Pages

Jumat, September 12, 2014

318 Prajurit Arhanudse-15 Digembleng Taktik Tempur

SEMARANG-(IDB) : Sebanyak 318 prajurit Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang (Arhanudse) 15 Kodam IV/Diponegoro terlibat dalam latihan Uji Siap Tempur (UST) Tingkat Baterai Tahun 2014, Jumat (12/9/2014).

Latihan dilakukan di kawasan Lanumad A Yani dan sekitarnya. Mereka digembleng oleh 70 pelatih pendukung selama empat hari (9-12/9) sebagai satuan bantuan tempur jajaran Kodam IV/Diponegoro, dalam menghadapi tantangan tugas ke depan yang semakin berat dan kompleks.

"Latihan uji siap tempur tingkat baterai merupakan latihan program dari Komando Atas yang harus dilaksanakan oleh seluruh prajurit, sebagai kemampuan dalam rangka kesiapan tugas," kata Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Sunindyo dalam sambutannya yang dibacakan Perwira Staf Ahli Bidang Ekonomi Kodam IV/Diponegoro Kolonel Inf Nurendi, pada upacara penutupan Latihan UST di Lapangan Yon Arhanudse 15, Semarang, Jumat (12/9/2014).

Menurutnya, uji siap tempur ini adalah menguji keterampilan kesiapan tempur dalam rangka memberikan perlindungan udara dan obyek vital.

"Untuk itu prajurit Arhanudse harus menguasai teknik tempur agar mampu dan mahir dalam melindungi obyek vital," jelasnya.

Perwira Operasi Latihan Yon Arhanudse 15, Mayor Arh Sugeng menyatakan, bahwa latihan uji siap tempur ini bertujuan menguji kemampuan satuan Batalyon Arhanudse 15 yakni menguji kesiapan tempur teknis dan taktik.

"Materi latihan diantaranya mahir dalam pengamanan, latihan taktik gelar pasukan hingga gladi lapangan," tandas Mayor Arh Sugeng. 



Sumber : Sindo

Myanmar Tertarik Beli Alutsista Dari Indonesia

NAYPYITAW-(IDB) : Pemerintah Myanmar tertarik membeli peralatan pertahanan keamanan (alpalhankam) dari Indonesia.

"Tinggal harganya berapa," kata Deputi Mendagri Myanmar Brigjen Deputi Mendagri Kyow Kyow Tin dalam pertemuan dengan kalangan industri pertahanan Indonesia di Naypyitaw, Myanmar, Jumat.

Dalam pertemuan itu Kyow Kyow Tin didampingi Kapolri Myanmar Zar Win serta sejumlah pejabat teras Kementerian Dalam Negeri dan Kepolisian Myanmar.

Dipimpin Staf Ahli Kerja Sama dan Hubungan Kelembagaan KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan) Silmy Karim, kalangan industri pertahanan Indonesia terdiri atas tiga BUMN dan tujuh perusahaan swasta menggelar pameran dan presentasi produk alpalhankam yang dibutuhkan Myanmar.

Mendagri Myanmar Letjen Ko Ko juga sempat menyaksikan pameran produk dari PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT PAL, dan sejumlah perusahaan swasta seperti PT Saba Wijaya Persada yang memproduksi perlengkapan personel polisi seperti rompi antipeluru, helm dan tameng antihuru-hara.

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dalam kesempatan sebelumnya mengatakan kunjungan kerjanya ke Myanmar 11-13 September 2014 dengan membawa produsen industri pertahanan adalah agar para petinggi militer dan pemerintahan Myanmar mendapat informasi hasil produksi industri pertahanan secara langsung.

Berbagai alat perlengkapan pertahanan keamanan (alpalhankam) serta perlengkapan personel militer serta kepolisian, yang dibutuhkan Myanmar dapat disaksikan dan ditanyakan lebih lanjut.

Kyow Kyow Tin memang sempat menanyakan soal harga dan kualitas serta daya tahan.

