Pages

Selasa, Juni 17, 2014

CAESAR Reigns Supreme

PERANCIS-(IDB) : Four countries have now ordered the Nexter Systems CAESAR 155mm/52 calibre wheeled self-propelled (SP) artillery system, which is now being optimised to meet specific export customer’s requirements.


The latest customer is Indonesia, which is to take delivery of 37 CAESAR plus a complete suite of 155mm ammunition, with the first systems due to be delivered from Nexter’s facility in Roanne later this year. Two battalions will each receive 18 CAESAR, with the remaining system being used for training.


A total of 72 production systems were supplied to the French Army from 2008-2011 and saw operational use in Afghanistan, Lebanon and more recently Mali. In the long term, the French Army hopes to replace its remaining 155mm TR series towed guns and 155mm AUF1-TA tracked SP guns with additional CAESAR artillery systems, which will then be the only conventional tubed artillery systems to be deployed by France.


The Royal Thai Army has taken delivery of six CAESAR, while an undisclosed Middle East customer, believed to be the Saudi Arabian National Guard (SANG), has taken 136 units.


While all the French, Thai and Indonesian CAESAR are based on a Renault Trucks Defense Sherpa 5 (6x6) cross-country truck chassis, those for Saudi Arabia are based on a German Mercedes-Benz Unimog (6x6).


The Thales ATLAS computerised fire control system (FCS) is installed on the French and SANG CAESAR, although other FCS can be fitted and there are a number of other options, including a protected cab. Nexter is also offering CAESAR for the Indian market integrated onto a higher payload Ashok Leyland Defence (6x6), teamed with local firm Larsen & Toubro.


It has also studied the Tatra (8x8) chassis, which would offer greater cross-country mobility and more payload for increased protection or additional ammunition.




Sumber : Jane's

Menyongsong Tank Leopard Indonesia

Indonesia pesan 103 MBT dari Rheinmetall
Indonesia pesan 103 MBT dari Rheinmetall


JERMAN-(IDB) : Indonesia sedang menunggu pengiriman 103 main battle tank Leopard 2 Rheinmetall, yang dua unit diantaranya telah dikirim pada akhir tahun 2013.


Dari 103 tank Leopard 2s tersebut, 42 unit merupakan refurbished dari Leopard 2A4s untuk dijadikan sebagai Leopard 2A4+. Sementara sisanya sebanyak 61 unit diupgrade oleh Rheinmetall menjadi MBT Revolution atau disebut Leopard RI. Upgrade tank ini termasuk penambahan sejumlah elemen oleh pihak Rheinmetall.


Tank ini akan mempertahankan canon 120mm L/44 smoothbore Rheinmetall, namun memiliki kemampuan menembakkan amunisi terbaru rheinmetall 120mm HE DM11 (programmable fuse).
Amunisi 120mm HE DM11, Tank Leopard 2
Amunisi 120mm HE DM11, Tank Leopard 2

Dengan amunisi baru ini gunner bisa mengatur/mengubah mode fuse, seperti warhead meledak setelah amunisi menembus target (dinding, tembok); atau warhead meledak di depan target (untuk melindungi pasukan yang bergerak di tempat yang minim perlindungan; atau warhead meledak di udara/ di atas target (untuk menyapu musuh yang tidak teridentifikasi).


Leopard 2A4+ memiliki kontrol senjata elektronik yang baru serta sistem pendingin terkini. Adapun Tank Leopard yang diuprade menjadi RI standard (MBT Revolution), akan memiliki kemampuan tambahan lainnya.


Indonesia juga menandatangani kontrak dengan Rheinmetall untuk Leopard Gunnery Skills Training (LGST) dan juga simulator mengemudi.


Selain MBT, Indonesia menerima 10 Tank Support Leopard 1, termasuk: Armoured Recovery Vehicles (ARVs) dan Armoured Engineering Vehicles(AEVs).


Rheinmetall memiliki tank suport berbasis Leopard 2, yang merupakan kerjasama Rheinmetall dengan RUAG Defence Swiss. Tank Support berbasis Leopard 2 ini diberinama Kodiak AEV, yang antara lain dimiliki Belanda (10 unit), Swedia (6 unit) dan Swiss (12 unit). Kodiak AEV juga sedang dipasarkan di Asia. Singapura akan mendapatkannya pada akhir 2014.


