Pages

Sabtu, September 27, 2014

Menhan Resmikan 5 Kapal Perang

1 Kapal PC-43 dan 4 Kapal KCR-40 Buatan Dalam Negeri Perkuat Alutsista TNI AL

BATAM-(IDB) : Lima kapal perang yang terdiri dari satu unit kapal perang jenis Patroli Cepat (PC)-43 dan empat unit kapal perang jenis Kapal Cepat Rudal (KCR)-40 produksi galangan kapal dalam negeri secara resmi memperkuat Alutsista di jajaran TNI AL.

Kelima kapal perang tersebut masing-masing satu unit Kapal PC-43 KRI Sidat-851 dan satu unit KCR)-40 KRI Terapang-648 diproduksi oleh PT. Citra Shipyars, Batam, sedangkan tiga unit KCR-40 lainnya KRI Surik-645, KRI Siwar-646 dan KRI Parang-647 diproduksi oleh PT. Palindo Marine Shipyard, Batam.

Peresmian dilakukan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sekaligus pelantikan dan pengukuhan Komandan Kapal KRI Sidat-851, KRI Surik-645, KRI Siwar-646, KRI Parang-647 dan KRI Terapang-648, Sabtu (27/9) di Dermaga Batu Ampar, Batam. Hadir dalam acara peresmian Kasal, Dirut PT. Citra Shipyars dan Dirut PT. Palindo Marine Shipyard dan beberapa pejabat di jajaran Kemhan dan TNI AL. 

Menhan dalam sambutannya mengatakan, pembangunan satu unit PC-43 dan empat unit KCR-40 sebagai kapal anti permukaan untuk menambah kekuatan pertahanan khususnya di jajaran TNI AL dalam rangka mendukung tugas-tugasnya baik dalam operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain perang.

1 unit kapal PC-43 dan 1 unit KCR-40 meter merupakan dua unit kapal milik TNI AL yang dibangun di PT Citra Shipyard, Batam yang akan memperkuat jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim). Sedangkan 3 unit kapal KCR -40 meter merupakan kapal TNIAL yang kelima sama dengan yang ketujuh yang dibangun oleh PT. Palindo Marine Shipyard ditetapkan untuk memperkuat jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar).

Pembangunan kapal perang tersebut diharapkan memenuhi kriteria dasar yaitu memiliki kecepatan tinggi dapat bermanufer cepat, dapat melaksanakan operasi litoral yang dilengkapi dengan senjata strategis.

Menurut Menhan, dengan telah diresmikannya kelima kapal perang produksi dalam negeri ini juga menunjukan bahwa galangan kapal dalam negeri PT. Palindo Marine Shipyard dan PT Citra Shipyard, Batam telah dapat memberikan bukti nyata bahwa galangan kapal dalam negeri memiliki kemampuan membangun kapal perang yang berkualitas.

Mengakhiri sambutannya, Menhan atas nama Kemhan meyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada Dirut dan Pimpinan PT. Palindo Marine Shipyard dan PT Citra Shipyard, Batam atas kerjasamanya dalam membangun Alutsista TNI AL.

Kapal Patroli Cepat (PC)-43

Kapal PC-43 KRI Sidat-851 yang dibuat oleh PT Citra Shipyard memiliki spesifikasi panjang 44.90 meter, lebar 7,8 meter, bobot 230 ton, dengan kecepatan maksimal 24 knot, kecepatan jelajah 17 knot, dan kecepatan ekonomis 15 knot.

Dilengkapi dengan satu sekoci Rigid Hull Inflatable Boat (RHIB), dengan penggerak outboard engine 75 PK. Selain itu, kapal ini memiliki ketahanan (endurance) dalam kemampuan berlayar selama empat hari.Kapal ini dipersenjatai dengan Senapan Mesin Berat kaliber 12,7mm yang ditempatkan pada buritan kapal. Kapal PC-43 juga dilengkapi dengan perangkat navigasi serta radar yang canggih.

