewaktu-waktu karena validitas data dan lemahnya referensi, tetapi setidaknya bisa dijadikan titik sambung meneruskan celotehan ini. Ya, Perang Salib memang bukan perang agama, melainkan pergolakan politik merebut kekuasaan daerah. Motifnya ekonomi. Hal ini terbukti bahwa antara tentara Salib dan tentara Muslim doeloe saling bertukar ilmu pengetahuan.

Akhirnya, seperti halnya Perang Dunia, atau perang-perang lain, crusade pun hanya sekedar event atau momentum bagi kaum kapitalis mengeksploitasi hasrat kolonial guna menumpuk modal melalui perang sebagai cara dan sarana. Ya, penjajahan memang methode baku kapitalis sedang yang berubah cuma kemasannya!

Merujuk hal di atas, dapat diwacanakan bahwa ucapan Bush dan Putin tentang Perang Salib bukanlah terselip lidah, tetapi merupakan test case politik. Artinya disamping ingin melihat reaksi publik global, mungkin hendak mencermati peta kekuatan bila Perang Salib meletus. Kenapa demikian, karena negeri manapun mempunyai kepentingan terhadap Jalur Sutra – selain para adidaya (baru) terutama Rusia dan Cina yang telah “gatal” ingin menjadi pengatur dunia menggantikan AS, memang ada segelintir kaum yang senantiasa mereguk untung dikala perang terjadi. 

Agaknya pengobaran Perang Salib pada krisis di Libya, sebagaimana dikatakan Medvedev –kurang pas-- secara geopolitik justru merugikan AS dan sekutu, mengingat ketergantungan Barat terhadap minyak sangat besar dari Dunia Islam, terutama supplay kelompok Dewan Kerjasama Teluk (GCC) seperti Saudi Arabia, Oman, Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Qatar yang selama ini “patuh” atas hegemoni AS. Maka pantaslah jika isue yang ditebar pada media mainstream dalam gejolak massa di Bahrain cuma soal sektarian, sentimen ras, atau masalah tirani mayoritas (Sunni terhadap Syiah)  -- bukan Perang Salib. 

Oleh karena bila isue crusade yang menyebar di tengah-tengah rakyat maka diyakini bakal menimbulkan gelombang dahsyat perlawanan terhadap Sistem Dunia Barat yang selama ini mencengkram kelompok negara (Islam) di Afrika Utara dan Timur Tengah.

Boleh disinyalir, bahwa pelemahan peran AS dan redanya serangan udara NATO, selain alasan klasik (biaya perang); juga dalam rangka menurunkan tensi “penolakan” internal dan eksternal di negara agresor atas Operasi Odyssey Dawn; sedang secara mapping berdasarkan The San Remo Agreement, kawasan minyak Timur Tengah telah dibagi-bagi di antara negara Eropa; dan paling utama, menurut hemat penulis ialah mengeliminir isue Perang Salib yang sempat mencuat.

Ya, tanpa antisipasi serempak dan sistematis, niscaya isue itu mampu menjadi “kompor gas” bagi Kebangkitan Islam. Itulah kekawatirkan AS dan sekutu, mengingat benih-benih kebangkitan tersebut tak lagi kuncup -- mulai bermekaran, ibarat kembang sore dan bunga-bunga sedap malam, wanginya telah menyebar seantero Jalur Sutra.

Akan tetapi bukan berarti peperangan bakal berhenti -- inilah liciknya AS dan sekutu, resolusi PBB 1973 tentang zona larangan terbang di Libya, niscaya berubah menjadi “perang darat” dimana AS dan NATO -- entah melalui tentara bayaran, atau pasukan regulernya akan “mendompleng” gerakan oposisi terus berupaya menggulingkan Gaddafi. 

Sedangkan mahalnya biaya militer bayaran (mungkin) diserahkan kepada kelompok Dewan Kerjasama Teluk (GCC) selaku ATM-nya Barat, mengingat para agresor, selain dihantam krisis ekonomi tak berkesudahan -- juga "keletihan"! Oleh sebab saat ini ia masih berperang di dua negara (Iraq dan Afghanistan). Itulah yang kini terjadi.

Sumber: Global

Cara AS Membantai Rakyat Palestina

IRIB-(IDB) : Amerika Serikat berkomitmen untuk melanjutkan program suplai senjata kepada rezim Zionis Israel demi memuaskan para pemimpin Tel Aviv yang haus darah. Namun langkah ini bermakna kelanjutan pembantaian rakyat Palestina khususnya di Jalur Gaza. 

Bantuan fantastis itu diumumkan di tengah meningkatnya serangan Zionis ke Jalur Gaza. Serangan brutal Zionis baru-baru ini telah menggugurkan sedikitnya 20 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya.
 
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu selain mengucapkan terima kasih kepada Washington karena telah menyetujui bantuan militer baru ke Tel Aviv, juga menegaskan tekadnya untuk membantai warga Palestina. Netanyahu menilai langkah tersebut sebagai bukti lebih lanjut atas persahabatan erat antara Israel dan Amerika Serikat. 

Kongres AS telah meloloskan undang-undang otorisasi anggaran bantuan militer kepada Israel. Ketentuan itu memberikan bantuan tambahan sebesar 205 juta dolar kepada Zionis untuk memperkuat sistem pertahanan rudal Israel, Iron Dome. Sejak tahun 2007, Washington memberikan bantuan tahunan kepada Tel Aviv sebesar tiga miliar dolar. Dana ini hampir sepenuhnya dihabiskan untuk pembelian senjata Amerika sebagai bagian dari perjanjian sepuluh tahun. 

Badan Urusan Teknologi Kongres AS mengatakan, Israel merupakan penerima bantuan terbesar Amerika sejak Perang Dunia II dan diumumkan untuk program pengembangan senjata kimia dan biologis. Saat ini, Israel diyakini sebagai satu-satunya pemilik senjata nuklir di Timur Tengah dengan arsenal nuklir terbesar dibandingkan Inggris atau Perancis.

Pekan lalu, ribuan aktivis perdamaian, tenaga kerja dan masyarakat sipil turun ke jalan-jalan kota New York untuk menyuarakan keprihatinan atas pendanaan perang AS di luar negeri. Mereka menyatakan keprihatinannya atas kondisi ekonomi AS yang tengah berjuang mengurangi jumlah pengangguran.

Presiden Barack Obama beberapa waktu lalu juga memveto resolusi, yang mengecam pembangunan proyek permukiman Zionis di wilayah Palestina. Padahal, anggota lain Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi tersebut. Bantuan senjata dan finansial AS kepada Israel diberikan untuk memusnahkan bangsa Palestina.

Wayne Madsen, jurnalis investigatif dan analis politik dari AS, meyakini bahwa Gedung Putih lebih mengutamakan kepentingan Israel ketimbang kepentingan nasional Amerika. Itupun dilakukan di tengah krisis ekonomi yang mendera rakyat Amerika.

