Pages

Selasa, September 02, 2014

Korea Percepat Pembangunan Jet Tempur Dalam Negeri

SEOUL-(IDB) : Mega proyek Korea Selatan untuk membangun dan membeli pesawat tempur dalam negeri mengalami percepatan seiring rencana Seoul yang akan menyetujui langkah-langkah administratif penting di Komite Program Akuisisi Pertahanan Nasional pada bulan September ini.
 

Di dalam komite, pejabat tinggi pertahanan Korea Selatan akan menyetujui 'bidding plan' (rencana penawaran) proyek Korea Fighter Xperiment (KFX) untuk membangun pesawat tempur dalam negeri, dan juga akan mengumumkan hasil negoisasi dari proyek F-X, yaitu pengadaan pesawat tempur siluman.
 

Setelah pada bulan ini menginformasikan kepada media soal rencana penawaran untuk proyek KFX, Defense Acquisition Program Administration Korea Selatan (DAPA) berencana untuk memilih pemenang lelang pada bulan November dan kemudian menandatangani kontrak pengembangan sistem pada bulan Desember. Korea Aerospace Industries (KAI), satu-satunya pabrik pesawat tempur di negara itu, kemungkinan besar akan terpilih sebagai pengembang sistem.
 

Para pengamat mengatakan bahwa anggaran telah menjadi masalah utama proyek KFX, yang mana dengan proyek KFX Korea Selatan berencana akan menyebarkan 120 pesawat tempur baru setelah tahun 2023 untuk menggantikan armada F-4 an F-5 yang sudah tua. Baik dana pengembangan dan produksi massal dari jumlah pesawat tempur yang direncanakan, proyek pertahanan terbesar di negara ini kemungkinan akan menelan biaya sebesar 20 triliun won atau sekitar USD 19,7 miliar.
 

Seoul kini mempercepat proyek KFX, yang mana sudah lebih dari satu dekade keluar dari jadwal. Percepatan ini lantaran kekhawatiran berlarut Korea Selatan yang akan kekurangan banyak pesawat tempur di masa mendatang. Angkatan Udara Korea Selatan sendiri memprediksi akan mengalami kekurangan 100 pesawat tempur pada tahun 2019, ketika pada saat itu hampir seluruh F-4 dan F-5 dinonaktifkan.
 

Soal proyek KFX, hingga kini masih ada perdebatan mengenai apakah KFX akan bermesin tunggal atau bermesin ganda. Tapi bulan lalu, pemerintah Korea Selatan tampaknya lebih menginginkan platform KFX bermesin ganda, yang mana akan meningkatkan kemampuan KFX secara keseluruhan meskipun biaya pengembangan dan produksinya akan lebih mahal.
 

Seoul juga berencana menandatangani "letter of acceptance" untuk proyek F-X pada awal bulan ini - yaitu sebuah proses yang akan mempercepat akuisisi 40 jet tempur siluman F-35 dari perusahaan pertahanan Lockheed Martin Amerika Serikat. Proyek F-X diperkirakan akan menelan biaya 7,4 triliun won atau sekitar USD 7,3 miliar.
 

DAPA saat ini sedang dalam negosiasi harga tahap final dengan pemerintah Amerika Serikat, juga melakukan pembicaraan soal transfer teknologi dan isu-isu terkait dengan Lockheed Martin. Proyek F-X adalah proyek pengadaan pesawat tempur secara bertahap, rencana pembelian F-35 ini merupakan lanjutan dari proyek F-X sebelumnya. 




Sumber : Artileri

Proyek Jet Tempur Siluman India-Rusia Alami Kendala

MOSCOW-(IDB) : India semakin khawatir dengan lambatnya kemajuan dari proyek Fifth Generation Fighter Aircraft (FGFA). FGFA adalah proyek bersama India dan Rusia untuk membangun pesawat tempur generasi kelima untuk Angkatan Udara India (IAF).


