Pages

Selasa, Juni 24, 2014

Kejar Tayang, Wamenhan Sidak Alutsista Pesanan Kemhan

ARC-(IDB) : Menjelang akhir-akhir masa bakti Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, Kementrian Pertahanan mengebut sejumlah proyek pengadaan alutsista, terutama dari Industri Dalam Negeri. Sebelum bertolak ke Jerman, Wamenhan Sjafrie Sjamsoedin blusukan ke sejumlah Industri pertahanan. Dalam sehari, mantan Pangdam Jaya itu memantau proses produksi alutsista di PT.DI, Pindad dan Lampung. Dan tampak dalam foto di bawah ini adalah Kapal Angkut Tank produksi Daya Radar Utama yang hampir rampung.

Tampak memang LST yang dibangun khusus untuk mengangkut MBT Leopard II ini berukuran sangat besar. Dalam spesifikasinya, direncanakan LST ini mampu mengangkut 10 MBT sekaligus. Namun demikian, pengerjaan LST yang dilakukan secara paralel dengan Dok Kodja Bahari ini mengalami keterlambatan. Saat ini proses pengerjaan sudah 88%. Mesin dan kabel-kabel sudah terpasang. Yang perlu dilakukan saat ini memasang piringan putar, pintu rampa, serta propeller.  Sementara direncanakan LST itu akan dipasang senjata 2x40mm di haluan serta 12,7mm di buritan.

Sebelum ke PT.DRU, Wamenhan juga sempat mengunjungi PT.DI dan PT.Pindad di Bandung Jawa Barat. Di PT.DI, wamenhan meninjau final assembly dari CN-295 ke-8 pesanan Pemerintah. Bodi utuh, sayap serta sirip CN-295 ke-8 ini aslinya dibawa langsung dari Spanyol. Namun perakitan, wiring, pemasangan mesin hingga test terbang semua dilakukan di Bandung. Ini adalah bagian dari Transfer Teknologi yang dijanjikan pihak Airbus kepada Indonesia.

Di Pindad, Wamenhan meninjau proses retrofit Tank AMX-13. Saat ini sedang dilakukan retrofit 4 unit Tank buatan Prancis tersebut. Selain versi Kanon, Retrofit juga menyentuh AMX-13 versi Angkut Pasukan dan Komando. Direncanakan pada 5 Oktober nanti 9 unit Tank AMX-13 Retrofit Pindad itu akan ikut berparade.

Berikut liputannya :



Sumber : ARC

Meski Gak Punya Jembatan, Leopard Bisa Berenang

ARC-(IDB) : Adu debat sesi ketiga antara Capres semalam memang menghadirkan satu pertanyaan menggelitik terkait dengan tank Leopard 2. Salah satu Capres mengatakan bahwa Leopard tidak cocok, karena jembatan (di pulau Jawa, relevan dengan situasi penempatan Leopard 2 saat ini) tidak sanggup menahan bobot Leopard 2. Meme pun segera bertebaran di internet, bagaimana caranya tank seberat 60ton lebih tersebut bisa berenang? 


Di luar fakta bahwa Leopard 2 sudah ditransportasikan dari Bandung ke Surabaya tanpa kendala berarti (termasuk melintasi jalan dan jembatan Pantura), nyatanya para desainer tank kebanggaan, Jerman ini sudah memikirkan bagaimana tank harus bermanuver (dalam keadaan terpaksa) melintasi sungai tanpa jembatan. 

Maklum saja, rel kereta dan jembatan sudah pasti jadi sasaran pertama serangan udara untuk menghancurkan noda dan kapabilitas transportasi. Di luar hangatnya persaingan antar Capres, ARC hanya ingin menghadirkan fakta Sejati di balik argumen dan opini yang ada.

Dalam triumvirat desain tank, mobilitas dan proteksi adalah dua hal yang bertolak belakang. Semakin tebal perlindungan tank, tentu bobotnya makin berat yang berdampak pada makin turunnya mobilitas. Dibandingkan tank amfibi atau kendaraan intai dengan kulit alumunium yang lebih ringan, MBT jelas bukan tandingan kalau soal diajak lintas genangan. 


Namun bukan berarti MBT mati kutu saat harus melintas rintangan berupa sungai yang cukup dalam. MBT memang tidak bisa mengambang, tapi bisa menyelam. Tak terbayangkan bukan, monster lapis baja seberat 50-60 ton masuk kedalam sungai, dan tiba-tiba sudah muncul diseberang? Pada kenyataannya, hampir semua pabrikan tank merancang agar MBT lansirannya mampu menyelam pada kedalaman tertentu.