Meski demikian, bantuan militer Amerika kepada Israel tidak menciutkan semangat dan mental bangsa Palestina dalam berjuang membebaskan tanah airnya dari penjajah Zionis. Beberapa pejabat Tel Aviv bahkan mengakui kelemahan dan ketidakmampuan Israel dalam menghadapi bangsa Palestina. 

Sumber: Irib

AS dan Israel Dalangi Virus Stuxnet

TEHERAN-(IDB) : Amerika Serikat dan Israel berada di belakang virus komputer Stuxnet, yang dirancang untuk menyerang program nuklir kontroversial Iran, demikian laporan kantor berita resmi Iran, IRNA, Sabtu (16/4), yang mengutip keterangan seorang perwira militer.

"Penyelidikan dan studi memperlihatkan sumber Stuxnet berasal dari rejim Zionis dan Amerika," kata komandan organisasi pertahanan sipil Iran, Gholam Reza Jalali, sebagaimana dikutip dari AFP.

Jalali adalah pejabat pertama Iran yang menuduh dua musuh bebuyutan Teheran mengenai virus Stuxnet. Para ahli komputer Jerman dan sebagian laporan media Barat telah menunjukkan Amerika Serikat dan Israel berada di belakang virus tersebut.

Stuxnet secara terbuka diidentifikasi Juni lalu dan dilaporkan bermutasi serta menimbulkan kekacauan pada peralatan industri yang menggunakan komputer di Iran dalam beberapa bulan kemudian.

"Worm" tersebut dilaporkan mengincar pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr, tempat beberapa masalah teknis telah dituding sebagai penyebab penundaan dalam membuat instalasi itu beroperasi secara penuh.

Jalali mengatakan segera setelah menyusup ke dalam satu sistem, virus tersebut mulai mengumpulkan informasi dan kemudian mengirim laporan dari mesin yang terinfeksi ke alamat Internet yang sudah dituju.

"Setelah mengikuti perkembangan laporan yang dikirim, maka jelas lah bahwa tujuan akhir (semua laporan ini) adalah rejim Zionis dan Negara Bagian Texas di Amerika Serikat," kata Jalali sebagaimana dikutip IRNA.

Pada Maret, seorang ahli komputer Jerman Ralph Langer mengatakan ia percaya Amerika Serikat dan dinas rahasia Israel, Mossad, telah mengirim virus Stuxnet ke program nuklir Iran.

Tapi harian New Yor Times lah yang pertama kali melaporkan pada Januari bahwa dinas intelijen AS dan Israel bekerja-sama untuk mengembangkan worm komputer tersebut untuk menyabot upaya Iran membuat bom nuklir.

Pada November 2010, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengakui pengayaan uranium --bagian paling kontroversial dalam program nuklir Teheran-- telah mengalami gangguan akibat program jahat tapi menambahkan masalah itu telah diselesaikan.

Ambisi nuklir Iran menjadi inti konflik antara Teheran dan Barat, yang menuduh Republik Islam tersebut berusaha mengembangkan kemampuan senjata dengan kedok upaya nuklir sipil. Iran telah berulangkali membantah tuduhan itu.

Sumber: Antara

Lanal Pontianak Terima Kedatangan KRI Salawaku-642 Dan KRI Badau-643

Kedua KRI sedang sandar di Lanal Pontianak
PONTIANAK-(IDB) : Pada tanggal 18 April 2011 Pukul 08.00 Wib, Lanal Pontianak telah menerima kedatangan KRI Salawaku-642 dan KRI Badau-643 yang telah melaksanakan perjalanan dari negara Brunei menuju Indonesia. 
Kedatangan tersebut dalam rangka melaksanakan bekal ulang di Pontianak (Kalbar). 

Rute perjalanan dari Bandar Sri Begawan menuju Jakarta, masuk wilayah perbatasan Indonesia. Kedua KRI hibah dari Brunei tersebut dikawal oleh KRI Kala Hitam-828 sampai dengan Jakarta.
KRI Kala Hitam - 828 pengawal kedua KRI dari Brunei.

Kedatangan di Lanal Pontianak disambut langsung oleh Danlanal Pontianak Kolonel Laut (P) Parno beserta seluruh anggota Lanal Pontianak, dilanjutkan dengan Open Ship di kedua Kapal tersebut.

Adapun partisipasi dalam penyambutan tersebut SUPM (Sekolah Usaha Perikanan Menengah), SDN 44, TK Hang Tuah, TK Kartika, dan TK Bina Pertiwi  Pontianak.




Sumber: TNI

Perompak Somalia Sudah Sepakati Uang Tebusan

BOGOR-(IDB) : Pemerintah bersama beberapa pihak dari PT Samudera Indonesia sudah mulai membahas mekanisme pengiriman uang tebusan kepada para perompak yang menyandera beberapa awak kapal MV Sinar Kudus di Somalia.

 "Kelihatannya sudah ke tahap itu, kan (angka) sudah disepakati, tinggal mekanismenya," kata Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto ketika ditemui di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (18/04).

Meski menyebut sudah ada kesepakatan dengan para perompak, Djoko tidak bersedia menyebut jumlah uang tebusan yang akan dikirimkan. "Nanti dibilang terlalu besar ada yang bilang terlalu kecil, sebab nanti ini pasti menimbulkan polemik, nanti saja kalau masalah ini sudah selesai," katanya.

Dia menegaskan, banyak hal teknis yang harus dibahas, khususnya terkait dengan pengiriman uang tebusan. Pada saat yang sama, pemerintah harus memastikan awak kapal MV Sinar Kudus selamat. "Ini kan tidak mudah, tidak ngirim barang ke Jawa Timur. Ke Somalia itu kita berhubungan dengan siapa, mekanismenya bagaimana, deleverinya bagaimana," katanya menambahkan.

Namun demikian, Djoko menegaskan, prioritas utama dalam kasus itu adalah keselamatan awak kapal.


Sumber: Seruu

Ahmadinejad : AS Ciptakan Permusuhan Syiah - Sunni

TEHERAN-(IDB) : Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad pada Senin (18/04) menuduh musuh bebuyutan Amerika Serikat berniat menciptakan permusuhan antara Iran dan negara Arab.

"AS mencoba menabur perselisihan antara Syiah dan Sunni. Mereka ingin menciptakan ketegangan antara Iran dan Arab, namun rencana mereka akan gagal," kata Ahmadinejad dalam pidatonya saat perayaan Hari Angkatan Bersenjata Iran tahunan dimana pihak militer menampilkan beragam peluru kendali dan roket buatan Iran.

"AS bukanlah teman yang jujur dan catatan menunjukkan bahwa AS telah menghunus  pedang terhadap temannya sendiri dan mereka yang telah berjuang untuk AS," kata Ahmadinejad dalam pidato yang disiarkan secara langsung di saluran televisi.

"AS melakukan hal tersebut guna menyelamatkan hartanya sendiri. Namun mereka harus tahu bahwa mereka tidak memiliki tempat di semua negara," kata Ahmadinejad.