Salah satu yang menjadi kegundahan India adalah sikap Rusia yang tidak menjelaskan penyebab terbakarnya prototipe pesawat tempur siluman T-50 saat uji coba bulan Juni lalu dan juga terhadap beberapa keraguan teknis lainya yang juga tidak dijelaskan Rusia kepada India. Bahkan, Kementerian Pertahanan India memandang skeptis laporan Rusia yang menyatakan bahwa desain final T-50 sudah di tangan.



Dilaporkan, India sangat jengkel dengan kenyataan bahwa meskipun kedua negara ini setara dalam proyek FGFA dalam urusan keuangan, India enggan berbagi rincian teknis pesawat tempur siluman T-50, yang mana proyek FGFA akan berdasarkan desain pesawat ini. Soal pendanaan, bisa dikatakan bahwa pendanaan proyek FGFA juga menjadi sebagian dana pengembangan untuk proyek PAK FA (proyek untuk membangun T-50).



Versi T-50 untuk India, yang disebut sebagai Prospective Multi-Role Fighter (PMF), hampir sama persis dengan T-50, hanya terdapat sedikit variasi. Bahkan disebutkan juga bahwa uang India merupakan kunci keberlanjutan proyek PAK FA Rusia. Rusia dilaporkan telah membangun enam prototipe T-50, dan pada awal tahun lalu Rusia melakukan uji coba penerbangan untuk evaluasi teknis. Namun uji coba berakhir dengan terbakarnya T-50.



Yang cukup mengejutkan dan menambah kejengkelan India adalah dari tim India yang hadir pada saat uji coba, mereka tidak diperbolehkan berada di dekat T-50. India sangat ingin tahu penyebab terbakarnya T-50 tersebut, namun Rusia tidak pernah menjelaskan. India telah membayar USD 295 juta untuk desain awal PMF, yang mana desainnya telah diselesaikan tahun lalu, dan cukup logis jika pejabat India merasa khawatir dengan program FGFA yang terkesan merangkak pasca diselesaikannya desain awal. Dan satu hal, India juga dilaporkan belum puas dengan desain awal PMF dan juga mempertanyakan masalah pemeliharaan, mesin, fitur siluman, sistem  senjata, keamanan dan keandalan. India menilai tidak akan ada kemajuan jika masalah-masalah ini belum dituntaskan.



Apa yang ada di benak India tetap tidak terjawab bahkan setelah kedua pihak berdialog di bulan ini. Hanya sebuah jawaban yang sangat umum mucul dari Rusia: "Jangan emosional. Setiap dorongan lebih lanjut mengenai masalah ini hanya akan melahirkan pembicaraan lagi untuk menaikkan biaya proyek," menurut sumber media India. Maksudnya seperti ini, misalnya, pada tahun lalu Angkatan Udara India telah menyatakan ketidakpuasannya dengan mesin T-50, yang mana masih berdasarkan mesin Su-30. Akhirnya Rusia bisa menjanjikan mesin baru namun India harus menambah biaya proyek.



Hingga saat ini, belum ada satupun ahli penerbangan atau pilot India yang mengenal dengan baik T-50. Menurut India, Rusia tidak mengizinkan pilot India menerbangkan T-50, alasannya pilot negara asing dilarang terbang di wilayah udara mereka. Tapi India menyangkal aturan pembatasan tersebut, mengingat sebelumnya pilot India sudah menerbangkan Sukhoi dan MiG di wilayah Rusia. India menilai posisi mereka dalam proyek FGFA sangat tidak menguntungkan, selain hanya sebagai mitra keuangan.



Kewajiban yang harus dijalankan India dalam usaha patungan ini adalah membayar 13 persen dari proyeksi biaya proyek yang senilai USD 10,5 miliar (disepakati pada 2011), tapi pada kenyataannya India sudah membayar hingga 50 persen dari dana itu, hal ini dilaporkan laman India Today. Memang India tidak hanya berkontribusi dalam proyek hanya untuk pendanaan, BUMN pertahanan India Hindustan Aeronautics Limited (HAL) juga berkontribusi pada pekerjaan pembangunan meskipun hanya sebatas ban, instrumen navigasi dasar VOR-DME, pendingin radar, laser designation pod dan head-up display.



