Pages

Minggu, Oktober 12, 2014

Analisis : Prediksi Skuadron Itu

ANALISIS-(IDB) : Ramai pemberitaan tentang penggantian skuadron F5E Tiger TNI AU yang sudah mengisi aktivitasnya selama lebih 30 tahun, tentu menarik perhatian sejumlah kalangan. Tetapi jangan lupa dalam MEF 2 yang sebentar lagi berlaku ada rencana penambahan minimal 1 skuadron tempur untuk memperkuat barisan kawal udara Indonesia.  Boleh jadi bahkan bisa lebih dari itu mengingat dinamika konflik kawasan.



Maka urusan penggantian jet tempur F5E dalam pandangan kita sangat dimungkinkan dengan kehadiran tambahan jet tempur F16 setara blok 52 sebagai lanjutan pengadaan 24 jet tempur jenis itu yang sudah berdatangan.  Artinya ada peluang besar menambah 16 unit lagi, sebagaimana pernah ditawarkan Presiden AS beberapa waktu lalu.  Tentu biaya akuisisinya lebih murah karena pakai metode retrofit FMS.  Peluang Gripen jelas ada dan kalau ini yang diambil tentu akan meningkatkan gengsi pergantian skuadron F5E.



Jet tempur TNI AU


Mungkin yang agak luput dari perhatian adalah adanya rencana penambahan skuadron jet tempur di MEF 2.  Bicara penambahan tentu sangat terkait dengan kekuatan pukul yang lebih bernilai gahar.  Tentu lirikan pada jet tempur Sukhoi SU35 sangat beralasan.  Saat ini kita sudah memiliki 1 skuadron jet tempur Sukhoi dari jenis SU27 dan SU30.  Kehadiran jet tempur Sukhoi SU35 diperlukan sebagai kekuatan tawar yang sepadan untuk perimbangan kekuatan kawasan.  Penting untuk diketahui jet tempur Sukhoi Class adalah produksi non Barat yang sangat diperlukan sebagai kartu As bagi pertahanan udara Indonesia.



Adanya sejumlah jet tempur Barat seperti 34 jet tempur F16 sangat berguna untuk patroli udara kawal dirgantara.  Jet tempur inilah yang sejatinya akan lebih banyak melakukan patroli rutin termasuk jika harus ikut meramaikan “jalannya konflik” LCS dengan lawan utama Cina.  Tetapi melihat pengalaman sejarah dimana Barat selalu berwajah ganda dan sesuai kepentingan libido hegemoninya maka penambahan perkuatan 1 skuadron dengan Sukhoi SU35 adalah pilihan cerdas.  Artinya dengan adanya minimal 32 jet tempur Sukhoi family di ruang dirgantara kita adalah untuk menjaga perubahan iklim yang ekstrim itu.  Kita kan tidak tahu jalan sejarah masa depan, hari ini kawan besok bisa jadi kawanan lawan.



Jadi prediksinya kira-kira begini: pengganti jet tempur F5E sangat dimungkinkan dari  jet tempur F16 batch 2 sedangkan untuk penambahan skuadron tempur “calon tunggalnya” ya itu tadi Sukhoi SU35.  Kita lihat saja nanti.  Gak usah dipikir seriuslah, namanya juga prediksi.  Sekedar catatan, beberapa tahun lalu kita juga pernah menulis prediksi bahwa Indonesia akan menambah 22 jet tempur F16 CD, terbukti kemudian kita mendapat 24 jet tempur dari jenis itu.



Sumber : Analisis

BMP-3F, Tank Andalan Korps Marinir

SURABAYA-(IDB) : Tank Amfibi BMP-3F adalah kendaraan tempur lapis baja yang mampu bermanuver di air dan darat. Tank hasil rakitan pabrik senjata Kurganmashzavod Rusia tahun 2013 ini mempunyai kemampuan paling unggul di kelas peralatan tempur amfibi saat ini.

Senjata utama Tank Amfibi BMP-3F adalah meriam kaliber 100 mm, senjata antiserangan udara, rudal antitank, serta mampu mengangkut pasukan sekaligus mempertahankan diri dari serangan lawan.

Tank ini memiliki akurasi tembakan ke sasaran dengan kemampuan bertahan tinggi di berbagai medan pertempuran. Keunggulan inilah yang menjadikan Tank Amfibi BMP-3F sebagai salah satu tank amfibi disegani di dunia.