Kapal Cepat Rudal (KCR)-40

Kapal perang jenis KCR-40 yakni KRI Surik-645, KRI Siwar-646, KRI Parang-647 yang dibuat oleh PT. Palindo Marine Shipyard memiliki spesifikasi panjang 45.60 meter, lebar 7.4 meter. Kapal ini menggunakan 3 unit mesin diesel berkekuatan masing masing 1800HP sehingga mampu mencapai kecepatan maksimum 27 knots. Kapal ini nantinya akan dilengkapi meriam anti serangan udara dan sepasang rudal surface to surface yang memiliki jangkauan tembak sampai 100 km.

Sedangkan KRI Terapang-648 yang dibuat oleh PT Citra Shipyard memiliki panjang 44.90 meter dan lebar 7.8 meter. tidak berbeda dengan KCR-40 produksi PT Palindo Marine Shipyard, KRI Terapang-648 juga menggunakan 3 unit mesin diesel berkekuatan masing masing 1800HP sehingga mampu mencapai kecepatan maksimum 27 knots. 

Bahan-bahan pembuatan kapal perang KCR-40 ini sebagian besar juga diproduksi perusahaan dalam negeri. Lambung kapal terbuat dari baja khusus bernama High Tensile Steel produksi PT. Krakatau Steel.

Dengan penambahan empat KCR-40 tersebut, maka saat ini jajaran Alutsista TNI AL telah diperkuat dengan delapan kapal perang jenis KCR-40 produksi industri dalam negeri. Sebelumnya, empat kapal perang dengan jenis KCR-40 yakni KRI Clurit 641, KRI Kujang 642, KRI Beladau 643 dan KRI Alamang-644 telah sukses dibuat oleh PT. Palindo Marine Shipyard.

Kapal-kapal perang hasil buatan dalam negeri dan karya anak bangsa tersebut rencananya akan ikut tampil memeriahkan parade pada peringatan HUT TNI tanggal 7 Oktober mendatang, di Surabaya.



Sumber : DMC

Peresmian KRI Bintuni 520 Oleh Menhan

LAMPUNG-(IDB) : Satu Unit Kapal jenis Landing Ship Tank (LST) atau Kapal Angkut Tank yang dibuat oleh galangan kapal dalam negeri, PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung secara resmi menambah kekuatan Alutsista di jajaran TNI Angkatan Laut. Kapal yang diberi nama KRI Teluk Bintuni dengan nomor lambung 520, diresmikan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Sabtu (27/9) di Galangan Kapal PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung.

KRI Teluk Bintuni-520 merupakan kapal Angkut Tank yang ke 3 pesanan Kementerian Pertahanan untuk menambah kemampuan pertahanan khususnya kemampuan Alutsista TNI AL dalam rangka modernisasi peralatan militer TNI pada rencana strategis 2010-2014.

Menhan mengatakan, pemerintah telah mencanangkan pemenuhan kebutuhan kapal angkut tank untuk mendukung pelaksanaan operasi militer perang maupun operasi militer selain perang dalam rangka menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI. Kapal angkut tank ini nantinya diproyeksikan untuk memperkuat Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) TNI AL.


Peresmian ini juga menjadi bukti satu langkah maju kebangkitan industri pertahanan dalam negeri. Galangan kapal milik Indonesia terutama swasta telah terbukti mampu membuat kapal perang untuk memenuhi kebutuhan Alutsista TNI AL, sehingga dapat mengurangi ketergantungan dari luar negeri.

"Pembangunan kapal angkut tank yang dilaksanakan oleh PT Daya Radar Utama ini merupakan salah satu bentuk pembinaan pemerintah terhadap kemampuan industri dalam negeri sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan kepada negara lain daam pengadaan Alutsista di masa mendatang", jelas Menhan.


Menhan mewakili Kementerian Pertahanan menyampaikan apresiasi dan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada Dirut PT Daya Radar Utama atas kerjasama yang baik dalam pembangunan 1 unit kapal agkut tank ini dan diharapkan kerjasama yang telah terbangun akan semakin baik dan meningkat di masa mendatang.


Sementara itu, Dirut PT Daya Radar Utama Amir Gunawan mengatakan keberhasilan Indonesia dalam membangun kapal LST pada galangan nasional menunjukan bahwa industri kapal di Indonesia memiliki kemampuan sumber daya manusia, kapasitas fasilitas dan teknologi .