Awalnya India menginginkan sekitar 30-40 PAK FA dua kursi pilot agar juga bisa digunakan sebagai pesawat pelatihan. Namun karena PAK FA adalah pesawat berkursi tunggal, Rusia meminta dana tambahan sebesar USD 8 miliar untuk mengembangkan varian kursi ganda. Niat ini kabarnya dibatalkan India, dan India lebih memilih pelatihan dengan simulator.
 

Setelah penandatanganan kontrak desain akhir, setidaknya akan memakan waktu 94 bulan untuk menyelesaikan program pembangunan. Artinya Angkatan Udara India kemungkinan baru akan memiliki pesawat tempur generasi kelima pada dekade depan.
Sumber : Artileri

Iran Konfirmasi Uji Coba Sistem Rudal Pertahanan Udara Bavar-373

TEHRAN-(IDB) : Komandan Pangkalan Pertahanan Udara Khatam al-Anbiya, Brigadir Jenderal Farzad Esmaili pada hari Sabtu mengatakan bahwa sistem rudal Bavar-373 telah sukses melepaskan tembakan pertamanya. 

Dia juga mengatakan bahwa pembangunan sistem rudal itu merupakan alternatif dari sistem rudal pertahanan udara S-300 yang mana sebelum Moskow telah membatalkan penjualannya kepada Iran. Esmaili juga mengklaim bahwa Bavar-373 lebih unggul dari sistem-sistem rudal sekelas yang diproduksi negara-negara lain.
 

Pada hari Jumat, Fars News Agency menampilkan gambar pertama dari rudal Bavar-373, menyebutkan bahwa publikasi ini sebagai pesan bagi dunia bahwa Angkatan Bersenjata Iran sudah swasembada senjata pertahanan.
 

Pada Februari lalu, Brigjen Esmaili mengatakan bahwa sistem rudal Bavar-373 akan siap pada bulan Maret 2015.
 

Menurut pejabat keamanan Iran, sistem rudal baru ini lebih baik dari S-300 Rusia, mampu melacak hingga secara 100 target seperti halnya sistem rudal Rusia, namun dengan kemampuan penargetan yang lebih tinggi.
 

"Kami percaya bahwa perisai rudal Bavar lebih baik daripada sistem rudal pertahanan udara jarak jauh buatan negara lain," dilaporkan oleh ol-Anbia, dilansir oleh Fars.
 

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memerintahkan pengembangan sistem rudal Bavar setelah Presiden Rusia Dmitry Medvedev menolak menjual S-300 ke negara itu karena masih dalam status embargo senjata PBB.




Sumber : Artileri

Jual Pesawat Kepresidenan Tak Efektif Kurangi Anggaran

JAKARTA-(IDB) : Wacana penjualan pesawat kepresidenan sebagai upaya untuk melakukan efisiensi kepada anggaran menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan termasuk para ekonom.

Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Fauzi Ichsan secara tegas menyatakan tidak sepakat dengan usulan yang dilontarkan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi DPI Perjuangan, Maruarar Sirait.

Menurut Fauzi, jika penjualan pesawat kepresidenan tersebut untuk mengurangi beban anggaran atau menghemat Anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN), maka Fauzi menganggap hal tersebut kurang efektif.

"Pembelian pesawat jet misalnya sekira US$ 30-40 juta per unit. Sedangkan anggaran subsidi di APBN termasuk paling besar subsidi energi Rp 700 miliar per hari atau sekira US$ 60 juta," tuturnya saat ditemui di acara Refleksi Tiga Tahun MP3EI di JCC, Senayan, Rabu (3/9/2014).

