LAMPUNG-(IDB) : KRI Teluk Bintuni 520 absen dalam parade alutsista yang menjadi bagian perayaan HUT TNI ke-69 secara nasional di Surabaya kemarin, Selasa, 7 Oktober 2014. Hal ini diungkapkan Direktur Utama PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung A Harryadi P (40) dan Ketua Satuan Tugas (Satgas) TNI AL Kolonel Laut (P) M Setiadiono Rianto kepada Saibumi.com.
“Iya, memang KRI Teluk Bintuni tidak ikut karena masalah teknis. Maklum kapal baru dan memang belum sempurna operasional mesinnya walau sudah memakai tenaga langsung dari Korea. Itu yang menyebabkan tidak cukup waktu KRI Teluk Bintuni untuk berlayar ke Surabaya dan telah dilaporkan pada 2 Oktober lalu ke Kementerian Pertahanan,” kata Setadiono kepada Saibumi.com.
Sementara, Direktur Utama PT DRU Lampung A Harryadi P (40) menjelaskan masalah teknis tidak berangkatnya KRI Teluk Bintuni 520. "Iya, Bintuni tidak jadi ikut ke Surabaya. Saat Bintuni siap, waktu berlayarnya tidak cukup. Dari Rabu sudah persiapan buat berlayar. Sabtu sudah coba untuk berlayar, tapi belum sesuai harapan. Karena berhubung mesin utamanya ini canggih, serba elektronik, all computerized, jadi kita menunggu settingan install dari pembuat mesinnya. Karena Bintuni pakai mesin yang tidak biasanya. Kalau pakai mesin yang biasa seperti kapal perang lain mungkin waktunya tidak selama ini," kata Harry. PT DRU Lampung mendatangkan langsung dua orang teknisi mesin kapal yang asalnya dari Korea Selatan dilakukan untuk "mengawal" langsung masalah mesin tersebut.
"Tapi in the end, saat Bintuni dinyatakan sudah siap, ternyata waktu tidak cukup. Begitu Minggu kita laporkan ke Jakarta kapal siap berangkat waktunya tidak memungkinkan untuk tiba ontime di Surabaya," katanya lagi. Kapal perang biasa butuhkan waktu minimal 2×24 jam menuju Surabaya dari Lampung. "Bintuni ini kapal perang yang cepat karena kekuatan mesinnya. Untuk ke Surabaya, Bintuni hanya butuh 34 jam," ujarnya lagi.
Lebih lanjutnya, proses trial dock sudah dicoba dilakukan sejak Sabtu (4 Oktober 2014). “Coba mooring trial (kapal dicoba maju mundur) dan berhasil. Besoknya dicoba dock trial dengan tahapan test untuk mesin, yang awalnya memang kurang sempurna tapi kami mengetahui penyakitnya dan bisa memperbaikinya. Bukan hanya mesin yang harus disempurnakan, tetapi juga sistem lainnya diuji coba karena saling berkaitan. Uji coba kontrol kapal dari ruang mesin dan anjungan berhasil dilakukan. Antisipasinya banyak karena kapal mau long trip dan harus siap dengan kemungkinan yang buruk termasuk kalau tiba-tiba mogok dit engah laut,” bebernya.
Semua proses percobaan berlayar dilakukan oleh kru PT DRU Lampung sendiri. “Minus Satgas dan ABK asli karena kapal ini statusnya masih milik PT DRU. Kami juga harus lakukan berbagai tahap penyempurnaan. Jadi, sebenarnya pada waktu kapal dinyatakan sudah siap untuk berangkat tapi waktunya sangat riskan hingga akhirnya memutuskan untuk tidak memberangkatkan Bintuni ke Surabaya,” pungkasnya.
Sebelumnya, KRI Teluk Bintuni 520 yang dibuat di Lampung dijadwalkan untuk mengikuti parade sistem persenjataan yang dimiliki Indonesia saat HUT TNI di Surabaya. Saat Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan nama KRI Teluk Bintuni 520 di Lampung pertengahan September lalu, Purnomo menyebutkan bahwa kapal jenis Landing Shift Tank ini akan menjadi maskot kapal perang produksi dalam negeri.
Faktor Keselamatan Membuat KRI Teluk Bintuni 520 Tidak Berlayar
Faktor keselamatan (safety), yang membuat KRI Teluk Bintuni 520 tidak diberangkatkan ke Surabaya untuk menjadi peserta parade sistem persenjataan TNI sebagai rangkaian HUT TNI ke-69 di Surabaya, Selasa 7 Oktober 2014. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung Albertus Harryadi Prananto (40) pada Saibumi.com saat ditemui langsung diruang kerjanya.
