Pages

Sabtu, September 06, 2014

KRI Teluk Bintuni 520 Telah Sandar Di Dermaga

LAMPUNG-(IDB) : KRI Teluk Bintuni sudah sandar di dermaga milik galangan kapal PT PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung. Informasi tersebut Saibumi.com peroleh dari General Manager Production PT DRU Lampung Edy Wiyono yang dihubungi via ponselnya Sabtu 6 September 2014.

"Dini hari tadi sudah ditarik sedikit. Ditambah lagi air laut pasangnya juga bagus. Jadi pukul 03.00 WIB kurang sudah sandar di dermaga. Kondisi kapal juga utuh yah. Alhamdulillah yang saya khawatirkan kemarin tidak terjadi. Kondisi siripnya utuh," jelas Edy yang saat terakhir diwawancarai kemarin mengkhawatirkan kondisi sirip kapal yang menyentuh dasar landasan peluncuran kapal.


Lebih lanjut Edy menambahkan bahwa pekerja di lapangan sudah dalam kondisi istirahat semua. "Begitu kapal dinyatakan kondisinya bagus, para pekerja yang lembur dari tadi malam sudah istirahat sekarang. Termasuk saya," katanya dengan suara setengah mengantuk.


Sebelumnya, kemarin kapal perang khusus pengangkut tank jenis Leopard mendadak meluncur kelautan. Tali sling penahan yang terbuat dari baja yang putus menyebabkan kapal meluncur diluar acara resmi



Sumber : Saibumi

Akhirnya KRI Teluk Bintuni 520 Melaut





LAMPUNG-(IDB) : Setelah beberapa kali mengalami perubahan jadwal, akhirnya kapal pengangkut tank Leopard KRI Teluk Bintuni 520 meluncur ke laut pada hari jumat siang kemarin (05/09). Mengutip pemberitaan dari Saibumi kapal ini meluncur sendiri ke laut sebelum acara dimulai karena tiupan angin kencang dan putusnya sling baja penambat kapal ini, akhirnya kapal yang di bagian bawahnya dilandasi bantalan karet sebagai slipway ini meluncur ke laut.





Sumber di galangan kapal PT Daya Radar Utama mengatakan bahwa tidak ada korban serius atas insiden ini dan kapal akan ditarik tugboat ke dermaga yang telah dipersiapkan menunggu saat air laut pasang.



Menilik konsep Minimum Essential Force maka TNI AL membutuhkan 41 kapal tipe LST hingga tahun 2024. Saat MEF tersebut dibuat pada tahun 2004, TNI AL telah memiliki 28 kapal LST dari beberapa kelas yang dibuat oleh galangan kapal AS, Korea Selatan dan Rusia. 





Dari kekurangan 13 kapal LST tersebut, pemerintahan Presiden Yudhoyono memesan 3 kapal LST kepada galangan kapal dalam negeri. Dua kapal dikerjakan oleh PT Dok Kodja Bahari di Jakarta, dan satu kapal dikerjakan oleh PT. Daya Radar Utama di Lampung. 



Kapal LST KRI Teluk Bintuni 520 mempunyai ukuran panjang 120 meter, lebar 18 meter, dan  tinggi 11 meter. Dengan mesin berkekuatan 2×3285 KW kapal seharga Rp 160 milyar ini dapat melaju di laut dengan kecepatan 16 knot.





Kapal ini rencananya akan berangkat ke Jakarta pada tanggal 25 September, dan kemudian pada tanggal 28 September kapal ini akan diuji coba untuk dimuati 10 tank Leopard di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Daya muat KRI Teluk Bintuni ini mampu untuk membawa 10 tank Leopard, 2 helikopter dan 361 pasukan bersenjata lengkap.





Kapal ini diproyeksikan untuk dilengkapi dengan tiga jenis meriam yaitu satu unit meriam ukuran 40 mm, dua unit meriam ukuran 20 mm dan dua unit meriam ukuran 12,7 mm.



Sumber : DS

Tank Leopard Akan Tampil Di HUT TNI

SURABAYA-(IDB) : Sejumlah Tank Leopard yang masih kinyis-kinyis diboyong ke Jawa Timur. Tank-tank itu ditumpangkan kapal laut dan berlabuh di Tanjung Perak.