Dengan kata lain, kata Fauzi, jika pemerintahan baru menginginkan ruang fiskal lebih besar dan efisiensi anggaran, jalan satu-satunya adalah dengan menaikkan harga bahan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Kalau mau menghemat, naikkan saja harga BBM. Penghematannya jauh lebih besar dibanding jual pesawat. Itupun pesawat sudah seken alias bekas. Jadi pesawat presiden lebih baik dipertahankan, tapi naikkan harga BBM subsidi," saran dia.

Sebelumnya, Maruarar Sirait mengatakan, dirinya akan meminta Joko Widodo untuk melakukan penjualan pesawat kepresidenan setelah resmi menjabat sebagai presiden. "Ke depan saya usulkan pesawat presiden dijual saja, ini untuk efisiensi anggaran," ujarnya.

Maurarar menjelaskan, langkah efisiensi ini memang harus dicontohkan oleh seorang pemimpin. Dengan begitu diharapkan pejabat dibawahnya juga akan ikut mencontoh langkah efisiensi tersebut seperti dengan tidak menggunakan penerbangan kelas utama saat melakukan perjalanan dinas. 

JK Tidak Sepakat Usul Jual Pesawat Kepresidenan

Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla menyatakan tidak sepakat dengan usulan Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait untuk menjual pesawat kepresidenan sebagai salah satu upaya menghemat anggaran, sebelum mengambil keputusan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.

"Iya (jangan dijual), bagaimana pun negara-negara besar harus dikunjungi, bukan berarti kalau dijual tidak ada ongkos lagi, justru ongkosnya akan lebih besar lagi," kata politisi yang biasa dipanggil JK itu di Jakarta, Rabu.


JK mengatakan Presiden harus mengunjungi sejumlah tempat sehingga akan menguras biaya jika harus menggunakan pesawat airbus sewaan.


"Apalagi kalau Pak Jokowi nanti blusukan, kalau sewa pesawat lebih mahal lagi. Kalau saya pake pesawat kecil saja," ujar dia.



Sebelumnya Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait mengaku akan mengusulkan kepada Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) untuk menjual pesawat kepresidenan yang pengadaannya dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, untuk menghemat anggaran operasional.


"Harus ada efisiensi perjalanan dinas pemerintah. Saya mau mengusulkan kepada Pak Jokowi supaya pesawat presiden dijual. Harus dikaji, pesawat ini untuk efisiensi, untuk kebanggaan atau untuk apa," kata Maruarar di Jakarta, Senin.


Pernyataan Maruarar itu terkait wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang belakangan ramai diperbincangkan, sekaligus menjawab isu perbedaan pendapat di internal PDI Perjuangan terkait kenaikan harga BBM bersubsidi.


Arar, sapaan akrab Maruarar, menilai kenaikan harga BBM bersubsidi harus menjadi opsi terakhir, setelah ada upaya penghematan dari pemerintahan Jokowi-JK.


Dia menekankan pemerintahan ke depan harus dapat melakukan efisiensi dengan meniadakan perjalanan dinas ke luar negeri sementara waktu, kecuali yang menyangkut soal perbatasan negara.


"Perjalanan dinas ini ada pemborosan beberapa triliun dalam setahun," kata dia.


Arar juga mengusulkan agar pemerintahan Jokowi-JK mengaudit harga keekonomian minyak yang ditetapkan Pertamina selama ini, mendorong pengalokasian keuntungan ekspor-impor minyak semata-mata untuk kas negara, serta menaikkan cukai rokok dan minuman bersoda.


"Saya kira rakyat mau lihat upaya-upaya itu dulu. Cukai rokok dinaikkan saja Rp100 perak, bisa menambah pendapatan Rp1 triliun, dan orang tidak ada yang berhenti merokok jika cukainya naik, termasuk minuman bersoda," ujar dia.

Dia mengatakan jika berbagai opsi itu telah dilakukan dan anggaran negara masih saja mengalami defisit baru lah pemerintah bisa mengambil langkah menaikkan harga BBM bersubsidi.