Bagi PT Daya Radar Utama, menurutnya keberhasilan ini adalah sesuatu yang sangat membanggakan sehingga pihaknya berharap kepada Pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI AL dapat  tetap dan terus memberikan kepercayaan kepada PT Daya Radar Utama untuk terus berpartisipasi dalam membangun Alutsista yang dibutuhkan bagi sistem pertahanan nasional, sehingga PT Daya Radar Utama dapat terus turut andil untuk menunjang perkembangan ekonomi nasioanl dan khususnya untuk Provinsi Lampung.


Kapal LST KRI Teluk Bintuni-520


Kapal LST KRI Teluk Bintuni-520 yang mempunyai panjang 120 meter, lebar 18 meter, dengan tinggi 11 meter dirancang untuk mampu membawa MBT (Main Battle Tank) Leopard milik TNI AD. KRI Teluk Bintuni-520 mampu membawa 10 unit Tank MBT Leopard 2A4 milik TNI AD yang berbobot mencapai 62,5 ton. Selain itu, KRI Teluk Bintuni-520 masih bisa membawa 2 unit helikopter. Kecepatannya maksimal 16 knot, dengan main engine 2 x 3.285 kw yang ditenagai dua mesin.

Pada bulan Oktober mendatang, KRI Teluk Bintuni-520 dijadwalkan akan mengikuti parade Alutsista dihadapan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono saat Upacara Peringatan HUT TNI di Surabaya.



Sumber : Berita

Jelang HUT TNI, Panglima TNI Cek Kesiapan Pasukan


SURABAYA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko melaksanakan pengecekan prajurit TNI yang terlibat dalam demonstrasi yang akan ditampilkan pada peringatan HUT ke 69 TNI di dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya, Kamis (25/09/2014).
 
Dalam pengecekan tersebut, Panglima TNI didampingi Kepala Staf ANgkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio, Kasum TNI Laksdya TNI Ade Supandi, Pangarmatim Laksda TNi Sri Moh. Darojatim, Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) A. Faridz Washington selaku Ketua Tim Demonstrasi, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Eko Wiratmoko, Kasgartap III Surabaya Brigjen TNI (Mar) R. Gatot Suprapto, Danpasmar-1 Brigjen TNI (Mar) Kasirun Situmorang dan beberapa pejabat Teras TNI.
 
Sebelum melaksanakan kegiatan, para pengendali demonstrasi di briefing oleh Asops Dankormar Kolonel Marinir Hasanudin di Posko Pengendali Demonstrasi dengan tujuan untuk menyamakan persepsi sehingga kegiatan demonstrasi dapat berjalan dengan lancar.
 
Pada kesempatan tersebut Panglima TNI menyaksikan demonstrasi prajurit yang akan ditampilkan pada puncak peringatan HUT ke 69 TNI, 7 Oktober 2014. Demonstrasi yang ditampilkan diantaranya Serangan Udara Langsung (SUL) oleh tiga pesawat tempur TNI AU,  terjun static ke laut oleh prajurit Taifib, rubber duck oleh prajurit Denjaka, heli water jump, bantuan tembakan kapal, pembebasan sandera di kapal tanker, bela diri militer yang dilakukan 900 prajurit dari Tiga Matra, dan terjun payung accuracy. Selain itu ada juga demonstrasikan  jumping tank BMP-3F, operasi amfibi dan dua unit LVT-7 terjun ke laut.
 
Pada kesempatan tersebut Panglima TNI dan rombongan juga menyaksikan sailing pass kapal perang dan fly pass pesawat tempur yang dimiliki TNI.



Sumber : Kormar

Danlanal Kendari Menerima Kunjungan Kerja Tim Survei

KENDARI-(IDB) : Komandan Pangkalan  TNI Angkatan Laut  (Lanal) Kendari Kolonel Marinir Novarin Gunawan menerima kunjungan kerja Tim survey pembangunan dermaga Lanal Kendari dari TNI AL di Mako Lanal Kendari, Rabu (24/09/2014)

Tim TNI Angkatan Laut dalam kunjungan kerjanya di Kendari dalam rangka survei pemilihan lokasi rencana pembangunan dermaga Pangkalan TNI AL (Lanal) Kendari oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Pemprov Sultra) di wilayah Kendari sebagai pengganti dermaga Lanal  Kendari exesting dan melaksanakan koordinasi dengan Tim dari Pemprov Sultra. 