BMP-3F berbobot 18,7 ton dengan dimensi panjang 7,14 meter, lebar 3,15 meter, dan tinggi 3,57 meter mampu membawa tujuh pasukan dan tiga personel.

Hingga saat ini, ada 10 negara yang menggunakannya selain Rusia dan Indonesia, yaitu UEA, Venezuela, Kuwait, Korsel, Sri Lanka, Siprus, Ukraina, Azerbaijan, dan Yunani.



Sumber : Sindo

PT. DI Interested To Supply Two ASW Choppers For Philippine

MANILA-(IDB) : In a pre-bid conference for the procurement of two anti-submarine warfare (ASW) helicopters held Tuesday, October 7, four prospective bidders attended. AugustaWestland, PT Dirgantara Indonesia, Israel Aerospace Industries and the partnership of Bell Helicopter Asia (PTE) Ltd. and Serpenair Group Inc. attended the conference.

First stage bidding will be held on October 21. Firms mentioned above are expected to submit their individual bid for the PhP 5.4 billion helicopter procurement project.

Under Medium Term Development Capability Plan of AFP Modernization program, winning bidder must deliver goods within seven hundred thirty days after receiving the notice to proceed.

Early report said that AgustaWestland is a strong contender in the said project and will offer it’s AW-159 “Wildcat”. AgustaWestland is the manufacturer of Philippine Navy and Air Force’s armed AW-109 to be delivered before the year ends.

Specification of two ASW choppers includes endurance of at least two hours in ASW configuration, range of 240 nautical miles in full ASW configuration and has Identification Friend or Foe (IFF)/Selective Identification Feature (SIF).



Source : Angmalaya

T-50i Golden Eagle: Dua Minggu Dua Misi

Kami akan mempertahankan negeri ini sampai ujung timur Indonesia sekalipun. 

JAYAPURA-(IDB) : Ucapan itulah yang muncul di benak kami sesaat pesawat T-50i Golden Eagle menapakkan kakinya di bumi Sentani, Jayapura. Hari itu, 25 Agustus 2014, satu flight T-50i dipimpin Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Wastum “Conda” tiba di Lanud Saleh Basarah, Jayapura. Tiga pesawat T-50i yang berkelir camo menempuh jarak kurang lebih 3.700 km. Satu hari sebelumnya kami berangkat dari homebase di Lanud Iswahjudi, Madiun dengan rute Iswahjudi-Makasar-Manado-Biak-Jayapura.

Rasa lelah setelah menempuh perjalanan panjang dan cukup menantang ini langsung sirna saat pesawat taxiing menuju Military Apron Lanud Jayapura. Kami disambut lambaian tangan dan senyuman warga yang bermukim di sekitar Bandara Sentani. Memang sudah cukup lama pesawat tempur TNI AU tidak mendarat di Jayapura, sehingga menjadi hal baru bagi masyarakat melihat keberadaan pesawat tempur khususnya T-50i yang belum genap setahun dioperasikan Skadron 15. Pesawat ini diterima secara resmi Pemerintah Indonesia pada 13 Februari 2014.

Penerbangan ke Jayapura tidak hanya pengalaman baru bagi T-50i, sekaligus misi pertama keluar dari Pulau Jawa. Sebelumnya kami melaksanakan misi hanya di Jawa seperti HUT TNI 5 Oktober 2013 di Jakarta, Latgab TNI Juni 2014 di Surabaya, flypast Prasetya Perwira Akademi TNI Juli 2014 di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta serta flypast HUT RI ke 69 di atas Istana Negara satu minggu sebelum berangkat ke Jayapura. Hal ini dapat dijadikan indikator kemampuan dan reliability bahwa T-50i dapat beroperasi ke seluruh wilayah Indonesia.

Perkasa D-14

Di layar monitor tertangkap dua titik mencurigakan yang bergerak memasuki wilayah Indonesia pada jarak 200 Nm dari arah timur laut Satuan Radar 242 Tanjung Warari, Biak. temuan tersebut kemudian dilaporkan kepada Pangkosekhanudnas IV yang segera memerintahkan untuk dilaksanakan pengamatan secara ketat dan penelusuran terhadap sasaran.