Sumber : Tribunnews 

800 Prajurit TNI Akan Dikirim Ke Darfur Dan Mali

JAKARTA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali melaksanakan misi perdamaian dunia. 800 tentara akan diberangkatkan ke Darfur dan Mali, Afrika, para Oktober 2014 mendatang.

"Kami ada dua kontingen yang akan siap berangkat melaksanakan tugas ke Darfur 800 orang, Oktober akan berangkat. Kemudian juga penugasan ke Mali," kata Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Brigjen TNI AM Putranto.

Pernyataan itu disampaikan Putranto kepada wartawan di lapangan PMPP, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (1/9/2014). Ia baru saja menutup latihan bersama pasukan pedamaian dari 21 negara di tempat tersebut.

Terkait latihan bersama tersebut, Putranto menilai akan menjadi pembelajaran yang sangat luar biasa kepada prajurit TNI yang akan dikirim dalam misi perdamaian. Khususnya dalam melindungi warga sipil di daerah konflik.

"Kita di sini mempelajari bagaimana melindungi masyarakat sipil. Itu yang dikuatkan dalam pelatihan ini. Banyak yang harus diselamatkan, termasuk masyarakat sipil yang berada di wilayah konflik, supaya tidak menjadi korban sia-sia. Itu inti pelatihan itu," imbuh Putranto.

Ditambahkan Putranto, TNI siap dikirim ke manapun untuk menjaga perdamaian dunia. Disinggung soal Gaza, ia berkata belum ada permintaan dari PBB ke Indonesia.

"Terkait gaza, itu semua sudah diatur negara. Pada dasarnya kami (TNI) semua siap untuk melaksanakan penugasan dimanapun. Sampai saat ini belum ada pembicaraan dengan PBB untuk permintaan ke Indonesia," jelas Putranto.

"Di mana saja, akan kita (TNI) lakukan yang terbaik untuk kepentingan bangsa dan negara," tegas Putranto.




Sumber : Detik

PanglimaTNI, Kapolri Dan Kepala BIN Bertemu Tim Transisi

JAKARTA-(IDB) : Deputi Bidang Arsitektur Kabinet Tim Transisi, Andi Widjajanto mengatakan, pihaknya berencana akan bertemu dengan Kapolri Jenderal Pol Sutarman, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dan Kepala BIN Letjen TNI (Purn) Marciano Norman pekan ini. Dalam pertemuan tersebut, Tim Transisi rencananya akan membahas sejumlah program yang berkaitan dengan persoalan keamanan.


“Tinggal menunggu konfirmasi waktu dari mereka. Pintu sudah dibuka, kita tinggal melakukan interaksi secara formal dengan kepala lembaga,” kata Andi di Kantor Transisi, Jakarta, Senin (1/9/2014).


Selain dengan pimpinan ketiga lembaga tersebut, Tim Transisi juga berencana akan bertemu dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, Lembaga Sandi Negara dan Kementerian Luar Negeri. Andi menuturkan, Tim Transisi perlu mendapat masukkan mengenai sejumlah program di kementerian yang sudah berjalan dan yang akan berjalan, baik itu program jangka panjang maupun program jangka pendek.


Selain itu, pertemuan dengan kementerian juga berguna untuk mengetahui sejumlah program yang sifatnya berlaku secara multiyear, seperti yang dilakukan Kementerian Pertahanan dan TNI.


Andi mengatakan, pemerintahan Jokowi-JK ke depan harus mematuhi kontrak kerja program yang dibuat lembaga maupun kementerian dengan pemerintah saat ini. Andi menambahkan, Tim Transisi juga berkeinginan untuk mencari celah agar efesiensi anggaran untuk setiap kementerian dapat dilakuan. Termasuk, kata dia, mencari cara penguatan kelembagaan untuk masing-masing kementerian.


“Minggu ini pertemuannya masih level satu selanjutnya pertemuan dilakukan pada level operasional,” ujarnya.




Sumber : Kompas

Indonesia Offers To Train Saudis In Naval Operations

ABU DHABI-(IDB) : The Muslim states of Indonesia and Saudi Arabia are exploring naval cooperation.