Kedatangan 9 orang personel dari Tim TNI AL dengan Ketua Tim Kolonel Laut (T) Ngatminto Paban V Faslan Slogal beranggotakan dari Dishidros, Spamal, Lantamal VI, Sopsal, Disfaslanal, Srenal dan Sops Koarmatim di Mako Lanal Kendari  diterima langsung Danlanal Kendari Kolonel Novarin Gunawan yang termasuk dalam  anggota Tim TNI AL. Sebelum melaksanakan survey lokasi Tim TNI AL melaksanakan rapat koordinasi dengan Tim Survei dari Pemprov Sultra di ruang rapat Mako Lanal Kendari.

Selesai rapat Tim TNI AL dan Tim Pemprov Sultra yang didampingi Danlanal Kendari, Palaksa dan Perwira Staf serta anggota Lanal Kendari melaksanakan survei peninjauan lokasi di dermaga PERKEN Kendari, dermaga Bungkutoko, Jembatan Kuning Bungkutoko, dermaga Tanjung Tiram Moramo, dan dermaga  SAR serta dermaga PT. Dharma Samudera Fishing Industries (DSFI) Kendari. Selesai melaksanakan survei peninjauan lokasi langsung mengadakan rapat oleh Tim TNI AL dan malamnya pukul 19.00 Wit dilaksanakan rapat lagi dengan Tim Pemprov Sultra yang di hadiri Wakil Gubernur Sultra Brigjen TNI (Purn) H. M. Saleh Lasata dan dari Dinas Perhubungan Prov. Sultra.


Sumber : TNI AL

Mesir Memesan S-300VM Rusia

KAIRO-(IDB) : Mesir telah menandatangani perjanjian pembelian sistem pertahanan udara jarak jauh S-300VM dengan harga 500 juta USD dari Rusia, ungkap harian bisnis Rusia, Vedomosti pada 23 September, yang mengutip pejabat industri pertahanan Rusia dan sumber dari Rosoboronexport.


Laporan Vedomosti muncul setelah surat kabar Fontanka St Petersburg melansir pada 11 September bahwa pabrik yang berada di kota Kirov ini akan membangun 22 kendaraan yang digunakan untuk sistem S-300VM bagi pelanggan asing tak dikenal. Harian itu menerbitkan foto-foto yang menunjukkan salah satu kendaraan dicat dengan warna gurun, meskipun yang lain dicat hijau. GM-830 chassis hanya digunakan untuk membawa seri S-300V.


Alexander Fomin, kepala Badan Federal Rusia untuk Kerja Sama Teknik Militer, menyatakan belum ada kontrak final namun Kairo dan Moskow telah mencapai kesepakatan awal untuk kesepakatan 3.5 miliar alat pertahanan.


Meski Fomin tidak memberikan rincian dari kesepakatan itu, para pejabat Mesir sebelumnya mengatakan tertarik untuk mendapatkan alutsista dan pesawat dari Rusia. Militer Mesir telah mengoperasikan 2K12 Kub buatan Rusia/soviet, S-125 Pechora-2M, Buk-M1-2 dan sistem pertahanan udara Tor-M1, tetapi tidak memiliki sistem rudal pertahanan jarak jauh permukaan-ke-udara (SAM).


S-300VM yang juga dikenal sebagai Antey-2500, adalah versi ekspor dari keluarga sistem pertahanan udara yang dikembangkan secara paralel dengan seri S-300P. Sistem ini dapat menggunakan dua rudal yang berbeda, satu untuk mencegat rudal balistik jarak menengah, yang lainnya untuk mencegat pesawat tempur.


Produsen S-300VM mengatakan sistem pertahanan Almaz Antey, dapat menghancurkan semua jenis pesawat, termasuk pesawat yang memiliki radar cross section sangat rendah, rudal jelajah, dan rudal balistik dan taktis jarak menengah. S-300VM dapat menyergap hingga empat target sekaligus, untuk jangkauan maksimum 200 km dan ketinggian 25.000 m.

Namun, S-300VM belum dijual seperti halnya seri S-300P, yang mana hanya Venezuela yang diketahui telah menjadi pelanggan ekspor. 