“Tanggung jawab moral untuk mengutamakan faktor keselamatan (safety) dari 135 orang yang akan mengoperasionalkan kapal ke Surabaya. Selain itu juga mengutamakan keselamatan kapalnya yang masih dalam tanggung jawab besar dari PT DRU jangan sampai terjadi sesuatu,” katanya.
Berdasarkan MoU dengan pihak pemesan yakni Kementerian Pertahanan, PT DRU Lampung mempunyai waktu hingga akhir tahun untuk menyelesaikan pembangunan KRI Teluk Bintuni 520 hingga sempurna sebelum diserahterimakan. “Permintaan dari pihak Kemenhan dan Kepresidenan kami penuhi sebaik mungkin. Sudah all out semua bagian PT DRU dalam mengambil keputusan dan tindakan mempercepat pembangunan kapal. Faktor safety baik dari segi manusia dan kapalnya, terutama dibagian mesin yang akhirnya tidak memberangkatkan KRI Teluk Bintuni 520,” jelas Harryadi.
Walaupun tidak jadi tampil di Surabaya, menurut Harryadi, kapal perang jenis Landing Shift Tank terbesar ini tetap menjadi kebanggaan Provinsi Lampung. "Tetap jadi kebanggaan karena pertama kali dibuat oleh galangan swasta untuk ukuran kapal perang Angkatan Laut. Mudah-mudahan selanjutnya kita dapat kesempatan lagi dari Angkatan Laut. Semoga AT-4 (Angkut Tank - 4) bisa dikerjakan disini lagi,” harapnya.
“Kalau masyarakat ada yang kecewa karena tidak jadi tampil (KRI Teluk Bintuni 520) kami mohon maaf. Kami sudah do the best that we can do karena dibalik itu semua, saya pribadi harus memperhatikan, mengutamakan, memikirkan keselamatan orang dan kapal selama sailing ke Surabaya,” tegasnya.
Sebelumnya, KRI Teluk Bintuni 520 telah dijadwalkan menjadi maskot dalam parade HUT TNI ke-69 di Surabaya. Kapal perang ini sedianya menjadi perwakilan kapal perang dari pemerintah Indonesia yang menerapkan program pembuatan sendiri alutsista. Dimulai dengan menggandeng pihak swasta nasional yang dikerjakan oleh PT DRU Lampung.
“Iya, memang KRI Teluk Bintuni tidak ikut karena masalah teknis. Maklum kapal baru dan memang belum sempurna operasional mesinnya walau sudah memakai tenaga langsung dari Korea. Itu yang menyebabkan tidak cukup waktu KRI Teluk Bintuni untuk berlayar ke Surabaya dan telah dilaporkan pada 2 Oktober lalu ke Kementerian Pertahanan,” kata Setadiono kepada Saibumi.com.
Sementara, Direktur Utama PT DRU Lampung A Harryadi P (40) menjelaskan masalah teknis tidak berangkatnya KRI Teluk Bintuni 520. "Iya, Bintuni tidak jadi ikut ke Surabaya. Saat Bintuni siap, waktu berlayarnya tidak cukup. Dari Rabu sudah persiapan buat berlayar. Sabtu sudah coba untuk berlayar, tapi belum sesuai harapan. Karena berhubung mesin utamanya ini canggih, serba elektronik, all computerized, jadi kita menunggu settingan install dari pembuat mesinnya. Karena Bintuni pakai mesin yang tidak biasanya. Kalau pakai mesin yang biasa seperti kapal perang lain mungkin waktunya tidak selama ini," kata Harry. PT DRU Lampung mendatangkan langsung dua orang teknisi mesin kapal yang asalnya dari Korea Selatan dilakukan untuk "mengawal" langsung masalah mesin tersebut.
"Tapi in the end, saat Bintuni dinyatakan sudah siap, ternyata waktu tidak cukup. Begitu Minggu kita laporkan ke Jakarta kapal siap berangkat waktunya tidak memungkinkan untuk tiba ontime di Surabaya," katanya lagi. Kapal perang biasa butuhkan waktu minimal 2×24 jam menuju Surabaya dari Lampung. "Bintuni ini kapal perang yang cepat karena kekuatan mesinnya. Untuk ke Surabaya, Bintuni hanya butuh 34 jam," ujarnya lagi.