Officials said Indonesia and Saudi Arabia have discussed such options as joint exercises, training and exchange of officers.

"Indonesia is the world’s largest archipelagic country, comprising more than 17,000 islands,” Indonesian ambassador to Riyad, Abdul Rahman Fachir, said. “As such, the nation is constantly strengthening naval defense forces to protect its vast territorial boundaries.

”In late August, the Indonesian Navy sent a new surface vessel for a three-day visit to Saudi Arabia. The crew of the Indonesian Navy’s KRI Bung Tomo, a British ship, was hosted by the Royal Saudi Navy Forces and conducted a pilgrimage, called Umra.

“Saudi Arabia has been chosen for its excellent relations with Indonesia, which are highlighted by the facilities and assistance extended to our ship and allowing its crew to perform Umra,” Fachir said.

Officials said Indonesia was offering to train Saudi navy crews in such skills as combat, search-and-rescue as well as maritime patrols. They said Indonesia was using its British-origin navy to enhance overall relations with the Gulf Cooperation Council kingdom.

"Indonesia has ordered the building of sophisticated ships in UK as part of a defense blueprint for the country,” Fachir said.



Sumber : WT

Prometheus, Senjata ‘Pengawal’ Rusia Di Angkasa


Komandan Utama Angkatan Udara Rusia Viktor Bondarev menyatakan sistem peluncur rudal generasi terbaru S-500 Prometheus akan memperkuat angkatan bersenjata Rusia mulai 2016. Senjata tersebut akan diuji coba pada 2015, kemudian selanjutnya akan diterima secara resmi dan masuk dalam tahap produksi massal.


MOSCOW-(IDB) : S-500 adalah sistem peluncur rudal generasi terbaru yang dapat melumpuhkan rudal balistik dan sasaran bergerak di udara secara terpisah. Fungsi utama sistem ini ialah melumpuhkan rudal balistik jarak menengah di zona akhir lintasan rudal maupun di zona tengah. Sebelumnya, Komandan Utama Angkatan Udara Rusia Viktor Bondarev mengumumkan S-500 tidak hanya bisa melumpuhkan rudal balistik jarak menengah, tetapi juga sasaran yang berada di orbit bumi, yakni satelit dan rudal balistik.



Sistem peluncur ini mampu melumpuhkan semua “sasaran” di udara di ketinggian apapun, mulai dari rudal penjelajah berkecepatan 5.500 kilometer per jam atau lebih, hingga sasaran berukuran kecil seperti pesawat tanpa awak dan satelit musuh yang berada di orbit bumi. Kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh sistem peluncur rudal generasi sebelumnya. Menurut Instansi Militer Rusia, S-500 bukanlah modifikasi dari seri terdahulunya, S-400. Senjata ini merupakan pengembangan baru yang dibuat dari teknologi dan perhitungan teknis yang jauh berbeda.


Senjata Antipesawat Dan Antirudal Unggulan


Redaktur Utama Vestnik PVO Said Aminov memprediksi S-500 akan menggunakan teknologi dimiliki S-300 dan S-400, namun ditambah fitur dan komponen-komponen baru.


S-500 memiliki radius kerja, kecepatan mengenai sasaran, serta jarak deteksi musuh yang lebih baik dibanding generasi sebelumnya. Kecepatan mengenai sasaran dan jarak deteksi musuh pada S-500 lebih optimal berkat penggunaan pemindai elektronik aktif (Active Electronically Scanned Array) yang merupakan komponen utama sistem radar modern. Maka itu, radar S-500 dapat mendeteksi musuh yang berjarak hingga 800 kilometer.


Kementerian Pertahanan Rusia berencana, Prometheus S-500 akan masuk dalam satuan pertahanan ruang udara Rusia untuk perlindungan yang mencakup seluruh wilayah negara. S-500 akan menjadi senjata antipesawat dan antirudal utama Rusia. Program pengembangan militer pemerintah Rusia mencanangkan pembelian S-500 untuk sepuluh batalyon satuan pertahanan ruang udara Rusia dalam periode 2011-2020.