Rheinmetall Kodiak AEV
Rheinmetall Kodiak AEV

Rheinmetal memproduksi Armored Recovery Vehicle berbasis chasis Leopard 2, yang diberinama Buffel ARV. Jerman menggunakannya di Afghanistan. Singapura telah menerima pengiriman dua batch Buffel ARVs dari Rheinmetall.


Armored Recovery Vehicle, Leopard 2 ARV Buffel
Armored Recovery Vehicle, Leopard 2 ARV Buffel
Rheinmetall juga menjual 42 unit Marder 1A3s ke Indonesia plus 8 Marder 1A3s untuk spare part. Dua unit Marder telah dikirim akhir tahun 2013.



Sumber : Jane's

Anggaran Pertahanan Terserap Melebihi Target


Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (photo: tempo.co)
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro
JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro mengatakan realisasi anggaran pengadaan alat utama sistem persenjataan atau alutsista melebihi target 30,18 persen dari Rp 92,1 triliun.

“Perlu diketahui, pengiriman alutsista jangkanya panjang. Sampainya di tanah air, tidak pada saat itu juga,” kata Purnomo Yusgiantoro saat menghadiri Peresmian Penataan Kawasan Sendangsono di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (16/6/2014).

Menteri Pertahanan mengatakan pengadaan alutsista yang sudah dipesan, tidak mungkin dapat terlaksana hingga masa kabinet berakhir pada Oktober 2014.

Terkait pengelolaan anggaran Kemenhan, ia menambahkan Badan Pemeriksa Keuangan memberikan empat catatan, yakni simak BMN, soal dana Yanmasum dari Rumah Sakit Gatot Subroto seiring adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial diperbolehkan menerima pasien dari luar, soal recover atau anggaran yang tidak habis pada tahun anggaran, dan hibah.

Adapun pro kontra tentang Pengadaan alutsista bekas, menurut Menteri Pertahanan, harus dilihat dari masa pakainya. Indonesia, misalnya, mendapat hibah pesawat Hercules dari Australia sembilan unit, yang di-update. Hercules baru harganya 75 juta dollar per unit. Karena Indonesia mendapat hibah, maka di-upgrade dengan elektronik yang lebih canggih, dan harganya hanya 15 juta dollar per unit.

“Artinya menghemat 60 juta dollar per unit. Pesawatnya pun masih bisa dipakai 15-20 tahun ke depan. Pada saat itu, pesawat-pesawat baru sudah berdatangan. Jadi harus ada pertimbangan-pertimbangan tertentu,” kata dia.

Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)
Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia
Pesawat Hercules dapat digunakan untuk kegiatan operasi militer, selain perang. Selain itu, bisa digunakan untuk pengangkutan logistik kalau ada bencana. “Persoalannya bukan bekas atau baru. Kalau bekas dapat di-upgrade lebih bagus bisa digunakan sampai yang baru datang, kenapa tidak?” kata Purnomo.

Sebelumnya, Ketua BPK Rizal Djalil mengatakan anggaran pertahanan 2013 sudah meningkat tiga kali lipat sejak 2007. Dari hanya Rp 30,7 triliun, pada 2013 menjadi Rp 92,1 triliun.

“Pada 2013 anggaran pertahanan itu direalisasikan hanya kurang lebih Rp 27,8 triliun,” kata Rizal. 




Sumber : JKGR

Persiapan Dan Penyerahan C-130H A-1331 Dari Australia Ke Indonesia

DARWIN-(IDB) : Pada Juli 2012, Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian untuk menyerahkan empat pesawat Hercules C-130H Australia kepada Indonesia. Sebelum dikirim ke Indonesia, empat pesawat tersebut dibenahi terlebih dulu.

Qantas Defence Services (sekarang disebut Northrop Grumman Intergrated Defence Services) ditunjuk oleh Kemhan untuk menyelesaikan pekerjaan pembenahan tersebut. C-130H pertama (A-1330) berangkat dari Australia pada tanggal 27 November 2013. Artikel ini menguraikan perbaikan dari TNI A-1331 dan pengiriman selanjutnya ke Indonesia.

Pekerjaan pada TNI A-1331 dimulai pada Agustus 2013 dan melibatkan strip lengkap dari pesawat dan inspeksi korosi. Insinyur pesawat melakukan servis dan pemeliharaan untuk pesawat sesuai jadwal yang telah direncanakan dan disepakati oleh Kemhan dengan tujuan untuk mengembalikan pesawat setelah servis penuh.