Maklum saja, yang namanya rintangan berupa lintasan air adalah hal jamak yang ditemukan diseluruh bentang benua, khususnya Eropa, yang merupakan benua asal MBT Leopard 2. Berdasar estimasi, rata-rata di daratan Eropa terdapat bentang air berupa sungai atau kanal selebar 6 meter setiap 20km, kemudian selebar 100 meter setiap 35-60km, 100-300 meter setiap 100-150km, dan selebar 300 meter setiap 250-300km. Untuk permukaan air yang tak terlalu dalam seperti genangan atau kanal kecil, MBT seperti Leo 1 dan 2 didesain dengan kemampuan dasar water-wading atau melintasi genangan sampai kedalaman 1-1,4 meter, namun untuk sungai dalam, MBT harus mengandalkan varian AVLB atau jembatan ponton.


Namun kedua opsi penyeberangan diatas tetap punya batasan. Kalau harus mengandalkan jembatan gunting, rentangnya terbatas sementara lebar sungai bisa mencapai 50, bahkan 300 meter. Jembatan ponton pun relatif lama dalam menyeberangkan tank. Oleh karena itu, MBT didesain agar bisa menyelam dan melanjutkan perjalanan secara mandiri, dengan batasan-batasan tertentu. Operasi lintas badan air (water-fording) tergolong operasi yang amat riskan dan berbahaya, karena pengemudi benar-benar buta dengan keadaan sekitar saat ada di dalam air.

Dasar sungai pun biasanya penuh sedimentasi lumpur yang bisa membuat transmisi selip dan rantai terpeleset sehingga tank keluar dari jalur. Belum lagi kesiapan mesin yang harus dalam keadaan prima agar tidak overheat dan lalu berhenti saat tank sedang berada di dasar sungai. Setelah keluar pun, tank juga harus langsung siap tempur, mengingat dalam operasi sebenarnya, para awaknya harus siap untuk segala kemungkinan. 


Pemilihan titik penyeberangan harus dicermati oleh pasukan pengintai, bebas dari kehadiran pasukan musuh, jangkauan artileri lawan, ataupun hambatan di permukaan air seperti es yang membeku atau ranting dan batang kayu. Operasi penyeberangan harus dilakukan dalam keadaan teratur dan tak terburu-buru, karena kerusakan pada snorkel berarti kematian pelan bagi krunya. Membuka hatch di kedalaman 4 meter sama sekali tak bisa dilakukan, dan dalam keadaan darurat, awak MBT yang tenggelam hanya bisa berdoa dan berharap pada kru kendaraan recovery yang bisa makan waktu berjam-jam.

Krauss-Maffei sebagai perancang Leopard 1 dan Leopard 2 sudah menyiapkan sejumlah alat yang memampukan MBT andalan Jerman ini untuk berenang. Berbeda dengan Uni Soviet yang menggariskan bahwa komandan harus tiba diseberang lebih dulu dan mengarahkan tanknya yang sedang menyelam via radio, doktrin Jerman menggariskan bahwa dalam keadaan apapun, komandan harus tetap tinggal bersama dengan tank dan awaknya. Teknik water-fording pada Leopard 1 dan 2 secara garis besar sama, dimana komandan mengarahkan gerak tank dengan snorkel khusus berbentuk menara yang mencuat diatas permukaan air.

Syarat pertama agar Leo 1 dan 2 mampu menyeberang adalah kedalaman air, yang tak boleh melebihi 4 meter agar tak membahayakan mesin. Seluruh lubang bukaan pada tank-lubang meriam, mulut laras senapan mesin koaksial dan senapan mesin diatas kubah, lensa optik, lubang knalpot, lubang tempat memasukkan munisi, hatch, harus dipastikan dalam keadaan tertutup sempurna, dan bila diperlukan dilapis dengan gemuk khusus yang mampu menahan air untuk tidak masuk. 
Sil-sil karet harus dipastikan agar tidak robek ataupun berlubang. Snorkel kemudian dipasang pada hatch komandan, dimana snorkel ini terbagi dalam tiga segmen teleskopik yang bisa dipanjangkan atau dipendekkan, disesuaikan dengan kedalaman air. Didalam snorkel ini juga terdapat tangga, sehingga komandan dapat memanjat keluar dan melihat keadaan sekaligus mengarahkan tank saat berjalan didalam air. Snorkel desain Jerman ini memiliki keunggulan, karena memungkinkan awaknya menyelamatkan diri dalam keadaan darurat, mengingat diameternya yang bisa dilalui manusia. Pengemudi juga mengecek deviasi dari jalannya tank, dengan mengemudi dalam keadaan lurus, dan melihat simpangan yang dihasilkan. Seperti ban mobil, track pada tank pun memerlukan spooring

Setelah persiapan penyeberangan siap-pengecekan selesai, kubah dan laras dikunci kearah belakang seperti dalam konfigurasi pengangkutan trailer sehingga tak menimbulkan hambatan dan tekanan tidak merusak seal di mulut laras, tank dijalankan dengan sangat pelan agar tak menimbulkan gelombang berlebih saat mulai memasuki air. Udara yang diperlukan oleh mesin kini dipasok melalui snorkel, karena katup di knalpot sudah ditutup melalui sistem hidrolik, dan sistem pendingin dibanjiri oleh air agar mesin tidak lekas overheat. 

