Pages

Minggu, Agustus 03, 2014

Awan Serat Karbon Anti Serangan Rudal

USS Mustin (DDG 89), USS Wayne E. Meyer (DDG 108) dan USS Frank Kabel (AS 40) menguji 'obscurants maritim, yang digelar di selatan Guam untuk menilai efektivitas awan serat optik yang digunakan untuk pertahanan kapal dari rudal musuh. Perhatikan bagaimana distribusi/penyebaran awan/asap dapat dimanipulasi oleh kapal, dalam kondisi angin yang sama, ketika kedua kapal bergerak ke arah yang sama. (Navy AS foto, Timothy Wilson)
USS Mustin (DDG 89), USS Wayne E. Meyer (DDG 108) dan USS Frank Kabel (AS 40) menguji ‘obscurants maritime”, yang digelar di selatan Guam untuk menilai efektivitas awan serat optik yang digunakan untuk pertahanan kapal dari rudal musuh. Perhatikan bagaimana distribusi/penyebaran awan/asap dapat dimanipulasi oleh kapal, dalam kondisi angin yang sama, ketika kedua kapal bergerak ke arah yang sama.



WASHINGTON-(IDB) : Angkatan Laut AS baru-baru ini telah menguji sistem penangkal rudal anti-kapal permukaan yang menggunakan ‘obscurant’. Obscurant adalah kabut /awan carbon fiber / Serat karbon, yang dapat menyerap radar. Kabut serat fiber ini dihasilkan oleh mesin generator yang ada di kapal. Kabut / Awan serat karbon ini dapat melindungi kapal dari serangan rudal anti kapal (radar guided) serta rudal jelajah pesawat anti kapal permukaan.


Sistem dan taktik penggunaannya diuji dalam berbagai kondisi laut dengan menggunakan aset dari: US Army, Navy dan Air Force, untuk mengevaluasi bagaimana penyerap radar (awan serat karbon) dapat mencegah rudal musuh mndeteksi dan menyerang kapal, yang bisa dimanfaatkan sebagai bagian dari pertahanan berlapis.


‘Naval Warfare Development Command’  telah mengujicoba prototipe generator obscurant maritim pada tanggal 21 hingga 25 Juni 2014 untuk menilai tingkat efektivitasnya dalam pertahanan rudal anti-kapal. Cara kerjanya,  perangkat yang ada di kapal menghasilkan partikel serat karbon yang tersimpan di dalam asap. Partikel-partikel ini menyerap dan menyebarkan, gelombang radar yang berasal dari penjejak (seeker) rudal yang datang, sehingga mampu mengaburkan target dari penjejak rudal lawan.

Selama evaluasi 'Pandarra Fog' (istlah untuk operasi ujicoba),  sistem dan taktik diuji di bawah berbagai kondisi laut menggunakan unit Armada Ketujuh dan aset dari US Army, Navy, dan Air. Force untuk mengevaluasi bagaimana awan serat karbon mampu menyerap radar dan bisa mencegah rudal untuk mendeteksi dan mengunci kapal target sebagai bagian dari pertahanan berlapis. Foto: US Navy, oleh Timothy Wilson.
Selama evaluasi ‘Pandarra Fog’ (istlah untuk operasi ujicoba), sistem dan taktik diuji di bawah berbagai kondisi laut menggunakan unit Armada Ketujuh dan aset dari US Army, Navy, dan Air. Force untuk mengevaluasi bagaimana awan serat karbon mampu menyerap radar dan bisa mencegah rudal untuk mendeteksi dan mengunci kapal target sebagai bagian dari pertahanan berlapis.



Proyek “Pandarra Fog’ dengan cepat mampu menyatukan kekuatan ilmiah dengan tim gabungan pasukan AS, untuk mengatasi persoalan perang yang paling sulit. Hal yang dihasilkan tidak sekedar asap atau sekam (chaff), melainkan obscurant teknologi tinggi, yang efektif  dalam menghadang berbagai sistem rudal homing, “kata Antonio Siordia, ilmuwan penasihat Armada Ketujuh AS.


Komandan Armada Ketujuh AS, Laksamana Madya Robert L. Thomas Jr memulai ujicoba Asap anti rudal kapal ini, dalam operasi “Pandarra Fog”, yang melibatkan sejumlah kapal di Guam. “Kabut Pandarra adalah contoh kerja cepat dari integrasi teknis dan pengembangan taktis Armada kami untuk menguasai perang manuver elektromagnetik dan memastikan akses pasukan gabungan,” kata Thomas.


