JAKARTA-(IDB) : Tadi malam, Senin (20/10), Presiden Joko Widodo bertemu Perdana Menteri Australia Tony Abbott
di Istana Merdeka, Jakarta. Itu adalah lawatan ramah tamah (courtesy
call) ketiga selepas dilantik. Tamu pertama adalah Perdana Menteri
Singapura Lee Hsien Liong jadi yang pertama menemui. Keduanya berbincang
sekitar 15 menit. Berikutnya Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Najib Razak.
Pertemuan Jokowi dan Abbott berlangsung rileks. Keduanya tampak tertawa.
Selepas pertemuan, Presiden Jokowi mengaku mereka membicarakan
beberapa isu penting. Salah satunya soal kerja sama meningkatkan
investasi serta kerja sama di bidang pendidikan.
"Kalau dengan perdana menteri australia membicarakan mengenai, juga
hal yang berkaitan dengan investasi, pelajar kita yang banyak di sana,
punya mereka juga yang banyak di sini. Itu kira-kira," ujarnya, di
Istana Merdeka, Jakarta, Senin (20/10).
Dalam pertemuan itu, Tony Abbot secara langsung menyampaikan undangan
kepada Jokowi untuk hadir dalam pertemuan G20. "Itu yang paling
penting, mengundang untuk hadir di G20," katanya.
Lewat courtesy call tadi malam, Abbott meredakan tensi dengan sang
presiden anyar. Tiga hari sebelum dilantik, Jokowi menyampaikan sinyal
akan lebih ketat menjaga wilayah perbatasan laut Indonesia-Australia.
Pekan lalu, Jokowi sempat diwawancara eksklusif oleh Fairfax, salah
satu media Negeri Kanguru. Dalam kesempatan itu, mantan Gubernur DKI
Jakarta ini mengingatkan Angkatan Laut Australia agar tidak sembarangan
memasuki wilayah laut Indonesia, saat mengirim balik kapal pencari
suaka.
"Kami akan kirimkan pesan, bahwa tindakan (pelanggaran wilayah laut)
tidak dapat dibenarkan. Kita punya hukum internasional, mari hormati
hukum internasional," kata Jokowi akhir pekan lalu.
Pesan pemimpin baru Indonesia itu terhitung keras, menurut surat
kabar Inggris the Guardian. Sepanjang 2013, terjadi lima kali insiden
kapal AL Negeri Kanguru memasuki perairan Tanah Air. Isu kapal imigran
gelap cukup sensitif terhadap hubungan Indonesia-Australia.
Hubungan Jakarta-Canberra tahun ini pun memanas, setelah Wikileaks
mengungkap adanya penyadapan Ibu Negara Ani Yudhoyono oleh intelijen
Australia tiga tahun lalu.
Walau Jokowi menggunakan retorika nasionalisme saat membicarakan
relasi kedua negara, Abbott merasa tidak ada ancaman di dalamnya. Dia
meyakini sikap Presiden RI baru ini sebagai ajakan meningkatkan kerja
sama bilateral.
"Ucapan Pak Jokowi sangat memberi semangat, beliau sosok karismatik
dan inspiratif. Saya kira ini peluang bagi Australia untuk memperbarui
dan memperkuat hubungan dengan tetangga kita yang penting ini," kata
Abbott selepas menghadiri pelantikan Jokowi di Komplek MPR/DPR.