Sumber : JKGR

Radar Rusia Akan Mengakhiri Era Pesawat Tempur Siluman?

MOSCOW-(IDB) : Seorang ahli militer Rusia telah menyatakan sesuatu yang tampaknya mengerikan bagi Amerika Serikat. Adalah Dr. Igor Sutyagin, yang mengklaim bahwa pesawat tempur dan pesawat pembom siluman tidak akan dapat terus tersembunyi seiring teknologi radar musuh yang semakin baik.
 

Militer Amerika telah menghabiskan banyak waktu, tenaga dan dana untuk mengembangkan pesawat-pesawat tempur siluman, dan hingga kini pun masih terus dilakukan. Dan apabila pesawat-pesawat siluman itu hanya akan kalah dari sistem pertahanan udara yang nilai investasinya jauh lebih murah, maka benar-benar sangat menyakitkan.
 

Jika pernyataan Sutyagin benar adanya, Amerika akan dihantui masalah besar. Sejak tahun 1970-an, sudah triliunan dolar yang telah Washington habiskan untuk merancang dan membangun pesawat-pesawat siluman seperti F-117, B-2, F-22, dan F-35 dan pesawat pembom baru yang saat ini masih dikembangkan yaitu Long-Range Strike Bomber (LRSB). Kerugian terbesarnya adalah Amerika Serikat akan kehilangan dominasi udaranya.
 

Argumen Sutyagin cukup sederhana. Menurutnya, platform siluman seperti F-35 memang menawarkan peningkatan kemampuan proyeksi kekuatan. Namun, kemampuan teoritis perangkat keras militer tidak selalu dapat diterjemahkan efektivitasnya di medan perang sesungguhnya.
 

Pernyataan Sutyagin ini muncul dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Royal United Services Institute, yang berjudul "Limits of Stealth" di mana Sutyagin menyatakan bahwa radar "low-band" atau "low-frequency" akan lebih cepat menemukan pesawat radar-evading (siluman).
 

Dalam artikelnya, Sutyagin mengakui bawah sensor semacam ini telah ada lebih dari 80 tahun. Tampaknya memang benar, karena berbagai laporan mengatakan bahwa pada tahun 1999 militer Serbia telah mengerahkan jenis peralatan ini untuk menembak jatuh pesawat pembom siluman F-117A Angkatan Udara AS. Baik sebelum kejadian penembakan F-117 oleh Serbia ataupun sesudahnya, para ahli pertahanan juga telah menyadari ancaman radar low-band ini.

Kutipan dari artikel Sutyagin: "Salah satu elemen yang paling penting dari ekspor pertahanan udara Rusia adalah sarana yang unik untuk mendeteksi pesawat musuh. Tidak seperti negara-negara Barat, Rusia terus mengembangkan teknologi radar low-band sejak tahun 1930-an dan telah mencapai hasil yang mengesankan." Sutyagin menambahkan: "Sistem deteksi pertahanan udara saat ini yang dipasarkan oleh produsen pertahanan Rusia merupakan penantang serius terhadap potensi kekuatan udara Barat saat ini dan di masa depan di berbagai belahan dunia."



Juga, menurut Sutyagin, jammer musuh tidak terlalu efektif dalam mengacaukannya dan rudal anti radiasi cenderung hanya menyerang sekitar radar bukan memukul radar itu sendiri. Banyak teknik SEAD (suppression of enemy air defences) canggih saat ini, namun belum ada yang cocok untuk menekan sistem pertahanan udara yang berbasis radar low-band.
 

Pendapat ini benar adanya. Radar low-band mampu mendeteksi benda-benda yang sangat kecil atau bagian-bagian kecil dari sebuah objek yang besar, misalnya mendeteksi suatu tonjolan pada airframe sebuah pesawat siluman. Para ahli penerbangan termasuk Bill Sweetman dari Aviation Week sangat mengkritik F-35 karena badan F-35 yang bergelombang (menonjol-nonjol), yang membuatnya lebih mudah untuk dideteksi.
 

Radar low-band dapat digunakan untuk memandu SAM (rudal permukaan ke udara) ke sekitar target siluman, dan selanjutnya SAM terbang sendiri untuk menemukan target dari aspek radar cross section mana yang lebih tinggi, seperti di bagian samping atau belakang, bukan terbang langsung ke target.