Kementerian Dalam Negeri akan memesan sejumlah alpalhankam untuk digunakan oleh kepolisian di negeri itu seperti kendaraan anti huru-hara, perlengkapan polisi seperti senjata, seragam, rompi anti peluru, helm anti peluru, bahkan kapal.

KKIP Diharap Kembangkan Industri Pertahanan.

Wakil Menhan Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin yang juga Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) menyatakan dirinya akan diganti pada 20 Oktober mendatang oleh pemerintah baru.

"Saya akan di-reshuffle pada 20 Oktober. Ketua KKIP itu Presiden dan pada 20 Oktober ada presiden baru dan tentu saja Ketua KKIP, sekretaris, dan lainnya akan di-'reshuffle' semua di KKIP," katanya dalam pertemuan dengan kalangan industri pertahanan Indonesia di Naypyitaw, Myanmar, Jumat (12/9).


KKIP terdiri atas Presiden sebagai Ketua dan melibatkan sembilan menteri terkait serta Kepala Polri dan Panglima TNI serta Wakil Menhan sebagai Sekretaris KKIP.


Sjafrie memimpin delegasi Indonesia yang terdiri atas pejabat tinggi Kemhan dan Mabes Polri, KKIP, dan pimpinan 10 perusahaan industri pertahanan melawat ke Myanmar 11-13 September 2014 untuk menjajaki kerja sama antarpemerintah (G to G) dengan Myanmar di bidang industri pertahanan.


"Ini kunjungan saya yang terakhir," kata mantan Kapuspen TNI dan Sekjen Kemhan itu. Sjafrie berharap pemerintahan baru mendatang dapat meneruskan dan meningkatkan KKIP guna mengembangkan industri pertahanan.




Sumber : Antara

Amankan Perbatasan, Kodam Mulawarman Segera Operasikan Korem Di Kaltara

BALIKPAPAN-(IDB) : Ekskalasi pengamanan perbatasan Indonesia-Malaysia di Provinsi Kalimantan Utara akan ditingkatkan. Kodam VI Mulawarman tengah menggarap satuan setingkat Komando Resor (Korem) dan segera mengoperasikan satuan Batalyon Infantri (Yonif), dan Batalyon Zeni Tempur (Zipur) di Kaltara, untuk mengamankan wilayah tersebut.

“Pemekaran Korem berlangsung di Kaltara. Sedangkan Batalyon infantri dan Zipur di Sebatik, tak lama lagi beroperasi. Tinggal diresmikan,” kata Panglima Kodam VI Mulawarman, Mayjen TNI Benny Indra Pujihastono seusai serah terima jabatan dengan pejabat lama Mayjen TNI Dicky Wainal Usman di Balikpapan, Jumat (12/9/2014).


Perbatasan Malaysia-Indonesia membentang 2.019 km dari Tanjung Batu di Kalimantan sebelah Barat Laut, melewati dataran tinggi pedalaman Kalimantan, hingga ke Teluk Sebatik dan Laut Sulawesi di Timur Kalimantan. Panjangnya perbatasan tentu tentu menyimpan potensi banyak persoalan. Pengamanan pun menjadi prioritas. Pengamanan tak cuma dengan membangun pusat komando.


Benny mengungkapkan, TNI juga terus melakukan kerja sama pengamanan wilayah perbatasan dengan kepolisian Di Raja Malaysia. Selain itu, TNI juga terus mengembangkan konsep penambahan pos dan kegiatan patroli di perbatasan, pembangunan infrastuktur berupa fasilitas telekomunikasi dan jalur-jalur patroli perbatasan.


“Sebagai bagian dari meneruskan program kerja pejabat lama. Kita memiliki tiga prioritas, kerja sama pengamanan dengan Di Raja Malaysia, pembinaan satuan yang dimaksudkan untuk menjamin satuan-satuan siap digerakkan ke seluruh Indonesia, dan kemanunggalan TNI dengan rakyat,” katanya.