Dikatakannya bahwa Iran merupakan "sahabat dekat" bangsa-bangsa dunia dan "dengan kewaspadaan rakyat serta para politisi, rencana baru oleh arogansi dunia tidak akan menang" dengan menambahkan bahwa pemimpin zionis di AS juga akan gagal terhadap upayanya menyelamatkan "pemerintah zionis" di Israel.

Ahmadinejad mengatakan hal itu sehari setelah enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang dipimpin oleh aliran Sunni mendesak pemerintah Iran untuk menghentikan "campur tangannya" di GCC.

Kelompok tersebut menyerukan dalam pernyataannya kepada "masyarakat internasional dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mengambil tindakan seperlunya terhadap campur tangan dan provokasi dari Iran yang bertujuan untuk menabur perselisihan dan kehancuran" diantara negara GCC.

GCC mengatakan bahwa negara GCC yang terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab "kebanyakan menolak segala campur tangan asing dalam kebijakannya dan mengundang pemerintah Iran untuk menghentikan provokasinya".

Arab Saudi secara terpisah mengancam untuk menarik diplomatnya dari Teheran kecuali mereka dilindungi secara lebih baik.

"Saya harap kami tidak akan menarik para diplomat kami dari Teheran jika Iran gagal melakukan tindakan yang diperlukan dalam melindunginya," kata Deputi Menteri Luar Negeri, Pangeran Turki bin Mohammed kepada pewarta.

Pada satu pekan yang lalu, sejumlah mahasiswa Iran berunjuk rasa di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran dalam mengutuk campur tangan militer Riyadh di Bahrain dan "pembantaian" warga Bahrain, lapor kantor berita resmi, IRNA.

Iran yang kebanyakan berpopulasi penganut Syiah, telah berulang kali mengutuk pengiriman tentara Arab Saudi ke Bahrain dalam melakukan tindakan keras kepada pengunjuk rasa di negara itu oleh penganut Syiah yang menjadi populasi mayoritas negara itu.


Sumber: Seruu

Hubungan RI-Turki Masuki Era Baru

JAKARTA-(IDB) : Kedatangan Presiden Turki Abdulah Gul ke Indonesia pada 5 April 2011 lalu, sebagai timbal balik kunjungan Presiden Indonesia ke Turki pada 28 Juni 2010, menjadikan hubungan diplomatik kedua Negara memasuki era baru. Demikian dikatakan

Ketua Komisi I DPR RI (bidang Luar Negeri, Pertahanan, Intelijen, Komunikasi & Informasi), Mahfudz Siddiq. "Sebelumnya, sekitar 20 tahun tidak ada kunjungan kenegaraan Presiden kedua negara, dan atase pertahanan kedua negara baru diaktifkan kembali pada dua tahun terakhir. Karena telah disepakati sejumlah naskah kerjasama di berbagai bidang, termasuk bidang industri pertahanan," ungkapnya melalui hubungan komunikasi internasional, Senin pagi.

Mahfudz, yang saat ini sedang berada di Turki untuk melakukan kunjungan kerja bersama Komisi I DPR menjelaskan, agenda pertama Timnya ke Turki, Minggu malam tadi, adalah menggelar pertemuan dengan Duta Besar (Dubes) RI, Nahari Agustini beserta jajarannya, dilanjutkan ramah-tamah bersama WNI yang tinggal di Turki.

Saat ini, volume Perdagangan kedua negara kian membesar, kata Mahfudz, dan kinerja KBRI di Ankara meningkat tajam, seiring membesarnya volume perdagangan kedua negara. "Volumenya akan didorong bisa capai US$5 milyar pada tahun depan. Karena itu KBRI Ankara sedang siapkan rencana pembukaan Konsul Jenderal (Konjen) di Istanbul," paparnya.

Komisi I DPR RI, menutnya, mendukung rencana pembukaan Konjen, dan akan upayakan anggaran pada APBNP 2011. "Hari Senin (18/4) ini, agenda Tim Komisi I akan bertemu dengan Menteri Pertahanan (Menhan), Wakil Parlemen, Kepala Intelijen dan kunjungan ke industri pertahanan, yaitu MKEK dan TAI. Kegiatan akan berlangsung dari jam 08.00 hingga 17.00 waktu setempat," ungkapnya.

Mengenai Kunker Anggota DPR RI ke LN, ia berpedoman pada Undang Undang dan Tata Tertib yang berlaku. "Bahwa khusus Komisi I, tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)-nya sesuai amanat rakyat, ialah, melaksanakan berbagai tugas Legislasi, Pengawasan, 'Budgeting' berkaitan dengan urusan Luar Negeri, Pertahanan, Intelijen, Komunikasi dan Informasi," pungkas Mahfudz Siddiq.

Sumber: Jurnas

Panglima TNI: Selesaikan Secara Demokratis

Panglima TNI Agus Suhartono
JAKARTA-(IDB) :  Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menyesalkan insiden bentrokan antara TNI dan warga di Kebumen hari Sabtu, 16 April 2011. Bentrokan yang dilatarbelakangi oleh sengketa tanah dan mengakibatkan jatuhnya korban luka di kedua belah pihak tersebut, menurut Panglima TNI, seharusnya dapat dihindari.

“Ke depan, sengketa tersebut dapat diselesaikan dengan cara-cara demokratis dan sesuai koridor hukum yang berlaku,” kata Panglima TNI melalui Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul dalam siaran persnya, Senin, 18/4.

Kapuspen TNI menjelaskan, bentrokan berawal dari sejumlah massa sekitar 100 orang warga Desa Sestrojenar, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, dengan senjata tajam dan pentungan, menghadang dan menghalangi rombongan Mabes TNI AD yang menuju Dislitbangad selesai meninjau latihan menembak di desa Ambal.

Anggota TNI dari Dislitbangad berusaha untuk menghalau agar massa tidak melakukan penghadangan. Warga tersebut melakukan protes mengenai lahan sengketa di desa mereka yang dijadikan tempat latihan menembak. Atas protes tersebut, sebenarnya TNI AD sudah memindahkan latihan menembak ke Desa Ambal dan juga ke daerah Lumajang Jawa Timur, sehingga tidak ada lagi latihan menembak di desa yang dipersengketakan. “Namun karena kurangnya komunikasi, warga setempat tetap berunjuk rasa secara anarkis dengan memblokade jalan menuju Dislitbangad. Bahkan merobohkan gapura dan antena pemancar milik Dislitbangad,” katanya.

Menghadapi hal tersebut, lanjut Kapuspen TNI, prajurit TNI AD masih tetap berupaya menenangkan massa secara persuasif, namun tetap tidak diindahkan oleh massa. Melihat situasi protes yang semakin anarkis dan membahayakan prajurit serta keamanan Markas Dislitbangad, prajurit TNI AD mengambil langkah sesuai prosedur yaitu memberikan tembakan peringatan ke atas namun tetap tidak dihiraukan. Massa bahkan secara brutal menyerang aparat TNI AD, yang akhirnya terjadilah insiden bentrok yang mengakibatkan korban di kedua belah pihak.