Percobaan ini menunjukkan ‘maritime obscurant generation’ dapat menjadi kunci dari manuver ofensif armada kami, yang mana dunia kini dipenuhi rudal anti-kapal maupun rudal balistik.

Kinerja dari obscurant secara signifikan akan mengurangi risiko serangan rudal ke kapal permukaan.

Skrining asap adalah bagian dari pertahanan berlapis-lapis dari kapal permukaan, yang juga termasuk pertahanan aktif (rudal pertahanan udara), aktif decoy (jammers dan RF decoys) chaff. Flare (terlihat dalam foto ini) dapat digunakan untuk pertahanan terakhir, memikat thermal seeker dari kapal yang di-target oleh rudal.
Skrining asap adalah bagian dari pertahanan berlapis-lapis dari kapal permukaan, yang juga termasuk pertahanan aktif (rudal pertahanan udara), aktif decoy (jammers dan RF decoys) chaff. Flare (terlihat dalam foto ini) dapat digunakan untuk pertahanan terakhir, memikat thermal seeker dari kapal yang di-target oleh rudal.


“Kami sedang mengembangkan pendekatan berlapis menggunakan full spektrum dari kemampuan aktif dan pasif, untuk memberikan perlindungan tertinggi. Ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga bagaimana armada kami berlatih menggunakan kemampuan ini, “kata Kapten. David Adams, yang memimpin grup ‘Warfighting Initiatives’ Armada Ketujuh AS.


“Sebuah pertahanan dengan pendekatan mendalam, memiliki banyak keuntungan. Tidak hanya kita tahu asap ini efektif menangkal rudal, tapi juga mengikis tingkat ketidaktentuan dan ketidakpastian menjadi terukur ” lanjut Kapten Adams.


Selain memiliki tingkat efektivitas yang signifikan, sistem ini relatif murah bila dibandingkan dengan penangkal (countermeasures) rudal lainnya dan mudah digunakan kapal kapal lainnya untuk bermanuver. Bahan-bahan yang digunakan ramah lingkungan dan cocok untuk memaksimalkan efektifitas operasional. “Penilaian awal kami menunjukkan pengujian ini sangat sukses dalam hal pekerjaan taktis, kegunaan dan efektivitas biaya,” ujar Kapten Adams.

Kapal patroli Jepang Shiritaka (PG 829) menembakkan layar flare menyerupai tirai di depan kapal. Flare ini membuat layar obscurant panas yang dapat menyembunyikan kapal dari rudal pencari panas yang masuk.
Kapal patroli Jepang Shiritaka (PG 829) menembakkan layar flare menyerupai tirai di depan kapal. Flare ini membuat layar obscurant panas yang dapat menyembunyikan kapal dari rudal pencari panas yang masuk.




Sumber : JKGR

Anda Percaya, Kami Pasti Bisa...!!! (5)

2011-08-09-17.09.04

JKGR-(IDB) : Saat ini ada 5 isu strategis nasional, yaitu Ancaman Konvensional dan Non-Konvensional, Kondisi Geografis Indonesia, Gangguan Kemanan masih cukup besar, Permasalahan Perbatasan dan Kemandirian Masih Terbatas. Berhubungan dengan judul artikel maka kita akan membahas tentang “KEMANDIRIAN MASIH TERBATAS.


Untuk mengejar kemandirian dan penguasaan teknologi, pemerintah membuat 7 program kemandirian industri pertahanan, yaitu Pembangunan Industri Propelan Nasional, Pengembangan Kapal Selam, Pengembangan Pesawat Tempur (IFX), Pengembangan Roket dan Rudal Nasional, Pengembangan Kapal PKR atau Frigate Nasional, Pengembangan Radar Nasional, dan Pengembangan Tank Nasional (medium).Kemarin sudah dibahas masalah Pembangunan Industri Propelam Nasional, rencana jangka menengah pembangunan kapal PKR atau Frigate Nasional, dan Pengembangan Kapal Selam.




Pengembangan Roket Dan Rudal Nasional


Program pengembangan roket nasional di Indonesia akan memberikan kesempatan kepada industri dalam negeri terkait membangun kemampuan dan menguasai teknologi peroketan untuk kemandirian pertahanan. Untuk itu, dilakukan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada sebagai modal awal untuk mulai mengembangkan kemampuan dalam litbang dan produksi roket serta rudal untuk persenjataan TNI.