Penelusuran dilakukan ke Mabes TNI dan Kementrian Luar Negeri terkait Flight Clearance (FC) sasaran, yang ternyata tidak ada. Karena itu sasaran dinyatakan sebagai sasaran tidak dikenal (Lasa X). Pangkosek IV menaikkan tingkat kesiagaan menjadi Siaga 1 Waspada Merah dan Siap Tempur 1 serta memerintahkan Flight Sukhoi (tiga pesawat) scramble dari Lanud Manuhua, Biak untuk melaksanakan identifikasi secara visual, dilanjutkan pengusiran, pemaksaan mendarat ataupun melaksanakan penghancuran dengan dasar perintah komando atas apabila Lasa X menunjukkan sikap tidak bersahabat yang bisa membahayakan maupun mengancam pesawat kita sendiri.




Sumber : Angkasa

Menengok Megahnya Isi Kapal Perang KRI Makassar

SURABAYA-(IDB) : Saat HUT TNI ke-69 lalu di Markas Komando Armada Timur (Koarmatim) Dermaga Ujung Surabaya, Jawa Timur, puluhan wartawan diizinkan untuk bermalam di kapal perang milik TNI Angkatan Laut. Pewarta pun bisa menikmati indahnya pemandangan Selat Madura dari KRI Makassar-509.

Sekitar 80 orang wartawan dari Jakarta, termasuk 2 wartawan asing, diberikan keistimewaan saat meliput HUT TNI. Para wartawan, termasuk detikcom, difasilitasi menginap selama 2 malam di KRI Makassar.

Wartawan berada di KRI Makassar pada tanggal 3-4 Oktober 2014 dan 6-7 Oktober 2014. detikcom pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan mengelilingi kapal perang tersebut. Lalu apa saja isi dari KRI yang dikomandani oleh Letkol Setiyo Widodo itu?

KRI Makassar dibeli dari Korea Selatan pada tahun 2007 lalu. Tak hanya sekedar membeli, TNI AL mengirimkan prajuritnya ke Korsel saat KRI Makassar tengah dalam proses perakitan. Kapal yang saat ini sedang bersandar di Dermaga Ujung Surabaya itu memiliki 8 lantai.

KRI Makassar merupakan sebuah kapal Landing Platform Dock (LPD) dengan fungsi utama mengangkut pasukan serta seluruh perlengkapan dan kendaraan saat perang. "Geladak L (Lombok) paling bawah isinya mesin. (Di atasnya) geladak K (Kendal). Ada tank deck di situ yang bisa memuat 25 tank dan ranpur (kendaraan tempur)," ujar Letkol Setiyo di KRI Makassar, Senin (6/10/2014).



Di geladak K ini terdapat sebuah dock well sebagai tempat menyimpan kapal LCU (Landing Craft Utility). LCU ini merupakan kapal pendaratan serbaguna jika KRI Makassar tidak memungkinkan untuk merapat di sebuah daratan yang sulit terjangkau.

"LCU untuk pendaratan pasukan ke pulau-pulau kecil. Bawa rampur, tank, truk, personel. Di geladak setelahnya, geladak J (Jepara) isinya itu 8 barak pasukan," kata Setiyo.

Tepat di atas geladak J terdapat geladak H (Halong) yang dapat dibilang sebagai lantai dasar KRI. Jika penumpang naik melalui tangga dari luar kapal, maka geladak ini yang pertama kali ditemui.

Di geladak ini ada sebuah pos penjagaan prajurit dan car deck tempat memarkirkan mobil-mobil. Buritan kapal juga berada di geladak ini. Di tiap geladak yang memiliki barak, kamar mandi khas prajurit disediakan. Saat masuk ke dalam kamar mandi, ada sekat-sekat dengan masing-masing pancuran untuk prajurit mandi.

"Ada 2 barak pasukan juga dan buritan. Buritan untuk menempatkan tambatan-tambatan kapal. Ini adalah geladak parsial karena di sini tempat haluan yang merupakan tempat tambang tambatan kapal juga, ada rantai jangkar besar. Alat tambatnya namanya moring," ungkap Setiyo.

Dapur juga berada di bagian dek ini, ranpur dan 14 mobil bisa diparkirkan di sini. Selain itu, di geladak ini juga terdapat LCVP (landing craft vechicle person) yaitu kapal khusus untuk kendaraan personel. Ruang senjata juga berada di geladak H. Sayang saat detikcom meninjaunya senjata sedang tidak berada di ruangan tersebut.