Sumber: Jurnas

Komisi I Komparasi UU Intelijen, Alutsista

JAKARTA-(IDB) :  Anggota Komisi I DPR RI (bidang Luar Negeri, Pertahanan, Intelijen, Komunikasi-Informasi), Zaki Iskandar mengatakan, banyak hal amat bermanfaat bagi Negara terkait misi komisinya ke Eropa dan Amerika, termasuk mengkomparasi UU Intelijen serta pengembangan Alutsista.

"Terima kasih benyak atas dukungannya. Kami Komisi I memang telah membuat program-program yang sangat jelas dalam kunjungan kerja kali ini," ujar Politis Muda Partai Golkar ini, melalui hubungan telepon internasional, Senin.

Sekalipun begitu, ia dkk menganggap positif tentang masih adanya pihak kurang memahami bahkan mengeritik agenda Kunker ke LN sebagai aktivitas menghambur-hamburkan uang, dan momentumnya kurang pas, karena DPR tengah disorot soal pembangunan gedung barunya.

"Saya dapat jelaskan, selain tentang Alat Utama Utama Sistem Persenjataan (Alusista) dan Badan Usaha Milik Negara Strategis (BUMNIS) di bidang produksi peralatan militer," ujaranya.

Lebih dari itu, menurutnya, komisinya pun akan bertemu para Senator dalam rangka komparasi Undang Undang (UU) Intelijen, UU Penyiaran dan UU Pemberdayaan BUMNIS Peralatan Militer.

"Semua ini kami programkan untk memperkuat seluruh Rancangan Undang Undang (RUU) yang sedang Komisi I selesaikan tersebut," katanya.

Ini penting, demikian Zaki Iskandar, agar seluruh RUU tersebut menjadi UU yang valid dan kuat dalam mengantisipasi semua hal.

"Contohnya perkembangan teknologi (menyangkut Alutsista dan peralatan militer, penyiaran) dll," tuturnya.

Dikatakannya, pihaknya memang sudah berusaha dengan mencoba mencari data melalui internet, tapi tidak bisa berdiskusi langsung (untuk mendapatkan kejelasan sedetilnya).

"Karena mitra-mitra diskusi Komisi I tidak akan kirim infonya via `email` atau surat-surat dalam bentuk lain yang menyangkut rahasia-rahasia Negara, mungkin karena pengalaman skandal `Wikileaks`," ungkapnya.


Bilateral Dengan Turki

Sementara itu, mengenai kunjungan ke Turki, demikian Zaki Iskandar, dijadualkan bertemu langsung dengan Presiden Negara tersebut.

"Kami akan membahas kelanjutan dari pembicaraan bilateral antar kedua negara, khususnya di bidang kerjasama pertahanan dan yang lainnya," ujarnya.

Selain itu semua, lanjutnya, kunjungan Komisi I DPR pun akan langsung mengecek kegiatan beberapa Kedutaan Besar (Kedubes) dan Konsulat RI di Luar Negri.

"Antar lain, dengan bertemu langsung dengan WNI kita di luar dalam rangka mengawasi dan mengevaluasi kinerja para diplomat kita," ujarnya.

Bagi Zaki Iskandar, ini semua merupakan tugas-tugas pokok Komisi I DPR RI.

"Kenyataannya, seharusnya justru Komisi I yang banyak melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke LN, tetapi malah kami yang paling sedikit melakukan itu," ungkapnya.

Itu terjadi, karena Zaki Iskandar dkk sudah sepakat, kalau Komisi I DPR RI Kunker ke LN, semua harus dengan program yang jelas, dan sesuai kebutuhan kerja Dewan.
"Jadi kunjungan Komisi I dapat terlaksana dengan efektif, efisien dan produktif. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak atas pengertian dan dukungan ANTARA," pungkas Zaki Iskandar.

Sumber: Antara

Perompak Somalia Duga Kapal Perang Indonesia Mendekat

JAKARTA-(IDB) : Seluruh 20 anak buah kapal (WNI) MV Sinar Kudus berada dalam bahaya. Hingga kini, PT Samudera Indonesia (SI) selaku pemilik kapal belum memberikan kepastian mengenai tata cara pengiriman uang tebusan US$3 juta sesuai tuntutan perompak Somalia.

Justru, saat ini sebuah kapal perang dilengkapi helikopter yang diduga berasal dari Indonesia tengah berada 5-10 mil laut (9 km sampai 18 km) di dekat kapal Sinar Kudus.


Saat
Media Indonesia berupaya menghubungi kapten kapal Sinar Kudus Slamet Juari, telepon diangkat oleh seseorang dalam bahasa Inggris dengan logat Somali.

"Anda tidak bisa berbicara dengan kru kapal sekarang. Anda tidak bisa berbicara dengan mereka hari ini," ujar Salool, salah satu perompak Somalia, kepada
Media Indonesia melalui sambungan internasional, Minggu (17/4).

Salool mengatakan, PT SI telah menjanjikan pengiriman uang tebusan US$3 juta mulai Senin (18/4) ke depan. Meski begitu, hingga kini PT SI belum memberi kepastian mekanisme uang tersebut akan dikirim.


Sebuah kapal perang yang menurut Salool, berasal dari Indonesia justru tengah mendekati kapal yang dibajak sejak 16 Maret tersebut.


"
Warship (kapal perang) ini dilengkapi dengan helikopter. Saat ini mereka belum menyerang, tetapi mereka hanya mendekat. Bilang sama perusahaan itu untuk menepati janji mereka secepatnya. Nasib para kru kapal tergantung akan apa yang mereka lakukan," cetus Salool.

"Apabila kapal perang itu menyerang kami, kru Anda yang akan mendapatkan masalah," tambah Salool sebelum telepon ditutup.

TNI Bungkam tentang Kabar Operasi Militer di Somalia

JAKARTA-(IDB) : Meski mengaku siap untuk melakukan operasi militer ke Somalia, Markas Besar TNI enggan mengomentari keberadaan kapal perang yang mendekati Kapal MV Sinar Kudus dalam radius lima sampai sepuluh mil laut.

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Iskandar Sitompul mengatakan, TNI tetap akan mengacu pada sikap pemerintah seperti disampaikan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto pada Jumat (15/4).


"Tidak semuanya dapat disampaikan kepada masyarakat. Pada dasarnya panglima TNI siap, seperti apa yang disampaikan terakhir kali waktu Menkopolhukam konferensi pers, posisi kita masih sama seperti itu," ujarnya ketika dihubungi Minggu (17/4).


Menurutnya, pertimbangan untuk mengedepankankan negosiasi berdasarkan pada keinginan keluarga sandera. Negosiasi, ujarnya, menjadi pilihan atas pertimbangan keselamatan 20 anak buah kapal (WNI) yang menjadi sandera.


"Kalau pemerintah masih mengedepankan negosiasi ya negosiasi. Keluarga kan meminta lebih diutamakan negosiasi. Mereka tidak ingin operasi militer," tambah Iskandar.