Kendaraan tempur yang dibeli dari Jerman akan memeriahkan HUT ke 69 TNI pada 5 Oktober di Pangkalan Komando Armada Timur (Koarmatim) TNI AL, Ujung, Surabaya.

Selain Leopard, Tank Marder juga akan mengikuti parade militer pada puncak acara HUT TNI itu.

"Berangkatnya dari Jakarta naik kapal turun di Pelabuhan Tanjung Perak," kata Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) V Brawijaya Kol Arm Totok Sugiharto, Sabtu (6/9/2014).

Sebelum mengikuti puncak peringatan HUT TNI, tank-tank tersebut 'diparkir' sementara di Yonkav 8 Tank Divif 2 Kostrad, Pasuruan.

Perlu diketahui, 52 tank terdiri dari 24 Tank Leopard dan 28 tank Marder itu tiba dari Jerman di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada Selasa (2/9/2014).


Video :





Sumber : Detik

Merah Putih Di MBT Leopard Tiba Di Surabaya

SURABAYA-(IDB) : Perjalanan sang Merah Putih di MBT Leopard 2 dari Jerman berakhir di Surabaya. Melalui sebuah upacara sederhana, Sang Merah Putih akhirnya sampai di tangan prajurit kavaleri di tanah air. 

Bendera mungil itu kini diserahterimakan kepada Komandan Batalyon kavaleri 8 Kostrad, Letkol Kav. Valian Wicaksono. Ini sekaligus menandakan bahwa sang Macan telah tiba dengan selamat di Surabaya Jawa timur.

Tank Leopard itu sendiri tiba di Surabaya Jawa timur pada Sabtu (06/09) dini hari sekitar pukul 03:00. Sebanyak 24 MBT Leopard 2 dan 28 IFV Marder satu persatu turun di Dermaga  Zamrud Surabaya. Selanjutnya Tank ini akan ikut berpartisipasi di HUT TNI yang upacaranya akan digelar di Markas Armada Timur TNI-AL Surabaya pada 7 Oktober nanti.

Nah, kini tugas dari prajurit Kavaleri memeriksa kelengkapan dan kelaikan seluruh tank itu. Sembari tentunya tak lupa menyiapkan personel yang akan mengawaki. Bravo...!!

Berikut liputannya : 




Sumber : ARC

Brriefing Alutsista Baru Oerlikon Skyshield 35 MM

MAGETAN-(IDB) : Kaunitharsenrat Bengsen Sathar 61 Depohar 60, Lettu Tek Fajar Ari Kumbara, dalam briefing pagi, Rabu (3/9), memberikan paparan tentang alutsista berupa persenjataan Oerlikon Skyshield 35 MM, pabrikan Rheinmetall Air Defence dari negara Switzerland.
 

Menurut Lettu Tek Fajar Ari Kumbara, senjata Oerlikon Skyshield 35 MM adalah senjata Penangkis Serangan Udara kaliber 35 mm yang dioperasikan secara automatis dan diintegrasikan dengan Chiron missile.
 

Sedangkan Chiron Missile memiliki data teknik, jarak maksimum maksimum 7 km, Jarak efektif 3-5 km, ketinggian 3,5 km, berak missile 20 kg fuse impack dan proximity, diameter 80mm, launcher pedestal, Chiron Missile diproduksi negara Korea Selatan.
 

Briefing yang dilaksanakan secara rutin di ruang Tedy Kustari tersebut, diikuti oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T. M.D.S., serta segenap pejabat dan seluruh penerbang Lanud Iswahjudi.Keterangan Gambar : Kaunitharsenrat Bengsen Sathar 61 Depohar 60, Lettu Tek Fajar Ari Kumbara, memberikan paparan tentang alutsista berupa Oerlikon Skyshield 35 MM dalam brifing pagi, Rabu (3/9/14), 




Sumber : TNI AU

3 Menteri Terima Brevet Dari Korps Hiu Kencana

JAKARTA-(IDB) : Menteri Koordinator bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Chairul Tanjung hari ini dijadwalkan akan menerima Brevet Kehormatan Hiu Kencana dari TNI Angkatan Laut.