Benny menggantikan Dicky yang sebentar lagi memasuki masa pensiun. Kedatangan Benny disambut defile alutsista dan ribuan serdadu dari berbagai satuan di bawah Kodam. Jebolan Akabri 1984 ini sebelumnya berada di lingkaran SBY dengan menjabat Sekretaris Militer Presiden RI. Benny lahir di Ungaran, Jawa Tengah, pada 2 Desember 1961. Sebelum di Sesmilpres, ia pernah menjabat Danpudikarmed Pussenarmed, Danrem 081/Dhirotsaka Jaya pada 2011, dan Waaspam Kasad pada 2012.



Sumber : Kompas

AL Yang Tangguh Syarat Menjadi Poros Maritim

JAKARTA-(IDB) : Apa saja anasir yang diperlukan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia? Itulah salah satu yang jadi pembahasan focus group discussion Badan Koordinasi Keamanan Laut yang dimoderatori Konsultan Komunikasi Bakorkamla AM Putut Prabantoro.

Mengangkat tema 'Penjaga Poros Maritim dengan Sistem Deteksi Dini' di Batam, Rabu (10/9/2014), Putut mempertanyakan apa itu penjaga? Apa itu sistem deteksi dini? Pertanyaan ini sekaligus ingin meneguhkan bagaimana peran Bakorkamla menjadi bagian dalam doktrin poros maritim dunia.

Mengawali acara, Kalakhar Bakorkamla Laksdya Desi Albert Mamahit menyampaikan Indonesia dengan dua pertiga luas wilayahnya lautan, harus memperlakukan khusus berkaitan dengan keamanan laut dalam konteks concert of civilization.

"Untuk mewujudkan negara maritim besar dan menjadikan poros maritim dunia, Indonesia wajib mewujudkan laut aman dari ancaman pelanggaran wilayah dari pihak luar, aman dari bahaya navigasi pelayaran, aman dari eksploitasi ilehal sumber daya alam serta pencemaran lingkungan, dan aman dari tindakan pelanggaran hukum," ujarnya.

Unsur dukungan berupa armada niaga, armada kedinasan (Bakamla), armada logistik (poros laut), armada angkatan laut, serta angkatan pekerja maritim, dipercaya mampu memperkuat sektor kelautan menuju penguatan poros maritim yang terkoneksi secara terpadu.

Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia Edy Prasetyono menilai untuk menjadi poros maritim dunia, Indonesia salah satunya harus menjadi referensi dunia maritim, budaya dan ilmu pengetahuannya.

Ia menyayangkan, saat ini sangat sedikit sekali sarja HI kelautan yang dimiliki oleh Indonesia. Edy tak menyangkal jika orang-orang yang berbicara soal kedaulatan kelautan itu-itu saja. Salah satu yang ia sebutkan adalah Hasyim Djalal.

"Hal lainnya adalah pada kewajiban adanya pengembangan lebih besar. Paling tidak ada armada perang. Dari mana mau jadi poros maritim dunia tanpa ada armada perang," ungkap Edy.

Ia menggarisbawahi armada perang di laut memang tidak bisa dibangun dalam hitungan pendek, bisa lima sampai 10 tahun. Karena tidak ada negara ekonomi maju tanpa penguatan armada maritim yang tidak memiliki armada perang.

Pembangunan armada perang adalah membangun sistem sehingga butuh waktu lama. Minimal, untuk merealisasikan itu Indonesia setidaknya butuh anggaran pertahanan sampai dua persen dari produk domestik bruto.

"Memang syarat menjadi poros maritim luar biasa berat. Tapi setidaknya pemerintahan Jokowi-JK akan menjadikan landasan ke depannya. Dan posisi Bakamla (perubahan dari Bakorkamla nanti) bukan pada karakter keamanan sempit saja," terangnya.

Menurut Edy, posisi Bakorkamla yang sedang berjuang menjadi Bakamla tak cukup hanya pengamanan laut. Karena karakter laut Indonesia berbeda. "Aspek keamanan akan selalu berhimpitan dengan pertahanan. Maka Indonesia harus memperlakukan laut secara spesial," ungkapnya.