Meski demikian, Iskandar enggan menanggapi keterangan perompak Somalia tentang keberadaan sebuah kapal perang yang mendekati Kapal Sinar Kudus dalam radius lima sampai sepuluh mil laut.


Mabes TNI pun enggan untuk mengkaitkan perkembangan operasi militer dengan masalah negosiasi. Berdasarkan keterangan perompak Somalia, hingga kini belum ada kepastian negosiasi tentang pengiriman uang tebusan.


"Kalau terkait negosiasi, silakan tanyakan langsung kepada pihak yang akan memberi tebusan. Masalah operasi militer tidak semua bisa kami sampikan pada masyarakat," pungkasnya.

Indonesia tidak Mungkin Ikuti Jejak Malaysia

JAKARTA-(IDB) : Angkatan Laut Malaysia pernah memerangi perompak kapal tangker Bunga Laurel yang diawaki 23 orang, Januari silam, sekalipun uang tebusan telah diberikan oleh pemilik kapal. Pemerintah Indonesia menegaskan tidak akan mengikuti jejak Malaysia itu.

Direktur Komunikasi dan Informasi Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan Sagom Tamboen mengatakan, jika kapal Sinar Kudus beserta 20 awaknya sudah dibebaskan, Indonesia tidak akan menyerang para pembajak yang dipimpin Mohamed Salah.


"Kalau informasi tentang negera lain tidak lengkap, jangan kita bandingkan. Kalau tidak ada lagi Warga negara Malaysia di kapal yang dibajak itu, tidak mungkin angkatan lautnya menyerang para pembajak," kata Sagom yang sebelumnya merupakan Kapuspen TNI berpangkat Marsekal Muda saat dihubungi, Sabtu (16/4).


"Saya menggunakan logikanya. Kalau memang tidak ada warga negara Indonesia yang masih ditahan para pembajak, kenapa Indonesia harus melakukan serangan," imbuhnya.


Ia menegaskan, hukum internasional melarang suatu negara menyerang negara lain. Sekalipun dengan alasan untuk memerangi perompak. "Perompak itu sekarang sudah ada di negaranya. Kalau kita menyerang suatu negara dengan alasan menyerang sekelompok orang yang membajak kapal kita, kita berbuat sesuatu yang menyalahi ketentuan hukum internasional. Itu kan sama saja dengan perang," imbuhnya.


Indonesia akhirnya buka-bukaan soal penggunaan opsi militer untuk membebaskan kapal Sinar Kudus yang dibajak sejak pertengahan Maret lalu. Menko Polhukam Djoko Suyanto menegaskan, pemerintah sebenarnya sudah mengirimkan dua kapal perang kelas fregat dan satu helikopter ke perairan Somalia.


Dua kapal perang itu membawa pasukan khusus gabungan Korps Marinir TNI Angkatan Laut--Detasemen Jala Mangkara--dan Kopassus TNI Angkatan Darat. Jumlah personil yang dikerahkan adalah 401 orang. "Pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan opsi keras termasuk mengirimkan pasukan militer," kata Djoko dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (15/4).


Sagom menambahkan, pasukan Indonesia kini sedang dalam posisi bersiaga di pantai timur Somalia. Mereka masih menanti perkembangan proses pembayaran antara pemilik kapal Sinar Kudus yakni PT Samudera Indonesia dengan para perompak. Sebelumnya dikabarkan PT SI setuju meemnuhi tunutan kompensasi untuk membebaskan 20 ABK WNI.


"Kita menunggu dari hasil kesepakatan antara PT SI dengan pembajak. Tentu kita sangat mengharapkan pembayaran tebusan dengan pembajak bisa terlaksana. Kapal beserta ABK bisa dibebaskan," ujar Sagom.

NASA Rilis Peta Langit

JURNAS-(IDB) :  NASA telah merilis sebuah pengetahuan berharga berupa peta langit. Peta ini memungkinkan semua orang khususnya para ilmuwan bisa mengakses dan meneliti jutaan galaksi, bintang, asteroid serta benda langit lainnya.

NASA di Los Angeles Sabtu (16/4) menyatakan peta langit ini bisa digunakan melalui internet. NASA mengakui banyak obyek dalam katalog peta langit yang dirilis secara online minggu ini telah diamati sebelumnya. Kendati begitu tetap ada penemuan baru yang signifikan.

Misi ini menemukan lebih dari 33.000 asteroid baru mengambang antara Mars dan Jupiter sertab ada 20 komet baru lainnya.

NASA meluncurkan wahana angkasa Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE), yang membawa teleskop inframerah, pada bulan Desember 2009 untuk memindai kosmos secara rinci dan lebih halus dari misi sebelumnya. Pesawat ruang angkasa WISE, memetakan langit 1,5 kali selama misi 14 bulan. Hl lain yang dilakukan adalah merekam pergerakan lebih dari 2,5 juta objek langit dari orbit kutub.

Kemampuan pesawat ruang angkasa tersebut, papar NASA juga bisa mendeteksi cahaya panas membantunya menemukan benda berdebu, dingin dan jauh yang sering tidak terlihat oleh teleskop biasa.

“Data baru yang spektakuler ini mengingatkan kita bahwa Bumi tidak sendirian dan punya tetangga baru," kata Pete Schultz, seorang ilmuwan ruang di Brown University.

Sumber: Jurnas

Iran Berhasil Atasi Virus Stuxnet

IRIB-(IDB) : Pernyataan seorang analis pertahanan Israel bahwa program nuklir Iran terus berkembang dan maju tanpa interferensi kekuatan adidaya Barat, sekali lagi membuktikan kekhawatiran rezim Zionis atas keberhasilan Republik Islam Iran di bidang nuklir. 
 
IRNA melaporkan, hal itu dikemukakan Efraim Kam, Deputi Institut Riset Keamanan Internasional yang berafiliasi dengan universitas Tel Aviv yang juga purnawirawan intelejen militer Israel, dalam wawancaranya dengan koran Jerusalem Post kemarin (15/4). 
Efraim juga mengakui kegagalan boikot dan ancaman Barat terhadap Iran. Dikatakannya, "Para ilmuwan Iran telah berhasil melampaui teknologi pengayaan uranium generasi pertama dan terus melangkah maju menggapai generasi kedua dan ketiga".
Menyinggung pernyataan Ketua Badan Energi Atom Iran, Feridoun Abbasi, bahwa reaktor pembangkit listrik Bushehr akan memulai aktivitasnya bulan depan dan bahwa instalasi tersebut dapat dikontrol melalui jaringan internet, serta rencana pembangunan empat atau lima reaktor nuklir riset baru, Efraim menegaskan, "Dalam hal ini, sangat sulit dibedakan antara propaganda dan kenyataan, namun yang jelas Iran tengah maju dan selama lebih dari setahun Iran terus menggali pengalaman dari mesin-mesin sentrifugalnya".
Di bagian lain pernyataannya, analis keamanan Israel ini menjelaskan, "Sebuah riset dari pihak Amerika Serikat beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa Iran telah berhasil menyelesaikan kendala akibat virus Stuxnet".
Menurutnya, kondisi saat ini, sangat menguntungkan Iran.