Leopard memiliki bilge pumps yang  bekerja dengan memompa air yang masuk ke kompartemen awak dan mesin. Komandan yang memunculkan tubuhnya diatas snorkel berbicara dengan menggunakan interkom, memberi perintah bagi pengemudi yang tak bisa melihat apapun didalam air. Leopard dijalankan dalam gigi maju terendah, bergerak terus sampai akhirnya muncul di permukaan seberang. Setelah tiba diseberang, persiapan pasca penyeberangan pun dilakukan, dengan melepas semua sumbat-sumbat yang ada.

Namun dalam keadaan darurat, misalkan MBT harus dipersiapkan untuk bertempur, snorkel dapat dilepaskan secara cepat dengan bahan peledak kecil yang sudah terpasang. Sumbat pada mulut laras tank tak perlu dilepas, karena akan luruh begitu saja saat munisi 120mm melesat meninggalkan laras.

Pada dasarnya, operasi water-fording merupakan operasi yang sangat riskan bagi tank dan awaknya, dan biasanya dilakukan sebagai cara terakhir pada saat sudah tak ada alternatif penyeberangan. Oleh karena itu, lokasi jembatan selalu menjadi titik yang harus direbut secara cepat bagi pasukan yang melakukan invasi, karena lebih mudah melintasi sebuah jembatan dibandingkan harus menyiapkan operasi water fording yang menempatkan satu skuadron tank dalam keadaan tak berdaya. Sementara bagian yang bertahan harus mempertahankannya mati-matian, atau bila sudah tidak ada cara lagi, menghancurkannya sebelum tank musuh dapat melintas.





Sumber : ARC

Tidak Punya MBT, TNI Sulit Imbangi MBT Tetangga

JAKARTA-(IDB) : Capres Joko Widodo mengkritik pembelian tank kelas berat Leopard. Dia menilai tank berbobot 62 ton ini terlalu berat untuk jalan-jalan di Indonesia. Bobot tank juga tak bisa ditahan oleh jembatan-jembatan di Indonesia.

Sementara Capres Prabowo Subianto menilai Indonesia memang butuh tank kelas berat. Mantan Panglima Kostrad ini mencontohkan tahun 1970an saja tentara Vietnam Utara sudah menggunakan tank kelas berat. Masak, Indonesia sampai tahun 2000an tak punya tak kelas berat.

"Vietkong itu sudah pakain main battle tank. Mereka menyerang dengan main battle tank," kata Prabowo dalam debat capres, Minggu (23/6) malam.

Menengok kekuatan negara tetangga, Malaysia sudah lebih dulu membeli 45 buah PT-91M sekitar tahun 2007 dari Polandia. Tank yang diberi nama Pendekar itu berbobot 45,5 ton. Senjatanya kanon 125 mm 2A46M, senapan mesin 12,7 mm dan 7,62 mm. Malaysia membeli tank ini untuk menggantikan Tank Ringan Scorpion buatan Inggris.

PT-91M Pendekar kini menjadi andalan resimen kavaleri Malaysia. Lapisan pelindungnya ERAWA 3 Explosive Reactive Armour, cukup kuat untuk menahan gempuran RPG, roket antitank atau tembakan kanon meriam 100 mm. Tank ini mampu digeber dengan kecepatan 70 km/jam.

Bagaimana Dengan Indonesia?

Sejak tahun 1995, satuan kaveleri TNI AD hanya mengandalkan tank ringan FV101 Scorpion. Bobot tank ini hanya 8,74 ton. Dipersenjatai kanon 90 mm dan senapan mesin 7,62 mm. Keunggulannya dibanding PT-91 M hanya kecepatannya yang lebih tinggi mencapai 80 km/jam.

Soal proteksi, daya dobrak atau kekuatan tembak, jelas Scorpion sulit diadu dengan si Pendekar negeri Jiran.

Jika misal terjadi perang tank di perbatasan Kalimantan dan Sabah tentu tank Scorpion bukan tandingan PT-91.

Baru jika Indonesia memiliki tank kelas berat Leopard, pertempuran monster lapis baja ini bisa dimenangkan kavaleri TNI AD.




Sumber : Merdeka

Asops KASAL Tinjau Latihan Satuan Lanjutan-I Pasmar-2




BOGOR-(IDB) : Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (Asops Kasal) Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, SE, MM. meninjau Latihan satuan Lanjutan (LSL) – I Darat, Laut (Da/La) Tri Wulan II (TW II) Pasmar-2 tahun 2014 yang dilaksanakan oleh Yontankfib-2 Mar dan Yonarhaud-2 Mar, di Desa Bagogok, Kecamatan Kelapa Nunggal, Bogor, Jawa Barat dan sekitarnya, Senin (23/06/2014).