Selama periode enam bulan dalam pekerjaan pemeliharaan pesawat, tim Northrop Grumman didukung oleh tiga perwakilan teknis TNI-AU. Setelah pekerjaan tersebut, pesawat disiapkan untuk dikirim kepada Pemerintah Indonesia.

Selama periode ini perwakilan teknis berkonsultasi dengan Angkatan Udara Australia untuk mempersiapkan dokumen teknis serah terima.

Pada awal April 2014, tim Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) yang dipimpin oleh Letkol Catur Martowo Aji tiba di Sydney, Australia untuk meninjau dokumen tersebut dan pesawat sebelum masa pengujian.

Setelah pemeriksaan, pesawat A-1331 dibersihkan untuk pengujian penerbangan. Terdapat 12 awak dari TNI-AU yang dipimpin oleh Letkol Adrian Damanik bertanggung jawab untuk pengujian penerbangan pesawat selama periode 26 -30 April 2014.



Setelah uji coba dianggap berhasil, pesawat TNI A-1331 diterbangkan oleh awak TNI-AU ke Townsville di mana pesawatnya diganti warna dan diberi TNI-AU.

Pada akhir Mei 2014, Letkol Damanik dan awaknya kembali ke Townsville untuk mengumpulkan TNI A-1331 dengan warna TNI-AU.

Pesawat kembali ke Sydney di mana pesawatnya diperiksa oleh tim TNI-AU untuk persiapan pengiriman dan persediaan. Pesawat A-1331 akhirnya meninggalkan Richmond pada pagi berkabut 2 Juni 2014 untuk penerbangan feri kembali ke Jakarta via Darwin.

Walau terjadi kerusakan kecil pada mesin saat di Darwin yang mengakibatkan penerbangan tertunda 24 jam namun penerbangan kembali ke Jakarta berjalan dengan baik.
 

A-1331 kembali ke pangkalan udara Halim pada tanggal 4 Juni 2014 di mana tim dari Kemhan dan tim TNI-AU melakukan penerimaan sepenuhnya. A-1331 kini mengabdi kepada TNI-AU.

Departemen Pertahanan Australia mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pertahanan Indonesia dan Northrop Grumman atas dukungan mereka selama program perbaikan TNI A-1331.

Dan kami juga turut berterima kasih kepada semua personil yang terlibat untuk dedikasi dan profesionalisme mereka dalam mendukung pengiriman A-1331 ke Indonesia.




Sumber : Ikahan

Letter Of Credit For F/A-50 Signed Within This Month

MANILA-(IDB) : The letter of credit(LOC) for the South Korean F/A-50 "Fighting Eagle" will be signed within the month.
 
The signing will take place by this coming week or the next, Defense undersecretary for finance, modernization, installation and munitions Fernando Manalo, said.
 
No other details were given.
 
An LOC is a document issued by a financial institution, or a similar party, assuring payment to a seller of goods and/or services provided certain documents have been presented to the bank.
 
Contract for the Korean Aerospace Industries (KAI) jet aircraft, of which the Philippines has ordered 12 units for P18 billion, was signed last March 28.
 
Upon signing of the LOC, two F/A-50 jet aircraft are expected to be delivered 18 months after.
While the next two will be delivered 12 months later and the remaining eight jet planes to be delivered in staggered basis within eight months.
 
The F/A-50 has a top speed of Mach 1.5 or one and a half times the speed of sound and is capable of being fitted air-to-air missiles, including the AIM-9 "Sidewinder" air-to-air and heat-seeking missiles aside from light automatic cannons.
 
The F/A-50 will act as the country's interim fighter until the Philippines get enough experience of operating fast jet assets and money to fund the acquisition of more capable fighter aircraft.
 
The F/A-50 design is largely derived from the F-16 "Fighting Falcon", and they have many similarities: use of a single engine, speed, size, cost, and the range of weapons.
 
KAI's previous engineering experience in license-producing the KF-16 was a starting point for the development of the F/A-50.
 
The aircraft can carry two pilots in tandem seating. The high-mounted canopy developed by Hankuk Fiber is applied with stretched acrylic, providing the pilots with good visibility, and has been tested to offer the canopy with ballistic protection against four-pound objects impacting at 400 knots.
 