Sumber: Irib

Tel Aviv Takut Mesir Anti Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
TEL AVIV-(IDB) : Lebih dari dua bulan setelah revolusi Mesir yang menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak, Perdana Menteri rezim Zioni Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan kekhawatiran bahwa pemerintah baru di Mesir akan menjadi anti-Israel.

Di tengah pertemuan para duta besar Uni Eropa di Yerusalem, timur al-Quds pekan lalu, Netanyahu mengatakan beberapa suara yang terdengar dari Mesir menunjukkan permusuhan terhadap Tel Aviv. Demikian dilaporkan harian Israel, Haaretz pada hari Sabtu (16/4).

Netanyahu menyatakan ia sangat prihatin atas pernyataan terakhir yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Mesir Nabil El Arabi. Para diplomat tinggi Mesir bersama sejumlah pejabat senior lainnya, dilaporkan telah menyebut Israel sebagai musuh Mesir. 

Mengomentari kemungkinan hubungan ekonomi dengan Tel Aviv, Menteri Keuangan Mesir Samir Radwan juga menekankan bahwa Kairo tidak membutuhkan investasi dari musuh.

Kekhawatiran Netanyahu juga disuarakan oleh beberapa pejabat senior Israel lainnya. Pernyataan itu dikeluarkan menyusul demonstrasi anti-Israel, yang digelar di luar kedutaan Israel di Kairo serta konsulat Zionis di kota Iskandariyah, selama beberapa pekan terakhir.

Pada tanggal 8 April, lebih dari satu juta pengunjuk rasa berkumpul di Bundaran Tahrir, mendesak penguasa militer untuk mencabut blokade Jalur Gaza. Para demonstran juga menyerukan pengusiran duta besar Israel di Mesir

Sumber: Israel

Iran-Lebanon Perkuat Barisan Hadapi AS

Presiden Iran dan Lebanon berjabat tangan.
TEHRAN-(IDB) : Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, solidaritas antara Iran dan Lebanon telah menggagalkan skenario kekuatan hegemoni. Ahmadinejad mengeluarkan pernyataan itu dalam percakapan telepon dengan Ketua parlemen Lebanon Nabih Berri, IRNA melaporkan pada hari Ahad (17/4).
 
Seraya memuji hubungan erat antara Tehran dan Beirut, Ahmadinejad mencatat bahwa kedua negara memiliki pandangan yang sama menyangkut isu-isu regional dan internasional.

"Perkembangan di kawasan dan respon Amerika Serikat dan sekutunya terhadap fenomena itu telah membuktikan statemen Iran bahwa Barat hanya mengincar kepentingannya semata," tegasnya.

Ahmadinejad juga menyatakan bahwa kekuatan hegemoni menentang semua negara merdeka di dunia. 

Sementara itu, Nabih Berri menekankan pentingnya kerjasama dan menyerukan peningkatan kerjasama antara Lebanon dan Iran. 

Presiden Ahmadinejad berkunjung ke Lebanon pada pertengahan Oktober 2010 atas undangan sejawatnya Michel Sleiman. Selama kunjungan, ia bertemu dengan para pejabat tinggi Beirut, pemimpin politik, akademisi, dan mahasiswa serta masyarakat luas di Beirut dan Lebanon Selatan.

Sumber: Irib

Anggota TNI Semarakkan HUT INKAI

Ribuan personel TNI semarakkan Hari Ulang Tahun ke 40 Institut Karate-Do Indonesia Gashuku Akbar Nasional di Bunderan Hotel Indonesia Jakarta, Minggu (17/4) dengan tema 'Melalui dan bersama Inkai kita bangun Indonesia yang lebih baik'.
HUT INKAI kali ini mengambil tema 'Melalui dan bersama Inkai kita bangun Indonesia yang lebih baik'. Puspen TNI
Institut Karate-Do Indonesia berharap agar personel TNI dapat mengikuti latihan bersama dengan perwakilan anggota Inkai lainnya guna mempersiapkan event kejuaraan nasional maupun internasional. Puspen TNI
Semarak HUT INKAI ke 40 juga sebagaI bentuk solidaritas perhatian Inkai Indonesia atas bencana alam gempa bumi di Jepang. Puspen TNI
Diharapkan dimasa mendatang untuk menambah prestasi anggota TNI yang tergabung dalam Inkai. Puspen TNI

Sumber: Detik

Kerjasama ASEAN-PBB: Comprehensive Partnership Kuatkan Kemitraan

KEMLU-(DIB) : Sebagai Ketua ASEAN 2011, Indonesia memandang penting momentum pengembangan dan peningkatan kerjasama ASEAN-PBB. 

Konsep untuk meningkatkan hubungan kerjasama ASEAN-PBB untuk menjadi lebih komprehensif terutama dalam penanggulangan bencana, perubahan iklim, dan pencapaian sasaran MDGs, yang diajukan oleh Presiden RI pada KTT ASEAN-PBB ke-3 tahun 2010, dapat dikatakan sejalan dengan peningkatan peran Indonesia di ASEAN dalam memelihara dan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, serta sekaligus memperkokoh peran Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai tantangan global.

Demikian disampaikan Plt. Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK)/Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Andri Hadi, saat membuka Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri (FKKLN) dengan tema ‘Optimalisasi Kerjasama ASEAN-PBB: Prospek dan Peningkatan Peran Indonesia’, di Bogor, 15 April 2011.

Penguatan kemitraan tersebut dipandang sesuai dengan moto yang dicanangkan Indonesia dalam Keketuaannya pada ASEAN tahun 2011, yaitu ASEAN Community in a Global Community of Nations. Optimalisasi kerjasama ASEAN-PBB menjadi salah satu titik tolak fase evolusi berikutnya bagi ASEAN setelah terbentuknya ASEAN Community, lanjut Plt. Kepala BPPK.

Forum ini diselenggarakan oleh BPPK Kemlu bekerja sama dengan Ditjen Kerjasama ASEAN Kemlu dan diharapkan dapat menjadi wahana untuk bertukar fikiran dan pandangan terkait kerjasama ASEAN-PBB, dan sekaligus mengumpulkan masukan bagi penyusunan rekomendasi mengenai penguatan peran Indonesia dalam kerangka kerjasama komprehensif antara ASEAN dan PBB.

Forum dihadiri oleh kalangan pemerintahan terkait, akademisi, lembaga think tank, LSM, dan pemangku kepentingan lainnya, dan menghadirkan pembicara Dubes Makarim Wibisono, Dubes Bagas Hapsoro (Deputy Secretary-General of ASEAN for Community and Corporate Affairs), Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar (Deputi Sekretariat Wakil Presiden Bidang Politik), Dr. Mangadar Situmorang (Ketua Parahyangan Centre for International Studies, Universitas Parahyangan). Dubes Nadjib Riphat Kesuma (Deputi II Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri - Kemenkopolhukam) sebagai pembahas dan Jose Tavarez, Direktur Mitra Wicara Antar Kawasan (MWAK) Ditjen Kerjasama ASEAN sebagai moderator.