 


Pada kunjungan kali ini Asops Kasal disambut oleh Danpasmar-2 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Denny Kurniadi, S. Mn., dan para Asisten Kaspasmar-2 serta Dankolak Pasmar-2, di Desa Kelapa Nunggal untuk selanjutnya menuju Poskolat yang berjarak kurang lebih 5 Km, dengan mengunakan 3 kendaraan Tank BMP 3F.

 


Selama perjalanan, tank pertama dikemudikan langsung oleh Asops Kasal dan tank kedua dikemudikan oleh Danpasmar-2. Setelah tiba di Poskolat, Asops Kasal menerima paparan yang disampaikan oleh Danyonarhanud-2 Mar Mayor Marinir Idha M. Basri selaku pimpinan latihan, kemudian dilanjutkan menyaksikan demonstrasi menembak tank BMP 3F dan BVP-2.

 


Dalam kegiatan tersebut Asops Kasal serta Danpasmar-2 berkesempatan mencoba menembak dengan menggunakan meriam tank BMP 3F dan BVP-2 milik Yonarhanud-2 Mar. Kunjungan diakhiri dengan penyematan brivet Artileri oleh Danmenart-2 Mar Kolonel Marinir Hermanto, SE., kepada Asops Kasal, Danpasmar-2 dan Asops Kaspasmar-2 serta foto bersama.  

 


Latihan menembak dan mengemudi tank BMP 3F dan BVP-2 dalam rangka latihan satuan lanjutan-1, Darat Laut, TW II, tahun 2014 yang berlangsung selama satu minggu tersebut diikuti oleh 95 personel Pasmar-2 gabungan dari Menkav-2 Mar dan Menart-2 Mar.



Sumber : Kormar

Yonarhanud-2 Mar Laksanakan Latihan Satuan Lanjutan TW II




BOGOR-(IDB) : Batalyon Artileri Pertahanan Udara-2 Marinir (Yonarhaunud-2 Mar) melaksanakan latihan menembak dan mengemudi tank dalam rangka Latihan Satuan Lanjutan (LSL)–I Darat, Laut (Da/La) Tri Wulan II (TW II) Pasmar-2 tahun 2014, di Desa Bagogok, Kecamatan Kelapa Nunggal, Bogor, Jawa Barat dan sekitarnya.

 


Latihan yang berlangsung mulai tanggal 18 hingga 25 Juni 2014 tersebut bertujuan untuk memelihara kemampuan prajurit artileri sesuai dengan tugas dan fungsi kesenjataan satuan, sehingga tercapai peningkatan kemampuan teknis dan taktis dalam mendukung tugas operasi.

 


Kegiatan latihan yang dipimpin Danyonarhanud-2 Mar Mayor Marinir Idha M. Basri selaku Perwira Pelaksana Latihan ini melibatkan 57 personel dan 3 kendaraan tempur tank BVP-2.

 


Adapun materi yang dilatihkan antara lain mengemudi BVP-2, Arhanud dalam operasi amphibi, menembak PKT, menembak senjata SS-1 dalam kendaraan tempur, menembak canon 30mm, dan menembak granat asap.




Sumber : Kormar

Pussenkav Kirim 3 Perwira Ke Jerman

UNTERLUSS-(IDB) : Untuk memastikan proses pembuatan dan perakitan Tank Leopard dan Marder, Pusat Persenjataan Kavaleri (Pussenkav) mengirimkan tiga perwiranya ke Unterluss, Jerman. Mereka memantau proses pembuatan ini setiap hari agar sesuai spesifikasi yang dipesan Indonesia.

Tiga perwira ini telah dikirim ke Unterluss, pabrik Rheinmetall sejak Maret 2014. Perwira yang dipimpin Kolonel Suharto Lebang akan bertugas di Unterluss hingga September 2014 untuk memantau dengan seksama pembuatan Leopard dan Marder hingga pengiriman tahap pertama.

"Jadi, tim yang kami kirim ini akan memantau langsung proses pembuatan ini. Pengiriman tim ini sesuai kontrak yang telah diteken," kata Komandan Pusat Persenjataan Kavaleri (Kapusenkav) Brigjen TNI Mulyanto di sela-sela upacara penyerahan simbolis Leopard dan Marder tahap pertama di area pabrik Rheinmetall, Unterluss, Senin (23/6/2014) sore.

Pengiriman Leopard dan Marder tahap pertama, kata Mulyanto, dibagi dalam dua tahap pengiriman. Pengiriman pertama direncanakan pada bulan Juli 2014. Rinciannya, 10 unit Leopard dan 16 unit Marder. Sedangkan pengiriman kedua akan dilakukan bulan Agustus, dengan rincian 16 Leopard dan 10 Marder.