Baterai S-400
Baterai S-400 dengan radar 96L6

Sensitivitas unik radar low-band merupakan aset berharga bagi negara manapun yang berusaha mendeteksi pesawat siluman musuhnya. Tapi kenyataan selama ini menunjukkan bahwa operator radar low-band kurang dapat memaksimalkan keunggulan radar ini. Karena radar low-band sangat sensitif, operator banyak menemukan kesulitan jika pesawat tersebut sedang melewati awan, saat hujan atau karena gangguan lainnya yang cenderung bisa membuat kesalahan deteksi.


Itu masalahnya selama ini, dan Sutyagin juga mengakui bahwa untuk menggunakan radar low-band membutuhkan taktik pertahanan udara yang canggih dan rumit.  Tapi dalam artikelnya, Sutyagin juga menegaskan bahwa taktik radar low-band Rusia telah mengalami perbaikan yang signifikan. Dia menjelaskan bahwa komputer kuat Rusia saat ini sudah mampu memilah-milah antara target dan noise yang ditangkap oleh radar low-band.

 

Platform Siluman Menjadi Sia-Sia?
 

Pernyataan dari ahli militer Rusia ini bukanlah hal baru. Tapi kita juga tidak bisa berpendapat bahwa dengan radar yang lebih baik maka akan membuat pesawat tempur siluman menjadi usang. Kenyataannya cukup rumit.
 

Kemajuan teknologi senjata kontra siluman di seluruh dunia tentu akan membuat Amerika khawatir, tapi Amerika juga pasti sudah menyadari bahwa teknologi siluman tidak akan pernah mencapai kesempurnaan karena teknologi kontra siluman juga terus dikembangkan. Hari ini mungkin terlihat sempurna, besok sudah tidak lagi.
 

Setiap pesawat baru akan diperkenalkan dengan lingkungan tempur baru yang selalu berubah, termasuk untuk mengatasi sistem-sistem pertahanan udara canggih. Sejak penerbangan militer pertama kali, taktik tempur udara terus berubah seiring kemajuan teknologi. Baik Amerika dan Rusia menyadari hal ini.
 

Satu yang tampaknya tidak bisa diabaikan adalah 'Hukum Moore' yang menyatakan bahwa: "Kompleksitas sebuah mikroprosesor akan meningkat dua kali lipat tiap 18 bulan sekali". Hal ini memang terbukti dan cenderung lebih cepat akhir-akhir ini. Hubungannya dengan platform siluman dan sistem kontra siluman adalah fakta bahwa kedua teknologi canggih ini sangat tergantung dari keunggulan pemrosesan komputer dan terus saling unggul mengungguli satu sama lain.
 

Itulah sebabnya mengapa selain radar low-band, Moskow, Beijing dan Washington juga bereksperimen dengan sensor inframerah jarak jauh sebagai alternatif radar, dan mengembangkan jammer dan senjata hipersonik sebagai alternatif jika sulit menembus sistem pertahanan udara. Senjata-senjata hipersonik yang memiliki kecepatan tinggi dan jarak jauh ini akan sangat membantu ketika efektivitas fitur siluman sudah menurun. Sebuah pesawat terbang yang rentan pada sistem pertahanan udara tidak perlu terbang begitu dekat dengan radar musuh jika mereka bisa menyerang dari jarak jauh dengan senjata yang sangat sulit untuk dicegat.
 

Berarti fitur siluman akan menjadi sia-sia? Tentu saja tidak. Fitur siluman saat ini telah menjadi fitur standar bagi pesawat-pesawat tempur modern sebagaimana radio dan radar mereka. Pesawat-pesawat di masa depan akan tetap menggunakan fitur siluman meskipun fitur siluman tidak lagi memberikan keunggulan yang besar. Fitur siluman mungkin bukan lagi "obat yang mujarab", tetapi tidak memiliki fitur siluman, maka risiko kematian di udara semakin besar. Sebuah sensor canggih pasti masih akan lebih kesulitan mendeteksi pesawat siluman ketimbang pesawat biasa.