Sejalan dengan yang disampaikan oleh Plt. Kepala BPPK, dalam keynote speech dengan judul ‘Penguatan Kerjasama ASEAN-PBB: Upaya Menuju ASEAN Community in a Global Community of Nations’, Dirjen Kerjasama ASEAN, Djauhari Oratmangun, menyampaikan  bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan peran global ASEAN adalah dengan memanfaatkan kerjasama ASEAN-PBB. Untuk itulah, pada KTT ke-3 ASEAN-PBB di Hanoi, Viet Nam tahun lalu, jauh-jauh hari Indonesia telah mengusulkan peningkatkan kemitraan ASEAN-PBB menjadi “Comprehensive Partnership”, yang telah disepakati Sekjen PBB dan para Pemimpin ASEAN.

Langkah awal untuk mendorong kemitraan komprehensif ASEAN-PBB adalah meningkatkan komunikasi ASEAN-PBB. Secara reguler, para Menlu ASEAN dan Sekjen PBB melakukan pertemuan tahunan di sela-sela Sidang Majelis Umum (SMU) PBB di New York, Amerika Serikat. Pada  masa Keketuaan ASEAN oleh Indonesia di tahun 2011, Indonesia mengusulkan agar dilaksanakan pertemuan para Menlu ASEAN dan Sekjen PBB dalam format retreat untuk memberikan kesempatan diskusi yang lebih interaktif. Usulan Indonesia ini pun mendapat persetujuan, tegas Dirjen Kerjasama ASEAN.

Pembahasan dibuka oleh Dubes Makarim Wibisono yang menyampaikan bahwa kegiatan kepemimpinan ASEAN ditujukan untuk mewujudkan ASEAN Community tahun 2015. ASEAN juga harus aktif dan mempunyai konsep untuk menjembatani masalah-masalah yang ada seperti global warming.
Dalam paparannya, Dubes Bagas Hapsoro menjelaskan ASEAN selalu berupaya agar 3 pilar dapat berjalan secara bersamaan. Dalam kerangka PBB, ASEAN telah banyak menginspirasi inisiatif-inisiatif PBB dan ASEAN menghendaki agar PBB dapat juga berjalan sesuai dengan kepentingan negara-negara berkembang.

Mengenai kemitraan komprehensif, selalu ada perdebatan soal ukuran kemandirian. Keterlibatan asing (PBB) dipandang ‘membantu’ bila ‘kemitraan’ tidak mengancam ‘otonomi/interpendensi’ ASEAN. Demikian diungkapkan Dr. Mangantar Situmorang.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemitraan komprehensif selalu punya resiko serta diperlukan lesediaan untuk menanggung resiko/biaya dan sekaligus kemampuan mengelolanya.

Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar menegaskan Indonesia perlu menunjukkan komitmen serius dalam merealisasikan ASEAN Community, khususnya APSC. Indonesia seyogyanya tetap pada sikap untuk mendorong upaya redefinisi dan reposisi terhadap nilai-nilai dan pola tradisionalnya di ASEAN, diantaranya prinsip non-intervensi, yang seringkali menjadi barrier bagi keinginan ASEAN untuk berinteraksi dalam Global Community of Nations.
ASEAN diharapkan dapat mengefektifkan mekanisme kerjasama dengan mitra dialog yang sudah ada, khususnya ASEAN+1 dan ASEAN-UN Summit, tambah Dewi Fortuna.

Forum ini dinilai sangat tepat pelaksanaannya, baik dari segi waktu maupun substansinya mengingat tahun ini Indonesia merupakan Ketua ASEAN.

Dengan mengusung tema “ASEAN Community in a Global Community of Nations", Indonesia berusaha membawa ASEAN untuk lebih berperan di berbagai isu global. Sebagai Ketua ASEAN, Indonesia juga menjadi koordinator kerjasama ASEAN-PBB. Untuk itu, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan peran ASEAN pada isu-isu global melalui kerjasama dengan PBB.

Sumber: Kemlu

Peta Politik dan Dilema NATO

IRIB-(IDB) : Para menteri luar negeri anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di penghujung sidang dua hari yang digelar di Berlin berjanji akan menjaga persatuan organisasi ini. Tak dapat dipungkiri, organisasi ini tengah menghadapi friksi serius. Para menlu anggota NATO menggelar sidang di Departemen Menlu Jerman, Berlin pada hari Kamis (14/4) dan Jumat(15/4). Dalam sidang itu dibahas tiga topik utama, yakni masalah Libya, penempatan sistem pertahanan di wilayah Eropa dan masalah Afghanistan.
 
Masalah Libya dan perkembangan terbaru di negara ini menjadi masalah terpenting dalam sidang itu. Para peserta sidang terlibat serius dalam perdebatan dan tarik-ulur pendapat. Meski NATO menjadi komando dalam serangan militer ke Libya, namun anggota-anggota organisasi ini berselisih pendapat. Sebagaimana diketahui, Jerman, Spanyol, Turki dan Polandia secara tegas menyatakan menolak intervensi militer ke Libya. 

Sementara itu, Presiden AS, Barack Obama, Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, malah memberikan dukungan penuh atas serangan militer ke Libya. Tak hanya itu, mereka juga menyatakan bahwa Muammar Gaddafi harus lengser dari posisinya sebagai pemimpin Libya.

Di tengah friksi internal yang meliputi NATO, organisasi ini juga dihadapkan pada kendala lain. NATO juga dituntut untuk meredakan friksinya dengan pesaing kuatnya, Rusia, di era perang dingin. Tak dipungkiri, kendala ini juga menjadi problema sendiri bagi NATO yang harus menghadapi problema internal dan eksternal secara bersamaan. Oleh karena itu, salah satu program sidang para menlu anggota NATO adalah pertemuan bersama dengan Menlu Rusia, Sergei Lavrov. Namun pertemuan itu sepertinya gagal membujuk Moskow.

Pada hari Jumat, Lavrov menyatakan kekecewaan Moskow atas tindakan NATO yang menyerang Libya. Lavrov juga menentang keras intervensi militer atas Libya. Dengan demikian, pertemuan para menlu anggota NATO dengan Sergei Lavrov tak dapat meyakinkan Moskow terkait intervensi militer ke Libya.

Lebih lanjut, Lavrov juga mengungkapkan tujuan picik di balik intervensi militer NATO ke Libya. Dikatakannya, mereka bertujuan mencari minyak yang terpendam di wilayah Libya. Dengan demikian, NATO menurut Moskow, tengah memanfaatkan instabilitas di Libya dengan tujuan menjaga kepentingan Barat. 

Di penghujung sidang, Rusia dan NATO tetap berselisih pendapat terkait penempatan sistem pertahanan Eropa. Selama ini, NATO mencegah keterlibatan Moskow dalam proyek sistem pertahanan tersebut. Pernyataan Lavrov juga menunjukkan ketidakpercayaan Moskow atas strategi pertahanan NATO di Eropa. 