The altitude limit is 14,600 meters (48,000 feet), and airframe is designed to last 8,000 hours of service.
 
There are seven internal fuel tanks with capacity of 2,655 liters (701 US gallons), five in the fuselage and two in the wings.
 
An additional 1,710 liters (452 US gallons) of fuel can be carried in the three external fuel tanks.
Trainer variants have a paint scheme of white and red, and aerobatic variants white, black, and yellow.
 
The F/A-50 "Fighting Eagle" uses a single General Electric F404-102 turbofan engine license-produced by Samsung Techwin, upgraded with a full authority digital engine control system jointly developed by General Electric and KAI.
 
The engine consists of three-staged fans, seven axial stage arrangement, and an afterburner.
The aircraft has a maximum speed of Mach 1.4-1.5.
 
Its engine produces a maximum of 78.7 kN (17,700 lbf) of thrust with afterburner. 




Source : PNA

TNI AL Antisipasi Ancaman Kejahatan Dunia Maya

JAKARTA-(IDB) : Untuk mengantisipasi ancaman kejahatan di dunia maya (Cyber Crime) yang berpotensi menjadi Cyber War, Markas Besar TNI Angkatan Laut (Mabesal) menggelar sosialisasi Cyber Defence Awareness di Auditorium Denma Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (16/6).

Kegiatan sosialisasi diikuti 400 perwira yang berada di wilayah lingkungan Mabesal. Sosialiasi ini akan diselenggarakan di wilayah Barat dan Timur yaitu di Komando Armada RI Wilayah Barat (Koarmabar) dan Komando Armada RI Wilayah Timur (Koarmatim).

Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal), Laksamana Madya TNI Didit Herdiawan mewakili Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Dr. Marsetio memimpin jalannya kegiatan sosialisasi.

KSAL dalam amanat tertulis dibacakan oleh Wakasal, mengatakan sosialisasi Cyber Defence Awareness bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pencerahan tentang arti pentingnya Cyber Defence di lingkungan TNI Angkatan Laut. Hal ini dilakukan dalam rangka dalam mengamankan penggunaan teknologi informasi dengan membentuk Naval Cyber Command sebagai salah satu langkah mewujudkan TNI Angkatan Laut yang andal dan disegani serta berkelas dunia.

Menurut Marsetio, peran teknologi informasi dan komunikasi di masa depan akan semakin dominan. Bahkan dapat dikatakan siapa yang mampu menguasainya, maka akan mampu menguasai dunia.

“Salah satu media yang paling berperan dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi saat ini adalah Interconnection Networking atau internet,” katanya seperti dilansir dalam siaran pers Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal).

Menurutnya, internet merupakan jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar sistem global Transmission Control Protocol dan Internet Protocol Suite sebagai protokol pertukaran paket untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia, dengan kecepatan pertukaran data dan informasi yang terus meningkat.

Oleh karena itu, dalam rangka menghadapi ancaman dan tantangan bidang pertahanan dan keamanan pada kontek teknologi informasi dan komunikasi, khususnya Cyber Warfare, diperlukan Cyber Defence Awareness sebagai bagian dari strategi pertahanan negara, baik dalam mencegah, menangkal maupun mengatasi segala ancaman yang berhubungan dengan bidang Cyber.

“Hal ini juga ditujukan untuk menumbuhkan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi untuk memperkuat ketahanan Cyber dalam rangka mendukung sistem pertahanan negara,” ujarnya.

Kegiatan diawali dengan paparan Kadis Infolahta, Laksma TNI Hinsa P.L. Tobing mengenai C4ISR (Command and Control yang digabungkan dengan Communication, Computers, intelligence, Surveillance, Reconnaissance) dan Cyber dalam mewujudkan TNI AL berkelas dunia. Kemudian dilanjutkan paparan tim Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), Taufik Aldjuzry tentang Etika Penggunaan dan Kemajuan Teknologi Informasi, baik Peluang dan Ancamannya dan diakhiri dengan Pengenalan Cyber Defence Sebagai Bagian Dari Teknologi Informasi oleh Didik Partono dari tim Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII).

Dalam kesempatan tersebut, hadir para Asisten Kasal, para Kadis di lingkungan Mabesal, perwira menengah dan pertama di lingkungan Mabesal serta Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) Sylvia Sumarlin.



Sumber : Jurnas