Saat ini, sistem pertahanan udara Rusia merupakan gabungan senjata milik Angkatan Darat dan Angkatan Udara Rusia. Sistem pertahanan udara tersebut terdiri dari S-300 dan modifikasinya yang beragam, S-400, Buk-M1, Top-M1, Osa-AKM, serta Tunguska-M1.


Komponen Gabungan


Sejak 2008 silam, Rusia terus bergerak dalam pembuatan sistem pertahanan antirudal dan antipesawat terintegrasi. Sistem ini akan menyatukan sistem pertahanan udara negara-negara bekas Uni Soviet lain. Rusia telah mencapai kesepakatan bersama Kazakshtan dan Belarusia. Konsep sistem itu sendiri merupakan penciptaan sistem senjata antipesawat dan antirudal berlapis. Perbedaan fungsi taktis dan strategis diratakan, sehingga sistem berlapis tersebut mampu mengenai sasaran apapun yang berada di udara. Jarak dan ketinggian deteksi lawan menjadi tidak berpengaruh berkat sistem terintegrasi antarnegara. Pembuatan sistem pertahanan udara berlapis tersebut akan dikelompokkan berdasarkan radius kerja senjata antipesawat dan antiroket.


Radius dekat mencakup 30-40 kilometer. Dalam radius ini, satuan sistem peluncur roket tersebut digunakan untuk melindungi obyek berukuran kecil. Tugas itu dijalankan oleh sistem peluncur rudal tipe Buk, Pantsir-S1, dan Morfey.


Radius menengah mencakup 40-200 kilometer. Pada cakupan ini, satuan sistem peluncur roket tersebut digunakan untuk melindungi obyek industri, administrasi, serta objek militer berukuran besar. Lapisan ini akan dilindungi oleh sistem peluncur rudal darat seperti S-300 dan turunannya, termasuk S-300V4 dan Bityaz.

Radius jauh ialah mencapai lebih dari 200 kilometer. Pada jarak tersebut, sistem ini mampu mengenai pesawat terbang pengintai dan strategis, serta mencegah ledakan rudal milik musuh dengan menggunakan rudal balistik supersonik. Sementara ini, tugas tersebut masih dijalankan oleh S-400, yang kelak akan digantikan oleh S-500. 




Sumber : JKGR

Penutupan Latihan Militer Bersama Lintas Negara Di Sentul

BOGOR-(IDB) : Latihan bersama bertajuk Global Peace Operations Initiative (GPOI) antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan militer negara lain, resmi ditutup. Acara digelar di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Sentul, Bogor, Jawa Barat. Melibatkan ratusan peserta dari berbagai negara.

Komandan PMPP TNI Brigjen TNI AM Putranto mengatakan, pelatihan ini bertujuan untuk dapat melindungi warga sipil dari bentuk ancaman apapun. Menurutnya, tentara harus dapat mengamankan setiap warga dalam negeri maupun di luar negeri.

"Pengamanan warga sipil harus ditangani secara holistik. Penjagaan kedamaian akan menjadi masalah yang complicated bagi PPB," kata Putranto di lokasi, Bogor, Senin (1/9).

Sementara itu, Hawaii National Guard Commander Brigadier General Bruce E. Oliveira mengaku senang bisa melakukan pelatihan militer di Indonesia.

"Indonesia telah melakukan hal yang hebat dalam menjadi tuan rumah pelatihan ini. Saya menyampaikan terima kasih kepada Putranto sebagai direktur latihan. Latihan ini tak akan terlaksana tanpa usaha anda," tuturnya.

"Ini latihan terbesar yang diadakan tahun ini. Bawa ilmu baru dari sini ke unit Anda masing-masing. Tantangan yang anda hadapi sebagai penjaga kedamaian akan sulit," tambahnya.