Menurut Mulyanto, 52 unit tank ini akan langsung dikirim Rheinmetall dari Jerman menuju Surabaya. Rencananya, tank tempur ini akan dipamerkan dalam defile peringatan HUT TNI 5 Oktober 2014 yang akan dilakukan di Dermaga Ujung, Koormartim, Surabaya.

Tank Leopard merupakan jenis main battle tank (MBT) yang berbobot 62 ton yang mengalami revolusi teknologi tinggi dan memiliki canon 120 mm. Tank ini menjadi andalan banyak negara di dunia, termasuk negara-negara di Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia. Sedangkan tank Marder merupakan tank tempur yang juga berfungsi mengangkut personel.

Pemerintah Indonesia telah meneken kontrak dengan Rheinmetall untuk pemesanan total 180 unit tank gabungan Leopard dan Marder. Pengadaan ini akan diselesaikan secara bertahap oleh Rheinmetall hingga tahun 2016.

Bila sudah diserahterimakan, Tank Leopard dan Marder akan dioperasikan oleh Kavaleri TNI Angkatan Darat (AD). Menurut Mulyanto, kehadiran Leopard dan Marder akan menjadi kekuatan baru sistem pertahanan TNI AD sebagai bagian dari program modernisasi alutsista yang telah diputuskan pemerintah. 




Sumber : Detik

Wamenhan : Tank Leopard Sangat Penting

UNTERLUSS-(IDB) : Pemerintah telah memutuskan pengadaan 180 unit tank Leopard dan Marder buatan Rheinmetall Jerman untuk modernisasi alutsista Indonesia. Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan kembali kehadiran Leopard sangat penting untuk Indonesia, terutama untuk tugas operasi militer perang.

"Jadi, Leopard adalah bagian kekuatan TNI dalam rangka pertahanan militer untuk tugas melakukan operasi militer perang. Misi TNI itu ada dua, operasi militer perang dan operasi militer non perang. Alustista strategis seperti Leopard, kapal selam, dan pesawat tempur F16 digunakan untuk operasi militer perang dalam menghadapi operasi lawan, bukan digunakan untuk kebutuhan non militery operation," tegas Sjafrie.

Penegasan Sjafrie ini disampaikan dalam jumpa pers seusai penyerahan simbolis Leopard dan Marder tahap pertama di pabrik Rheinmetall, Unterluss, Jerman, Senin (23/6/2014) sore. Sjafrie yang didampingi Dubes RI untuk Jerman Fauzi Bowo dan para delegasi Indonesia menanggapi polemik mengenai Leopard yang kembali muncul di dalam negeri setelah tank berjenis main battle tank ini dibahas dalam debat Capres hari Minggu (22/6/2014).

Sebagaimana diketahui, dalam debat itu capres nomor urut 2 Joko Widodo (Jokowi) tidak setuju dengan pengadaan Leopard karena tank ini tidak sesuai kondisi jalan dan jembatan di Indonesia. Menurut Jokowi, bobot tank seberat 62 ton itu bisa merusak infrastruktur jalan di Indonesia. 


Sjafrie menjelaskan banyak kelebihan yang diperoleh Indonesia setelah memiliki Leopard. "Kita bisa menunjukkan keunggulan operasional dalam menghadapi operasi militer perang dan menghadapi operasi non perang. Inilah fungsi alutsista strategis dalam operasi militer perang," tegas Sjafrie.

Menurut dia, salah satu persyaratan negara kuat, harus mampu mempunyai peralatan operasi militer perang. "Sebagaimana kita ketahui, suatu negara memiliki kewajiban peralatan pertahanan yang kuat, bukan untuk ofensif, tapi merupakan suatu bagian daripada atribut bangsa dan negara untuk menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa, menghadapi lawan dalam operasi militer," tegas jenderal purnawirawan bintang tiga ini.

Dengan demikian, kata Sjafrie, pesanan 180 unit Leopard dan Marder ini merupakan wujud modernisasi peralatan militer Indonesia dalam membangun kemampuan pertahanan untuk mendukung terjaganya kedaulatan RI. "Ini merupakan salah satu bagian kecil dari sejumlah modernisasi yang dilakukan, baik dari alutsista yang diproduksi dalam negeri maupun luar negeri untuk memperkuat kekuatan militer kira, sehingga kekuatan militer kita memenuhi kebutuhan bangsa dan negara untuk memangun suatu negara kuat. Inilah wujud dari dedikasi sistem pertahanan negara kepada bangsa dan negara," ujar dia.

Karena itu, Sjafrie memastikan bahwa pengadaan Leopard akan terus dilakukan pemerintah Indonesia hingga tuntas. Proses pengadaan Leopard dan Marder ini akan selesai pada 2016.