Sumber : Tribunnews

Konflik LCS Bepengaruh Terhadap Indonesia

BATAM-(IDB) : Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) Laksda Desi Albert Mamahit mengingatkan, Indonesia harus siap diri menghadapi manuver pengancam kedaulatan NKRI bukan saja di darat tapi pada saatnya berimbas pada keamanan laut.

Ia mencontohkan bagaimana konflik Laut Cina Selatan telah menghadirkan kompetisi antarbangsa, yang cenderung mengarah pada perebutan pengaruh. Persaingan ini tak sebatas global tapi juga regional kawasan ASEAN dan nasional.

Konflik Laut Cina Selatan adalah konflik klaim wilayah tumpang tindih antara beberapa negara ASEAN dengan Tiongkok dan Taiwan. Klaim kepemilikan Tiongkok atas kepulauan Paracell dan Spratly. Negara ASEAN seperti Vietnam mengklaim Paracell dan sekitarnya. Sedangkan Brunei, Filipina dan Malaysia mengklaim Spratly dan sekitarnya.

"Ini menjadi rumit negara ASEAN yang terlibat konflik dengan Tiongkok. Pun menjadi susah menyatukan suara dan kekuatannya meski solidaritas ASEAN selalu didengungkan," ujar Mamahit dalam FGD menyoal 'Penjaga Maritim dengan Sistem Deteksi Dini' di Batam, Rabu (10/9/2014).

Indonesia jauh dari wilayah yang diklaim. Tapi di sekitar kepulauan Natuna milik Indonesia berdekatan dengan lokasi konflik yang tak masuk klaim Tiongkok. Ini masih diperdebatkan karena Tiongkok belum jelas mengklaim tentang laut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di sekitar kepulauan Natuna.

"Apapun itu jelas merupakan sebuah potensi ancaman nyata bagi Indonesia. Cepat atau lambat, mau tidak mau, Indonesia akan terkena dampak konflik Laut Cina Selatan baik langsung maupun tidak langsung," terang Mamahit.

Sementara laut yang merupakan dua pertiga wilayah Indonesia ke depan diproyeksikan sebagai sumber kesejahteraan masyarakat, yang selama ini belum digarap maksimal. Sehingga mensinergikan keamanan dan kesejahteraan sebuah keharusan.




Sumber : Tribunnews

Penerbang TNI AU Di ANG Tucson

TUCSON-(IDB) : TNI AU kembali mengirimkan para penerbang tempurnya ke Amerika Serikat terkait program pengadaan pesawat tempur F-16 C/D 52ID “Peace Bima Sena II”. Sejak tanggal 26 Agustus 2014 hingga 13 September 2014 enam penerbang F-16 dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi mengikuti latihan konversi “Differential Training Batch II “untuk mendapat kualifikasi penerbang F-16 C/D 52ID. Latihan diselenggarakan di Wing Tempur 162 yang berada dibawah Pangkalan Air National Guard di Tucson AFB Arizona.


Keenam penerbang TNI AU yang berlatih di Arizona adalah Mayor.Pnb.Nur “Racer” Alimi (36), Mayor. Pnb.Agus “Wolverine” Dwi Aryanto (33), Kapt.Pnb.Gigih “Badger” Pratama (28), Kapt.Pnb.Yunianto “Wolfhound” Wibowo (29), Lettu.Pnb.Ferry “Fierce” Rahman (29) dan Lettu.Pnb.Yususf “Adder” Atmaraga (27). Dalam latihan ini para penerbang kita hanya menjalani Ground Training karena sudah memiliki jam terbang cukup banyak di pesawat F-16 Block 15 OCU TNI AU, selanjutnya untuk latihan terbang dengan pesawat F-16 C/D 52ID akan dilaksanakan di Lanud Iswahyudi Madiun.


Tucson AFB adalah markas dari Fighter Wing 162 yang membawahi tiga skadron tempur yang terdiri dari Fighter Squadron 148, 152 dan 195 yang selain menjadi skadron National Guard juga bertugas menyelenggarakan kursus transisi serta konversi bagi para calon penerbang F-16 C/D di jajaran Air National Guard dan AU Internasional.