Sumber : Artileri

Kapal Selam Nuklir Super Rahasia Terbaru Rusia Segera Beroperasi

Severodvinsk, kapal selam nuklir multiguna kelas Yasen dari Proyek 885, mulai digunakan Angkatan Laut Rusia. Fitur kunci kapal selam Yasen, yang masih menjadi salah satu proyek paling rahasia dalam industri pertahanan Rusia, adalah universalitas yang sebelumnya tidak dimiliki oleh pendahulunya, baik kapal selam buatan Rusia maupun padanannya dari luar negeri.

MOSCOW-(IDB) : Kapal selam ini dirancang sejak masa Soviet, namun karena masalah ekonomi periode 1990-an proyek ini sempat diabaikan. Kapal selam yang selesai dirancang pada 1991 ini menandai era baru dalam pembangunan kapal selam Rusia. Tidak seperti di AS, yang sejak awal pembentukan armada kapal selam nuklirnya cenderung mengarah pada keseragaman, di Uni Soviet terdapat banyak varian kapal selam dalam berbagai proyek, yang sulit diseragamkan. Fungsi mereka sering kali tumpang tindih.

Perancangan yang tak seragam itu dihentikan saat kapal selam generasi keempat mulai dikembangkan pada 1977. Spesialisasi tempur medan sempit pun dikorbankan, artinya kapal selam nuklir baru harus sama dapat menyerang sasaran di bawah air maupun di permukaan dengan kualitas yang sama, serta mampu meluncurkan rudal jelajah ke arah sasaran di darat. Dengan kata lain, kapal selam ini harus bisa mengatasi segala jenis tantangan yang dihadapi armada kapal selam.

Untuk mewujudkan tujuan itu, perancang kapal selam Rusia menggunakan solusi teknis yang orisinil. Kapal selam kelas Yasen tidak menggunakan struktur lambung ganda seperti semua kapal selam Soviet saat itu, namun ia juga tidak menjadi kapal selam lambung tunggal seperti kapal selam AS. Dua lambung dapat menjamin keandalan dan daya apung kapal selam, sedangkan lambung tunggal berarti kapal selam akan beroperasi tanpa derau dan sulit dideteksi. Yasen berada di antara keduanya, memiliki arsitektur “satu setengah lambung”, dengan sebuah lambung ringan yang hanya menutupi sebagian lambung tekanan kapal selam. Fitur tradisional lain dari desain kapal selam Soviet yang tidak digunakan di kapal selam kelas Yasen adalah tabung torpedonya yang berada di haluan. Pada kapal selam Yasen, sistem sonar Irtysh ditempatkan di haluan, sehingga tidak ada ruang tersisa untuk torpedo. Tabung-torpedo terpasang di bagian tengah kapal selam, agak miring ke arah garis tengah. Jadi, Yasen meminjam konstruksi yang telah banyak digunakan di AS.


Granat Versus Tomahawk 

Presiden Rusia Dmitry Medvedev (tengah) di galangan kapal Sevmash, sesaat sebelum peluncuran seremonial kapal selam multiguna Severodvinsk, 15 Juni 2010.

Senjata utama kapal selam ini adalah rudal antikapal supersonik Oniks (Yakhont) 3M55 yang memiliki jangkauan hingga 350 kilometer. Peluncuran serentak 24 rudal tersebut dapat menjadi masalah serius bahkan bagi armada kapal pengangkut pesawat AS yang memiliki sistem pertahanan udara yang hebat.

Kapal selam kelas Yasen juga dilengkapi dengan Granat, rudal buatan Rusia yang sepadan dengan rudal Tomahawk AS. Rudal ini memiliki jangkauan tembak hingga 3.000 kilometer. Sama seperti Tomahawk, Granat dapat dipasangi hulu ledak nuklir. Selain itu, kapal selam baru ini memiliki rudal Kalibr 3M14, dengan jangkauan tembak lebih dari 500 kilomter, sehingga memungkinkan kapal selam Proyek 885 untuk melancarkan serangan besar-besaran berpresisi tinggi ke arah sasaran di darat.

Melalui tabung torpedonya, kapal selam ini dapat meluncurkan rudal antikapal Biryuza 3M54 dan rudal anti-kapal selam 91R, serta menjatuhkan ranjau. Sebagai bagian kapabilitas pertahanan diri, Severodvinsk memiliki perangkat khusus untuk menembak jatuh berbagai umpan dan mungkin sebuah sistem pertahanan antitorpedo aktif yang mampu menghancurkan torpedo musuh dengan senjata antitorpedo spesial berukuran kecil.