Sumber : Detik

Babak Baru Kerjasama Militer Indonesia Jerman

UNTERLUSS-(IDB) : Pemerintah Indonesia memesan 164 unit tank Leopard dari Rheinmettal AG melalui Pemerintah Jerman. Pembelian ini sekaligus menjadi babak baru kerjasama militer Indonesia-Jerman.

"Babak baru kerjasama militer dengan ini sekaligus pertanda makin dipercayanya Indonesia oleh negara-negara Barat, khususnya Jerman," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (Purn) TNI Pramono Edhie Wibowo dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/6/2014).

Pramono bersama rombongan High Level Committee (HLC) dipimpin Wamenhan Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoedin saat ini sudah ada di Unterluss, Jerman. Mereka akan mengikuti upacara roll-out 52 tank Leopard dari 164 unit yang dipesan Indonesia November 2013 lalu.

"Seiring dengan dipercayanya Indonesia memiliki alutsista modern sek‏‏‏elas tank Leopard untuk mempertahankan kedaulatan NKRI, Indonesia juga harus turut aktif terus menjaga perdamaian dunia," lanjut Edhie.

Upacara roll-out akan dilaksanakan di fasilitas manufaktur milik Rheinmettal AG di Unterluss, Jerman, pukul 15.00 waktu setempat. Rheinmettal AG adalah perusahaan Jerman pembuat alat-alat militer canggih seperti tank Leopard.

52 Unit tank Leopard itu diperkirakan akan tiba di Indonesia pada September 2014 mendatang. Saat ini, sudah ada tiga orang tenaga ahli Indonesia yang berada di Jerman sejak beberapa bulan lalu untuk proses alih teknologi.

"Nantinya beberapa suku cadang dan amunisi tank Leopard ini akan diproduksi oleh Pindad," ujar Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Danpusenkav) Brigjen TNI Mulyanto dalam kesempatan yang sama.



Sumber : Detik

26 Leopard Dan 26 Marder Tiba Di Indonesia Sebelum HUT TNI

UNTERLUSS-(IDB) : Saat ini Rheinmetall Defence sedang memfinalisasi sebagian dari 180 unit tank Leopard dan Marder pesanan pemerintah Indonesia. Tahap pertama, yang terdiri 26 Leopard dan 26 Marder akan dikirim dalam dua tahap dan akan tiba di Indonesia sebelum perayaan HUT TNI 5 Oktober 2014.

Penyerahan dua jenis tank itu secara simbolis telah diupacarakan resmi di pabrik Rheinmetall di Unterluss, Jerman, Senin (23/6/2014) sore waktu setempat. Unterluss, merupakan kota kecil yang berjarak sekitar 100 KM dari Hamburg. Pabrik Rheinmetall yang merupakan perusahaan swasta produsen persenjataan dan peralatan militer ini bertempat di pedesaan, jauh dari pemukiman warga.

Hadir dalam roll-out delegasi Indonesia yang dipimpin Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. Anggota delegasi antara lain Duta Besar RI untuk Jerman Fauzi Bowo, mantan KSAD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo, Kabaranahan Kemhan Laksda TNI Rachmad Lubis, Asops KSAD Mayjen TNI Sonny Wijaya, Danpusenkav Brigjen TNI Mulyanto, Dirrenbanghan Kemhan Marsma TNI Safii, Kapusada Marsma TNI Asep S, dan Dirut Pindad Sudirman Said.

Upacara penyerahan secara simbolis Leopard dan Marder ini dihadiri para pejabat Rheinmettal yang dipimpin Harald Westerman, managing director Rheinmetall Landsysteme. Acara ini diawali dengan sambutan Westerman mewakili Rheinmetall. Dalam sambutannya, Westerman menjelaskan kemajuan proses pembuatan 180 unit tank Leopard dan Marder.

Menurut Westerman, Leopard merupakan main battle tank (MBT) yang memiliki berat 62 ton dan merupakan generasi baru berteknologi tinggi. MBT Leopard telah digunakan banyak negara di dunia dalam memperkuat sistem pertahanan negaranya. Dia berterima kasih kepada pemerintah Indonesia atas hubungan kerja sama ini dan berharap kerja sama akan terus berlanjut. "Nanti akan ada kerjasama dengan PT Pindad terkait hal ini," kata dia. Rheinmetall berkomitmen untuk menyelesaikan proyek ini pada 2016 sesuai dengan kontrak yang diteken.

Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin juga memberikan sambutan mewakili pemerintah Indonesia. Dia menyatakan dengan memiliki tank Leopard dan Marder, sistem pertahanan Indonesia akan memulai babak baru. Kini, Indonesia sudah memiliki MBT sebagaimana beberapa negara lain di Asia Tenggara lainnya yang sudah memilikinya lebih dulu, seperti Singapura dan Malaysia. "Karena itu, bagi kami Rheinmettal merupakan partner sangat penting dalam rangka modernisasi alutsista Indonesia," kata Sjafrie.