Secara bertahap dikembangkan roket dan rudal nasional dengan memperhatikan kebutuhan operasi yang sesuai dengan kondisi negara Indonesia dan mengintegrasikan kemampuan nasional untuk mengembangkan teknologi pertahanan yang berbasis teknologi kedirgantaraan. Awal pengembangan dimulai dengan roket diameter 122 mm dengan jarak jangkau 20 km.


Sejak saat itu sudah 3 tipe motor roket yang dihasilkan yaitu RX1210 propelan komposit 1m bintang 8, RX1213 propelan komposit 1,3 m bintang 7, RX1220 dengan propelan komposit ganda. Selain itu motor roket RX1210/1213 dua tingkat dengan jangkauan 21 km. Kemudian pengembangan motor roket RX2020 dengan diameter 200 mm dan propelan 2 m dengan jangkauan 40 km.



Mulai dari tahun 2010 fokus pengembangan ditujukan kepada D230 RX1210 dengan jangkauan maksimum 15 km, D230 RX1220 dengan perkiraan jangkauan maksimum 21 km dan RX2020. Leading sektor teknologi peroketan adalah LAPAN, teknologi hulu ledak adalah PT. PINDAD, dan integrasi serta industralisasi adalah PT. DI.


Program RKX telah menberikan beberapa hasil, seperti, pengembangan sensor IMU (Inertial Measurement Unit), sistem autopilot, model terowongan angin, sistem aktuasi, yang dalam hal ini menggunakan high torque servo motor, sistem separasi sederhana, sistem telemetri sampai jarak jangkau 60 Km, struktur tahan panas (blast tube), alat penguji subsistem kendali (HWIL), dan sistem sensor pencari sasaran (infra-red/optical) tahap awal. Hasil-hasil tersebut belum maksimal, diantaranya IMU yang dihasilkan masih mempunyai bias error yang terlalu besar untuk bisa melakukan close-loop dengan sistem kendali sikap, sehingga masih diperlukan pengembangan lebih lanjut untuk mendukung program roket kendali.




Tahun 2010


Pada tahun 2010 telah diluncurkan Roket D-230 kaliber 122 mm RX-1210 dan RX-1213 dengan jarak jangkau 12-15 km di-freeze menjadi R-Han 122. Roketroket ini mendapat sertifikat uji coba dari Dislitbangal serta Rancang bangun sistem peluncur 8 laras menggunakan mobil Land Rover. Konsorsium pengembangan roket ini melibatkan Instansi Pemerintah (Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Pertahanan, Dislitbang TNI AL), Lembaga Riset (ITB, LAPAN, BMKG) dan Industri (PT DI, PT Pindad, PT KS).




Tahun 2011


Telah dilakukan rancang bangun dan uji luncur perdana Roket D-230 kaliber 122 mm, RX- 1220 dengan jarak jangkau 25 km, Roket Kendali RKX- 2020, dan Rancang bangun sistem peluncur Truk Gaz 16 Laras dan Truk Perkasa 8 Laras.




Tahun 2012


Konsorsium telah berhasil mengembangkan roket D-230 RX-1220 dengan diameter 122 mm, berbahan bakar propelan seberat 23 kg, kecepatan terbang 2,7 Mach, dan jarak jangkau sekitar 24 km. Selain itu, dikembangkan juga roket D-230 RX-2020 dengan diameter 200 mm, berbahan bakar propelan seberat 53,4 kg, dan jarak jangkau sekitar 36 km.


Untuk pengembangan sistem elektronika dan kontrol telah dilakukan pengembangan Bus Terminal Server RBU, Simulator Source Station, Software Interfacing, Software Firing Control RBU, Software Tactical Management ASW. Terhadap Roket RX-1220 dan RX-2020 bermuatan GPS dan Radar telah dilakukan uji coba sebanyak 4 kali di Pameungpeuk, Garut.




Tahun 2013


Telah dikembangkan roket balistik RX-2020 bermuatan radar dan GPS, prototipe Remote- Controlled Weapon System, Ballistic Computer, Roket Electric-Ducted Fan, Sistem Elektronika (Combat Management System). Uji coba telah dilakukan beberapa kali diantaranya, roket RX-2020 telah diterbangkan di Pamengpeuk tanggal 27 Agustus dan di Morotai 18 Desember 2013, sedangkan uji statis Roket 3 Digit RX 450 dilakukan di Pameungpeuk.







Sumber : JKGR