"Senjata dan amunisi di tempat lain. Rahasia. Tidak boleh semua orang masuk. Di geladak ini juga ada komandemen, semacam ruang office, dan klinik kesehatan, hampir seperti RS kecil," Setiyo menuturkan. Saat detikcom sedang mengelilingi kapal, sejumlah prajurit jaga sedang bertugas mengecek kapal. Ronda malam dilakukan setiap hari tepat pukul 21.00 WIB.

"Ya dicek tali-talinya, bagus nggak tambatannya. Kalau lepas nanti kapal kan bisa lari. Ngecek dapur, ruangan senjata, amunisi juga," jelas seorang prajurit saat ronda malam, Senin (6/10/2014).

Naik ke atas geladak H adalah geladak G (Garut) yang terdapat 15 barak untuk pasukan. Tempat makan dan lounge room untuk prajurit. Di geladak ini area santai terpusat. Terdapat ruang semi outdoor yang dijadikan sebagai ruang olahraga sekaligus tempat untuk berkaraoke bagi pasukan.

Helipad juga berada di dek ini dan karena di area helipad merupakan ruang terbuka maka penumpang diperbolehkan untuk merokok di situ selama tetap menjaga kebersihan kapal.

"Di kapal ini ada 600 pasukan yang siap tempur," tegas Setiyo ketika berbincang dengan detikcom di lokasi.

Kembali mengenai KRI Makassar, di atas geladak G adalah geladak Flores (F) yang diperuntukkan bagi para perwira dan pejabat kapal. Ada 20 kamar yang disediakan untuk perwira. Isi kamar pun bermacam-macam. Ada 1 kamar yang bisa diisi oleh 6 orang dengan 3 kasur tingkat.

Ada yang hanya berisi 1 kasur tingkat untuk 2 orang yang dilengkapi kamar mandi dalam. Juga ada kamar berisi 1 orang yang diperuntukkan bagi perwira tinggi. Di tiap-tiap kamar bagi perwira disediakan kursi santai dan meja kerja sekaligus lemari yang di dalamnya disediakan jaket pelampung.



Dari geladak ini, tepatnya di ruang smooking room, penumpang bisa melihat indahnya kerlap-kerlip lampu Jembatan Suramadu dari tempat KRI Makassar bersandar kini.

Di geladak ini pun terdapat lounge khusus untuk perwira dan tamu VIP. Lounge di sini lebih luas dan nyaman dibandingkan louge untuk prajurit. Selain berderet beberapa meja bundar yang dikelilingi oleh kursi-kursi untuk perwira makan, ada sofa khusus bagi tamu VIP.

TV besar layar datar dengan sound system canggih juga disediakan di lounge ini. Di bagian deck ini pula 2 kamar VIP berada. Kamar ini dipergunakan untuk Presiden atau pejabat jika menginap di KRI Makassar.

"Presiden SBY dan Ibu Ani tidur di kamar VIP ini waktu Latgab TNI dan Sail Raja Ampat lalu," cerita Setiyo mengenai kamar berukuran 5x10 meter itu.

Berbeda dengan kapal pesiar, kamar VIP di kapal perang ini terlihat lebih sederhana. Memang ada 2 ruangan di dalamnya, yakni ruang tamu dan ruang tidur. Ruang tamu berisi sofa-sofa dan meja bewarna cokelat, meja kerja, dan kulkas.

 Kamar mandi yang berada di bagian ruang tamu juga tak bisa dibilang istimewa. Meski kecil dan tanpa bath-up, kamar mandi terlihat cukup nyaman. masuk ke dalam ruang tidur, kasur single disediakan di kamar VIP ini.

Sisanya adalah hanya lemari, bangku, kaca, dan meja rias kecil. Di dekat kamar VIP ini terdapat sebuah pintu khusus untuk tempat masuk atau keluar bagi Presiden dengan karpet merah di lantai tangganya.

"(Kamar VIP) ini tidak hanya untuk Presiden. Bisa untuk pejabat lain, Panglima atau kepala staf TNI. Tapi dikhususkan untuk Presiden," tukas Setiyo. Berlanjut ke di atas Flores ada Deck E (Ende) yang merupakan tempat pengawas kapal. Selain terdapat anjungan tempat operasional kapal, di geladak ini lah life craft ditempatkan.