Brevet tersebut disematkan di dalam Kapal Selam KRI Nanggala 402 yang menyelam di kedalaman 60 meter di bawah permukaan laut perairan Laut Jawa. Kapal selam berangkat dari Dermaga Pelabuhan Kiat Indah Merak, Banten, Sabtu (6/9/2014).

Dengan penyematan ini maka Menteri yang akrab disapa CT ini resmi menjadi warga kehormatan kapal selam RI. Brevet Hiu Kencana adalah simbol pengakuan terhadap provesionalisme prajurit kapal selam dalam taktik dan tekni peperangan bawah laut. Brevet ini dapat menumbuhkan kebanggan, jiwa korsa bagi pemakainya.

Tanda kualifikasi khusus ini dapat menjadi pendorong semangat pengabdian serta peningkatan disiplin dan motivasi untuk setia mengemban tugas negara.

Bersama CT, adalah Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana dan juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari LK Pangestu juga turut menerima Brevet Kehormatan ini.

Bekerja Dalam Resiko Tinnggi Prajurit Hiu Kencana Bergaji Lebih Besar

Bekerja dengan risiko dan tekanan yang lebih tinggi dibanding prajurit TNI pada umumnya membuat prajurit khusus kapal selam digaji lebih besar.

Komandan Satuan Kapal Selam Kolonel Purwanto saat berbincang dengan detikFinance usai menghadiri penyematan Brevet Hiu Kencana kepada 3 menteri negara di Dermaga Indah Kiat Merak Banten mengatakan bila gajinya bisa dua kali lipat dibanding prajurit biasa.

"ABK (anak buah kapal) saya, termasuk saya, itu dihargai oleh pemerintah karena tekanan kerja yang lebih berat jadi gaji lebih besar. Jadi ibaratnya yang lain dapat 1, saya dapat 2," ujar Purwanto, Sabtu (6/9/2014).

Purwanto menuturkan, besaran gaji ini sendiri tetap mengikuti patokan masa kerja dan jabatan. "Jadi yang saya maksud tadi masa kerja kami dihitung 2 kali secara masa kerja. Jadi kalau saya kerja 15 tahun prajurit biasa, karena saya bertugas di kapal selam oleh pemerintah dianggap sudah bekerja 30 tahun," kata dia.

Dengan standar gaji berdasarkan TNI PP No 35 Tahun 2014, makagaji pokok untuk jabatan Kolonel dengan masa kerja 15 tahun adalah Rp 3.673.700. Sementara untuk prajurit khusu yang bekerja di kapal selam dengan pangkat dan masa kerja yang sama dapat mengantongi gaji pokok Rp 4.565.400. "Nanti ditambah dengan tunjangan Bervet dan tunjangan Menyelam," sambung dia.

Ia mengatakan, hal ini wajar karena tekanan yang diterima pasukannya sangat besar. Baik tekanan kerja maupun tekanan lingkungan tempat bekerja itu sendiri.

"Kapal selam seperti di dalam botol, situasi, atmosfir, dan psikologis sangat berbeda. Kami terputus dengan dunia luar. Kalau situasi tidak aman bisa 40 hari kami nonstop di bawah air," sebut dia.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Chairul Tanjung sempat menyampaikan apresiasinya kepada para prajurit yang bertugas di kapal selam ini. Ia meras bangga diterima sebagai warga kehormatan dan sempat ikut menyelam bersama kru istimewa ini.

"Melihat sendiri bagaimana kapal selam berfungsi. Situasi yang ada di kapal selam tidak seperti kita menonton film. Semua serba kecil. Saya melihat bagaiman kru beristirahat. Saya makin menghargai teman-teman yang bekerja di kapal selam karena punya tekanan yang luar biasa. Apa lagi mereka punya slogan tabah sampai akhir," cerita Menteri yang akrab di sapa CT ini.