Seperti diketahui, acara ini telah dibuka oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko pada 19 Agustus 2014. Pelatihan ini juga diikuti 720 peserta dari 21 negara.




Sumber : Merdeka

Berita Foto : RTA Menerima 3 Helikopter UH-60M Blackhawk

Helikopter UH-60M Angkatan Darat Thailand



BANGKOK-(IDB) : Angkatan Darat Thailand (Royal Thai Army/RTA) menerima pengiriman lanjutan berupa 3 helikopter Blackhawk jenis UH-60M buatan Sikorsky. Pada April 2013 lalu RTA juga telah menerima pengiriman helikopter Blackhawk jenis UH-60L.




Angkatan Darat Thailand memesan 16 helikopter Blackhawk secara bertahap terdiri dari 7 unit tipe UH-60M, 6 unit tipe UH-60L dan 3 unit tipe UH-60HL. Jumlah ini termasuk 1 unit Blackhawk yang jatuh pada tahun 2011 lalu.

Seri UH-60M merupakan jenis heli multirole dan sudah menggunakan full glass cockpit. Sesuai skedul RTA menerima UH-60M 3 unit pada 2014, dan akan menerima lagi 2 unit pada 2015 dan 2 unit lagi pada tahun 2016.




Sumber : DS

Komandan UNDOF Di Golan Bermasalah

GOLAN-(IDB) : Angkatan Bersenjata Filipina, Senin (1/9/2014), meminta agar komandan pasukan PBB di Dataran Tinggi Golan (UNDOF) diperiksa karena meminta pasukan Filipina menyerah kepada pemberontak Suriah yang mengepung dan menyerang kamp mereka.

Jenderal Gregorio Pio Catapang mengatakan, dia meminta agar ke-40 pasukan penjaga perdamaian asal Filipina tidak meletakkan senjata dan menolak perintah komandan UNDOF.

"Saya katakan kepada mereka untuk tidak mengikuti perintah karena itu (perintah menyerah) melanggar peraturan bahwa kami tidak akan pernah meletakkan senjata. Selain itu tak ada jaminan mereka akan aman setelah menyerah," ujar Jenderal Catapang.

"Posisi kami adalah, tidak akan membiarkan prajurit kami menjadi pion korban untuk menyelamatkan tentara Fiji. Mereka harus mencari jalan lain untuk menyelamatkan prajurit Fiji," tambah Catapang.

Pasukan Filipina itu bahkan melakukan aksi penyelamatan yang berani dari kepungan pemberontak Suriah pada akhir pekan lalu, sekaligus mengakhiri ketegangan selama beberapa hari.

Lebih jauh, Catapang menambahkan, investigasi akan memberi kesempatan bagi komandan UNDOF untuk menjelaskan perintahnya untuk menyerah. Sementara militer Filipina juga akan menjelaskan mengapa meminta para prajuritnya untuk menentang perintah.

Catapang bahkan meminta para perwira Filipina yang menduduki posisi kunci dalam misi UNDOF untuk mengundurkan diri karena adanya perbedaan pandangan tentang cara menangani krisis di Golan.

Pemerintah Filipina sudah menegaskan tidak akan mengirim kontingen baru untuk bergabung dengan UNDOF di saat masa tugas pasukan Filipina saat ini habis pada Oktober mendatang.

Penentangan ini menjadi pukulan baru bagi pasukan UNDOF setelah kini sering terancam dengan meningkatkan kekerasan di zona penyangga yang memisahkan Israel dan Suriah. Beberapa negara bahkan sudah menarik pasukannya setelah serangan pemberontak Suriah terus meningkat.

Sementara itu, 45 anggota pasukan Fiji yang menyerah pada pemberontah Suriah kini masih ditahan kelompok bersenjata yang berafiliasi kepada Al-Qaeda. Komandan pasukan UNDOF, yang mengawasi gencatan senjata di Golah, kini tengah mencoba melakukan pembicaraan dengan pemberontak Suriah untuk membebaskan para prajurit Fiji itu.




Sumber : Kompas