Life craft merupakan tempat penyimpanan 20 sekoci penolong yang berada di bagian sayap kanan dan kiri kapal. Selain itu ruang amunisi dan pusat informasi tempur juga berada di geladak ini. Selain sekoci, terdapat suplai makanan bagi prajurit di dalam life craft jika sesuatu hal buruk terjadi.

Geladak paling atas adalah Deck D (Demak) yang merupakan geladak isyarat, di mana merupakan tempat orang-orang berkomunikasi dengan isyarat di lautan. Selain ada lampu-lampu, tanda isyarat, dan bendera-bendera, persenjataan pun berada di geladak ini.
 


"Senjata Orlicon 20mm (senjata konvensional), Mistral, (meriam) kaliber 57 (di sisi) haluan," ungkap Setiyo menjelaskan tentang senjata yang ada di KRI Makassar.

KRI Makassar juga dilengkapi ruang CIC untuk sistem kendali senjata (fire control system) serta sebagai alat komunikasi dengan kapal-kapal jenis kombatan lain untuk melindungi pendaratan pasukan dan ranpur serta pengendalian pendaratan helikopter.

Tak heran helipad tersedia di kapal perang tersebut. KRI Makassar ini juga difungsikan untuk operasi kemanusiaan serta penanggulangan bencana alam, dan Kapal Rumah Sakit.

"Waktu bencana gempa padang, bencana di Sorong, ke Philipina waktu bencana badai," tutup Setiyo.

Tak semua orang bisa masuk ke kapal perang AL ini. Melihat kekuatan alutsista TNI membuat masyarakat mempercayakan keamanan bangsa dan negara di tangan handal para prajurit. Dirgahayu TNI, jaya lah selalu.



Sumber : Detik

Jokowi Disebut Sudah Siap Beli 3 "Drone" Dari Amerika

JAKARTA-(IDB) : Presiden terpilih Joko Widodo dinilai telah memahami konsep pertahanan negara kuat yang harus diterapkan di negara maritim seperti Indonesia ini. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk melindungi wilayah laut dan udara Indonesia ialah dengan memiliki pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle-UAV) atau drone.

"Generasi perang mendatang dibutuhkan integrated power, beliau (Jokowi) sudah paham soal perlunya powerful defence," kata pengamat militer dan pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie, saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia: Dari Negara Kepulauan Menuju Negara Maritim di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Kamis (9/10/2014).

Connie mengaku, beberapa waktu lalu, ia sempat berbincang dengan Jokowi soal rencana pembelian pesawat drone tersebut. Kepada dirinya, Jokowi mengaku hendak membeli tiga unit drone sejenis Global Hawk, yang dibuat Amerika Serikat.

Ia menuturkan, harga satu unit drone tersebut terbilang cukup fantastis, mencapai Rp 4,3 triliun. Karena itu, dibutuhkan anggaran sebesar Rp 12 triliun sampai Rp 13 triliun untuk membeli ketiga drone tersebut.

"Harga itu tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh karena bisa melindungi potensi kerugian Rp 300 triliun atas aksi pencurian ikan dan sumber daya alam yang terjadi di negara kita," kata Connie menirukan pernyataan Jokowi.



Sumber : Kompas

Pembangunan Industri Propelan Dalam Negeri

Ground Breaking Pembangunan Industri Propelan 

SUBANG-(IDB) : Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat menghadiri peletakan batu pertama atau "ground breaking" pembangunan industri propelan di Subang, Jawa Barat, guna mewujudkan kemandirian bangsa khususnya untuk penguasaan kemampuan di bidang industri alat utama sistem pertahanan (alutsista).

Pembangunan industri propelan tersebut merupakan salah satu hubungan bisnis antara Indonesia dengan Perancis, dalam hal ini Roxel dan Eurenco.

"Semoga hubungan dua negara yang diwujudkan dalam kerjasama bidang industri alutsista ini semakin meningkat di masa mendatang," kata Mohamad S Hidayat saat memberikan sambutan pada acara tersebut berdasarkan siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.

Dalam kerja sama ini, Eurenco bertindak sebagai perusahaan yang mengembangkan, memproduksi dan menyediakan aneka ragam bahan energetik untuk pertahanan dan pasar komersial.