Seperti enam penerbang F-16 TNI AU terdahulu maka para penerbang kali ini juga tidak mengikuti pelajaran “basic system” pesawat karena dasar sistem pesawat Block 25 yang menjadi “bahan dasar” F-16 52ID hampir sama dengan pesawat block 15 kita. Para penerbang lebih memperdalam penguasaan system avionic dan taktik penggunaan system persenjataan yang sebagian cukup berbeda antara system avionic 52ID dengan pesawat block 15 OCU. Para penerbang juga melaksanakan latihan simulator untuk mempelajari “switchology” pesawat, emergency procedures serta beberapa taktik dan tehnik dasar penggunaan peralatan avionic dan senjata udara modern yang bisa diangkut F-16 C/D 52ID.


Kelebihan F-16 C/D 52ID

Perbedaan yang sangat mendasar dengan pesawat F-16 A/B adalah pesawat F-16 C/D 52ID dilengkapi sistem MMC 7000A (Modular Mission Computer) Tape 5 sekelas Block 52+ sebagai jantung dan otak avionic pesawat , disamping Multi Function Display berwarna, Data link 16, Radar, Stores Management System terbaru, system Embedded GPS & INS yang canggih dan memungkinkan pesawat melepas bom JDAM dengan kendali GPS, Radio Have Quick II untuk kerahasiaan komunikasi dan data, Missile Warning System, Jammer System dan Electronic Warfare System modern untuk misi SEAD (Suppression Of Enemy Air Defence) terhadap radar dan rudal pertahanan udara lawan. Pesawat F-16 C/D Block 52ID ini memungkinkan kita untuk sanggup bertempur siang dan malam disegala kondisi cuaca dan segala macam sasaran, dengan hampir semua senjata udara ke udara dan udara ke darat canggih barat saat ini.


Pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU dalam program “Peace Bima Sena II” adalah pesawat F-16 Block 25 USAF yang telah menjalani program “The Common Configuration Implementation Program” (CCIP) seperti yang dijalani semua pesawat F-16 CD Blok 40/42/50/52 milik USAF agar sesuai standar terbaru Blok-50/52+ USAF. Semua pesawat F-16 52ID TNI AU juga menjalani penguatan struktur rangka pesawat dengan program Falcon STAR (Structural Augmentation Roadmap) sehingga umur rangka pesawat bertambah menjadi lebih dari 10.000 jam, sehingga pesawat bisa dipakai selama minimal 10 tahun lagi. Setelah itu pesawat bisa menjalani Service Life Extension Program (SLEP) yang akan menambah umur rangka pesawat sekitar 2000 jam atau 10 tahun masa pakai. Pada saat usia pakai F-16 C/D 52 ID berakhir maka pengalaman, taktik dan tehnik yang didapat bisa dimanfaatkan untuk mengoperasikan armada pesawat tempur modern generasi 4.5 atau generasi ke 5 masa depan kita.


Sebelumnya tiga pesawat F-16 C/D 52ID sudah melakukan penerbangan dari Anderson AFB Guam ke Lanud Iswahjudi Madiun dan mendarat dengan selamat pada hari Kamis tanggal 24 Juli 2014 silam. Selanjutnya meskipun jajaran F-16 “dual seat” seluruh dunia sedang mengalami permasalahan pada struktur “longeron” cockpit namun pesawat kita sudah menjalani perbaikan dan diharapkan pada akhir September dua pesawat lagi akan tiba di Lanud Iswahjudi bersamaan dengan rencana peresmian Skadron Udara 16 di Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru.


Armada baru pesawat F-16 C/D 52ID merupakan jembatan untuk membawa kekuatan udara Indonesia selangkah lebih maju, mampu menghasilkan penerbang dan tehnisi yang mahir menguasai pesawat dengan generasi lebih maju, dan juga membawa segenap jajaran Angkatan Udara kita menguasai tehnologi, manajemen dan taktik pertempuran udara modern. Dengan kemampuan yang canggih memungkinkan kekuatan udara siap menjadi bagian dari operasi gabungan TNI untuk beroperasi di darat, laut dan udara. Kehadiran skadron F-16 C/D 52ID ini akan peningkatan kemampuan Air Power atau Kekuatan Dirgantara agar mampu melindungi Keamanan Nasional Indonesia.