Sementara itu, dalam buku Cold War Submarines, analis maritim Amerika yang terkemuka Norman Polmar mengakhiri bab mengenai proyek kapal selam mutakhir AS dan Soviet dengan menyimpulkan bahwa kapal selam generasi keempat Soviet telah mencapai level yang sama, bahkan melampaui rival-rivalnya buatan AS.




Sumber : RBTH

KFX To Benefit From F-35 Offsets

SEOUL-(IDB) : In return for obtaining 40 Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighters, South Korea will receive technologies related to its long-planned KFX indigenous fighter programme.

Following Lockheed’s announcement on 24 September that Seoul was on the verge of signing an order for 40 F-35s, state news agencyYonhapquoted a spokesman from South Korea’s Defense Acquisition Program Administration (DAPA) as saying that the F-35 technologies will play a key role in KFX.

Under the F-35 deal – which will cover deliveries to run between 2018 and 2021 – Lockheed will transfer key fighter technologies from “17 sectors”, he says.

The DAPA spokesman adds that Seoul will build 120 KFX aircraft for deployment from 2025. South Korean officials indicate the fighter will be a twin-engined design that is more capable than advanced versions of the Lockheed F-16, but less capable than leading Western fighters such as the F-35.

Technology transfer was a major consideration in Seoul’s pursuit of a replacement for its McDonnell Douglas F-4 Phantoms and Northrop F-5s under its F-X III requirement, which was ultimately won by the F-35.

Industry sources say Lockheed, Boeing and Eurofighter all offered attractive technology transfer packages during the contest. Boeing offered an upgraded version of its F-15E, dubbed the Silent Eagle, while Eurofighter offered the Typhoon.

At last year’s Seoul lnternational Aerospace & Defense Exhibition, Korea Aerospace Industries, which will likely build the new jet, displayed two models of the KFX, both of which bore low-observable characteristics reminiscent of the F-35.

The aircraft will be developed with help from Indonesia, which is a 20% partner in the programme.

The F-X III requirement was originally for 60 aircraft, but Seoul pared this back to 40, apparently for pricing concerns. It is believed Seoul will eventually buy another 20 F-35s to meet its initial requirement.



Sumber :Fligthglobal

KFX To Benefit From F-35 Offsets

SEOUL-(IDB) : In return for obtaining 40 Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighters, South Korea will receive technologies related to its long-planned KFX indigenous fighter programme.

Following Lockheed’s announcement on 24 September that Seoul was on the verge of signing an order for 40 F-35s, state news agencyYonhapquoted a spokesman from South Korea’s Defense Acquisition Program Administration (DAPA) as saying that the F-35 technologies will play a key role in KFX.

Under the F-35 deal – which will cover deliveries to run between 2018 and 2021 – Lockheed will transfer key fighter technologies from “17 sectors”, he says.

The DAPA spokesman adds that Seoul will build 120 KFX aircraft for deployment from 2025. South Korean officials indicate the fighter will be a twin-engined design that is more capable than advanced versions of the Lockheed F-16, but less capable than leading Western fighters such as the F-35.

Technology transfer was a major consideration in Seoul’s pursuit of a replacement for its McDonnell Douglas F-4 Phantoms and Northrop F-5s under its F-X III requirement, which was ultimately won by the F-35.

Industry sources say Lockheed, Boeing and Eurofighter all offered attractive technology transfer packages during the contest. Boeing offered an upgraded version of its F-15E, dubbed the Silent Eagle, while Eurofighter offered the Typhoon.

At last year’s Seoul lnternational Aerospace & Defense Exhibition, Korea Aerospace Industries, which will likely build the new jet, displayed two models of the KFX, both of which bore low-observable characteristics reminiscent of the F-35.

The aircraft will be developed with help from Indonesia, which is a 20% partner in the programme.

The F-X III requirement was originally for 60 aircraft, but Seoul pared this back to 40, apparently for pricing concerns. It is believed Seoul will eventually buy another 20 F-35s to meet its initial requirement.



Sumber :Fligthglobal