Sjafrie menjelaskan 26 Leopard dan 26 Marder ini akan ditampilkan dalam defile saat peringatan HUT TNI 5 Oktober yang akan digelar di Surabaya. Karena itu, Sjafrie berharap pengiriman 52 unit tank dari Rheinmetall ini bisa tepat waktu.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan secara simbolis. Dimulai dengan lagu nasional Jerman dan lagu Indonesia Raya, dokumen penyerahan Leopard dan Marder ini diserahkan Westerman kepada Sjafrie. Setelah itu, Sjafrie menyerahkannya kepada Asops KSAD Mayjen TNI Asep Wijaya yang mewakili TNI AD sebagai pengguna Leopard dan Marder. Tanpa jeda lama, Mayjen Asep menyerahkan dokumen itu kepada pihak kavaleri TNI AD yang diwakili Kolonel Suharto Lebang.

Setelah itu, Rheinmetall memperlihatkan 1 tank Leopard dan 1 tank Marder yang sebelumnya tertutup tirai. Begitu tirai dibuka, para undangan bertepuk tangan dengan gegap gempita. Mesin kemudian dinyalakan, Leopard dan Marder warna hijau itu pun dioperasikan ke halaman gedung tempat acara ini berlangsung. Dua tank beratraksi singkat, bergerak dengan kecepatan agak tinggi sejauh 150 meter dan belok berputar berkali-kali.

Tank Leopard merupakan tank berat yang digunakan untuk menyerbu musuh dengan memiliki canon kaliber besar berukuran 120 mm. Tank ini memuat 4 prajurit. Ini merupakan tank ber-canon paling besar yang dimiliki Indonesia. Sedangkan tank Marder berfungsi sebagai penyerbu dan juga digunakan untuk membawa personel.

Sebelum penyerahan secara simbolis ini, Wamenhen Sjafrie bersama delegasi juga diajak berkeliling pihak Rheinmetall ke pabrik untuk melihat proses pembuatan Leopard dan Marder sekitar 1 jam. Rheinmetall memperlihatkan beberapa tank yang tengah dirakit dan menjelaskan prosesnya.

Dikirim Dalam 2 Tahap

Di tempat yang sama, Senior Vice President Integrated Logistic Support Divisian Combat Systems Rheinmetall Karl Ulrich Zulauf mengatakan pengiriman 26 Leopard dan 26 Marder akan dilakukan dua tahap. Tahap pertama akan dikirim dari Jerman sekitar akhir Juli dan tahap kedua akan dikirim akhir Agustus. "Pengiriman dengan kapal ini membutuhkan waktu sekitar 5 minggu dari Jerman sampai ke Indonesia," kata Zulauf.

Hingga saat ini, Zulauf yakin proses pembuatan Leopard dan Marder tahap pertama ini akan selesai sesuai waktu yang telah direncanakan. Sedangkan sisanya akan diselesaikan hingga 2016. Dalam waktu dekat Rheinmetall dan pemerintah Indonesia akan segera membahas mengenai teknis pengiriman.

Berikut liputannya :






Sumber : Detik

Pengamat : National Security Council Mendesak Diagendakan

JAKARTA-(IDB) : Pembentukan National Security Council mendesak untuk segera dilaksanakan. Presiden, Menteri Pertahanan, dan Menteri Luar Negeri menjadi bagian di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan strategi pertahanan sinkron dengan kebijakan luar negeri.

“Normalnya, negara-negara di dunia ini memiliki National Security Council. Inilah yang akan merumuskan kepentingan nasional kita apa. Dari situ, kebijakan dan strategi pertahanan kita dibuat,” ujar pengamat militer Indonesia, Connie Rahakundini Bakrie beberapa waktu lalu.


Connie menyebut, saat ini, politik luar negeri Indonesia, thousands friends zero enemy tidak sinkron dengan kebijakan pembangunan kekuatan militer oleh Kementerian Pertahanan melalui Minimum Essential Force (MEF).


Thousands friends zero enemy berarti kita tidak memandang ancaman kita apa dari luar. Ini antitesis kebijakan Dephan, Minimum Essential Force,” kata Connie.


Ia menjelaskan, Presiden, Menteri Pertahanan, dan Menteri Luar Negeri dapat duduk bersama, merumuskan kepentingan nasional. Dari situ didapatkan arah pengembangan postur TNI ke depan. Pembentukan National Security Council menjadi agenda mendesak pemerintahan selanjutnya.


“MEF kita yang sekarang masih kebalik cara berpikirnya. Ada uang sekian, harus dihabiskan dengan beli apa. Makanya kita beli tank,” pungkas Connie.