Sumber : TNI AU

Satuan Kapal Selam TNI AL Sangat Disegani

SURABAYA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim menegaskan, sejarah terbentuknya Satuan Kapal Selam RI adalah catatan perjalanan panjang yang penuh heroisme dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.

Selama 55 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 12 September 1959, ALRI (TNI AL) menerima dua buah kapal selam kapal selam Whiskey yang merupakan cikal bakal lahirnya Satuan Kapal Selam.


“22 tahun kemudian, Satuan Kapal Selam mengalami era alih teknologi dengan tergantinya kelas Whikey menjadi kelas 209/1300 buatan Jerman Barat, dan ke depan, alih teknologi merupakan salah satu tantangan bagi kita semua untuk tetap menjunjung tinggi kewajiban prajurit Sapta Marga,” tegas Pangarmatim dalam amanat tertulis yang dibacakan Kepala Staf Koarmatim Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia, S.Sos pada upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-55 Hiu Kencana di depan Gedung Candrasa Koarmatim Ujung Surabaya, Jumat (12/9).


Jajaran prajurit Hiu Kencana Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) memperingati ke-55 ulang tahunnya. Upacara peringatan tersebut berlangsung khidmat yang dipimpin Kepala Staf Koarmatim Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia, S. Sos dan dihadiri para sesepuh Korps Hiu Kencana dan seluruh jajaran prajurit Satuan Kapal Selam Koarmatim.


Menurut Pangarmatim, saat ini sedang dibangun tiga unit kapal selam di Korea Selatan dan diperkirakan akan selesai pada tahun 2017. “Kita semua berharap pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan segera tiba di tanah air guna bergabung dengan Satuan Kapal Selam Koarmatim dan memperkuat Armada RI Kawasan Timur maupun TNI AL. Dengan demikian akan mengantarkan tekad kita untuk kembali meraih kejayaan kekuatan kapal selam seperti pada jaman yang lalu dapat kita wujudkan,” ujarnya.


Guna mempersiapkan kedatangan ketiga alutsista tersebut, Pangarmatim menegaskan kepada seluruh jajaran Koarmatim agar berupaya menyiapkan pangkalan dan sarana prasarana pendukung lainnya yang diperlukan mulai sekarang. Disamping itu perlu juga menyiapkan personel pengawak yang sudah dibekali dengan pelatihan-pelatihan, sehingga pada saatnya nanti telah terbentuk menjadi personel yang siap pakai dan profesional.


Berbagai peristiwa sejarah tanah air telah melibatkan Satuan Kapal Selam untuk turut berperan aktif. Beberapa operasi penting yang telah dilaksanakan antara lain; Operasi Jayawijaya I dan II yang berlangsung mulai tanggal 1 Maret 1962 – 23 Oktober 1966. Indonesia dengan kekuatan laut yang tangguh di mana Satuan Kapal Selam sebagai salah satu kekuatannya, memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembalikan Irian Barat ke pangkuan NKRI.


Begitupun di kancah internasional, melalui Operasi Gugus Tugas X di tahun 1965 – 1966, yaitu Operasi Bersama dua kapal selam RI dengan Angkatan Laut Pakistan. Operasi ini berhasil meletakkan dasar-dasar persaudaraan antara Pakistan dengan Indonesia. Presiden Ayub Khan secara pribadi memberikan penghargaan yang tinggi kepada segenap anggota Gugus Tugas X tersebut.


Pada Operasi Halilintar tahun 1979, Operasi ini berhasil memberantas penyelundupan di Selat Malaka, terutama penyelundupan bahan baku dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura, serta mengamankan arus pengungsi dari Vietnam ke Indonesia di Laut China Selatan.