Sumber : Detik

Tawaran India Kerjasama Alutsista

NEW DELHI-(IDB) : Pemerintah Modi (India) diam-diam bekerja untuk merencanakan mengekspor peralatan pertahanan dan persenjataan yang diproduksi di India untuk negara-negara sahabat. Upaya awal dilakukan dengan mendorong ekspor rudal BrahMos ke Asia Tenggara dan negara Amerika Selatan. Menurut Sumber ET, Vietnam, Indonesia dan Venezuela telah menyatakan kesediaannya untuk pengadaan rudal supersonik yang diproduksi bersama oleh India dan Rusia.


Hubungan pertahanan Indo-Vietnam sedang dalam lintasan menanjak dan Hanoi tertarik untuk membeli rudal ini dalam beberapa tahun terakhir. Namun, menurut sumber, di bawah pemerintahan UPA, tidak ada kemajuan dalam masalah ini. Rudal BrahMos telah mampu melayani tiga bidang pertahanan. Perjanjian antar-pemerintah antara India dan Rusia untuk pengembangan rudal BrahMos rudal (290-km range) juga menetapkan bahwa pengguna sistem canggih ini bisa diekspor ke negara sahabat, selain untuk angkatan bersenjata India dan Rusia.


Vietnam dan Rusia adalah mitra sejak zaman Perang Dingin dan dapat menggunakan Rusia untuk mendorong penjualan peralatan pertahanan tersebut. India akan menandatangani perjanjian untuk memasok alutsista ke Vietnam, yang dilakukan dalam kunjungannya Presiden Pranab Mukherjee,14-17 September. India dan Indonesia juga berbagi hubungan pertahanan yang baik, mencakup latihan dan pertahanan.


Baru-baru ini, Perdana Menteri Narendra Modi menyatakan bahwa India harus bergerak menuju kemandirian dalam memproduksi senjata dan sistem militer dan juga mencari jalan mengekspor ke negara-negara sahabat.


Ide untuk kerjasama (co-development) bidang pertahanan dan produksi bersama bukan hanya untuk memperoleh teknologi mutakhir dan swasembada dalam jangka panjang, tetapi juga untuk bersama-sama mengembangkan produk ekspor. Sejauh ini, India tergantung pada impor untuk memenuhi lebih dari 65% dari kebutuhan senjata dan telah dicap sebagai importir terbesar senjata oleh think tank internasional. India seharusnya juga bisa mengekspor produk asli seperti jet tempur Ringan Tejas, sistem pertahanan udara dan rudal Prahar class ke negara-negara sahabat. Tejas adalah, pesawat tempur taktis ringan yang multi-peran dan bermesin tunggal.


Rudal permukaan-ke-udara Akash memiliki jangkauan 25 km. Prahar adalah sistem rudal taktis jarak 150 km. Beberapa negara telah menunjukkan minatnya dengan sistem rudal Akash, yang siap dioperasikan Angkatan Darat India. LCA mungkin akan siap untuk induksi ke IAF pada akhir tahun ini setelah memenuhi clearance operasional akhir. Sumber ET mengklaim, sistem senjata India lebih murah dibandingkan dengan sistem China.


Meski India tidak memiliki kebijakan ekspor alat pertahanan, namun telah dilakukan ekspor senapan ke Nepal dan Oman, selain menyediakan peralatan pertahanan ke Myanmar termasuk tank, radar ke Sri Lanka, peralatan pertahanan ke Maladewa, kapal patroli maritim ke Mauritius dan suku cadang pertahanan ke Vietnam .

Aturan/ Norma India untuk ekspor alat pertahanan kini hanya untuk negara-negara sahabat dan negara-negara yang tidak memiliki perang saudara. “Kami tidak ingin senjata yang kami berikan, digunakan oleh satu kelompok terhadap yang lain, di negara tersebut. 




Sumber : JKGR

Mengenang Pejuang Shigeru Ono

MALANG-(IDB) : Shigeru Ono, eks tentara Jepang yang bergabung dengan Indonesia, merupakan penyusun buku taktik perang gerilya untuk militer Indonesia di masa revolusi. Kini Ono telah meninggal dunia pada 25 Agustus 2014, akibat penyakit tifus dan pembengkakan pembuluh darah.