Adapun masalah ketiga yang dibahas dalam sidang tersebut adalah perkembangan terbaru di Afghanistan. Masalah Afghanistan dapat dikatakan sebagai kerjasama resmi antara NATO dan Rusia. Kedua pihak sepakat mengalokasikan dana dan memberikan kemudahan teknis untuk rekonstruksi helikopter-helikopter militer Rusia di Afghanistan. Sebelumnya, Rusia juga mengizinkan zona udaranya digunakan untuk mengirimkan barang-barang non-militer NATO ke Afghanistan. Yang jelas, masalah Afghanistan dijadikan sebagai alasan NATO dan Rusia untuk menjaga hubungan dan pentas itikad baik minimal yang ditampilkan kedua pihak. Sebab, Rusia dan NATO tak menyatakan tengah bermusuhan satu sama lain. 

Sumber: Irib

NATO Gagal, Perancis Bujuk Amerika Ikut Menyerang Libya

IRIB-(IDB) : Menyusul ketidakmampuan negara-negara Eropa dalam mencapai target dan tujuan mereka dalam serangan ke Libya, kini Perancis meminta bantuan agar Amerika Serikat ikut berpartisipasi dalam operasi militer rezim diktator Muammar Gaddafi. Namun permintaan itu ditolak oleh Gedung Putih. 
 
Kantor berita INN (15/4) melaporkan, Menteri Luar Negeri Perancis, Alain Juppe, pasca sidang negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Berlin, Jerman, menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak mempertimbangkan kebijakan militernya di Libya meski ada tuntutan dari negara-negara anggota NATO. 

menyinggung pertemuan dengan sejawatnya asal AS, Hillary Clinton, Juppe menekankan, Washington menolak permintaan Eropa untuk ikut berpartisipasi dalam perang di Libya.Di lain pihak, Clinton mengatakan, "Militer Amerika Serikat hanya akan melanjutkan perannya di bidang dukungan logistik".

Pada awal serangan militer ke Libya, Perancis telah berupaya mencegah Amerika Serikat memainkan peran besar dalam perang tersebut. Namun setelah NATO terbukti tidak berhasil, kini Perancis berusaha membujuk Amerika Serikat. 

Setelah beberapa hari sejak serangan ke Libya dilancarkan, Amerika Serikat terpaksa menyatakan mundur dari operasi militer anti-Gaddafi, menyusul santernya protes baik dari dalam maupun luar negeri.


Sumber: Irib

Cina Dukung Perombakan Struktur Dewan Keamaan PBB

IRIB-(IDB : Para pemimpin Cina, Rusia, India, Brazil dan Afrika Selatan yang tergabung dalam kelompok BRICS menuntut reformasi struktur Dewan Keamanan Perserikata Bangsa-Bangsa (PBB).
 
Para pemimpin BRICS bersidang di Provinsi Hainan, Cina dan menilai penting perombakan struktur DK-PBB, demikian dilaporkan IRNA hari Jum'at (15/4). Kekuatan ekonomi baru dunia ini menekankan bahwa struktur Dewan Keamanan harus dirombak sehingga memungkinkan negara sedang berkembang untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan permasalahan penting dunia.

Brazil, India dan Afrika Selatan saat ini tercatat sebagai anggota tak tetap Dewan Keamanan dan selama ini berusaha keras menjadi anggota tetap dewan ini. Sementara itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Cina, Hong Lei kemarin (Kamis 14/4) kepada wartawan mengatakan bahwa negaranya mendukung proses reformasi yang layak dan penting di tubuh Dewan Keamanan.

Menurutnya, sikap Cina terkait reformasi di tubuh Dewan Keamanan tidak berubah. Sebagai salah satu anggota tetap dewan, Cina menuntut ditambahnya saham negara sedang berkembang, khususnya Afrika di Dewan Keamanan.

Lei menandaskan, Beijing menyeru seluruh anggota dewan untuk mencapai kesepakatan dalam masalah ini dengan cara lobi-lobi demokratis. Ia juga meminta dihindarinya sikap terpisah dan pelaksanaan draf resolusi yang belum siap.

Sementara itu, para pengamat menilai reformasi sejati Dewan Keamanan hanya bisa terjadi dengan memperhatikan saham negara sedang berkembang dan hak 1,5 miliar umat Islam. Adapun PBB sendiri menyatakan bahwa perundingan negara-negara dunia untuk melakukan perombakan di tubuh Dewan Keamanan kemungkinan tahun ini memasuki babak baru. 

Sumber: Irib

Australia Ingin Hubungan Lebih Dekat Dengan NATO

GLOBAL-(IDB) : Menlu Kevin Rudd mengatakan, Australia ingin memperkuat hubungannya dengan NATO, tapi tidak bermaksud untuk masuk aliansi militer itu. "Kami ingin ... merumuskan kerja sama kami melalui kerangka kerja bagi kerja sama politik dan militer," kata Rudd dalam wawancara dengan pada Reuters, Kamis, di Berlin di sela pertemuan puncak NATO.

Langkah itu akan mempercepat konsultasi pada tingkat politik dan militer seandainya Australia ikut operasi di luar negeri, tempat NATO mengambil bagian.

Australia memiliki sekitar 1.550 tentara di Afghanistan, dan negara bukan anggota NATO terbesar dalam koalisi internasional yang memerangi gerilyawan Taliban di negara itu.

NATO telah meminta keterlibatan yang lebih aktif dalam keamanan dengan negara bukan anggota NATO sebagai bagian dari konsep strategis barunya, menekankan nilai hubungan dengan mitra-mitra strategis penting termasuk Rusia, India, China, Jepang dan Australia.

NATO memiliki seluruhnya 28 anggota -- sebagian besar negara Eropa ditambah Amerika Serikat dan Kanada.

Berdasarkan catatan Global Future Institute (GFI), Australia merupakan kekuatan menengah di dunia, namun dalam soal supremasi militer memiliki pengaruh besar di kawasan Asia Pasifik.

Sebagai kekuatan di Asia, Angkatan Bersenjata Australia memiliki infrastruktur pertahanan dan keamanan yang cukup memadai. 

Saat ini Australia masuk peringkat ke 15 dalam soal pengeluaran anggaran pertahanan. Sebagai kekuatan di Asia, Angkatan Bersenjata Australia memiliki infrastruktur pertahanan dan keamanan yang cukup memadai. 
 
Anggaran Militer yang dikeluarkan Australia saat ini US$ 22 miliar. Berdasarkan data GFI (2009), kekuatan Angkatan Bersenjata Australia memiliki pasukan sebesar 54 ribu. Sementara persenjataan Darat sebanyak 705. 

Sementara, Amerika Serikat masih tetap pada urutan pertama dalam pengeluaran anggaran pertahanan/militer. Disusul kemudian oleh Perancis, Republik Rakyat Cina, Inggris, Jerman, Jepang, Rusia, Italia, India, Turki, Korea Selatan, dan Brazil.


Sumber: Global