Peristiwa tersebut telah membuktikan bahwa Satuan Kapal Selam Koarmatim pada masa itu, telah mampu mewujudkan dirinya menjadi kesatuan yang sangat disegani. Oleh karenanya, sebagai generasi penerus perjuangan Korps Hiu Kencana, harus merasa bangga untuk selalu memelihara dan mewarisi tekad dan semangat pengabdian para pendahulu. Satuan Kapal Selam terus meningkatkan kualitas dan profesionalisme, sehingga mampu mewujudkan prajurit awak kapal selam dalam menyongsong kekuatan baru menuju World Class Navy.



Sumber : Poskota

Lawan AS Dan NATO, Rusia Kembangkan Rudal Nuklir Terbaru

MOSCOW-(IDB) : Rusia sedang mengembangkan sebuah rudal nuklir terbaru untuk melawan kekuatan militer Amerika Serikat (AS) dan NATO yang baru-baru ini dikampanyekan. Hal itu diungkapkan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Komentar itu disampikan Putin, yang mengklaim bahwa Rusia berhasil menguji coba rudal balisitik antarbenua yang diluncurkan dari kapal selam nuklir. Ketegangan antara Rusia dan AS serta NATO belum reda, sejak krisis Ukraina pecah.

Putin menuduh negara-negara Barat memanfaatkan krisis di Ukraina untuk menghidupkan kembali kekuatan NATO. Putin memperingatkan, bahwa Moskow akan mempertimbangkan respons keras terhadap keputusan AS dan sekutunya, NATO yang berdalih menggunakan kekuatan untuk melindungi Eropa Timur.

Alasan Putin memperbarui senjata Rusia dengan rudal nuklir terbaru, karena pertahanan rudal AS dan secara tidak langsung telah mengancam keamanan Rusia.

“Kami telah memperingatkan berkali-kali, bahwa kami harus mengambil tindakan untuk menjamin keamanan kami,” ucap Putin, seperti dikutip news.com.au, Kamis (11/9/2014). Putin bahkan mengambil alih komisi pemerintah untuk mengawasi industri militer secara langsung.

Komentar keras Putin terhadap AS dan NATO ini merupakan yang kedua kali. Sebelumnya, dia mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara Barat agar tidak mengusik Rusia dalam konflik Ukraina. Putin mengklaim Rusia memiliki senjata nuklir yang kuat.

“Lebih baik (negara-negara Barat) jangan main-main dengan kami di Ukraina!,” kata Putin merujuk pada kekuatan senjata nuklir yang dimiliki Rusia.




Sumber : Sindo

Kapal Patroli Baru Singapura

First Littoral Mission Vessel

SINGAPURA-(IDB) : Upacara peletakan lunas pertama kapal patroli Littoral Mission Vessel (LMV) Angkatan Laut Republik Singapura (RSN) diadakan di Singapore Technologies Marine (ST Kelautan) Jurong 12/09/2014, yang diresmikan oleh Menteri Pertahanan Chan Yeng Kit.


Peletakan lunas pertama Kapal patroli modern ini, menandai tonggak penting lain bagi RSN. LMV ini adalah yang pertama dari delapan LMV baru yang akan dibangun untuk RSN oleh ST Marine, bersama-sama dengan ST Electronics dan DSO National Laboratories. Badan Pertahanan Sains dan Teknologi Singapura merupakan penanggung jawab keseluruhan bagi manajerial dan sistem integrator untuk program LMV.


Littoral Mission Vessel RSN

Kapal perang pesisir ini (LMV), akan dilengkapi sistem tempur canggih, sangat fleksibel dan mampu menampung berbagai modul, untuk memenuhi spektrum berbagai operasi militer.


Untuk meningkatkan efisiensi operasional, jumlah kru dibuat lebih ramping, teknologi canggih dan konsep-konsep inovatif juga diintegrasikan ke dalam desain LMV. Kapal LMV akan menggantikan Kapal Patroli kelas Fearless, yang telah melayani RSN selama 20 tahun. Penambahan kapal LMV ke RSN akan meningkatkan kemampuan RSN untuk pertahanan laut Singapura.



Sumber : JKGR