Sumber : JurnalMaritim

Kunjungan Menhan Ke Lanud Abd Saleh

MALANG-(IDB) : Sabtu (21/6) pagi Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI Sungkono, S.E., M.Si. didampingi para pejabat Lanud Abd dan Insub menerima kedatangan Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia Bapak Purnomo Yusgiantoro beserta rombongan di VIP Room Lanud Abd Saleh. Kedatangan Menhan beserta rombongan dalam rangka kunjungannya Universitas Brawijaya selanjutnya kembali ke Lanud Abd untuk melakukan kunjungan ke Skadron Udara 21 dan Skadron Udara 32 Lanud Abd Saleh.


Dalam kunjungannya tersebut, Menhan beserta rombongan langsung menuju ruang pertemuan Skadron Udara 21 untuk menerima penjelasan dari Komandan Lanud Abd Saleh dan Komandan Skadron Udara 21 Letkol Pnb Toto Ginanto, S.T. tentang kondisi pesawat Super Tucano saat ini. Menhanpun memberikan saran kepada Komandan Lanud Abd agar dapat melaporkan kondisi Super Tucano secara lengkap dan detail, sehingga Kemenhan dapat memberikan solusi yang tepat jika terjadi permasalahan yang ada.


Selanjutnya Menhan beserta rombongan langsung mengecek pesawat Super Tucano dan suku cadangnya. Dikatakan Menhan langkah penyediaan suku cadang merupakan solusi yang tepat di tengah-tengah keterbatasan anggaran. Oleh karena itu sangatlah tepat jika permasalahan yang ada segera dilaporkan agar pengoperasian pesawat Super Tucano tidak dapat berjalan dengan baik dan lancar. Selain ke Skadron Udara 21 Menhan beserta rombongan juga berkesempatan melihat kondisi pesawat Hercules yang beberapa bulan yang lalu didatangkan dari Australia, “pesawat Hercules merupakan kebutuhan mendasar bagi TNI baik untuk gelar pasukan maupun untuk keperluan transportasi dalam pelaksanaan operasi”, jelas Menhan saat melihat kokpit pesawat Hercules tersebut.


Menhan yang didampingi sejumlah pejabat TNI, diantaranya, Kabaranahan Menhan Laksda TNI Ir. Rachmad Lubis, SA Politik Prof. Dr. Ir. Dadang Gunawan, M.Eng., SK Sosbud Bapak Alex Susilo, Kapusada Marsma TNI Asep Sumarudin, M.Sc., Dirrenprogar Brigjen TNI Dominikus, Karo TU Kolonel Inf. Ida Bagus dan pejabat Menhan lainnya usai mengunjungi Skadron Udara 32 langsung kembali ke Jakarta.




Sumber : TNI AU

MPR : Indonesia Tak Bisa Lepas Tangan Terkait LCS

JAKARTA-(IDB) : Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Tohari mengatakan konflik di Laut Cina Selatan jangan dianggap sebagai persoalan remeh. Sebab, hal itu nantinya akan menyangkut banyak hal. 

Mulai persoalan klaim sumber daya alam, pekayaran, ekonomi, hingga keamanan antarnegara di kawasan.


"Apalagi Cina sudah mengklaim perairan itu sebagai wilayahnya. Amerika Serikat pun sudah merespons dengan mengerahkan armada tentaranya ke sana. Jadi klaim itu sangat serius," kata Hajriyanto di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (23/6).


Menurut dia, Indonesia jelas punya kepentingan nasional terkait dengan status perairan zone ekonomi ekslusif (ZEE) yang ada di kawasan perairan itu. Belum lagi termasuk soal hubungan bilateral antara Indonesia dan berbagai negara yang menjadi tetangganya. 


Sebab, selain Cina, Filipina, dan Vietnam juga ikut mengklaim sebagian kawasan itu. Karenanya, kalau tidak ditangani dengan cermat, masalah itu bisa mengancam soliditas kawasan. Termasuk keeratan hubungan antarnegara Asean. 


Bahkan, katanya, bila tak tertangani dengan baik bisa memicu persaingan hingga konflik bersenjata. Karenanya, salah kalau soal konfik di kawasan Lautan Cina Selatan dianggap remeh atau bukan menjadi urusan Indonesia. 


"Maka siapa pun presiden yang nanti terpilih, dia tak bisa meyatakan soal konflik itu sebagai hal yang jauh atau tak ada urusannya dengan negara kita sehingga bisa bebas lepas tangan," kata Hajriyanto.


Menurutnya, sebagai negara berdaulat dan negara terbesar di Asean, Indonesia harus mengambil peran penting di dalam menyelesaikan konflik itu. Ini pun sesuai dengan amanat konstitusi.


Yaitu, bahwa Indonesia ikut serta menjadi kekuatan yang ingin mempertahankan perdamaian dunia.




Sumber : Republika