ALASKA-(IDB) : Tiga pesawat
F-16 C/D 52ID TNI AU dengan call sign "Viper Flight," sudah meninggalkan
Hill AFB Utah dan mendarat dengan selamat di Eielson AFB Alaska.
Pesawat pertama adalah TS 1620 dengan crew Maj Collin Coatney/Ltk.Firman
Dwi Cahyono, pesawat TS 1623 diawaki Ltc Erick Houston/ May. Anjar
Legowo dan pesawat TS 1625 diawaki Col Phil Purcel. Tiga buah pesawat
F-16 C/D lepas landas dari Hill AFB Utah pukul 11.15 waktu setempat
untuk bertemu dengan pesawat tanker KC-10 yang akan mengawal pesawat
sampai Alaska.
Perjalanan ditempuh dengan ketinggian 25.000 kaki pada kecepatan 0.8 MN (Mach Number) atau sekitar 480 KTAS (Knots True Air Speed) melewati area gurun, area perkotaan, selat sepanjang pantai dan juga pegunungan yang tertutup salju di wilayah Canada bagian utara sebelum memasuki wilayah Negara bagian Alaska. Selama perjalanan dilaksanakan air to air refueling dengan pesawat KC-10 dari Travis selama 3 kali pengisian.
Pesawat mendarat dengan ILS approach di Eielson AFB Alaska di tengah guyuran hujan dan angin samping (crosswind 20 kts) pada pukul 13.51 waktu setempat di mana Alaska berada pada zona waktu GMT-8. Rencana pada leg berikutnya keberangkatan akan dilaksanakan pada hari Kamis pukul 11.00 waktu Alaska menuju Guam yang akan menempuh waktu perjalanan lebih dari 9 jam.
Dalam perencanaan penerbangan “ferry flight” dari Hill AFB Utah menuju Lanud Iswahjudi Madiun dimulai dengan perjalanan dari Hill AFB, Utah menuju Eilsen AFB Alaska dengan waktu 4 jam 23 menit, selanjutnya tgl 17 Juli berangkat dari Eilsen AFB Alaska menuju Andersen AFB Guam selama 9 jam 40 menit dan leg terakhir tanggal 20 Juli dari Guam langsung menuju Lanud Iswahyudi Madiun dengan waktu 5 jam 16 menit. Ketiga pesawat direncanakan akan mendarat pada pukul 11.16 di lanud Iswahjudi Madiun pada tanggal 20 Juli 2014 langsung diparkir di hangar Skadron Udara 3 “The Dragon Nest”.
Keenam instruktur penerbang mulai bulan Agustus akan melanjutkan latihan terbang konversi F-16 C/D nya di Lanud Iswahyudi Madiun dibawah supervisi empat instruktur penerbang dari US Air Force Mobile Training Team. Karena konfigurasi awal pesawat F16C/D-52ID tidak dilengkapi dengan drag chute (rem payung) maka pesawat-pesawat ini direncanakan akan menjalani modifikasi pemasangan peralatan drag chute yang dilakukan tehnisi TNI AU dibantu personil Lockheed Martin pada kuartal pertama 2015.
Pengadaan 24 pesawat F16 C/D-52ID dalam Proyek “Peace Bima Sena II” ini merupakan kerjasama antara Pemerintah AS dan Indonesia berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada tanggal 17 Januri 2012. Pelaksanaan regenerasi meliputi structural/airframe upgrade pesawat Block 25 hingga mencapai masa usia pakai (service life) optimal.
Disisi lain modernisasi avionic dan engine pesawat akan meningkatkan kemampuan menjadi setara dengan F-16 block 52. Upgrade Pesawat F-16 C/D 52ID ini tidak main-main karena mengejar kemampuan setara dengan Block 52, terutama pemasangan Mission Computer MMC- 7000A versi M-5 yang dipakai Block 52+, Improved Data Modem Link 16 Block-52, Embedded GPS INS (EGI) block-52 yang menggabungkan fungsi GPS dan INS , Electronic Warfare Management System AN/ALQ-213, Radar Warning Receiver ALR-69 Class IV, Countermeasures Dispenser Set ALE-47 untuk melepaskan Chaff/Flare. Sedangkan kemampuan radar AN/APG-68 (V) ditingkatkan agar mampu mendukung peralatan dan system baru yang dipasang.
Tidak hanya itu, seluruh mesin pesawat tipe F100-PW-220/E menjalani upgrade di sehingga menjadi baru kembali. Seluruh pesawat menjalani upgrading dan refurbished rangka “airframe” serta sistem “avionic” dan persenjataan di Ogden Air Logistics Center Hill AFB, Utah.
Rangka pesawat diperkuat, cockpit diperbarui, jaringan kabel dan elektronik baru dipasang, semua system lama di rekondisi menjadi baru dan system computer baru ditambahkan agar pesawat lahir kembali dengan kemampuan jauh lebih hebat.