Ketika kalah melawan Sekutu, banyak tentara Jepang bingung; kembali ke negerinya atau bertahan. Tak sedikit yang melakukan harakiri (bunuh diri untuk memulihkan kehormatan). Shigeru Ono, serdadu Tentara Ke-16 Angkatan Darat Jepang di Jawa, pun sempat tergoda namun mengurungkan niatnya.


Ono, yang lahir pada 26 September 1919 di Furano, Hokkaido, memutuskan bertahan di Indonesia. “Indonesia sudah banyak membantu Jepang. Kami ingin memberikan yang tidak bisa dilakukan oleh negara kami,” ujarnya dalam Mereka yang Terlupakan: Memoar Rahmat Shigeru Ono, Bekas Tentara Jepang yang Memihak Republik karya Eiichi Hayashi.


Ono keluar dari ketentaraan Jepang. Atas saran Kapten Sugono, komandan polisi militer Jepang di Bandung, dia mengganti pakaiannya dengan sarung dan peci, melumuri tubuhnya dengan lumpur agar kulitnya terlihat lebih gelap, dan menambahkan “Rahmat” di awal namanya: Rahmat Shigeru Ono.



Sempat melatih pemuda Indonesia, Ono kemudian menyingkir ke Yogyakarta. Dia menjalankan tugas penting dari Markas Besar Tentara untuk membuat buku rangkuman tentang taktik perang dan menerjemahkannya ke bahasa Indonesia. Atas perintah Kolonel Zulkifli Lubis, petinggi militer Indonesia yang kelak menjadi pejabat KSAD, Ono juga menyusun buku tentang taktik khusus perang gerilya.


Selain itu, bersama eks tentara Jepang dan pejuang Indonesia, Ono bergerilya dari satu tempat ke tempat lain. Salah satunya, menyerang markas KNIL di Mojokerto pada Juni 1947.


Pasca Perjanjian Renville, ada kesepakatan untuk menangkapi semua eks tentara Jepang yang masih di Indonesia. “Pada Juli 1948, untuk menghindari penangkapan, serdadu Jepang berkumpul di Wlingi, Blitar, Jawa Timur untuk membuat satu pasukan. Yang tercecer dikumpulkan,” tulis Wenri Wanhar dalam Jejak Intel Jepang: Kisah Pembelotan Tomegoro Yoshizumi.


Ke-28 eks tentara Jepang yang hadir itu lalu membentuk Pasukan Gerilya Istimewa (PGI) pada 24 Juli 1948. Arif Tomegoro Yoshizumi jadi komandan dan Ichiki Tatsuo wakilnya. Wilayah operasi mereka di Dampit, Malang Selatan, dan Wlingi, Blitar. Ono bertugas di Dampit. (Baca: Tomegoro Yoshizumi, Intel Negeri Sakura dan Ichiki Tatsuo, Kekecewaan Seorang Jepang).



Pertempuran pertama PGI adalah ketika menyerang pos tentara Belanda di Pajaran, Malang, semasa gencatan senjata. Aksi mereka berisiko mencoreng nama Indonesia di dunia internasional, namun PGI beralasan Belanda lebih sering melanggar perjanjian.


Sepeninggal Tomegoro Yoshizumi dan Ichiki Tatsuo yang gugur dalam pertempuran, PGI bergabung dalam kesatuan militer formal dan mengubah namanya menjadi Pasukan Untung Suropati 18.
 

Usai pengakuan kedaulatan pada akhir 1949, Ono menetap di Batu, Malang, Jawa Timur. Dia mengisi hari-harinya dengan bercocok tanam. Pada Juli 1950, Ono menikah dengan Darkasih dan dikaruniai lima anak.


“Dia dijodohkan Sukardi, orang Jepang juga, kawan papi,” ujar Erlik Ono, putri kelima Ono, kepada Historia. Sukardi bernama Jepang Sugiyama.

Ono pernah bekerja sebagai salesman lampu, pegawai perusahaan peternakan di Jakarta, dan perusahaan eksportir rotan di Kalimantan. Setelah pensiun pada 1995, dia kembali ke Batu dan mengisi waktu dengan bertani, menerima wartawan, serta mengunjungi keluarga atau kenalan yang sakit.




Sumber : JKGR