Lebih lanjutnya, proses trial dock sudah dicoba dilakukan sejak Sabtu (4 Oktober 2014). “Coba mooring trial (kapal dicoba maju mundur) dan berhasil. Besoknya dicoba dock trial dengan tahapan test untuk mesin, yang awalnya memang kurang sempurna tapi kami mengetahui penyakitnya dan bisa memperbaikinya. Bukan hanya mesin yang harus disempurnakan, tetapi juga sistem lainnya diuji coba karena saling berkaitan. Uji coba kontrol kapal dari ruang mesin dan anjungan berhasil dilakukan. Antisipasinya banyak karena kapal mau long trip dan harus siap dengan kemungkinan yang buruk termasuk kalau tiba-tiba mogok dit engah laut,” bebernya.
Semua proses percobaan berlayar dilakukan oleh kru PT DRU Lampung sendiri. “Minus Satgas dan ABK asli karena kapal ini statusnya masih milik PT DRU. Kami juga harus lakukan berbagai tahap penyempurnaan. Jadi, sebenarnya pada waktu kapal dinyatakan sudah siap untuk berangkat tapi waktunya sangat riskan hingga akhirnya memutuskan untuk tidak memberangkatkan Bintuni ke Surabaya,” pungkasnya.
Sebelumnya, KRI Teluk Bintuni 520 yang dibuat di Lampung dijadwalkan untuk mengikuti parade sistem persenjataan yang dimiliki Indonesia saat HUT TNI di Surabaya. Saat Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan nama KRI Teluk Bintuni 520 di Lampung pertengahan September lalu, Purnomo menyebutkan bahwa kapal jenis Landing Shift Tank ini akan menjadi maskot kapal perang produksi dalam negeri.
Faktor Keselamatan Membuat KRI Teluk Bintuni 520 Tidak Berlayar
Faktor keselamatan (safety), yang membuat KRI Teluk Bintuni 520 tidak diberangkatkan ke Surabaya untuk menjadi peserta parade sistem persenjataan TNI sebagai rangkaian HUT TNI ke-69 di Surabaya, Selasa 7 Oktober 2014. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung Albertus Harryadi Prananto (40) pada Saibumi.com saat ditemui langsung diruang kerjanya.
“Tanggung jawab moral untuk mengutamakan faktor keselamatan (safety) dari 135 orang yang akan mengoperasionalkan kapal ke Surabaya. Selain itu juga mengutamakan keselamatan kapalnya yang masih dalam tanggung jawab besar dari PT DRU jangan sampai terjadi sesuatu,” katanya.
Berdasarkan MoU dengan pihak pemesan yakni Kementerian Pertahanan, PT DRU Lampung mempunyai waktu hingga akhir tahun untuk menyelesaikan pembangunan KRI Teluk Bintuni 520 hingga sempurna sebelum diserahterimakan. “Permintaan dari pihak Kemenhan dan Kepresidenan kami penuhi sebaik mungkin. Sudah all out semua bagian PT DRU dalam mengambil keputusan dan tindakan mempercepat pembangunan kapal. Faktor safety baik dari segi manusia dan kapalnya, terutama dibagian mesin yang akhirnya tidak memberangkatkan KRI Teluk Bintuni 520,” jelas Harryadi.
Walaupun tidak jadi tampil di Surabaya, menurut Harryadi, kapal perang jenis Landing Shift Tank terbesar ini tetap menjadi kebanggaan Provinsi Lampung. "Tetap jadi kebanggaan karena pertama kali dibuat oleh galangan swasta untuk ukuran kapal perang Angkatan Laut. Mudah-mudahan selanjutnya kita dapat kesempatan lagi dari Angkatan Laut. Semoga AT-4 (Angkut Tank - 4) bisa dikerjakan disini lagi,” harapnya.
“Kalau masyarakat ada yang kecewa karena tidak jadi tampil (KRI Teluk Bintuni 520) kami mohon maaf. Kami sudah do the best that we can do karena dibalik itu semua, saya pribadi harus memperhatikan, mengutamakan, memikirkan keselamatan orang dan kapal selama sailing ke Surabaya,” tegasnya.
Sebelumnya, KRI Teluk Bintuni 520 telah dijadwalkan menjadi maskot dalam parade HUT TNI ke-69 di Surabaya. Kapal perang ini sedianya menjadi perwakilan kapal perang dari pemerintah Indonesia yang menerapkan program pembuatan sendiri alutsista. Dimulai dengan menggandeng pihak swasta nasional yang dikerjakan oleh PT DRU Lampung.
Sumber : Saibumi