Pengadaan 24 F-16 C/D-52ID tersebut akan melengkapi Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi dan Skadron Udara 16 Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru untuk menambah kekuatan tempur TNI Angkatan Udara sebagai tulang punggung kekuatan dirgantara (Air Power) kita demi menjaga Keamanan Nasional Indonesia.
Perjalanan ditempuh dengan ketinggian 25.000 kaki pada kecepatan 0.8 MN (Mach Number) atau sekitar 480 KTAS (Knots True Air Speed) melewati area gurun, area perkotaan, selat sepanjang pantai dan juga pegunungan yang tertutup salju di wilayah Canada bagian utara sebelum memasuki wilayah Negara bagian Alaska. Selama perjalanan dilaksanakan air to air refueling dengan pesawat KC-10 dari Travis selama 3 kali pengisian.
Pesawat mendarat dengan ILS approach di Eielson AFB Alaska di tengah guyuran hujan dan angin samping (crosswind 20 kts) pada pukul 13.51 waktu setempat di mana Alaska berada pada zona waktu GMT-8. Rencana pada leg berikutnya keberangkatan akan dilaksanakan pada hari Kamis pukul 11.00 waktu Alaska menuju Guam yang akan menempuh waktu perjalanan lebih dari 9 jam.
Dalam perencanaan penerbangan “ferry flight” dari Hill AFB Utah menuju Lanud Iswahjudi Madiun dimulai dengan perjalanan dari Hill AFB, Utah menuju Eilsen AFB Alaska dengan waktu 4 jam 23 menit, selanjutnya tgl 17 Juli berangkat dari Eilsen AFB Alaska menuju Andersen AFB Guam selama 9 jam 40 menit dan leg terakhir tanggal 20 Juli dari Guam langsung menuju Lanud Iswahyudi Madiun dengan waktu 5 jam 16 menit. Ketiga pesawat direncanakan akan mendarat pada pukul 11.16 di lanud Iswahjudi Madiun pada tanggal 20 Juli 2014 langsung diparkir di hangar Skadron Udara 3 “The Dragon Nest”.
Keenam instruktur penerbang mulai bulan Agustus akan melanjutkan latihan terbang konversi F-16 C/D nya di Lanud Iswahyudi Madiun dibawah supervisi empat instruktur penerbang dari US Air Force Mobile Training Team. Karena konfigurasi awal pesawat F16C/D-52ID tidak dilengkapi dengan drag chute (rem payung) maka pesawat-pesawat ini direncanakan akan menjalani modifikasi pemasangan peralatan drag chute yang dilakukan tehnisi TNI AU dibantu personil Lockheed Martin pada kuartal pertama 2015.
Pengadaan 24 pesawat F16 C/D-52ID dalam Proyek “Peace Bima Sena II” ini merupakan kerjasama antara Pemerintah AS dan Indonesia berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada tanggal 17 Januri 2012. Pelaksanaan regenerasi meliputi structural/airframe upgrade pesawat Block 25 hingga mencapai masa usia pakai (service life) optimal.
Disisi lain modernisasi avionic dan engine pesawat akan meningkatkan kemampuan menjadi setara dengan F-16 block 52. Upgrade Pesawat F-16 C/D 52ID ini tidak main-main karena mengejar kemampuan setara dengan Block 52, terutama pemasangan Mission Computer MMC- 7000A versi M-5 yang dipakai Block 52+, Improved Data Modem Link 16 Block-52, Embedded GPS INS (EGI) block-52 yang menggabungkan fungsi GPS dan INS , Electronic Warfare Management System AN/ALQ-213, Radar Warning Receiver ALR-69 Class IV, Countermeasures Dispenser Set ALE-47 untuk melepaskan Chaff/Flare. Sedangkan kemampuan radar AN/APG-68 (V) ditingkatkan agar mampu mendukung peralatan dan system baru yang dipasang.
Tidak hanya itu, seluruh mesin pesawat tipe F100-PW-220/E menjalani upgrade di sehingga menjadi baru kembali. Seluruh pesawat menjalani upgrading dan refurbished rangka “airframe” serta sistem “avionic” dan persenjataan di Ogden Air Logistics Center Hill AFB, Utah.
Rangka pesawat diperkuat, cockpit diperbarui, jaringan kabel dan elektronik baru dipasang, semua system lama di rekondisi menjadi baru dan system computer baru ditambahkan agar pesawat lahir kembali dengan kemampuan jauh lebih hebat.
Pengadaan 24 F-16 C/D-52ID tersebut akan melengkapi Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi dan Skadron Udara 16 Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru untuk menambah kekuatan tempur TNI Angkatan Udara sebagai tulang punggung kekuatan dirgantara (Air Power) kita demi menjaga Keamanan Nasional Indonesia.
Sumber : TNI AU