Sementara itu, Roxel France sebagai perusahaan yang memiliki keahlian dalam bidang desain, pengembangan, produksi serta pemasaran motor roket dan peralatan terkait hardware dan perangkat ledak.

Sedangkan PT. Dahana (Persero), sebagai perusahaan milik negara yang bergerak di bidang industri bahan peledak, bersama dengan Eurenco serta Roxel berkomitmen untuk saling membantu dan mendukung Pemerintah RI dalam mempersiapkan pabrik propelan dan spherical powders di Indonesia.

Produk yang dihasilkan nantinya akan diserap oleh industri pertahanan dalam negeri, karena produk tersebut merupakan bahan baku pembuatan peluru, roket, peluru kendali (missile), serta propelan untuk amunisi kaliber kecil, menengah dan besar. Diharapkan, berdirinya pabrik propelan ini dapat memenuhi kebutuhan propelan di Indonesia dengan kemampuan produksi nitrogliserin sebanyak 200 ton per tahun, spherical powder (propelan double base untuk MKK) sebanyak 400 ton per tahun, propelan double base roket sebanyak 80 ton per tahun dan propelan komposit sebanyak 200 ton per tahun.

Pada acara yang juga dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Kedubes Perancis, dan Direksi PT. Dahana (Persero) tersebut, Menperin mengatakan, gagasan untuk mendirikan pabrik propelan di dalam negeri sudah cukup lama.

Oleh karena itu, lanjutnya, penelitian dan pengembangan terus dilakukan, karena untuk memproduksi propelan memerlukan teknologi yang cukup sulit, ditambah sulitnya mendapatkan bahan baku utama, seperti nitrogliserin.

“Apabila ditinjau dari aspek ekonomi dan bisnis, pembuatan pabrik propelan ini membutuhkan investasi yang cukup besar dan tidak pada skala ekonomis sehingga tidak layak secara financial, sehingga tidak memungkinkan apabila pabrik ini didirikan oleh industri," kata Menperin.

Namun, lanjutnya, ada beberapa aspek lainnya yang tidak kalah penting yang dapat memungkinkan didirikan pabrik propelan, salah satunya adalah aspek penguasaan teknologi, yang dinilai penting dalam pengembangan industri nasional. 


Pembangunan Industri Propelan Tegaskan Eksistensi NKRI 

"Ancaman ini dapat berupa ancaman konvesional dan non-konvensional. Untuk mengantisipasi adanya potensi ancaman tersebut, diperlukan kemandirian kemampuan terutama dalam hal Hankamnas dan penyediaan Alutsista,"
 

Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat mengatakan pembangunan industri propelan di dalam negeri mampu menegaskan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar, yang harus dapat mempertahankan dari ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

"Ancaman ini dapat berupa ancaman konvesional dan non-konvensional. Untuk mengantisipasi adanya potensi ancaman tersebut, diperlukan kemandirian kemampuan terutama dalam hal Hankamnas dan penyediaan Alutsista," kata Menperin Mohamad S Hidayat melalui siaran pers di Jakarta, Jumat.

Menperin mengatakan, dalam menghadapi situasi global yang semakin tidak menentu, stabilitas nasional menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Oleh karena itu, lanjutnya, memantapkan stabilitas nasional dibutuhkan dukungan berbagai pihak, tidak hanya dari TNI semata, tetapi juga dari Industri Pertahanan dalam negeri.

Menurut Menperin, pendirian pabrik propelan di Subang, Jawa Barat, ini dalam jangka pendek bertujuan untuk memproduksi propelan amunisi dan roket serta dapat menghemat devisa karena selama ini kebutuhan propelan Indonesia diimpor dari luar negeri.

Sedangkan dalam jangka panjang, pabrik ini bertujuan untuk diversifikasi produk propelan dan penetrasi pasar regional, sehingga dengan adanya pabrik ini diharapkan dapat tercipta kemandirian propelan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan kepada pihak asing.

Selain itu, tambahnya, pendirian pabrik propelan di dalam negeri juga diharapkan mampu mendukung kebutuhan operasi baik kuantitas maupun kualitas, seperti kegiatan komando pendidikan, bekal persediaan di seluruh Kodam, serta bekal pertahanan di tempat-tempat maupun instalasi strategis dan latihan rutin untuk pasukan.



Sumber : Antara