ANALISIS-(IDB) : Perjalanan Trans Java MBT Leopard 2 dan kawan-kawan dari Surabaya
menuju Jakarta dan Bandung bukanlah perjalanan biasa. Dari perhelatan akbar HUT TNI di Surabaya
tanggal 7 Oktober 2014 yang lalu konvoi alutsista paling populer itu mendapat
sambutan yang luar biasa dari masyarakat luas yang dilewatinya. Di Sragen, Solo, Yogya dan Semarang tempat
dimana khafilah alutsista TNI AD itu “diberhentikan sejenak”, maka ribuan
masyarakat mengelu-elukannya bak seorang artis pujaan. Ya, tak berlebihan kiranya sosok yang bernama
Leopard 2 itu menjadi pusat kerumunan, pusat kebanggaan sekaligus pusat
perdokumentasian berbagai posisi foto yang kemudian disiarluaskan melalui media
sosial.
Perjalanan ini adalah sebuah pembuktian
pertanggungjawaban dan sosialisasi, makanya disebut bukan perjalanan biasa. Rombongan 4 Leopard2, berikut Marder dan APC M114
sebagai bagian pertanggungjawaban dari pengadaan 103 tank gede banget made in
Jerman itu. Untuk diperlihatkan kepada segala
lapisan masyarakat sekaligus sosialisasi bahwa kehadiran alat tempur utama ini tidak merusak jalan, tidak
mengalami ambles rute jalan yang dilewatinya sebagaimana yang ditiupkan oleh angin
opini dengki selama ini.
Bukti tak terbantahkan |
Ketika melewati jalur jalan raya paling bergengsi di
tanah air, pantura Jawa mulai dari Semarang sampai Cirebon, begitu banyak
khalayak yang terkesima, kagum dan bangga dengan iringan kendaraan lapis baja
yang diangkut dengan truk transporter beroda puluhan. Artinya kampanye tanpa orasi itu secara
lahiriyah dan bathiniyah berhasil dikumandangkan sekaligus mematahkan
argumentasi “jamaah amblesiyah” yang awalnya selalu gembar-gembor bahwa kucing
hutan besi ini akan merusak jalan yang dilalui dan membuat kerusakan besar
alias ambles.
Sekarang ini banyak opini yang menjadi sendok pembenaran
untuk dipaksa disodorkan ke mulut masyarakat berdasarkan kepentingan bisnis,
kepentingan politik dan kepentingan “bank saku” (jangan salah sebut, bukan
bangsaku). Salah satunya ya tentang Main
Battle Tank ini. Makanya jalan-jalan
pulang ke home basenya sengaja diperlihatkan kepada khalayak ini loh barang
yang diopinikan akan membuat kerusakan besar di jalan, ternyata tak ada masalah
kan.
Yang menarik perjalanan ini juga mendapatkan nilai lebih
lainnya seperti kata pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Sambutan masyarakat yang luar biasa hebatnya
memberikan apresiasi tersendiri bahwa sesungguhnya rakyat bangsa ini sangat
membanggakan tentara dan alutsistanya.
Ini tak bisa terbantahkan meski puluhan LSM oposisi memberikan opini
tandingan dengan sejuta argumentasi.
Kehadiran rombongan alutsista TNI AD maupun komentar sekitar perhelatan
akbar HUT TNI kemarin di Surabaya memberikan spirit buat tentara pengawal
republik bahwa kalian sesungguhnya
dibanggakan dan dielu-elukan oleh rakyat bangsa ini sebagai benteng NKRI yang
menjaga amanah kedaulatan dan harga diri bangsa.
Perkuatan alutsista adalah keniscayaan yang harus terus
menerus dilakukan, meski pemerintahan berganti figur. Kita tidak boleh lengah apalagi sampai
mengurangi atau bahkan menghentikan program perkuatan tentara dan senjatanya. Karena
ini adalah “fardhu kifayah” bagi pemerintahan selanjutnya. Jika tidak
dilaksanakan maka boleh jadi ibu pertiwi akan menangis dan berucap lantang: “memang
kalian ini anak tak tahu diuntung, jangan sampai kalian kualat sama merah putih”.
Sumber : Analisis